GALAU DI TOL.

Penerbangan perdana penuh drama.

BANDARA SOEKARNO HATTA, akwnulis.com. Pengalaman perdana mencoba kembali menaiki pesawat terbang di tugas unit kerja yang baru penuh dinamika dan berbalut drama.

Serius baru naik pesawat?”

Eh nggak percaya, memang baru sekarang menaiki lagi pesawat. Maksudnya akan naik pesawat.. eh sedang naik pesawat. Karena tulisan ini dibuat di dalam kabin pesawat dimulai sesaat sebelum

Perjalanan dari bandung yang diperkirakan 2,5 jam saja ternyata melampaui perkiraan. Diawali dengan kemacetan parah di pintu tol yang menghubungkan ruas tol cipularang dengan ruas tol cikampek di daerah jatiasih karena adanya kecelakaan di KM52. Info kecelakaannya di twitter pewarta online dengan penjelasan ada truk bermuatan keramik yang terjungkal.

Maka drama rasa pegal karena mobil bukan sekedar tersendat tetapi lebih sering terdiam karena begitu parahnya kemacetan. Kekhawatiran kedua muncul terkait dengan jadwal pesawat yang sudah tuntas tiketnya dibeli sesuai perkiraan jamnya. Tetapi tentu dengan kondisi kemacetan parah sepert ini akan mengubah kondisi yang ada. Maka cara terbaik tentu berdoa serta berikhtiar untuk memperhatikan kepastian waktu sehingga perlu melihat kembali jadwal penerbangan lainnya. Antisipasi jika tidak kekejar jadwal penerbangan dan menguatkan hati agar tidak bersedih ditinggalkan terbang oleh pesawat yang dipesan.

Tapi ketegangan tidak perlu memuncak dan jadi galau, cukup tarik nafas panjang dan membuka tas perlengkapan. Ambil tumbler kesayangan berbalut bambu karya ‘Virageawi’ lalu keluarkan juga gelas kaca kecil sebagai pendukungnya. Maka bersiap dikeluarkan isi cairan hitam kohitala (kopi hitam tanpa gula) yang sudah dipersiapkan sejak tadi pagi di rumah. Lengkap dengan gelas kecil kaca juga gelas kecil plastik, jikalau ada rekan atau kenalan baru yang berkenan ngopi bersama. Sruputtt.


Hanya saja, kondisi kenyataan sulit kompromi. Perhitungan waktu dengan kondisi kemacetan yang tidak bisa kompromi cukup membuat sedikit tegang. Keputusan sementara adalah mempersiapkan otot kaki dan harus konsentrasi karena estimasi keberangkatan pesawat dan rencana waktu tiba versi google map hanya selisih 15 menit saja. Berarti waktu tersebut harus cukup untuk check in, lalu naik lantai 2 untuk cek infra red dan akhirnya menuju pesawat. Wah gambling cuy.

Ternyata benar sesuai informasi berita bahwa ada kecelakaan di sekitar KM52, karena setelah melewati KM52 perjalanan relatif lancar dan kendaraan yang ditumpangi segera berlari di tol layang Syech Al Zayed sepanjang 38 kilometer. Perhitungan menuju bandara kembali berbunga, kemungkinan ketinggalan pesawat mengecil.

Tapi…. ternyata keluar tol layang dan memasuki tol tanjung priuk kembali perjalanan tersendat dan terhenti kembali. Uhuk uhuk… sedih. Google map segera di refresh dan mencoba mengestimasi waktu tempuh hingga ke bandara. Olala… setelah direfresh dan menghitung rute terbaru ternyata kemacetan padah kedua ini cukup panjang dan secara hitung – hitungan kasar, akan ketinggalan pesawat lebih dari 20 menit.

Maka keputusannya adalah mencoba komunikasi dengan pihak maskapai penerbangan atau membeli tiket lagi.

Bagaimana kelanjutannya?… nantikan kelanjutannya dan jangan lupa pantengin saja tulisan – tulisanku di blog ini, http://www.akwnulis.com.

***

DI LANGIT, akwnulis.com. Mari kita lanjutkan kisah ketegangan dalam perjalanan kali ini, perjalanan perdana untuk bertugas lintas pulau dan menggunakan penerbangan pesawat dari Bandar udara Soekarno Hatta menuju Bandar udara Kualanamu Medan Sumatera Utara.

Otak berputar cepat untuk kalkulasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Termasuk perhitungan terburuk jika akhirnya harus ikhlas ditinggal kekasih eh salah.. eh salah, ditinggal pesawat. Secara hitungan kasar, ada spare waktu 10 menit sebelum penjadwalan penerbangan ini. Bismillah we ah. Prung, cussss…. mobil bergerak lincah karena kemacetan telah terurai, optimisme muncul namun tetap harus waspada dan dikuatkan berdoa.

Dihadapan mata akhirnya terlihat gate tol keluar menuju bandara, ada rasa campur aduk dalam dada. Rasa was was tertinggal pesawat bercampur dengan rasa tegang karena harus segera berlari untuk cetak tiket dan sebagainya. Mobil yang mengantar akhirnya belok kiri menuju terminal I Bandara Soekarno Hatta, hati semakin berdetak ke cang seolah bersiap menghadapi sesuatu yang besar. Adrenalin terpacu dan nafas perlahan tapi pasri jadi memburu.

Waktu semakin mepet dan perhitungannya ada 13 menit saja untuk masuk ke bandara. Cekiit, mobil berhenti, ucapkan terima kasih kepada sopir dan kawan, lalu menvhambur dan berlari keluar. Bergerak menuju pintu masuk penumpang.

Tapi… ada sesuatu yang menarik di papan pengumuman. ‘Penerbangan Super Jet Air dengan nomor penerbangan IU 942 tujuan Kualanamu, DIBATALKAN

Wookah, Yes!!!” Sedikit meloncat karena merasa senang tentu denganwajah sumringah. Baru kali ini dapat jadwal penerbangan yang dicancel, yapi merasa senang, aneh yach.

Nafas tersengal dan ketegangan relafif berkurang lalu bergerak maju dengan mantap menuju petugas yang akan memeriksa tiket penerbangan kita.

“Silahkan masuk pak, check innya di dalam’ Suara petugas ramah. Maka raga bergerak menuju antrian para calon penumpang yang akan registerasi dan cetak boarding pass. Antriannya tidak terlalu panjang, cukup memberi waktu untuk perlahan menghela nafas panjang. Menenangkan detak jantung yang bertalu – talu untuk kembali normal dan tenang.

Ternyata drama menuju pesawat belum berakhir, setibanya di counter petugas dan mengetahui diri ini adalah salah satu calon penumpang pesawat yang mereka cancel jadwalnyasendiri tanpa pemberitahuan. Pefugas berujar, “Maaf bapak, sebaiknya bapak ke counter 24 dan 25 dulu untuk konfirmasi perubahan jadwal ini.

Lha piye toh, yang cancel situh, kok yang repot saya?”

Tapi ya sudah mungkin ini takdirnya, tidak ada pilihan lain selain bergerak keluar barisan dan menuju petugas di counter tersebut yaitu counter help desk super jet air. Setelah bertemu petugas di counter yang dituju, diawali dengan ucapan permohonan maaf yang tulus lalu di proses sehingga bisa bergabung dengan penerbangam selanjutnya dan akan terbang pada pukul 13.45 Wib.

Kembali antri di counter awal untuk boarding pass dan menikmati detik demi detik antrian samapi dengan tiket penumpang keluar. Waktu yang tersedia digunakan untuk ishoma dan membwrikan aproval pada surat – surat masuk secara elektronik dan unformasi kedinasan lainnnya.

Ternyata, drama masih berlanjut. Penerbangan tersebut dicancel dan ditunda kembali. Euleuh – euleuh karunya teuing si Ujang. Ada beberapa wajah calon penumpang yang terlihat kesal. Tapi apa mau dikata, itulah kenyataannya. Jalani, syukuri dan nikmati saja.

Maka berjalan – jalan saja di koridor ruang tunggu antara A3 dan A1 penerbangan domestik ini. Sambil sesekali merekam video untuk channel youtubeku @andriekw. Lalu teringat bahwa kopi dalam tumbler masih tersedia. Ya sudah cari kursi di sudut yang agak sepi dan segera beraksi. Keluarkan kopinya dan gelas kaca, tuangkan. Video dulu baru sruput nikmati dan itupun di video juga. Srupuut.

Setelah 20 menit berlalu, akhirnya panggilan masuk ke pesawat telah tiba. Maka kami berbondong – bondong menuju pesawat Super Jet Air ini untuk menduduki kursi masing – masing penumpang sesuai nomor kursi yang tertera di tiket masing – masing.

Apakah ada drama lagi?”

Sebuah pertanyaan penting yang akan dijawab oleh tulisan selanjutnya di blog ini. Bagaimana mau menuliskan kisahnya hingga turun di Bandar udara Kualanamu Medan. Khan sekarang masih di pesawat dan menunggu sang pilot mendaratkannya. Tunggu ya. Wassalam (AKW).

MENULIS DIATAS LANGIT

Menulis itu bahagia, apalagi menulisnya di atas awan

LAUT JAWA, akwnulis.com. Perjalanan menjelajahi udara dengan pesawat Airbus A320 ini menjadi pengalaman perdana pasca covid19 melanda dunia, maka ekspresi berbagai rasa sudah terangkung dalam tulisan sebelumnya yaitu  AKHIRNYA TERBANG LAGI.

Mengapa perjalanan dengan pesawat menjadi menyenangkan buatku?”

Tentu saja menyenangkan karena ada kesempatan untuk berkonsentrasi membuat tulisan tentang berbagai hal, meskipun tetap frame utamanya adalah tema NGOPAY & NGOJAY, yaitu sekitar cerita kopi, ngopi dan ngopi serta hal hal yang terkait dengan ngojay (berenang). Bisa berenang di kolam renang, pinggir pantai, sungai, kolam ikan ataupun di bathtube hehehe… bukan berenang ini mah tapi berendam.

Tentu full doa, karena harapan keselamatan menjadi utama. Agar bisa kembali ke rumah dan bersua bersama keluarga tercinta. Momentum take off dan landing jangan dijadikan momen menulis, tapi saat kontemplasi tentang betapa tidak berdayanya kita, manusia tanpa campur tangan Allah yang maha kuasa. Artinya kuatkan doa dan niat bahwa perjalanan ini adalah bagian dari ibroh sambil memaknai kekuasaan Illahi.

Nah kalau pramugari sudah mulai hilir mudik di koridor, saatnya menulis di note smartphone. Eh jangan lupa dari sebelum take off, mode airplane sudah on dan sementara terputus dengan dunia luar. Langsung menulis ya jangan bobo, kalau mau bobo mah di rumah aja heuheuheu. Kecuali bobo eh tidur memejamkan mata ini adalah teknik mengusir ketakutan karena pobia ketinggian, karena jelas ini tinggi sekali yakni 35 ribu kaki diatas permukaan laut, tepatnya laut Jawa.

Maka mulailah menulis, satu kata dua kata hingga akhirnya hasilkan kalimat berbuah karya. Tapi ingat, jangan dulu di upload di blog http://www.akwnulis.com dulu, karena hal ini perlu koneksi internet yang otomatis menyalakan akses jaringan telepon seluler dan berpotensi mengganggu jalur komunikasi penerbangan.

Menulis apa?”

Nah ini sih diserahkan kembali kepada jempol dan kata hati. Apa yang terasa itulah yang menjadi buah kata. Jangan berfikir ideal, biarkan saja mengalir tanpa banyak berfikir bahwa ini layak atau tidak layak. Menulis dan menulislah.

Saking asyiknya menulis tidak memperhatikan ibu yang disebelah kiri kursi wajahnya putih bukan karena perawatan, tapi ternyata stres karena takut ketinggian jadinya pucat pasi. Konsentrasi menulis sedikit terganggu karena suara safety belt ibu itu yang ngak bisa terkunci terus.

Trek, trek… terlihat ibu itu panik. Pas diperhatikan wah posisinya salah. Maka sambil menengok ditegurlah perlahan, “Maaf bu, itu posisinya terbalik”

Ibu itu mendongak, lalu mengikuti intruksi dan ‘trek‘ safetybeltnya terpasang sempurna. Ibu wajah putih pucat itu perlahan memerah.

Terima kasih ya dik”
Sama-sama bu”

Sebelum menulis dilanjutkan ternyata pramugari lewat di lorong penumpang sambil menawarkan berbagai sajian makanan dan snack serta minuman. Langsung pesan, “Kopi hitam tanpa gula satu ya mbak”
“Oke pak, 15 ribu”

Tring….. tak sampai satu menit, secangkir kopi sudah tersaji. Menemani perjalanan terbang perdana ini. Ngomong- ngomong terbang perdana dan bersejarah, maka ingatan bergerak di 4 tahun silam, inilah catatannya HISTORICAL FLIGHT KERTAJATI.

Melengkapi sajian kopi dan cara menikmatinya, dari saku jasket dikeluarjan gelas pyrex mini kesayangan. Lalu dari cangkir kertas perlahan tapi pasti dituangkanlah cairan coklat ke gelas kaca. “Eh kok nggak hitam ya cairannya?”

Coba dinikmati, srupuut… oalah ternyata kopi dan krimer tapi tanpa gula. Ya sudahlah lanjutkan saja srhputannya. Kepikiran mau komplen, eh tapi ini kan di pesawat. Ya sudah segini juga lumayan. Kalau mau minum kohitala manual brew V60 dan hangat, ya bekel sendiri atuh. Jadi ingat penerbangan tahun 2019, itu sengaja bawa kopi hangat dan dinikmati dipesawat ini tulisannya Ngopi HALU DI LANGIT.

Ya begitu dulu ya tulisannya, jadi sekali lagi kalau naik pesawat jangan lupa berdoa dan manfaatkan waktu tanpa koneksi dunia ini dengan menulis bagi yang suka nulis. Kalau yang suka tidur ya bobo, yang suka makan ya ngunyah aja terus tapi jangan lupa tawarin penumpang kanan dan kirinya siapa tahu laper juga hehehehe. Karena tentu saja kesenangan masing-masing orang itu berbeda.

Selamat beraktifitas dari hari kamis ceria. Wassalam. (AKW).

TERBANG lagi.

Alhamdulillah, bersua kembali dengan udara eh bandar udara.

JAKARTA, akwnulis.com. Ketika kaki perlahan menjejak di area keberangkatan bandara cengkareng atau soekarno hatta ini, ada perasaan yang bercampur baur. Rasa senang karena akan kembali terbang dengan pesawat begitu menguat. Namun terselip rasa hawatir jikalau tidak lolos metal detektor dan harus bulak balik diskusi dengan petugas bahwa titanium yang terpasang di kaki kiri adalah bagian dari penyembuhan tulang yang patah. Juga hadir sejumput sedih jika mengingat beberapa tahun lalu praktis tidak bisa kemana-mana dengan alasan keselamatan akibat ancaman virus covid19.

Terasa seperti kembali menjadi orang baru yang akan naik pesawat dan exited bingit pas masuk bandara. Terasa ada kebahagiaan tersendiri disaat proses tiket otomatis dengan bermodal kode booking, lalu antri untuk menitipkan bagasi hingga bergerak untuk pemeriksaan selanjutnya menuju keberangkatan pesawat.

Pas memasuki pemeriksaan detektor logam, jantung sedikit kencang berdenyut. Khawatir urusan logam di kaki kiri menjadi hambatan. Ternyata pertanyaan signifikan sang petugas adalah,

Minta data vaksin ke3 di aplikasi peduli lindungi”

Maka segera smartphone disodorkan, dilihat sekilas, cocokkan dengan data. Tring. Selesai. Tiket dicetak dan berada di tangan, “Woooi, jadi terbang!” Sebuah teriakan dalam hati.

Selangkah demi selangkah mendekati metal detektor, arloji dan ikat pinggang sudah ditanggalkan, kecuali harga diri tetap dipertahankan. Semuanya Disimpan di kotak plastik kecil untuk masuk pemeriksaan. Setelah itu berdiri antri menuju metal detektor pemeriksaan diri.

Selangkah
Dua langkah
Lewati metal detektor.
Sepi.

Jadi penasaran, balik lagi deh dan mengulangi gerakan tadi. Satu langkah dua langkah memasuki metal detektor. Sepi juga, Alhamdulillah. Ternyata titanium yang tertanam di kaki kiri tidak menjadi masalah. Hayu bergerak.

Tiket di tangan coba dibaca, penerbangan ini di Gate 21. Ternyata Gate 21 di Terminal 3 itu sungguh terasa jauh tapi dekat. Jauh karena kondisi kaki kiri yang tidak boleh dulu beringsut dengan cepat dan cekatan sehingga menjadi ‘andalemi’ dan bergerak perlahan tapi pasti. Untung saja check innya lebih awal sehingga waktu menuju boarding masih cukup lama. Nah terasa dekat karena semangat memulai kembali petualangan tugas baru dengan menggunakan pesawat, jadi pengen cepet cepet hehehehe.

Akhirnya seiring pemeriksaan terakhir dengan memperlihatkan KTP dan tiket, langkah pasti menuju garbarata yang menjadi penghubung area bandara dengan pesawat Airbus A230  untuk mengantarkan raga meninggalkan pulau jawa. Selamat terbang kembali diriku. Wassalam (AKW).

Hujan di Malam lara.

Malam temaram berpadu hujan.

Photo : Temaram di Belakang / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Malam ini terasa temaram ditemani gemericik air hujan yang bercengkerama dengan dedaunan. Sebuah rasa melesat ke angkasa dan memandang alam sekitar tidak sehinggar bingar dan terang benderang seperti biasanya.

Sebuah rasa khawatir menyeruak di dada, “Apa yang sebenarnya terjadi kawan?”

Benarkah alam dunia sedang menyembuhkan dirinya dan mengingatkan kepada manusia bahwa kita semua hanya menumpang sementara saja sehingga tidak boleh semena-mena terhadap dunia?

Sebongkah tanya hadirkan beraneka penasaran dan memaksa kumpulkan cerita dan informasi yang bertebaran di jagad maya. Hasilnya ternyata luar biasa membingungkan, mana yang hoak mana yang kabar burung berkelindan dengan teori kontipasi yang berujung pada kengerian dan kebingungan. Medsos dan jagad maya menyajikan limpahruahan informasi yang mungkin nirfaedah…. ahh pusiiing.

Lebih baik sementara kembali dari langit menjejak bumi, menikmati gemericik hujan yang bercumbu dengan dedaunan. Memberikan harum tanah yang tak bisa dilukiskan. Biarkan rasa syukur melingkupi jiwa dan menyadarkan raga, karena ternyata nikmat bisa tetap menjalani kehidupan seringnya terabaikan sehingga kita lupa kepada sang Maha Punya… Allah Taala.

Sepakat tidak sepakat, ini bukan lagi wacana tetapi sudah nyata di hadapan mata. Jadi mari nikmati dan syukuri apa yang ada dan jangan lupa berbagi dengan saudara kita diluar sana yang mungkin tidak seberuntung kita. Semangaaat, Wassalam (AKW).

Melayang & Berenang di Pangandaran.

Mari melayang dan berenang kawan…. jump.. jebuur.

Photo : Melayang dulu… / dokpri.

PANGANDARAN, akwnulis.com. Bermain di pantai menjadi menu andalan di kala raga beredar disini, kawasan wisata Pangandaran. Meskipun pagi harinya sedikit galau karena bersua dengan kesedihan, tetapi terlalu terlarut dengan kesedihan bukan cara terbaik menjalani hidup, monggo baca KOPI & PILU.

Sedih dan pilu itu manusiawi tapi tak usah berkepanjangan, hayu beredar di pantai dan merengkuh kesegaran.

Move… move.. move.

Tanpa banyak basa-basi, segera berlari ke pantai disambut hembusan angin kencang dan panasnya pasir putih karena menyimpan kekuatan yang dikirim via sinar mentari sedari tadi.

Dikala akan mencapai bibir pantai, baru tersadar bahwa stelannya masih cocok buat rapat, bukan mantai…. oww dilema.🤣🤣🤣😂🤣🤣

Moo balik ke hotel pasti lama lagi, moo nyebur juga bakalan aneh, masa celana kain dan sepatu resmi dipake berenang… mikir dulu donk.

Akhirnya berubah pilihan tapi tetap mantai, segera ajarkan ilmu (seperti) terbang kepada anak magang yang cepat menyerap ilmu dan penuh keingintahuan, yuk kita levitasian.

Panasnya pasir pantai tidak menjadi halangan untuk berulang kali meloncat dan mengikuti petunjuk :

1… 2… 3… jump….

tentu dengan gaya yang seakan tidak meloncat.

…. Ribet amat sih bro’

“Kalem, no pain no gain pren”

Maka meloncatlah dengan wajah tanpa ekpsresi, seakan tidak ada aksi yang terjadi.

Jump… Cetrek

Jump… Cetrek.

Berhasill…….

Meskipun tidak bisa mengambang terlalu jauh, tetapi jarak dengan pasir pantai tercipta dan efek melayang terwujud sudah, Alhamdulillah.

***

Photo : Swimming pool Suryakencana Hotel Pangandaran / dokpri.

Setelah puas bercengkerama dengan panasnya pasir pantai, maka bergegas kembali ke hotel tempat memginap, namanya Suryakencana Hotel.

Langsung bergegas ke lantai 3 dimana kamar yang menjadi.hunian sementara berada. Gerakan pertama tentu berganti stelan, dari sepatu pantofel menjadi sendal gunung aneka situasi, celana renang, kemeja pantai warna-warni dan tidak lupa kacamata hitam.

Tapii…… ke pantai masih panas terik, jangan sampai kulit wajah hasil perawatan jadi kembali kusam….ahaaay

Berubah rencana, jadinya turun ke lantai bawah menuju kolam renang hotel saja. Tersedia kolam renang berair biru jernih, kedalaman 1,5 meter dan juga ada sisi dangkal untuk anak-anak. Ditemani kerindangan pohon yang asri, semakin mempercepat raga unyuk segera bercengkerama dengan kesegaran air tawar di kolam renang sebelum nanti dilanjutkan dengan diskusi bersama air laut yang penuh sensasi.

Jeburr!!!!

Photo : Swimming pool Hotel Suryakencana / dokpri.

Segar menyelimuti raga dan seluruh permukaan kulit serasa disentuh secara bersama-sama, hadirkan ketenangan dan mendorong kelenjar syaraf pusat dan kelenjar hipofisis memproduksi hormon endorphin lebih cepat.

Rasa senang dan bahagia hadir tanpa jeda, kesegaran juga hadir merata, kemooon… jangan lupa bahagia. Wassalam (AKW).