BANDUNG, akwnulis.com. Hari kamis lalu adalah harpitnas alias hari kejepit nasional karena setelah hari rabunya libur karena pencoblosan, ditemani KOPI PEMILU, hari jumatnya libur nasional hari paskah, otomatis tersematlah harpitnas. Jangan lupa karena tanggal 17-nya libur maka pakaian Korpri harus dipakai.
Ternyata nyampe di kantor banyak yang saltum (salah kostum), pada pake batik biasa. Disini mah berlaku hukum alam, klo perbandingannya banyak yang berkorpri maka yang berbatik biasa yang kemaluan… eh yang malu, begitupun sebaliknya. Saling ledek pasti ada.
Kecuali yang saltumnya bos, nggak berani ledek-ledekan, paling secara halus heu heu heu… emang kamu mahluk halus?
Udah ah kok ngebahas saltum sih, sekarang pengen cerita tentang makna persahabatan dan persaudaraan yang diawali dari sebuah proses seleksi diklat yang kekinian dengan metode online dan video converence… tidak lagi menggunakan alat tulis karena semua serba digital. Hingga akhirnya lulus dan bersama-sama mengikuti training yang spesial, Reform Leader Academy.
Hari kamis lalu, agenda meeting ternyata bejibun juga di hari kejepit. Tapi tetap semangat dong. Di sela agenda makan sianglah, kami bisa bersua dengan sang Ketua Alumni RLA, memanfaatkan waktu yang sangat singkat.
Pertama pembicaraan hangat ditemani sajian manual brew Arabica Puntang wine di Gesa cafe, itu tuh yang di basement gedung sate samping pintu masuk museum, lengkap sudah kopi-kopi jawa barat, nggak bakal nyesel dech.
Photo : Nasi Hainan ala resto G&B / dokpri.
Untuk masalah makananan maka bergeserlah ke GreensandBean di jalan Bahureksa. Jalan kaki menuju lokasi agar memenuhi target 6000 langkah minimal sehari, tentu sambil ngobrol dan tengak tengok karena takut ada kendaraan nylonong mencelakai diri dan sang Ketua Alumni.
Photo : Teh biru bunga telang & seragam korpri / dokpri.
Pilihan makanannya adalah Nasi Hainan dan Vietnamese salad. Sementara sajian minumannya di-matchingkan dengan seragam korpri, maka teh biru yang menjadi pilihan, yaitu teh khas di resto ini yang menghasilkan warna biru, berasal dari bunga telang… nama resminya di sini adalah ‘Teh… halah lupa, ntar aku japri dulu.
Yang pasti, waktu maksi terbatas ini bisa dinikmati bersama dalam balutan tali persaudaraan RLA yang tak kan lekang oleh waktu, insyaalloh keberlanjutan kristalisasi program EODB ruang riung dapat segera terwujud di Kampus kita Kiarapayung.. srupuut… aaam.
BANDUNG, akwnulis.com. Adzan shubuh belum berkumandang, disaat raga ini terdiam. Memandang deretan kertas kecil yang berserak diatas meja makan. Kertas – kertas penting yang menjadi syarat administratif kelancaran pencoblosan suara di bilik suara hari ini.
Yup… itu adalah kertas panggilan pencoblosan di TPS 81.
Kembali terdiam, memandang lekat keempat surat panggilan pencoblosan tersebut. Neocortec dan amigdala berdiskusi sambil memgumpulkan rekaman data dan fakta yang dilihat mata, didengar telinga serta dirasakan oleh hati untuk mengkristal menjadi pilihan yang akan diputuskan segera.
Tapi, perbedaan mendasar penentuan pilihan memerlukan ketenangan dalam memilah fakta dan memilih informasi. Karena ada 5 hal yang akan dipilih, yaitu Presiden, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kota.
Supaya semua bisa jernih dan di otakpun Amigdala beserta Neocortec dapat selaras maka selain tarik nafas dalam-dalam maka peralatan perang disiapkan…. corong & kertas filter V60, termometer, timbangan, kopi, panasin air, gelas kecil dan bejana saji.
Kopinya sesuai dengan stok yang ada… kopi Cawene sedikit lagiii… pas buat sajian 300 ml mah.
Disaat sang termometer sudah meneriakan ukuran suhu 90° celcius, maka air panas sudah siap berekstrasi dengan kopi yang sudah menanti di atas ciorong V60 beralaskan filter yang sudah basah dengan harapan….
Currr….
Clak… clak… clak….
***
Alhamdulillah…. sajian kopi cawene dengan manual brew V60 sudah tersaji… Srupuut… srupuut… serrrr menyebar rasa kehangatan dan kenikmatan ke seantero raga. Begitupun stimulus terhadap otak menjadi semakin cekas, Amigdala dan Neocortec berdamai dan berpelukan…
Srupuut lagi ah, munpung adzan shubuh belum tiba. Yang pasti pilihan sudah jelas dari 5 jenis pilihan yang akan tersaji nanti di TPS 81.
Sruputtt lagiii….. Nikmat. Selamat mencoblos kawannnn dan keluar hasilnya jadi suara. Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Variasi sajian makanan menjadi ilmu tersendiri. Meskipun ini tidak berdiri sendiri, diawali dengan pemilihan bahan makanan yang tepat, cara pengolahan yang benar dan pelaksanaan penyajian yang menarik dengan rasa yang mudah dinikmati banyak orang.
Di masa SLTP SLTA dulu, mulai mengenal dengan mata pelajaran tata boga. Sebuah mata pelajaran yang berhubungan erat dengan makanan serta minuman. Jauh sebelum itu, di masa kecil sebenernya sudah mulai beraktifitas seperti ini dengan istilah ‘papasakan‘ alias masak pura-pura tapi beneran… eh gimana siih?
Maksudnya masaknya sambil bermain dengan kawan, membuat perapian darurat, pake ketel kecil atau penutup kaleng kue, mentega dan minyaknya ambil dari dapur orangtua. Yang dipasaknya biasanya nasi dengan potongan bawang putih merah tanpa ukuran jelas plus garam. Yang paling sering masak eh goreng kerupuk… gampang dan dapat dinikmati bersama-sama.
Kalau sekarang, anak-anak mungkin babakaran dengan marsmallow dan barbeque, sementara di masa lalu adalah bakar jangkrik dan belalang yang begitu mudah di dapat dari kebun sekitar tempat bermain untuk menu penuh protein dengan rasa yang tak kalah dibanding daging ayam (pada waktu itu yaaa).
Pengalaman masa kecil yang menyenangkan.
Photo : Appetizernya buah potong / dokpri.
Hari ini, sajian makanan yang dibuat dengan ilmu tata boga yang terus berkembang, membuat tampilan yang lucu untuk dipandang, pas di mulut dan yang pasti rasanya harus lezaaat.
Begitupun dengan hari ini, berjumpa dengan sajian makanan dan buah-buahan yang menarik sajiannya juga penasaran dengan rasanya… kemoon.. cobian.
Sebagai pembuka, senampan buah iris eh buah potong dengan kesegaran dan aneka warna menarik plus 2 buah bunga kuning bikin sajian lebih semarak. Yummy.. segerr.
Photo : Sajian Aneka salad yang menawan / dokpri.
Lalu beraneka salad mini tersaji dengan apik, pengen ngambil semua… tapi khan harus ingat orang lain juga kapasitas perut ini. Sehingga pilihannya jatuh kepada 2 sajian salad. Satu sajian salad sayuran seafood dan satu lagi salad mayonies… kecil tapi enak lho.
Giliran makan beratnya tentu saja sayuran dan goreng ikan yang menjadi pilihan. Tak lupa tahu goreng aci pedas dan sapi lada hitam menjadi pelengkapnya. Yang jadi pembeda, si potongan daging ikannya itu mirip cireng, penganan jajanan makanan ringan yang ngehits di Bandung. Pas dimakan… ya tetep ikan goreng, yaitu daging ikan dori.
Photo : Sajian main course / dokpri.
Beraneka sajian makanan dan buah-buahan yang ditampilkan, diolah dan disajikan dengan berbagai teknik berdasarkan keilmuan dan tentu pengalaman sang Chef di meja dapur hingga sajian apik sang pelayan menjadi salah satu momen tasyakur binnikmah hari ini. Betapa berkah Illahi tiada henti, dengan segala kesempatan dan kemudahan ini. Alhamdulilah.
Selamat menjalani hari dengan tetap bersyukur dan menata hati. Wassalam(AKW).
***
Lokasi : Restoran Lt.3 Sensa Hotel, Cihampelas Walk Bandung.
Photo : Gerbang awal Trizara di sore hari / dokpri.
LEMBANG, akwnulis.com. Sebuah nama ‘Trizara Resort’ menjadi 2 kata yang segera dimasukan ke kolom pencarian lokasi di Guggelmap, well… lokasinya dekat kok, belum nyampe ke Lembang, atau kota lembangnya. Terletak diantara Jalan raya Bandung – Lembang dan jalan Sersan Bajuri.
“Moo ngapain kesitu?”
Sebuah tanya yang musti dijawab dengan segera. Ini adalah tugas dalam pekerjaan sekaligus menambah wawasan karena undangan ini adalah sebuah kesempatan pelatihan yang diselenggarakan oleh PT Jamkrida Jabar, salah satu BUMD milik Pemprov Jawa barat yang bergerak di sektor Penjaminan kredit daerah.
Akses ke Trizara ini banyak pilihan, satu, dari jalur jalan Bandung – lembang langsung belok kiri memasuki jalan pager wangi. Kedua via jalan sersan bajuri ada 2 pilihan, cuman memang jalannya kecil, berkelok dan nanjak, jadi musti ekstra hati-hati. Ketiga akses dari jalan Kolonel Masturi, jadi dari atas, tinggal masuk ke gerbang arah Trizara dan luruss….. lalu ada pertigaan tinggal belok kiri, sampai dech. Tapi ingat, semua pilihan jalan tersebut akan menemui tanjakan yang cukup terjal, jadi musti bawa, pake atau diantar oleh mobil yang fit dan kuat nanjak.
Photo : Tangga kembar mengapit aliran air / dokpri.
Nah… pas nyampe depannya, disambut dengan pintu gerbang berupa benteng di Paris Prancis yaitu benteng kemenangan Arc De Triomphe, tapi didekati lagi terlihat nuansa india. Ya sudah ah…. masuk aja… eiit… mobil di parkir dulu di seberang gerbang. Ada lapangan parkir. Trus terlihat lapang bola volley, lapangan futsal dan arena bermain ATV… wuaah kayaknya seruuuu…
Memasuki pintu gerbang, disambut suasana pemandangan yang menenteramkan hati. Sebuah karpet raksasa berwarna hijau senada dengan hamparan rumput hijau di sekitarnya dengan tulisan besar ‘Trizara Resort’ memberikan penyambutan pertama, ruar biasa.
Melewati resepsionis, langsung meniti rangga… eh tangga menurut yang ditemani gemericik air bening berundak senada undakan tangga menuju ruang meeting yang berbentuk renda.. eh tenda besar berwarna putih…. keren euy, pelatihan di dalam tenda, tapi jangan-jangan panass…. jadi penasaran.
Photo : Suasana di Tenda sambil dengerin pembukaan oleh ibu bos / dokpri.
Ternyata….. perkiraan saya salah. Tenda pertemuan yang bisa menampung hingga 75 orang ini termasuk meja dan kursi ini nyaman lho, tidak panas karena ventilasi yang bagus ditambah kipas angin yang sudah disetting dipasang diatap tenda juga standing fan yang bikin suasana tetap menyegarkan. Ditambah dengan jendela-jendela tenda yang memungkinkan angin dari luar bisa masuk…. segerr dech.
Photo : 2 kursi santai depan tenda / dokpri.
Diseberang Tenda pertemuan ini ada juga ruang kelas dengan kapasitas lebih kecil, kapasitas sekitar 25 orang. Cocok untuk rapat terbatas tim kecil.
Nahh makan siangnya naik lagi ke atas, ke restoran yang cozy dengan sajian makan siang yang rata-rata hangat sedikit membara, maksudnya bumbu yang disajikan rata-rata bercabe… tapi enak, cuman agak khawatir sakit perut (ternyata tidak, baik-baik aja kok). Di dekat restoran ini, turun satu undakan tangga tersedia mushola untuk 3 orang lengkap dengan tempat wudhu. Satu undak ke bawah disitulah toilet bersemayam… eh berlokasi.
***
Giliran yang ditunggu-tunggu telah tibaaa…. pembagian kunci tenda. Berupa kunci gembok lengkap dengan nama tendanya yaitu Nasika 09.
Wuih nama-namanya unik, yang ternyata memiliki makna tersendiri. Semuanya terinspirasi dari bahasa sansakerta, mulai dari Trizara yang berarti kebun/taman di surga. Lalu area tenda dengan nama-nama dari aneka indra. Ada yang namanya Netra(penglihatan), Nasika(penciuman), Zana(sentuhan), serta Svada(Rasa) yang menjadi nama-nama untuk kawasan tenda dengan ukuran, dan keunggulan masing-masing. Kayaknya tenda Zana(sentuhan) yang dikhususkan buat honeymoon yang bikin penasaran nich… hehehehehe.
Termasuk kafenya juga bernama indriya cafe terletak di awal, di dekat resepsionis.
Photo : Menikmati Gunung Tangkuban Perahu / dokpri.
Tenda mewah untuk acara berkemah yang glamorous sehingga dikenal dengan istilah Glamping (Glamorous camping) adalah konsep yang diusung disini. Jadi pengen segera ajakin anak istri dan sanak saudara nginep bareng-bareng disini…
Tenda yang didapat adalah tenda Nasika, berkapasitas 4 orang. 1 bed ukuran king size untuk dua orang, 1 bed single tapi cukup lebar juga dan dibawahnya bisa ditarik sebuah bed yang tidak kalah nyaman.
Colokan banyaaak…. disamping kanan bed king size ada 5 colokan, didalam peti kayu harta karun ada 5 colokan, dibawah meja ada 3 colokan dan satu colokan deket pintu kamar mandi… berarti 14 colokan. Dikurangi buat teko pemanas, lampu sorot depan dan buat obat nyamuk elektrik.. sisa 11 colokan buat berempat… lebih dari cukup.
***
Photo : Suasana dalam tenda tipe Nasika / dokpri.
Kamar mandinya yang keren, wc duduk, shower air panas, wastafel, penyimpanan handuk berupa tangga, lengkap dengan sikat gigi, sabun, shampo, shower cap, dan body lotion dengan lantai tembok yang kokoh. Beda banget dengan camping beneran yang darurat, BAB nya ke semak-semak sambil bawa cangkul kecil dan air di botol plastic .. heu heu heu masa lalu.
Juga terdapat berbagai aktivitas outdoor yang menantang seperti bermain ATV berbasah kotor, flyng fox, trampolin, jogging, jojjing atau bermain futsal dan volley ball…. yang pasti memberi peluang untuk berolahraga dan beraktifitas di luar tenda, bersama-sama.. itu kereen pisan. Apalagi tidak ada TV dan AC, begitu alami dan menjadi cara memaksa agar nggak ngendon di tenda, tetapi beraktifitaslah diluar bersama kawan dan keluarga.
Klo urusan kopi disini nggak ada manual brew tapi gpp… bisa pilih espresso dan americano… cerita lengkapnya klik aja Kopi Trizara Resort... monggo.
Menu sarapannya juga standar hotel berbintang, lengkap banyak pilihan. Tetapi karena diriku sarapan hanya buah-buahan, jadi potongan semangka dan melon saja yang menjadi pengisi perut di pagi yang cerah ini.
Sebuah plang pengumuman yang cocok dengan suasana hati, diantara plang berwarna hijau dengan tulisan putih tersebar di berbagai titik area Trizara resort ini. Tertulis ‘Destinasi seseorang bukanlah sebuah tempat, melainkan sebuah cara baru untuk melihat sesuatu’.
***
Ah masih banyak kata yang ingin dicurahkan tentang Trizara ini, tetapi ternyata tersekat sampai disini saja, biarkan kelanjutan ceritanya menjadi kesempatan orang lain untuk bercerita.
Photo : Photo barengan
Segera mengambil payung yang tersedia di dalam tenda. Dibuka dan digunakan menembus derasnya hujan di malam hari menuju restoran tempat makan makan tersaji. Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Hari ini, eh sudah beberapa minggu deng… kata ‘Memilih‘ menjadi frasa yang begitu trending topik, menghiasi linimasa dan berbagai platform dan level kehidupan.
Jadi, hayu kita memilih…
“Memilih naon?”
“Yang pasti memilih sesuatu yang dua-duanya bikin kita nikmat dan nyaman”
“Ada pilihan yang dua-duanya enak?”
“Adaaaa…… memilih cara untuk nyeduh kopiiiii”
“…… beuh kopi lagiii.. kopi lagiii”
***
Menikmati sebuah sajian kopi bisa dengan berbagai macam cara. Tetapi secara garis besarnya ada 2 cara lho. Cara pertama nyeduh manual brew sendiri dan cara kedua dibuatin orang laiiin… bener khan?
Masing-masing tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Yuk kita bahas satu-satu. Pertama, ngebuat kopi dengan seduh manual yang dikerjakan sendiri. Kelebihannya adalah :
a) bisa kapan aja yang penting ada kopinya, ada peralatannya, ada air panasnya… tinggal curr.
b) bisa foya-foya, maksudnya komposisi kopi bisa lebih dari standar 1 : 12, bisa ditambah jadi 1 : 20 klo pengen rasanya makin nendang atau sekalian bisa bikin ‘teh kopi’ dengan cara seduh kedua kali tanpa ganti kopinya…. ntar dapet kayak teh, rasa kopinya hilang tapi tetep haruuum kopi.
c) edukasi kopi, bisa jadi momen mengenalkan kopi kepada saudara, rekan, kenalan dengan magic wordnya kayak open boxing di channel yutub, “Hai guys.. dst”
Photo : Tampak belakang dus Kopi Halu Pink Banana / dokpri.
Kelemahannya adalah :
a) Wajib punya kopi…. Ya iyaa donk. Trus apa yang mau digrinder?…
b) Musti punya alat-alatnya : ini juga pengorbanannya, minimal mesin grinder kecil, pemanas air, teko goose neck, timbangan digital kecil, termometer, temper glass, coring V60, kertas filter V60, ember…. lha ember buat apa?… pokoknya penting dech. Ntar dijelasin.
Padahal fungsi ember adalah…. menampung air sisa dari kertas filter v60, terus sampah dari serbuk kopi yang sudah diseduh dan sekaligus menyimpan sampah sementara….
“Kenapa nggak pake tempat sampah?”
“Ih rewel banget, kata aku ember ya.. ember”
c) Musti tahu cara manual brewnya…
Ribet ya?….
Beda dengan pilihan kedua, yang dibuatin orang lain. Tinggal datang ke suatu tempat, pilih-pilih, pesan dan tunggu…
cuman itu tadi, kita sulit untuk berkreasi.
Trus perlu modal duiiit dan nggak bisa foya-foya kopi, karena pasti di kedai dan cafe sudah ada ukuran, supaya dapet untung….
Yang lebih penting, sensasi prosesi manual brewnya yang nggak dapet, itu yang tidak ternilai… really?…. yeaah pengalaman memproses manual brewnya hingga bisa tersaji rasa kopi yang enak itu adalah ‘sesuattu bangeedd’.
Jadi… tinggal milih dech.
dan…
Sore ini pilihannya adalah pilihan dibuatin orang lainn aah….
Kopi yang dinikmati adalah Kopi Arabica Halu Pink Banana, tempat nongkrongnya di Kurokofee, Jl. Ciumbuleuit.
Rasanya cocok pisan dengan suasana sore berhujan deras. Dengan suhu 90° celcius, manual brew V60. Menghasilkan kopi beracidity tinggi dengan body eh kepahitan yang mempesona khas kopi java preanger. Harumnya mah keren pisan dan after taste fruity terasa banget…
Nanti di rumah, baru nyeduh manual dengan peralatan yang ada dan tentu sesuai dengan stok kopi yang tersedia. Wilujeng memilih.. eh ngopay bray. Wassalam (AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Getar hati melingkupi sebuah janji, menghiasi perjalanan hidup yang sesungguhnya adalah misteri. Disini sebuah kepasrahan diuji, “Apakah mampu memaknai hari tanpa tergoda kanan kiri?” … “Atau masih tergetar dan muncul rasa dan ingin seperti orang lain?”
Monggo jawab sendiri.
Begitupun dengan kehadiran pasangan hidup kita, terkadang karena terbalut rutinitas, seolah perjalanan hidup ini biasa saja, business as usual. Padahal, Allah Swt sudah memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih manusia ciptaan-Nya untuk menjadi pasangan hidup, insyaalloh hingga ajal memisahkan.
Memang siih, ada yang milih sendiri via jalur bobogohan eh pacaranan yang sebenernya nggak ada administrasi tertulisnya hehehehehe, ada juga yang dipilihin… dipilihin ortu, teman atau dipilihin bos hehehehe.
Ada juga yang langsung terima tanpa proses pemilihan….
“Lha kok jadi bahas pemilihan seeh?” “Maklum moo pemilu minggu depan, tanggal 17 april 2019”
“Jadi metode pemilihannya gimana brow?”
“Pertama e-purchasing, kedua pengadaan langsung, ketiga penunjukan langsung, keempat tender cepat dan terakhir pilihannya tender.”
Diskusi tidak berlanjut karena memang beda situasi, yang satu ngapalin moo ujian, satu lagi persiapan moo nyoblos. Yang bikin satu tujuan sama adalah rasa kasih sayang yang semakin kuat dan tentu dihadapi, ditanggung dan disyukuri bersama.
Cara paling praktis tentunya berbincang berdua sambil makan di tempat yang nyaman dan romantis… ahaaay.
Ditemani sejumput chicken salad (jiaaah.. sejumput, padahal sepiring metung) dan sajian teh spesial atau artisan tea yang bisa direfill 2x (air panasnya). Pilihan kali ini adalah Marakesh mint, sajian teh tawar dengan aroma dan rasa mint yang menyegarkan.
Trus, salad kasih sayangnya begitu indah dipandang segar dan bercahaya. Ayamnya empuk bangeet, sayuran segar, potongan almond dan apel hijau dan saus dressingnya yang nikmat di lidah makin mengukuhkan kebersamaan ini, namanya Ranch Chicken Salad.
Photo : Ikan koi menemani kebersamaan kami / dokpri.
Kombinasi sempurna antara sajian salad dan Marakesh Mint tea siang ini. Menemani waktu bersama istri tercinta di salah satu restoran di jantung Kota Bandung. Perbincangan berlanjut ditemani gerakan gemulai ikan koi di pinggir meja kami, terkadang mendekat atau tiba-tiba menjauh sambil memamerkan warna warni tubuhnya yang mempesona.
Happy wiken kawan, selamat menikmati detik dan menit penuh kasih sayang. Wassalam(AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Nangkeup harigu tuluy tatanggahan nataan mèga nu keur otél jeung katumbiri, kabita. Angin pasosoré ngupahan diri, ngahiliwir tuluy ngélég, sugan waé jadi marahmay deui. Béntang masih nyumput kahalangan méga jeung layung nu keur nguyung.
Lambey teu tiasa dionggét-onggét, samutut bari uteuk mulek, boga kahayang.
“Silaing téh kunaon, jamedud bari ngaheneng tara-tara ti sasari” Mang Koko naros kanu jadi alo. Ocid ngabetem, norékeun manéh.
“Kasebeleun budak téh!!!” Mang Koko kekerot, culang cileung. Nempo émbér sésa ngepél. Gep!… byurrr!!, cai ledrek urut ngepél dibanjurkeun ka Ocid.
Photo : Pemandangan ti loténg / doklang.
“Astagfirulaah… nanaonan ari Amang?… Aing nuju ngapalkeun Péprés 16/2018, isuk rék ujian…. kalah ka dibanjur, musnah ideu.. musnaaah!!” Ocid molotot.
“Hampura lo, sugan téh kaasupan jurig, da teu ngawaro titatadi dicalukan téh”
Ocid ngusap beungeut bari ngarenghik, “Hésé capé konséntrasi, kalah ka leungit, …….nasiiib.” Mang Koko ngembang kadu, asa dosa tapi kumaha. Ocid tungkul tuluy mulungan pasal jeung ayat dina kalangkang katumbiri. Cag. (AKW).
Perjumpaan penuh makna tentang asal muasal semesta..
Photo : Bangunan Rongga Budaya Dusun Bambu / dokpri.
KBB, akwnulis.com. Terdengar suara lantang dan penuh keyakinan, “Jauh sebelum terjadi dentuman keras atau Big Bang yang menciptakan alam semesta, dikala sunyi dan gelap adalah inti dari alam raya, maka yang paling awal hadir menjadi pendahulu adalah dua elemen, yaitu gaung dan getar”
Suwerr guys, melongo mendengar penjelasan singkat dari seorang sesepuh yang ‘tidak sengaja berjumpa’ di Rongga Budaya.
“Getar dan gaung inilah yang menjadi cikal bakal alam semesta, sebelum terjadinya Big Bang yi, getaran dan gaung yang bersinergi, bergerak dan bersuara bersama, menghasilkan energi yang menggerakkan proses dentuman besar terjadi…..”
Woaah… masih melongo…
Penjelasan yang menjadi khazanah wawasan baru, karena ini adalah bagian dari intrepretasi keilmuan dan juga spiritualitas yang disampaikan dalam kerangka budaya dan pelestariannya.
Disini…. di Rongga Budaya.
“Apa itu rongga budaya?”
Photo : angklung di rongga budaya / dokpri.
Rongga budaya adalah sebuah bangunan yang asri, dengan seluruh elemen bangunannya dominasi bambu, dari atap, dinding, lantai hingga tulisan identitas bangunan ini. Didalamnya terdapat beraneka peralatan musik dari bambu seperti angklung, calung, celempungan, dogdog lojor, dan juga karinding.
“Dimana itu?”
“Hayoooh kepooo” Senangnya menggoda yang penasaran.
Sebelum menjawab tempat dan lokasi, kembali pikiran tertuju kepada gaung dan gema dan senangnya bisa berbincang singkat dengan seorang seniman yang begitu antusias berbagi cerita tentang bambu nusantara serta philosophis yang terkandung dalam alat musik spiritual yang bernama ‘karinding‘.
Pembahasannya nanti yaa tentang Big bang & karindingnyaa…… Cekarang khan moo jawap duyu question tadi brow…. ih sok sok bahasa generasi millenial padahal mah masuk generasi …. kolonial… upssst.
Rongga budaya adalah sebuah bangunan yang didedikasikan oleh owner sebuah tempat wisata edukasi berbasis alam yang berpadu dengan restoran, tempat makan yang berpadu dengan alam serta menjadi pilihan untuk outdoor activity di Bandung Utara yaitu Dusun Bambu.
Rongga budaya menjadi bagian penting identitas dan mungkin roh esensi nama ‘Dusun Bambu‘, dimana menjadi tempat edukasi serta kumpul bersama siapapun dan tentunya para seniman, tokoh masyarakat yang peduli dan menggawangi tentang kekayaan nusantara yang sarat makna dan multi manfaat yaitu bambu, bambu nusantara.
Photo : Kaum selpiisme lagi berkumpul / dokpri
Keluar dari area belakang Rongga budaya maka langsung disuguhi dengan indahnya danau di area ini yang berpadu padan dengan aktifitas lalayaran paparahuan, tempat makan diatas danau serta tidak lupa sebuah aktifitas yang sama, dilakukan oleh hampir semua orang, dengan alat dan gaya masing-masing dengan tema wisata selpi…. hehehehe..
“Dimana itu alamatnya?”
Jangan manja ah, tinggal buka smartphone. Jangan hanya WAan atau update status aja, tapi pake google map atau aplikasi perjalanan dengan keyword ‘dusun bambu’…. jreng… hitungan detik langsung ketemu, dengan catatan kuota internet atau wifi gratisannya lagi on.
Photo : Tempat makan pinggir danau / dokpri.
Tapi buat yang malas nyari yaa.. ini dech lokasinya :
Dusun Bambu Resort
Website : dusunbambu.id
Alamat : Jl. Kolonel Masturi Km11 Kartawangi Cisarua Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat.
CP : 022- 82782020
Segera raga bergerak meninggalkan Rongga Budaya, menjejak rumput dengan kaki telanjang, agar merasakan langsung silaturahmi dengan alam sambil belajar memainkan kokolétrakan. Yup Kokolétrakan, alat musik sederhana dari dua bilah bambu yang bisa menghasilkan musik ringan dan riang, sebuah tandamata dari Abah Wawan, sesepuh rongga budaya. Wassalam(AKW).
Photo : Kaligrafi Basmalah yang berkilau sempurna / dokpri.
PURWAKARTA, akwnulis.com. Semburat mentari mulai merambah permukaan bumi, memberi sebuah kehangatan abadi. Gemericik air mancur tumpah di kolam menambah semarak kehidupan. Pagi yang penuh harapan.
Diatas kolam air mancur, berdiri menjulang sebuah dinding atau menara yach?…. meruncing diujung atas, dibuat untuk menyambut isyarat langit yang selalu melimpahi.
Bangunan utama disampingnya seperti sebuah markas futuristik dengan balutan sains yang kental dan terasa misterius.
“Bangunan apakah ini?”
“Ini adalah mesjid Al Safar, mesjid yang dibangun di rest area km88 Tol Cipularang arah Jakarta yang merupakan salah satu desain dari Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat saat ini.”
Ohhh……..
Photo : Ornamen menjulang diatas kolam / dokpri.
Sebelum bergegas masuk, tentu wajib membasuh hati dan pikiran dengan segarnya air pegunungan yang disalurkan teratur di kamar mandi serta kamar wudhu mesjid ini.
Setelah melewati pintu masuk, suasana lapang menyambut. Desain futuristiknya menyebar di seantero sudut masjid, memberi ketenangan dan kenyamanan yang berbeda. Selain desain bangunan yang indah juga akses untuk difabel dibuat sedemikian rupa, sehingga akses berwudhu, toilet hingga tempat sholat di lantai mezanine sudah tersedia jalur khusus kursi roda, kereen pisaaan.
Photo : Suasana dalam Mesjid Al Safar / dokpri.
Segera, lapor kepada Allah SWT melalui 2 rakaat tahiyatul masjid maka dilanjutkan dengan menikmati sudut-sudut mesjid Al Safar ini. Berharap detail menikmati, tetapi karena posisi kamipun safar alias sebagai musafir, maka tidak bisa berlama waktu berdiam disini karena ada tugas yang harus dikerjakan di ibukota negara.
Mihrab tempat imam berpadu dengan tulisan kaligrafi lafad Allah dan Rasulullah digantungkan tepat ditengah berpadu serasi bersama kaligrafi ‘Basmallah‘ yang tegak sempurna berkilau tertimpa cahaya seakan terbuat dari lempengan emas logam mulia (Atau memang dibuat dari logam emas yach???).
Photo : Mesjid Al safar dari arah kolam air mancur / dokpri.
Sebelum pamit dari rumah-MU, tak lepas mata ini menikmati keindahan detail mesjid ini. Termasuk sentuhan teknologi yang tersemat sempurna kabel-kabel tersembunyi tetapi jelas laksanakan fungsi.
Sound system memang tidak sempat dinikmati karena ini pagi hari, tetapi beberapa televisi yang dipasang di dinding kanan kiri agak ke tengah mesjid, disambungkan dengan camera cctv otomatis sehingga bisa menampilkan suasana mesjid dan jamaah secara realtime menjadikan kesan tersendiri. Selain dari sisi pengawasan keamanan juga bisa jadi hiburan jemaah dikala mendengarkan ceramah, …...nggak cepet ngantuk nundutan, tapi bisa lihat layar televisi dan…. mungkin lihat jemaah lain ngantuk ngantuk hehehe.
Photo : Mihrab yang memantul di lantai pualam / dokpri.
Itulah sekilas pengamatan diri terhadap Mesjid Al Safar ini. Mesjid yang megah dan indah, dibangun oleh PT Jasa Marga diatas lahan 6000 meter persegi dan bisa menampung hingga 12.000 jemaah.
Esok lusa kami akan mampir lagi, sekarang bergerak meninggalkan mesjid ini, menuju ibukota dalam rangka meraih asa, ibadah dalam bentuk bekerja. Wassalam(AKW).
Bertambah dan berkurang itu kenyataan, tetapi kopi mah terus jalan…
Photo : Sajian kopi Arabica Aceh Gayo / dokpri.
BANDUNG, akwnulis.com. Jikalau tambah itu adalah beban, maka pengurangan menjadi penyeimbang. Tetapi berkurangpun harus dihadapi dengan kesiapan menghadapi dan menjalaninya, karena akan berhubungan dengan pengorbanan. Itulah salah satu dinamika kehidupan.
Dikala tanda tambah bersanding dengan tanda kurang, berarti tambah kurang itu berada pada frekuensi yang sama, jadilah sinergi dan keseimbangan yang sekaligus mengganti sebutan. Awalnya tambah ketemu kurang, sekarang namanya berganti menjadi ‘sama dengan’,
“Bener khan?” “Aya aya waé kamu mah….”
Seperti dua sajian kopi siang hari ini, dengan metode seduh yang sama yaitu V60 tetapi dengan bean yang berbeda. Satunya Arabica aceh gayo dan satu lagi Robusta garut, dipastikan beda karakter, ada tambah dan kurangnya.
Yang bikin klik dan sama dengan adalah….. nama Cafe-nya, Cafe Sama Dengan… hehehehehe.
Photo : Suasana cafe Sama Dengan / dokpri.
Cafenya terletak di koridor masuk ke arah Mall Cihampelas Walk atau Ciwalk.. disebutnya ‘ciwok‘. Tersaji banyak pilihan menu, tetapi untuk manual coffee, inilah salah dua yang tersedia.
Suasana cafe yang cozy dan pelayan yang komunikatif bikin acara singkat nyruput kopaynya lebih bermakna dan bersemangat. Meskipun rekanku yang belum terbiasa dengan kopi tanpa gula, agak terdiam setelah meneguk satu tegukan sajian V60 Kopi robusta garut… “Pahitttt getiiir geuning!”
Aku hanya tersenyum menyembunyikan tawa yang bisa bikin kesinggung. Lalu disajikan sloki yang berisi hasil V60 Arabica garut… srupuut.
“Nah ini nggak terlalu pahit, tapi ada rasa asamnya” Itu komentar yang muncul. Senyumku semakin lebar, sambil berkata, “Jikalau terasa pahit, masih pahit, coba pandang saya…. insyaalloh kopinya akan terasa lebih manieeees… 😀😀😁.”
***
Photo : Sajian V60 Robusta Garut / dokpri.
Kopi arabica aceh gayo hadir dengan body medium high, acidity high, aroma harum dan after taste tamarin serta citrunnya terasa berdiam lama diujung lidah ini. Sementara kopi robusta garut berkarakter body full, less acidity, pahit pisan dan lempeng nggak ada asam rasa sedikitpun…. tapi tetap nikmaat.
Sekali sruput masing-masing, bikin tandas sajian kopi 2 porsi ini. Membawa mood dan semangat untuk menghadapi tugas sesaat lagi yang akan muncul tanpa dinanti. Selamat ngopay bray, Wassalam(AKW).