KULINER ACEH DI MEDAN

Menikmati Kuliner Khas Aceh tapi di Kota Medan. Kopi Aceh & Mie Aceh.

MEDAN, akwnulis.com. Segelas kopi hitam sudah hadir di hadapan, ditemani kepulan asapnya yang menggugah selera menandakan bahwa pilihan kopi panas seduh ini memang benar – benar panas. Jadi jangan terburu – burulah untuk meminumnya. Karena ketidaksabaran bisa  berakibat rongga mulut terkelupas atau bahasa sundanya momod, kalau nggak salah.

Jadi tarik nafaslah sejenak sambil melihat situasi yang ada. Jangan terlalu fokus pada satu hal saja, atau sajian kopinya saja. Tetapi banyak detail lain yang harus kita tafakuri dan disyukuri. Coba dongakkan kepala, lihat berkeliling. Bisa juga berdiri dan berjalan mondar mandir untuk melihat suasana sekitarnya yang dipastikan memiliki cerita. Cobalah….

Pertama tentu kopinya sesuai pesanan adalah Kopi Aceh, maka sudah jelas masuk ke restoran atau kedainyapun yang jelas – jelas ada acehnya. Meskipun tidak sempat bertanya banyak sama pelayannnya tetapi dari pernak pernik, daftar menu hingga peralatan membuat kopinya, jelas Aceh banget. Dikuatkan oleh Bang Angga Rujak yang menemani perngopian kali ini serta Teh Otit yang sangat bersemangat dalam perjalanan kuliner dimanapun beredar.

Kedua tentu selain asal muasal biji kopinya adalah cara pembuatannya yang menggunakan selarik kain panjang sebagai saringan dan dilakukan berulang – ulang tanpa tumpah padahal cairan kopinya terbang kesana kemari dalam prosesnya. Sehingga akhirnya dituangkan di gelas menjadi sajian kopi panas tanpa ampas yanv sudah hadir di mejaku ini.

Memang saking terpesonanya sehingga lupa tak bertanya tentang kehadiran gula. Akibatnya gula sudah tercampur meskipun sebagian masih tersisa di dasar gelas. Ya sudahlah, ini kita pandang sebagai keberagaman kuliner indonesia yang merupakan perekat persaudaraan melalui jalur gastronomi nusantara.

Lalu dari sisi tempatpun menjadi unik, karena antara nama kopi dan lokasi berbeda meskipun di peta sih berbatasan tapi kalau naik kereta (sebutan bagi sepeda motor di kota medan) maka perlu waktu 12 jam 22 menit dengan jarak 567 kilometer untuk tiba di Banda Aceh. Maka berbahagialah bisa menikmati Kopi Aceh di Kota Medan ini, Alhamdulillahirobbil alamin.

Dimensi lain yang harus disyukuri adalah siapa yang menemani ngopi. Itu juga menarik karena bisa menjadi jalinan cerita lainnya. Seperti kali ini, secara kebetulan di kereta bandara berjumpa dengan Teh Otit yang ratu kuliner dinas luar maka jadwal segera disusun untuk kulineran tanpa mengganggu agenda meeting yang sudah terjadwalkan. Ditambah dengan GPS atau Gunakan Penduduk Sekitar yakni pemandu lokal asli medan Bang Angga Rujak, seorang pedagang rujak keliling yang alih profesi menjadi pemandu kuliner sekaligus guru yang berpengalaman dalam mendulang uang di media sosial. Sehingga diskusi sambil ngopi kali ini begitu berarti.


Selanjutnya adalah siapa baristanya, kalau sempat didekati, diajak bicara dan minta ijin divideo. Tapi kalau memang super sibuk, ya sudab kita perhatikan saja dari jauh teknik – teknik pembuatan minumannya sehingga bahan tulisan tetap terjaga untuk menangkap momen terbaiknya.

Oh iya, jika punya waktu luang. Dokumentasikan sekeliling reatoran atau cafe atau kedai yang sedang kita datangi. Ambil photo dan video secukupnya, jangan lupa jika ternyata ada beberapa orang yang akan tervideo oleh kamera kita, tidak ada salahnya mohon ijin dan permisi.

Selamat malam bapak dan ibu, apakah berkenan jika saya dokumentasikan dan besok lusa menjadi konten di media sosial kami.?

Maka jawaban selama ini adalah anggukan dan tanda setuju. Apalagi bagi pihak rumah makan atau cafe yang bersangkutan, bisa membantu memarketingkan tanpa perlu biaya tambahan. Bagi tamu yang terekam videopun seiring perkembangan jaman tentu meng-iya-kan dan biasanya akan bertanya media sosial apa yang digunakan. Tentu jawaban singkatnya adalah youtube, tiktok, facebook dan twitter. Lalu bertukar alamat medsos, rekam dan akhirnya kembali ke rutinitas masing – masing.

Terakhir adalah rasa, ini juga sangat penting karena sugestisitas dan rasa personal sangat tinggi. Jadi jangan terpengaruh dengan pendapat orang tetapi yakinkan keberfungsian lidah dan mulut kita, itulah yang dituangkan dalam tulisan. Seperti saat ini, sruputan perdana disambut rasa kopi yang kuat tanpa ada acidity berarti biji kopinya cenderung robusta. Hanya saja tidak bisa eksplore lebih lanjut karena ada gula diantara kita. Jadi tarik nafaslah sejenak dan nikmati banyak hal dari suasana meminum kopi aceh kali ini.

Sebagai penutup kuliner malam ini, sajian mie aceh versi kota medan ini melengkapi kekenyangan ini. Sehingga disaat dilanjutkan untuk hadir pada acara Rakornas Pengawasan tidak ada lagi suara perut yang kelaparan dan bisa serius mengikuti rangkaian kegiatan. Selamat malam, selamat bertugas. Wassalam (AKW).

Unknown's avatar

Author: andriekw

Write a simple story with simple language, mix between Indonesian and Sundanese language.

6 thoughts on “KULINER ACEH DI MEDAN”

  1. Terbayangkan sekali…nyuruput kopi begitu nikmat dimanapun..dg siapapun. dan dg kopi dari manapun…Seorang AKW penikmat kopi yg amat handal ..selalu memberi inspirasi bagi para penyimak tulisan2 ttng kopinya…apalagi bila bareng2 ngopinya…waaah…!?

    Like

  2. Terbayangkan sekali…nyuruput kopi begitu nikmat dimanapun..dg siapapun. dan dg kopi dari manapun…Seorang AKW penikmat kopi yg amat handal ..selalu memberi inspirasi bagi para penyimak tulisan2 ttng kopinya…apalagi bila bareng2 ngopinya…waaah…!?

    Like

  3. Kalau kopi ada acid2nya itu kemungkinan arabica, ya? Klo banyak manis2nya, itu kopi sachet, gkgkgk. Nebak aja sih, soalnya ga pernah berani lg minum kopi krn lambung suka berontak, menolak. Hny bs nikmati harum aromanya saja.

    Like

Leave a reply to Ester Miory Cancel reply