SI SAYAH – fbs

Tah ieu jieunan Si Sayah.

FIKMIN # SAYAH #

Tah nu nyieun masjid tèh sayah” gorowok pak haji kopèah hideung. Mustami nu lian melong bari nyengir. Uing gè hare – harè wè, sanajan na jero hatè norowèco, “Asa ngiluan nyumbang sanajan teu sabaraha”

Isukna ngiluan gempungan di kantor dèsa ngabahas aplikasi keur perangkat desa. Narsumnya ngomong, “Ini saya yang buatnya, ideu sayah”

Nongton tèlèvisi loba ogè nu ngaku, ‘Hasil sayah ini teh” “Mun euweuh sayah mah moal jadi yeuh” “ku saya wè sorangan ngabiayaanna” sumawonna radio miwah medsos mah, pabalatak kecap sayah tèh.

Tungtungna mah bakatingku teu kuat loba pisan nu ngaku karya sorangan, hasil sorangan bari ngaku jieunan sayah. Kapancing ogè si sayah, buru – buru muka hapè tulas tulis kecap jeung kalimah. Teu kudu lila ngajenglèng tulisan 150 kecap nu buatan sayah. Tapi masih aya nu kudu di ropèa, benerkeun heula. Geus yakin mah tulisan jieunan sayah tèh diapungkeun bari ngagorowok, “Tah ieu buatan sayaaaah.” (AKW).

NENGOK ‘ABAH EMAK’ DI TELUK JAMBE

Sebuah kunjungan sarat makna.

KARAWANG, akwnulis.com. Cuaca panas di daerah Teluk Jambe Karaeang menyambut raga ini sesaat keluar dari kendaraan. Selanjutnya senyuman dari rekan mitra kerja di satuan pelayanan lansia Karawang membersamai kehadiran kami di tanah singaperbangsa ini dengan senyum tulus kekeluargaan dipimpin kepala satuan pelayanannya yang tinggi besar dan santun, bapak Harry.

Tanpa banyak basa – basi langkah langsung terayun menjelajahi areal satuan pelayanan lansia dengan satu tujuan utama, menemui Abah dan Emak.

Memangnya orangtuamu disini dirawat?”

Sebuah pertanyaan menyeruak tapi tidak harus reaktif dijawab. Biarkan sang waktu membuka pemahaman dan menghasilkan pemaknaan tentang arti sebutan abah dan emak ini.

Dalam terminologi bahasa sunda, istilah abah emak ini adalah sebutan anak kepada orangtua ataupun sebutan yang sopan dan hormat kepada orangtua lainnya. Jadi bukan ayah dan ibu kandung kami yang ada disini, tetapi para lansia telantar yang dirawat dan dilayani disatuan pelayanan ini. Secara jumlah terdapat 66 orang yang terdiri dari 36 orang emak dan 30 orang abah.

Mereka ditempatkan di wisma yang terpisah dan menempati tempat tidur masing – masing, meskipun secara kondisi memang kecenderungannya terutama para emak lansia disini kondisinya renta dan butuh perhatian ekstra. Juga masing – masing memiliki kisah pilu yang seringkali membuat trenyuh para perawatnya. Ada beberapa emak yang cukup ‘cangker‘ (jasmani kuat) namun sisanya lebih akrab di bed masing – masing karena kondisi raga terbatas juga ada yang ditempatkan di dekat kamar mandi karena hobinya mandi hingga 15 kali sehari, untung saja persediaan air disini cukup memadai.

Sementara para abah relatif lebih sehat dan terlihat beraktifitas normal meskupun sebagian kecil ada yang tergolek lemah di bed masing – masing. Jumlah abah atau klien lansia lami – laki adalah 30 orang.

Disaat masing – masing didatangi dan disalami, terlihat wajah wajah emak dan abah yang begitu senang didatangi seakan ditengok oleh anaknya yang selama ini hilang atau malah menelantarkan orang tuanya. Ada emak yang memeluk erat sambil berucap tak jelas, tapi yang pasti ada isak tangis yang membuat mata ini ijut sembab, mungkin dia kangen berat sama keluarganya. Ada juga yang langsung menengadahkan tangan sambil bilang nggak punya duit dan belum makan, padahal dari perawat membisiki bahwa emak ini baru selesai makan.

Tetapi latar belakangnya emak ini adalah pengemis tua telantar yang terjaring razia oleh petugas dan akhirnya diantarkan oleh pemerintah kabupaten ke panti lansia ini.

Banyak lagi cerita lainnya hadir dari mulut renta mereka, meskipun terbata tetapi intinya adalah berharap perhatian dan jangan ditinggalkan karena mereka sudah tidak punya siapa – siapa. Sementara melihat para perawat, para pekerja sosial dan petugas lainnya begitu sigap dan akrab dalam memberikan pelayanan seolah seperti merawat orangtuanya sendiri sangat patut diberikan acungan jempol dan penghormatan. 

Sebuah bentuk pekerjaan yang perlu keikhlasan dan dedikasi tinggi karena tidak mengenal hari libur, untuk selalu merawat abah emak dengan ikhlas dan penuh ketelatenan.

Ada satu emak yang memeluk dengan erat tak mau melepas, karena teringat anak semata wayangnya yang entah dimana dan dibayangkan sudah sebesar raga ini. Ada juga yang minta tolong tagihkan utang ke seseorang, padahal itu adalah ingatan terakhirnya 10 tahun silam tetapi karena demensia, seolah itu baru saja terjadi kepadanya.

Ah kadang mata ini tak kuasa menjaga air mata, menghadapi kenyataan kehidupan yang begitu berbeda. Semoga hadirnya rekan – rekan yang ikhlas merawat mereka bukan hanya tentang hadirnya negara dalam merawat rakyatnya yang telantar dan menua tetapi juga memberi harapan kedamaian pada lansia abah emak telantar ini dalam menjalani sisa – sisa umur kehidupannya.

Itulah secuil hikmah kunjungan kami ke satuan pelayanan lansia dibawah koordinasi UPTD PPS Griya Lansia yang berkantor pusat di daerah Ciparay kabupaten bandung yang memiliki satuan pelayanan di Karawang, Garut dan di Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Satu hal lagi yang terpenting adalah jagalah orangtua kita, minimal jika tidak langsung merawat karena waktu dan jarak maka sempatkanlah rutin berkomunikasi via telepon atau videocall untuk memantau kondisi orangtua kita yang merupakan ‘jimat’ bagi anak menantunya. Tapi tetap secara berkala sempatkanlah menengok dan memohon doa terbaik untuk meniti kehidupan ini serta kesiapan kita berinvestasi akherat.

Bagi para pembaca yang ingin berbagi maka bisa DM di instagram dengan alamat @rslugriyalansia.dinsosjabar atau datang langsung ke lokasi Griya Lansia Ciparay dan satuan pelayanan lainnya. Untuk di karawang terletak di jalan rayaTeluk Jambe nomor 129  Kabupaten Karawang. Wassalam (AKW).

Strategi Zero New Stunting

Doorprize & Strategi ZNS

MAJALENGKA, akwnulis.com. Sebuah acara pembagian doorprize di halaman belakang rumah dinas alias pendopo bupati majalengka yang berupa kuis pertanyaan dari pejabat yang hadir dengan hadiahnya sepeda lipat tentu menjadi penyemangat bagi seluruh hadirin yang sudah mengikuti Rakerda IKAPTK se jawa barat. Pertanyaan dari Sekretaris Daerah Provinsi Jawa barat sekaligus menjadi ajang sosialisasi strategis yang perlh dipahami oleh seluruh kalangan yang berkepentingan dan atau bertanggungjawab dalam penurunan persentase stunting di provinsi jawa barat.

Bagaimana strategi efektif dalam penurunan stunting di jawa barat dengan cara Zero New Stunting (ZenTing)?’

Inilah kesimpulan jawaban dari para peserta yang tampil ke depan dan disempurnakan oleh bapak sekda, ini dia penjelasannya :



STRATEGI dalam mewujudkan zero new stunting atau tidak ada lagi stunting baru di wilayah provinsi Jawa Barat adalah dengan melakukan langkah teknis yang terbagi dalam 2 dimensi waktu yaitu waktu sebelum melahirkan dan waktu sesudah melahirkan.

Waktu sebelum melahirkan berarti dalam posisi kehamilan sang ibu dimana disyaratkan minimal adalah :
1. Rutin mengkonsumsi vitamin penambah darah, tentu ini menjadi peran penting berbagai pihak khususnya dinas kesehatan provinsi, wabilkhusus dinas kesehatan kabupaten kota yang memiliki pasukan bidan desa dan koordinasi puskesmas di wilayah masing -masing.
2. Melakukan pemeriksaan rutin minimal selama 6 kali dalam masa kehamilan.
3. Asupan makanan khususnya protein hewani secara rutin minimalnya 4 macam : daging, telur, ikan dan susu.

Disaat setelah melahirkan adalah pada fase BADUTA (bayi 2 tahun) atau 0 sampai 24 bulan usia bayi. Ini kembali dibagi 2 fase yakni :
Pertama fase usia bayi nol sampai dengan 6 bulan adalah diberikan ASI eksklusif.
Kedua pada fase 6 bulan sampai dengan 24 bulan adalah ASI ditambah makanan pendukung yaitu MPASI baik daging, ikan, telur dan susu formula.


Itu adalah strategi teknis untuk menurunkan angka stunting di provinsi jawa barat yang disampaikan bapak Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat.

Ternyata ada kendala klasik dalam melaksanakan strategi ini yakni kesadaran bapak – bapak para suami yang secara disengaja dan tidak ternyata menjadi penghambat pemberian susu eksklusif untuk bayi buah hatinya karena rebutan ‘pabrik susu alaminya’.

Bagaimana cara mengedukasi dan menjelaskannya kepada bapak bapak para suami?”

Pertanyaan penting yang sangat perlu dibahas secara khusus. Wassalam (AKW).

TEMANKU SENJA

Hangatmu menemaniku.

CISUMDAWU, akwnulis.com. Semburatmu membuatku terpaku, padahal sebentar lagi akan bersiap menghilang di mahligai ufuk barat atas nama siklus tugas kehidupan. Namun ternyata cengkeraman sinar kuning keemasan dan oranye begitu melekat dalam pandangan dan perasaan orang sekitar.

Pertemuan kita beberapa minggu ini begitu intens karena ternyata harus menyore dikala lalu lintas bergerak menuju tempat berbeda, kehangatanmu ada. Sebuah kehangatan hakiki yang menyilaukan sekaligus memberikan kenyamanan dalam mengubah galau menjadi cingcai dan menghapus pesimisme menjadi optimisme.

Mentari senja kemarin lalu atau selumbari bersua di atas jembatan atau tepatnya jalan layang paspati Kota Bandung. Disaat kemacetan menjadi biasa, disitulah kesempatan mengabadikan rasa menjadi terbuka. Berbekal jari jemari dan ponsel hape yang ada maka dihasilkan sebuah gambar sederhana namun bermakna, karena disitu dapat dilihat bahwa semburat mentari sorè menghasilan elegi yang tak lekang oleh janji meskipun terkadang membersitkan serpihan sepi.

Begitupun dengan hari ini, disaat tadi pagi pergi menuju kertajati dan dilanjutkan memenuhi undangan di kediaman bapak bupati. Pada saat kembali ke tempat awal dimana selama ini ditinggali bukan di jembatan layang paspati tetapi pada ruas jalan tol Cisumdawu yang akhirnya bergabung dengan ruas tol padaleunyi.

Di tol Cisumdawu sore tadi, semburat hangatmu kembali menemani membawa semangat untuk tetap bersahaja dan berbagi ceria apalagi sebentar lagi berjumpa dengan keluarga setelah hari minggu terpotong oleh sebuah agenda luar kota. Maka dengan berbagai upaya mengabadikan momentum bersamamu sang pemancar sinar keemasan yang begitu perkasa.

Meskipun hanya bermodal kamera bawaan di hape saja tapi dengan ihtiar maksimal dan semangat menggebu maka puluhan jepretan momentum pendar cahayamu terus dibidik dan dijepret. Ya hasilnya banyak yang blur karena kendaraan terus bergerak sementara fokus lensa kamera terbatas. Tapi itu bukan halangan, terus saja dicoba dan akhirnya ada sebuah photo cahaya mentari senja di jalan tol cisumdawu.

Mentari tepat berada dihadapan seolah menyambut kepulangan kami menuju puncak harapan. Hangatnya cahaya sore sekaligus menyilaukan mata yang tak bisa terus terbuka tetapi sesekali berkedip agar memastikan fungsi matanya tetap terjaga.

Terima kasih semburatmu membersamai kami dalam kehangatan sore baik sore hari yang lalu juga hari ini seiring kepulangan raga ini dari majalengka  berjibaku dalam judul tugas dan pekerjaan yang dituntaskan di hari minggu ceria. Wassalam (AKW).

NGOPAY NGOJAY & GUNUNG LAWU.

Akhirnya Ngopay Ngojay terlaksana di kaki gunung… Segerr.

KARANGANYAR, akwnulis.com. Selamat bersua kembali dengan celoteh ringanku dalam bentuk tulisan sederhana namun bermakna. Tentu untuk tema tidak jauh – jauh dengan urusan si hitam nikmat yakni kopi. Karena konsistensi adalah janji, meskipun cukup janji kepada diri sendiri tapi marilah kita jaga sehingga tetap bertahan menulis dengan tema ini.

Meskipun kenyataannya tidak bisa menulis 100% tentang kopi, ada juga kerandoman trma lainnya khususnya penulisan cerita fiksi bahasa sunda yang tidak terlalu menyita halaman tulisan, karena cukup dengan 150 kata dan sudah membangun satu cerita maka tuntas sudah penulisannya yang disebut efbe-es FBS fiksmini basa sunda. Tantangannya adalah mencari kata dalam bahasa sunda untuk dikaitkan dengan kata lain sehingga menjadi bangunan cerita utuh yang tertata.

Nah kembali lagi ke tema tulisanku sebenarnya bukan hanya kopi tapi juga berkaitan dengan kolam renang atau berenang sehingga jika digabung dalam bahasa sunda menjadi tema yang murwakanti atau akhirannnya senada, yaitu NGOPAY & NGOJAY (menikmati kopi & berenang / kolam renang).

Beberapa tulisan terdahulu lebih banyak menuliskan secara terpisah. Jadi hanya membahas tema kopi saja atau bahas tentang berenang dan kolam renang saja. Ada 2 tulisan yang menggabungkan  NGOPAY & NGOJAY, mayoritasnya ngopi di pinggir kolam renang.

Jadi sekarang mau nulis bertema ngopay & ngojay?”

Benar sekali, tulisan kali ini bertema lengkap renang NGOPAY & NGOJAY ditambah kejutan lainnya adalah di tempat yang eksotis dan berlatar belakang momentum keindahan alam yang tiada tara. “Pasti penasaran deh!”

Maka perburuan momentum ini menjadi menantang, karena tentu dihadapkan dengan kondisi waktu yang terbatas. Disebut terbatas karena ada unsur alam yang bergerak dan tak pernah mau berhenti seperti takdir sang waktu. Bergerak terus dan bergerak terus.

Apakah itu?”
“Jadi penasaran”

Inilah jawabannya, jengjreeeng.

Sudah kelihatan khan?”

Berbicara keindahan itu adalah relatif tapi saya yakin sidang pembaca akan menyebut ini pemandangan indah dan memenuhi syarat sebagai tulisan bertema NGOPAY &  NGOJAY. tentu karena senua unsurnya terpenuhi.

Pertama, NGOPAY atau ngopi sudah diwakili oleh sebejana kopi seduhan drip manual dengan kopi lokal arabica Jenawi anggramanis. Kopi ini sudah dipersiapkan dari pagi sekitar jam 06.00 wib dengan berharap bahwa tidak ada kabut yang menghalangi pandangan di dataran tinggi tawangmangu ini. Tepat pukul 06.17 wib bergegas ke luar area tenda tempat merebahkan diri tadi malam menuju lokasi kolam renang dengan sudut yang pas untuk memastikan pengambilan gambar yang tepat. Apalagi selain target kopi dan kolam renang juga elemen pentingnya adalah kehadiran sang mentari di balik punggung gunung Lawu yang terkenal.

KEDUA adalah SUNRISE. Disaat mentari  merayap perlahan dan pasti melewati punggung gunung Lawu maka momentum itu hadir untuk diabadikan. Tidak lupa refleksi semburat warna keemasan harus terpantul di permukaan kolam renang yang menjadi hamparan kaca bening menenangkan.

Cetrek!
Cetrek!

Alhamdulillahirobbil alamin, sebuah capture photo dengan smartphoneku bisa menangkap momen ini secara lengkap. Memang tidak sempurna jika dibandingkan kamera DSLR, tapi sebagai dokumentasi pribadi ini sangat berarti. Dimana selanjutnya akan dibagikan di media sosial demi menghadirkan eksistensi.

Rasa syukur adalah utama, karena atas ijin Allah SWT sebuah momentum takdir ini tercipta. Dimampukan untuk membidik momen photo secara lengkap yakni NGOPAY, NGOJAY, SUNRISE, REFLEKSI dan GUNUNG.

Selamat sruput ngopat di hari ini ditemani kehangatan sentuhan mentari yang terus meninggi.  Segelah sruput kohitalanya dilanjutkan dengan aktifitas penting. Apalagi lambaian dari riak kolam renang membuat raga ini tidak bisa menolak untuk segera bercumbu dengan kesegaran pagi di kawasan Glamping Atsiri RAI. Wassalam (AKW).

EMOSI & KOPI

Anda Emosi?.. bersabarlah, jangan lupa ngopi.

BANDUNG BARAT, akwnulis.com. Dikala sebuah kata berkembang menjadi kalimat, dilengkapi dengan nada bicara yang meyakinkan maka sebuah pengaruh halus akan merasuk perlahan tanpa disadari. Begitulah sebuah kekuatan informasi bekerja. Apalagi jika bernuansa tendensi suatu, maka akan semakin mudah memanaskan pemikiran, mendidihkan darah emosional dan akhirnya menutupi pikiran jernih rasional yang selama ini dipertahankan.

Hampir saja itu terjadi dan hadirkan sebuah momen pertunjukan arogansi. Mungkin akan puas untuk sesaat tetapi dampak lain bisa saja lebih dahsyat namun bukan dampak yang baik. Itulah hal yang terjadi puluhan tahun lalu namun begitu berbekas serta merobek – robek tali silaturahmi.

Lalu apa yang harus dilakukan?”

Apakah perlu menggunakan jurus Mark Manson atau cukup dengan diam sejenak, menarik nafas panjang dan balik kanan? atau mendatangi dan menggertak dengan gigi gemeretak dan berteriak?”

Tentu tidak harus berteriak kawan, sungguh sia-sia energi yang dimiliki jika ternyata masih terjebak dalam petakompli. Lebih aman menarik nafas dalam dalam, diam sejenak sambil mensyukuri hari ini yang dimudahkan kesehatan, waktu luang termasuk ketenangan dan kedamaian.

Lalu bergegas berdiri bukan berarti untuk menuntaskan gejolak emosi dan arogansi tapi menuju satu titik dimana ada obat penenang disitu. Tapi jangan berfikir bahwa yang dimaksud adalah amfetamin, alfazolam, diazepam dan xanak. Tetapi bubuk hitam yang sebagian besar orang mengatakan pahit rasanya padahal tersimpan rasa lain yang menenangkan dengan syarat metode penyeduhan yang pas di hati, biji kopinya juga harum sekali sehingga akhirnya memberikan sensasi nikmat tersendiri.

Apalagi dipadupadankan dengan sebuah bonsai kecil pusu buluh yang ciamik maka prosesi penyeduhannya semakin menyenangkan.

Urusan rasa beda lagi, itu dinikmati setelah penyeduhan manual berakhir. Dengan biji kopinya arabica halu banana dan diseduh dengan gramasi 19 gram plus panasnya kira-kira 92 derajat celcius maka diyakini rasa nikmatnya akan berkelas dan menghilangkan semua emosi juga arogansi berubah menjadi rasa ikhlas yang bebas.

Selamat menikmati hari ini, sambil menyeruput sajian kopi hasil karya sendiri dan bernilai hakiki karena menghilangkan emosi dengan menciptakan ketenangan hari ini. Wassalam (AKW).

SALAH MILIH – fbs

Kedah taliti milihan tèh..

Fikmin # LEPAT MILIH #

Monster uteuk keur ngaheneng nyarandè dina tangkal kiara badag. Nyangsaya bari ngalèhlèh. Babaturanna ngaliwat, nempo nu keur nyarandè, ngarandeg ngadeukeutan.
“Manèh kunaon mon, jika nu leuleus kitu?”
Teuing atuh euy, padahal asa euweuh nu salah ti isuk – isuk tèh. Geus saluyu jeung papagon”

Babaturan monster uteuk nu ngaranna Monsèp alias monster kasèp karunyaeun, “Geus manggih uteuk poè ieu Mon?”

Puguh wè monsèp,  geus tilu sirah di suruput ti tadi isuk”
Euleuh geuning, cukup atuh”

Monster uteuk nuluykeun, “Ngan pas nyuruput uteuk nu katilu, asa bèda. Boa – boa èta nya? Nu matak laleuleus tèh.”

Tah tah tah, saha ngaran jelemana nu disuruput tèh?”

Poho euy, tapi lemburna mah di tutugan leuwi larangan, nu panonna bolotot rada gembil”

Monsèp ujug – ujug ngagakgak nepi kagugulitikan, “Hahaha pasti nyuruput sirah Si Èho”

Jelema èta mah teu boga uteuk, lèho kabèh saawak-awak, heu heu heu heu!”.

Monster uteuk ngaheunggeu tuluy kapiuhan. (AKW).