Kopi Arabica Thailand.

Mengeksekusi eh ekstraksi Kopi Arabica dari negeri gajah putih…

Photo : Sajian Manual brew V60 arabica ti thailand / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Bergerak dalam rutinitas kesibukan adalah ritme kehidupan. Tetapi cara mengisi waktu masing-masing orang adalah sebuah seni tersendiri. Jadi mari maknai waktu 24 jam sehari ini dengan kesibujan masing-masing, tapi harus ingat bahwa keseimbangan itu penting.

Begitupun dengan tulisan ini, bukan menjadi beban tetapi… sebuah tantangan bahwa inilah salah satu bukti ‘my time’, yang bisa saja terlewat begitu saja karena keasyikan bekerja…. atau berbincang dengan rekan, atasan, tamu, bawahan, orang tidak dikenal.. kenalan dulu, …….ngaler ngidul dan…… waktu bergerak terasa begitu cepaat…

Jadi…. kembali kepada slogan, ‘ngopay dan ngojay‘, saatnya ngopay bray….

Kali ini kesempatan mengeksekusi eh.. mengekstraksi bean kopi dari Thailand,…. makasih banget Mr Al dibawain jauh-jauh nich,… ayo kita cobaa…

Dari bungkusnya terlihat cukup simpel, tadinya disangka gambar berlian… ditilik-tilik… ternyata itu mesin roasting kopi.. bener khan?…

Lanjut ah… setelah diphoto bungkusnya lanjutlah dengan menggunting perlahan.. dan yeaah… biji-biji kopi terlihat dan.. agak bersinar???…. coba di lihat lebih seksama… seperti berminyak..

Agak aneh juga, tapi mungkin saja memang begitu…

Nggak usah bingung.. eksekusiii… grinderr dipasang ukuran coarse, terrrrr!!!!!…

Air panas sudah mendidih, filter siap di corong V60… kemon guys.

Bubuk kasar kopi sudah siap di corong V60, pasrah menerima proses ekstraksi yang akan mengubah diri.

Curr……

Photo : Ini bungkusnya / dokpri.

Tersajilah cairan hitam yang menyimpan harapan, sedikit aroma khas kopi hadir menyentuh ujung penciuman.

Perlahan tapi pasti, sruputan time…. cairan kopi arabica dari thailand ini menyentuh lidah dan lorong mulut. Membekaskan sebuah catatan penting, bodynya bold alias pahit mendekati rasa khas robusta… kelihatannya proses roastingnya dark roast sehingga yang hadir dominan bodynya, sementara acidity minimum meskipun taste kopinya hadir selarik dan selapis tipis.

Secara keseluruhan, performa yang hadir masuk ke penilaian lumayan dan biasa, tetapi……. yang mahal dan tak ternilai adalah perhatian dan silaturahmi dari seorang kawan, sekaligus sebuah nilai pengalaman untuk berkesempatan bisa mencoba mengolah, menyeduh dan mengekstraksi kopi lalu menikmati dan akhirnya menulisi… eh menuliskan sebuah cerita tentang prosesi seduh kopi arabica dari negara tetangga, sekali lagi makasih Mr. Al.

Sisa seduhan kopi masih tersaji diatas bejana kaca. Perlahan tapi pasti akan segera habis seiring waktu yang tak pernah mau berhenti.

Wilujeng ngopay Bray, Wassalam (AKW).

Kopi Lembang Pak Ali.

Ngopay kopi dari pak Ali…..

Photo : Nyeduh kopi sambil ngasuh / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Tanggal merah ditengah minggu tentu menjadi anugerah, bisa dimanfaatkan untuk mencurahkan perhatian kepada anak semata wayang juga pasti kepada ibunya.

Tapi tetap, ngopay jalan terus. Peralatan manual brew V60 sudah siap di rumah dan di kantor. Sehingga tidak perlu dibawa kesanah kesinih…. cukup bermodal niat, kesempatan, kopi bubuk dan air panas 90°… maka bisa ngopay dengan nikmat.

“Trus sama anak gimana?”

Sebuah pertanyaan yang menarik, tapi itulah indahnya mengasuh anak sambil ninyuh… eh sambil nyeduh kopi ala manual… maka pola seni dan kompromi yang dimainkan.

“Gimana caranya?”

“Bentar atuh… sekarang pilih dulu, kopi mana yang akan diseduh manual”

“Ayahhh…..!!!, hayu main di kotak” rengekan manja anak princes segera disambut dengan anggukan dan senyuman.

Horeee!!!,

Binar berjingkrak kegirangan. Raga ini beringsut menuju ‘kotak‘, selembar karpet tebal yang berisi mainan dengan pagar plastik yang terbuka. Sebagai wilayah demarkasi untuk bermain dan berkreasi sang anak tercinta.

***

Jadi….. nyeduh kopinya sambil ngasuh. Sehingga kompromi terjadi… gambar proses seduhan kopi yang tadinya hanya kopi diatas corong V60 dan bejana saji serta gelas kecil kaca kesayangan, harus bersanding dengan warna warni ceria dari mainan disney yang ada yakni donald duck yang lagi boncengan sama mickey mouse.

Eh ternyata photo sajian kopinya jadi aneka warna. Ngasuh jalan dan ngopaypun tetap terlaksana, kehidupan terus berjalan.

Kali ini hadir kopi tanpa label, pemberian dari Bapak Ali yang punya sendiri kebun hingga produk kopi dari daerah Lembang… disaat bersua minggu lalu, memberi sebungkus kopi bubuk ukuran kira-kira 200gr.

Alhamdulillah, milik tah….

Photo : Manual brew v60 kopi pak Ali / dokpri.

Sore ini di eksekusi dengan fi-sixti, suhu air 89° celcius dengan komposisi 1:1, yups.. 30gr beradu dengan 300 ml air….. jreng jreng.. tes.. tes.. tes.

Dikala bungkus coklatnya dibuka, rasa harum aroma kopi terasa menyambar penciuman. Ada rasa buah yang muncul tapi sulit mendefinisikan, pokoknya selarik banyangan rasa manis hadir dalam sekejap.

Penasaran….. setelah tetesan air seduhan tertampung sempurna. Pindah ke gelas duralex kecil… srupuuut…

Hei…. rasanya enak kawan. Body medium cenderung boldnya menyisakan after taste yang ninggal diujung lidah belakang, meskipun tidak lama tapi berpadu dengan acidity medium khas kopi arabica menambah nikmat ngopay sore ini. Dari sisi tastenya ada selarik rasa lemon, dan kakao plus setipis rasa karamel.

Ah takut salah… coba sruput lagi…. slurp.. slurpp….

Enak euy… dikala temperaturnya menurun. Body dan aciditynya menguat… pahitnya sedikit meningkat tetapi makin nikmat. Karena pahit asamnya sajian kopi bisa mengurangi dan menutupi pahit asamnya kenyataan hidup…. eaaaaa, apa seeeh kamuuh.

Sruput lagii…….

Hatur nuhun Pak Ali, wilujeng ngopay bray. Wassalam (AKW).

***

Kopi Adrenalin

Menikmati kopi sambil deg-degan… mau?

Photo : Kopi Adrenalin / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Beranjak siang terasa perlu penyegaran sementara meeting terus berlanjut seolah semua masalah diharuskan tuntas segera. Padahal semua masalah ada jamannya dan kekompakanlah yang akan mengakselerasi penyelesaiannya.

Tetapi tetap, secangkir kopi berharap bisa melengkapi. Menghadirkan nuansa ke-mood-an yang bisa menggugah cipta karya dan karsa menghasilkan pemikiran penuh makna.

Bukan berarti kopi adalah segalanya, tapi segala aktivitas ternyata selalu hadir kopi dengan aneka varian bentuk meskipun tetap fatsun bahwa #tanpagula adalah keharusan, wajibbbb hukumnya.

Nah…. sekarang bersua dengan sebuah kopi yang bernama ‘adrenalin coffee’….. woaaaah apa ituuuu?

Nich gambarnya….

***

“Ah itu mah kopi biasa”

Coba perhatikan lebih dekat…..

“Woaaah itu dibawah jalanan yaa?.. mobil2 dan orang?… tinggi banget coy”

Kawan sebelahnya menimpali, “Ah biasa yang gitu mah.. hati2 hoax”

Hanya senyum simpul yang menjadi jawaban awal. Lalu diberikan penawaran untuk ngopi bersama di tempat itu dengan tema kopi Adrenalin.

“Ayo kita lihat, saya masih nggak percaya!!!!”

“Ayo”

Maka berenam kami bergerak menuju lift hotel dan memijit lantai tertinggi, lantai 18.

***

Tatkala pintu lift terbuka, sentuhan angin belum terasa. Tetapi sesaat belok kiri dan memasuki ruangan lounge lantai 18 maka terpampang hamparan rumah dan gunung-gunung yang mengelilingi danau purba cekungan bandung.

Terlihat keempat rekan agak terdiam, tapi didorong untuk terus maju dan melewati jajaran sofa empuk yang menghadap ke arah datangnya angin kehidupan.

Tibalah pada hamparan lantai kaca yang memberi sensasi adrenalin bagi yang takut ketinggian. Menjejak lantai kaca di lantai 18 adalah sesuatu yang berbeda.

Photo : Berpose sambil nyorodcod / dokpri.

Sehingga hal yang wajar jikalau kopi yang diphoto pada tulisan ini memang diberi label ‘Kopi Adrenalin’, meskipun sebenarnya adalah sajian Americano coffee ala Lounge lantai 18 Trans luxury hotel di daerah Gatot subroto Bandung.

Jangan lupa, jauhkan gula dekatkan rasa. Sambil menikmati sensasi melayang di udara.

“Iya euy, butuh adrenalin dan keberanian untuk berdiri di lantai kaca ini, mungkin harus sambil ngopi…” bergetar suara kawanku sambil terlihat lututnya ‘nyorodcod‘… eh gemeteraaan maksutnyaa….. ditimpali tertawa segar dari kawan-kawan lain yang sudah lulus uji adrenalin ini. Kemon Ngopaay, Wassalam (AKW).

Kopi Kompetensi Pemerintahan

Antara minum kopi dan tes kompetensi, yuuk.

Photo : Sajian dopio di ketinggian / dokpri

CIMAHI, akwnulis.com. Angin bergerak agak tergesa di dataran tinggi wilayah Cimahi Utara. Menemani kumpulan manusia yang memiliki keinginan untuk menambah wawasan tentang ‘Kompetensi Pemerintahan’.

“Naon eta?”

Sebelum terlalu jauh membedah tentang kompetensi pemerintahan maka perlu di charge dulu dengan secangkir kopi yang tentu mengugah hati.

Kopi double espresso alias dopio ditemani secangkir air putih penetral hati bikin semangat diakhir hari untuk bersiap mengikuti uji kompetensi.

Srupuut…. nikmaaat.

Pahitnya dopio eh double espresso bisa mengurangi sesaat rasa pahit getirnya kehidupan, melupakan beban dan pahitnya perpisahan eh perpindahan…. ih curhaat, dan mengembalikan semangat untuk tetap tegar menjalani kehidupan.

Sekarang kembali ke urusan ‘Kompetensi Pemerintahan‘, maka yang musti dibuka-buka kembali adalah dasar aturan yang berupa Undang-undang yaitu UU 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 233 dan ditindaklanjuti dengan Pasal 6 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2017 Tentang Kompetensi Pemerintahan.

Photo : Penjelasan tentang Kompetensi Pemerintahan/ dokpri.

Jreng… inilah 7 poin penting yang menjadi standar Kompetensi Pemerintahan, yaitu :
1. Kebijakan Desentralisasi
2. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
3. Pemerintahan Umum
4. Pengelolaan Keuangan Daerah
5. Urusan Pemerintah yang menjadi Kewenangan Daerah
6. Hubungan Pemerintah Daerah dengan DPRD, dan
7. Etika Pemerintahan.

… dan jangan salah, kompetensi pemerintahan ini adalah salah 4.. eh salah satu dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh pegawai Aparatur Sipil Negara yang menduduki Jabatan pimpinan tunggi, jabatan administrator dan jabatan pengawas pada perangkat daerah… yaitu :
1. Kompetensi Teknis
2. Kompetensi Manajerial
3. Kompetensi Sosial kultural
4. Komptensi Pemerintahan

Walah euy… jadi serius beginih…

Tapi bener juga, PNS eh ASN yang memiliki jabatan harus punya sertifikasi kompetensi sehingga kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan plus sikap para ASN memiliki standarisasi yang terukur dan jelas.

Udah ah yang seriusnya, sekarang makan siang dulu sebelum dilanjut lagi mulek bin pabeulit lagi dengan acara asesmen hari pertama ini.

Photo : Makan siang / dokpri.

Makan siang yang dipilih adalah sepiring kecil makaroni dan daun selada serta beberapa bongkah semangka… itu pencitraan guy.

Jangan terlalu percaya…. karena setelah itu sepiring besar semur daging, macaroni scotel, ikan, daging ayam plus sejumput capcay…. yummy.

Selamat makan siang kawan, Wassalam (AKW).

Kopi Ki Oyo – Rancah

Yuk seduh kopi robusta organik dari Ciamis…

Photo : Kopi Ki Oyo siap saji / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah wadah silinder hadir dihadapan, bergambar wajah orangtua dan disamping kanannya beberapa tangkai daun dan buahnya berwarna merah. Wuih itu khan gambar biji kopi mentah atau cerri, ini pasti kopi didalamnya.

Benar saja, tertulis “Kopi Ki Oyo” kopi khas Ciamis.

Dari packingnya yang sudah gaul abis menandakan semangat inovasi dan menyajikan produk patut diacungi jempol. Termasuk menurut ownernya, Pak Hendri. Produk kopi ini sudah masuk ke beberapa supermarket di Kota Tasikmalaya, ajib pisan nya.

“Ini berasal dari kebun kopi pribadi, milik keluarga pak, kami petik, sangrai dan digiling hingga di pakcing seperti ini. Ini untuk bapak, selamat menikmati kopi khas daerah Rancah Kabupaten Ciamis”.

Photo : Owner Kopi Ki Oyo, Mang Hendri / dokpri.

Tak ada kata menolak, selain ucapan terima kasih dan syukur atas kesempatannya menerima kopi khas keluarga pa Haji Oyo langsung dari ownernya. Nggak juga nanya harga karena ini diberikan gratis alias free…. Alhamdulillah yach.

***

Esok harinya di rumah, segera disiapkan peralatan seduh manualku. V60 dan kertas vilternya.. eh filternya, juga air panas 200 ml pada suhu 89° celcius mengekstraksi 30 gram kopi bubuk Ki Oyo sehingga menghasilkan sajian kopi harum alami. Kopi organik jenis robusta ini mengeluarkan aroma segar perkopian yang menenangkan pikiran.

Tanpa berlama-lama, maka hasil seduhan ini disrupuuut… sambil dinikmati. Bodynya yang tebal bikin mata terbelalak, aciditynya nyaris tidak ada… yaa karena memang jenisnya robusta. Tastenyapun lebih fokus kepada pekatnya rasa, tapi tetap enak untuk dinikmati.

Photo : Manual brew V60 Kopi Ki Oyo siap dinikmati / dokpri.

Packing yang pas dengan isi kopi bubuk halus 150 gr, dengan harga jual di online antara 40ribu sd 47ribu (cek via tokopedia dan bukalapak, soalnya klo nanya langsung ama ownernya nggak enak… takut malah dikasih lagi beberapa kaleng gratis… khan jadi gimana gituuuh).

Kopi Robusta ini cenderung lebih menarik dicampur gula atau susu, bagi yang tidak biasa dengan rasa kopi pahit, karena sudah jelas bahwa #tidakadaguladiantarakita. Untuk penikmat kopi tanpa gula, maka nikmatilah kepahitan kopi robusta ini dengan senyum penuh keihlasan….

Apalagi dapetnya free, tinggal seduh dan nikmati. Tidak lupa ucapkan terima kasih kepada yang memberi. Jangan kapok ya… eeeh kok malah minta lagi… yu ahh.. srupuuut.

Selamat beraktifitas di hari selasa pagi yang segar ceria, Wassalam. (AKW).

Arabica Papua di Tasikmalaya.

Menikmati kopi di kota Tasikmalaya…

Photo : Kopi & Bekjul / dokpri.

TASIKMALAYA, akwnulis.com. Adzan magrib akhirnya berkumandang, tepat beberapa menit setelah rapat ditutup dengan kesepahaman dan tentunya kesepakatan.

Tak berlama-lama, segera tunaikan shalat dan berkemas untuk kembali pulang setelah giat marathon meeting nonstop senin-jumat di minggu ini.

Dari mulai berendam di Subang, tidur di kamar nyem-POD di Stasiun gambir, hingga menikmati kopi kupu-kupu di Banten dan balik ke Bandung ditemani kopi reska di Kereta Api Argo Parahyangan hingga akhirnya sekarang terdampar di Kota Tasikmalaya.

Seminggu yang penuh dinamika, jangan ditanya cape dan tidak karena bukan untuk dikeluhkan. Jalani, syukuri dan nikmati.

Photo : Kopi papua siap dinikmati / dokpri.

Seperti saat ini, dihadapan telah tersaji Kopi Papua dengan metode Vietnam drip. Disebuah kedai kopi yang bernama Warung Kopi Lawas, artinya warung kopi jadul dengan interior cafe sedehana dan berdiri sejak tahun 2010 lalu..

Wuiih udah 9 tahun berarti yaa…

Lokasinya di sekitar mesjid agung Tasikmalaya, tepatnya di Jalan Empang No. 18 Empangsari Tawang Kota Tasikmalaya.

Photo : Daftar menu warung kopi lawas / dokpri.

Sajian menu bervariasi dan kopinyapun beraneka macam, dari mulai kopi jabar hingga aneka kopi nusantara. Tadinya moo pesen kopi arabica ciwidey, eh ternyata abis. Jadinya kopi arabica papua dech.

Didalam warung tersedia meja-meja coklat dan disampingnya ada juga ruangan ngopi plus di halaman… di trotoar juga disediakan meja kursi… cocok buat kongkow sambil ngopay, memperhatikan lalulintas jalan dan orang yang melintas menyusuri takdir kehidupan.

***

Photo : Suasana di halaman warung / dokpri.

Setelah bersabar menanti tetesan terakhir dari drip diatas cangkir, maka sruputan perdana menjadi penting…. srupuuut.

Woaah nikmat kawan, bodynya medium bold dan aciditynya masih terasa meskipun tidak terlalu asem. Tastenya hadir selarik berry dan…. harumnya kopi papua ini lumayan menarik hati. Ditambah dengan suasana yang menyenangkan, termasuk disaat akan mempotret secangkir kopi ini ternyata backgroundnya motor merah masa lalu, jelas konsep jadul warung kopi ini makin terasa.

Photo : Tempat pesan di warung kopi lawas / dokpri.

Sajian menu lainnya, ada juga roti dan teman2-nya, tapi dengan waktu yang terbatas maka ngopi hitam papua tanpa gula saja yang menjadi pilihan.

Trus di seberangnya ada juga Cafe Ara. Hanya saja tidak ada kopi yang disajikan manual. Hanya kopi versi mesin yang tersedia yaitu espresso, dopio, longblack dan americano plus latte dan coldbrew. Akhirnya hanya sayhello saja….

Tetapi yang pasti rasa kopi papua ala warung kopi Lawas bisa sedikit mengobati kerinduan mengopay manual ditengah berjibakunya tugas dan pengharapan. Wassalam (AKW).

Kopi Kupu-Kupu.

Hati-hati dengan merk kopi.

Photo : Kopi Kupu-kupu / dokpri.

SERANG, akwnulis.com. Tadinya agak bingung juga dikala ada penawaran untuk menikmati kopi kupu-kupu.

“Kakak mau nyoba kopi kupu-kupu?”

Sesaat terhenyak dan menjawab tergagap, “Mau… tapi itu kopi beneran?”

Terlihat seringai bibirnya lalu tertawa tertahan, “Ini kopi biasa Kak, emangnya Kakak pengen kopi kupu-kupu apa?”

Giliran diriku tersipu, wah cilaka entar disangka pengen kupu-kupu yang lain. Padahal diriku paling suka melihat kupu-kupu, baik yang besar seperti kupu-kupu sirama-rama gajah (Attacus Atlas) yang berasal dari ulat hijau mahoni yang berwarna hijau serta ukuran cukup besar ataupun aneka kupu-kupu kecil yang bermacam warna.

Tetapi setelah dijelaskan maka kekhawatiranku sirna. Karena kupu-kupu disini adalah merk dari produk kopi bubuk yang dikemas 1 sachet sekali seduh dengan berat bersih 6 gram-an. Dibungkus dengan plastik warna kuning dan cap serta tulisan kupu-kupunya berwarna merah.

Kopi bubuk kupu-kupu ini diproduksi di daerah kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Kupu-kupu yang dikhawatirkan adalah kupu-kupu beneran yang termasuk kedalam ordo ‘lepidoptera‘ atau ‘serangga bersayap sisik‘, beda lagi jikalau ‘kupu-kupu malam’, kupu-kupu ini diyakini super akrab dengan yang namanya kopi hitam dalam kehidupannya yakni dalam kehidupan malam hehehehehe.

Bicara kopi harus sambil dinikmati, maka tanpa banyak waktu berarti, segera diseduh ala tubruk aja karena sekarang lagi meeting dengan tema ‘Singkronisasi‘. Begitupun bubuk kopi kupu-kupu harus singkron dengan guyuran air panas sehingga dihasilkan sajian kopi terbaik ala Rangkasbitung Banten.

Currrr…. kocek.. kocek, jangan lupa #hindarigulakarenakamisudahmanis maka kita tunggu…..

Jreng…. secangkir kopi tersaji. Mantaaabs, tanpa banyak tanya langsung tiup dqn sruput…. nikmaaat. Rasanya seperti kopi… “Eh gimana seeh?, ini khan kopi!!!”

Maksutnya nikmat kopi biasa tersaji dengan body ringan, less acidity dan less taste tetapi ada sedikit keharuman yang membantu menjaga mood untuk terus berbincang tentang masa kini dan tantangan masa depan. Selamat ngopay bray, Wassalam (AKW).

Mengambil Posisi

Menerawangi hari yang penuh misteri.

Photo : Menanti Mentari disini / Dokpri.

SUBANG, akwnulis.com. Dikala rembulan mentahbiskan diri mengurus malam, maka mentaripun setia menjaga siang tetap penuh kehangatan. Kesamaan dari keduanya adalah memberi secercah terang dan menjadi gantungan harapan dalam perjalanan kehidupan.

“Tidak bisa kakak, bulan itu tidak seterang mentari, bulan itu hanya memantulkan cahaya mentari dari punggung bumi”

Sebuah sanggahan yang tidak untuk diperdebatkan. Biarkan rembulan bercahaya dan menjadi pegangan di malam hari. Bukan sumber cahayanya yang menjadi sasaran utama, tetapi fungsi cahaya yang membelah gelap menjadi secercah harap.

Terkadang jikalau konsentrasi sedang membumi maka sangat mungkin di malam purnama bersua dengan ‘Nini Anteh dan kucingnya Candramawat’. Saling berbagi cerita sambil berkejaran diantara awan tipis atau bintang yang juga nimbrung membahas gosip keduniaan.

Esok harinya, mentari kembali beraksi menghangatkan bumi. Menebar keberkahan dan kebahagiaan bagi mahluk Tuhan. Allah SWT yang memiliki maha otoritas, dan mentari sebagai alat. Muncul tepat waktu dalam rutinitas yang presisi, tidak pernah ingkar janji meskipun terkadang awan hitam menutupi.

Photo : Mentari mulai menghangati hari / dokpri.

Begitupun jiwa dan raga ini, setelah menentukan posisi maka sebuah konsekuensi menjadi bagian dari janji. Pelajari tugas dan fungsi, jalani senada dengan regulasi. Jangan lupa siapkan rencana aksi untuk wujudkan hasil yang serasi.

Kalau urusan reaksi, itu pasti. Perubahan selalu diiringi dengan keadaan yang dianggap oleh sebagian pihak sudah hakiki. Padahal perubahan itu yang pasti, Hayu Jalani dan mari beraksi.

Hayuu.. beraksi!!!

“Ada kopi?”

Ada dong, ini kopi rasanya unik bin beda lagi. Dengan sentuhan air panas 87° celcius dan takaran tetap 1:15 maka bisa tersaji sebuah kopi yang mengeluarkan rasa cola sarsaparila.

“Halah apa itu?”

Itu tuh, klo kita minum cola (dulu… waktu sebelum insyaf hehehehe)… ada rasa pahit sepet diantara manisnya cola, diantara ‘nyereng’-nya itu ada rasa khas sarsaparila.

Ah kamu mah ngarang!”

Entahlah, tapi yang pasti selarik rasa itu muncul dan mirip asem pahit buah plum serta pahitnya teh hitam. “Mau tahu kopinya?”

“Mau mau mauu”

Photo : Flores Yellow Island coffee V60 / dokpri.

Ini dia, Flores Yellow Island by Kuro Koffee, disajikan dengan metode V60 manual brew… mangga gan.

Akhirnya mentaripun kembali menyerahkan tampuk cahaya kepada rembulan karena malam mulai menjelang. Urusan kopi dan posisi terus berjalan, perlahan tapi pasti menikmati malam sambil ngopi dan memgumbar lamunan.

Hatur nuhun, selamat beraktifitas guys, Wassalam (AKW).

***

Ethiopia Flower Valley Coffee

Menikmati kopi Ethiopia, disini.

Photo : Sajian Manual V60 Kopi Ethiopia Flower / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Bergerak ke area atas Kota Bandung tepatnya di daerah Ciumbuleuit, kembali menjadi coffee hunter. “Gaya pisan nya?”…. Tapi itulah salah satu makna menjalani hidup, kerjakan rutinitas, jalani kehidupan apa adanya tapi jangan lupa jikalau kesempatan itu datang maka mampirlah ke tempat kopi… maksutnya kedai, cafe, resto atau angkringan sekalipun… yang penting ada kopinya.

“Trus yang nggak suka kopi gimana?”

“Ya nggak maksa, ini khan pilihan hobby. Moo ikutan ya monggo. Kalaupun nggak… ya sudah…”

Nah tulisan kali ini tentang… kopii lagiii, “Jangan bosen guys”

Kopi yang dinikmati sekarang adalah kopi Ethiopia flower valley, dengan Baristanya anak muda bernama Nicolas, gitu tadi pas kenalan.

Dengan metode seduh manual V60 maka sang barista beraksi. Panas air 87° celcius dan komposisi 1 : 15 maka berproseslah pembuatan kopi yang mengklaim diri membawa aroma bunga dan tentu dengan rasa khas yang membuat penasaran calon penikmat rasa.

Photo : Setelah pintu masuk, begini penampakannya / dokpri.

Tahapan pembuatan manual terus berproses, hingga akhirnya prinsip ekstraksi terus terjadi dan amenghasilkan cairan coklat kehitam terangan yang harum melegakan… kemoon ngopaaay.

“Eh ngomong-ngomong, ini dimana tempatnya?”

“Jiaa hahahaha, lupa nggak cerita, ini di cafe ‘Kopi hitam’ jalan Ciumbuleuit, diatas kampus UNPAR”

“Ada gitu Cafe “Kopi hitam” disitu?, perasaan nggak ada ah!!” Kawanku menyela sambil dahi berkerut seakan tidak suka dengan jawabanku yang dianggap seenaknya. Padahal memang dia tau banget, daerah sini karena rumahnya di area Hegarmanah.

“Nih… kopi hitam itu dalam bahasa jepang disebut ‘KURO KOFFEE’…

“Ah tipu kaaaau, kalau cafe itu aku tahu, dasar Kaaau!!!!”

Yups, Kuro Koffee adalah cafe yang cozy, tempatnya cocok buat kongkow dan belajar, atau bahas project bersama kawan-kawan. Tempatnya luas dan miliki pilihan tempat duduk tergantung kebutuhan. Ada meja besar yang bisa dipake bareng-bareng. Juga meja kecil di lantai 2 yang no skoning eh no smoking area.

Trus di area halaman belakang ternyata luas dengan hamparan rumput hijau dan beberapa pohon besar dilengkapi beberapa kursi dan meja batu yang fungsional, asyik juga.

Klo bicara akses masuk, maka ke cafe ini tidak terlihat sama sekali aktifitas di dalam. Tetapi setelah masuk… woaaah ternyata banyak oraang dan beragam aktifitas.

***

“Silahkan om Coffee ethiopianya!” Sebuah sapaan yang sudah dari tadi di nanti.

Disajikan dengan botol saji warna bening dan gelas khas, gelas bening yang simpel.

Photo : Suasana taman belakang Kuro Koffee / dokpri.

Segera dituangkan ke gelas dan… Srupuuut!!!

Wuiiih wangi floralnya bener-bener kerasa…. segerr.

Bodynya medium dan aciditynya juga menengah, after tastenya masih bisa tertinggal disudut bibir sebelum hilang melarut dalam cairan lambung. Yang pasti aroma floralnya yang bikin seger dan adem serta disitu uniknya.

Over all, rasanya nikmat dan bisa bikin sedikit relaksasi dari tekanan kehidupan yang mendera… ih apa seeh.

Gitu dech, cerita singkat ngopay di salah satu cafe di Ciumbuleuit Bandung, selamat jam seginiih. Wassalam (AKW).

Cawene Coffee

Mendung menggelayut, nyeduh kopi bikin terhanyut.

Photo : Cawene Coffee siap dinikmati / dokpri.

CiMAHi, akwnulis.com. Pagi sedikit mendung disaat mentari malu-malu menampakkan diri, mungkin berlanjut hingga siang hari nanti. Cuaca menjadi nyaman jikala nanti mau berjalan-jalan di siang hari, tanpa khawatir sengatan panas yang mengganggu proses pengelupasan kulit muka, maklum lagi perawatan… awwww.

Enaknya ngapain yaaaa?”

Sebuah pertanyaan yang sangat penting, karena akan menentukan gerakan tubuh selanjutnya. Apakah akan melepas selimut hidup yang sedang membungkus raga ini?.. atau tetap bercengkerama dalam tatap dan kelembutan yang halalan toyyiban?… kembali aneka opsi menjadi pilihan.

Ternyata, diskusi adalah cara efektif untuk menyamakan frequensi, membangun kebersamaan persepsi yang akhirnya berusaha bersinergi. Keputusannya adalah melepas sementara selimut dan beringsut menuju ruang tengah untuk menikmati kenikmatan hidup lainnya meskipun sebagian orang menyebutkan sebagai kepahitgetiran.

Apa itu kawan?”

“Yaaa…. Ngopaay.. eh seduh kopiii!!!”

***

Siang ini yang menggoda selera untuk segera dieksekusi adalah sebuah mahakarya, artisan coffee dari Garut Jawa Barat.. pasti arabica bean dengan label CAWENE COFFFEE.

Tanpa perlu berlama kata, maka air panas disiapkan, kertas filter, corong V60, glass server, timbangan, dan tidak lupa… ya kopinya atuhhh… eh bubuk kasar kopinyaa… Cawene coffee.

Setelah corong V60 berlafis.. eh berlapis kertas filter sudah dibasahi air panas, maka prosesi perseduhan manual kopipun akan segera dimulai…..

3 sendok makan bubuk kopi arabica Cawene…. yaa sekitar 20gr Cawene sudah pasrah menunggu sentuhan air panas 92° celcius. Mengucur perlahan, memutar melawan arah jarum jam. Aroma harum menyeruak, serpihan biji diseduh air telah membebaskan aroma yang terpendam dalam biji kopi Cawene ini…. aslinya harum pisan.

Gelas server Dugio300 menampung tetesan kopi hasil filterisasi manual brew V60 di pagi yang mendung ini. Perlahan tapi pasti mendungnya siang berubah jadi ceria, semarak, seiring dengan prosesi manual brew yang memasuki titik akhir.

Photo : Kopi Cawene bersama corong V60 / dokpri.

Sambil menanti tetesan akhir kopi cawene berkumpul di gelas server, mencoba mencari makna Cawene. Ada yang mengartikan Cawene itu cawan dan berkaitan dengan Uga Wangsit Siliwangi yang terkait tentang satria piningit. Sementara dalam kamus bahasa sunda online (unverified) menyebutkan Cawene ini perawan, senada dengan sebuah pendapat yang menghubungkan dengan syair lagu sunda jaman jadul yang menyandingkan ‘bujang’ dengan ‘cawene’.

Apapun pengertiannya, penulis mah seneng aja kerana eh… karena bentar lagi moo nikmatin kopi cawene ini, hasil manual brew V60 olangan….

Kopi cawene yang diseduh ini dengan label Cawene coffee, artisan coffee & roastery. Process natural medium to dark. Diroasting tanggal 04.03.2019, ground coffee berbungkus hitam dengan berat 250gr. Arabica premium, Garut origin west java indonesia. PIRT 5103205011019-23

Harga free karena ada yang ngasih, hatur nuhun Pak Haji 🙏🙏….

Jeng jreeeng…. sajian kopi sudah siaaap.

Cuuur….. dituangkan ke gelas kaca mini kesayangan…

Sruputt.. kumur dikitt… hmmmm

Woaaah…. nikmaatnyooo. Aromanya harum banget, bodynya mantaabs, bold euy.. tebal berisi… dipadu oleh aciditynya yang juga medium high… bikin sensasi ‘ninggal’-nya semakin kentara. Taste yang menyeruak adalah tajamnya rasa fruitty, khususnya lemon dan sedikit jeruk nipis plus tamarind… juga kayaknya muncul rasa berry….

Over all, mantabs nikmat.. tapi untuk pemula mungkin belum pas. Karena akan terkaget dengan body dan aciditynya yang seolah mencengkeram lidah memahitkan mulut.

Buat penikmat kopi hitam, ini recomended.

Srupuut…. nikmaat. Happy wikend guys. Wassalam (AKW).

****