Asap Misteri & Kopi.

Penasaran itu penting, tapi hati-hati.

SUBANG, akwnulis.com. Selarik asap tipis hadir tanpa diundang, menemani kegalauan yang tetiba datang tanpa diundang. “Tapi apakah ini nyata atau sekedar halunisasi belaka?”

Perlahan mendekati sumber hadirnya asal tipis tadi, ternyata berasal dari pinggir kolam renang yang sedikit temaram. Wah menjadi menarik nich, perlu di eksplore lebih mendalam.

Langkah kaki berjingkat untuk menghindari hadirnya suara sepelan mungkin, mendekat setapak demi setapak. Ternyata asap tipisnya banyak dan tidak hanya dari pinggir kolam, namun dari tengah air kolampun muncul. Penasaran, kolam didekati dan jemari menjulur menyentuh air kolam yang ternyata terasa hangat dan menenangkan.

Met malem pak” Suara agak berat mengagetkanku.

Astagfirullohal adzim” Kaget setengah mati, tiba – tiba ada suara disamping kiri. Seorang pegawai yang mungkun piket menjaga lokasi ini.

Ini airnya hangat ya, tapi nggak sembarang bisa dimasuki?”

Iya pak, tapi memang bisa diakses kalau ada kegiatan”  petugas memberi penjelasan tambahan.

Tring, tiba-tiba ada ide. “Pak, klo buat survey boleh?. Rencana memang kami akan ada kegiatan disini.”

Boleh pak, silahkan. Sebentar saya nyalakan dulu lampu-lampunya”

Wah senangnya, secepat kilat kembali ke villa yang relatif dekat dengan kolam rendam ini. Bawa kopi hasil seduhan manual yang baru tadi dibuat.

Kembali ke tempat tadi, sebuah kolam renang air hangat alami telah tersaji, diterangi lampu sorot yang menjelaskan fenomena asap tipis tadi. Itu berasal dari kolam renang air hangat yang bersumber dari panas bumi Gunung Tangkuban perahu.

Maka bersandinglah segelas kopi hitam tanpa gula dengan kehangatan alami dari air kolam renang dan rendam ini menghasilkan suasana ketenangan alami yang menyentuh hingga ke hati. Apalagi pada saat sruputan kopi arabica natural ini membasahi lidah dan tenggorokan sementara kedua kaki telah otomatis terendam kehangatan malam ditemani asap tipis yang sekarang menjadi teman, bukan misteri seperti awal perjumpaan tadi.

Kegalauan perlahan sirna digantikan kenikmatan dan kesegaran yang berbeda. Momentum keberuntungan ini tercipta dari kesiapan kopi hasil seduh manual yang dimasukan ke tumbler dan kesempatan bersua dengan asap tipis penuh misteri yang berasal dari kolam renang rendam air panas alami. Srupuut.. gujubaar. Wassalam (AKW).

CURUG JODO – fbs

Nyerat deui fiksimini.

KOTBAR, akwnulis.com. Hampir sekian purnama tidak menulis genre karangan super singkat berbahasa sunda. Entah apa penyebabnya, tetapi ide menulis lebih condong coretan tentang kopi dan pengalaman dalam perjalanan saja.

Malam ini setelah menguatkan hati dan konsentrasi, hadirkan ide dan memaksa diri menulis kembali 150 kata tentang sebuah cerita. Cerita malam minggu tentang takdir percintaan anak manusia.

Silahkan…

FIKMIN # CURUG JODO #

Teu karasa kukucuprakan geus kana dua jamna. Ti mimiti mapay batu disisi, leumpang ka tengah ogè ngawanikeun manèh nèrèkèl kana gawir sanajan aya tulisan ‘Teu meunang tataèkan.’

Caina nu haneut tina jero beuteung gunung tangkuban parahu, karasa nengtremkeun hatè rajèt dibawa kabur ku Nèng Fani nu minggu kamari jatukrami.

Leumpang ngurilingan curug bari babacaan sabisa-bisa, sugan wè sakumaha ngaranna. Bisa gancang mèrè gantina. Nu ngaliwat marelong, kunaon èta jelema. Geus teu kaitung kukurilingan dina balong leutik nu dingaranan Curug Jodo, ogè tètèrèkèlan dina gawirna.

Punten Aa, teu kènging naèk kana gawirna” sora teges ngagareuwahkeun. Kaciri dina sasak luhureun aya nu ngabedega, tutunjuk kana plang gigireun.

Uus ukur imut kanjut bari ngolèsèd turun tina gawir. “Punten tèh, teu kaaos seratanna”

Tapi geuning teu cukup kitu waè, petugas tèh nyalukan. Tuluy ngajak ka kantor administrasi da dianggap geus ngalanggar aturan. Nurut wè da rumasa. Nami petugasna Nèng Hasna, geulis kacida. (AKW).

Arabica V60 di Teras Kiara.

Kopi, tugas dan kesempatan.

KIRPAY, akwnulis.com. Semilir angin pegunungan dan suasana damai menyeruak di tempat ini. Bersama selembar kertas menu laminating, menanti untuk dibaca secara rinci dan sesingkat-singkatnya untuk segera dipesan karena menunya memang sesuai dengan harapan.

Menu apa itu kaka?”

Seperti biasa, aneka menu makanan dan minuman khususnya kopi manual brew dengan metode V60 yang ternyata begitu menarik hati. Apalagi yang hadir kali ini bukan orang-orang sembarangan, beberapa orang kedua di OPD provinsi menyempatkan hadir di waktu maksi pada sela-sela rangkaian rapat yang datang silih berganti.

Kebetulan tempat untuk menikmati kohitala dan berbagai menu lainnya ini cukup menarik meskipun posisinya cukup jauh menanjak dari jatinangor, berada di wilayah Sukasari.

Patokannya gampang, ada Kampus LAN RI, lewati dikit dan terlihatlah cafe Teras Kiara. Sekarang dengan tuntasnya jalan tol cisumdawu trase awal, terasa lebih dekat. Karena dari tol gate hanya 900 meter saja. Jadi beres maksi dan sruput kohitala bisa langsung masuk tol an ngabretlah ke kantor untuk menyambut dokumen yang bejibun serta agenda lain yang sudah tersusun.

Tempatnya di lantai atas memberi kita kesempatan melihat kehijauan dan juga kampus LAN RI dimana pernah menjadi tempat ditempa di tahun 2018 dalam kerangka Reform Leader Academy. Suasana cafe yang ditata apik memberi pilihan suasana berbeda. Ada yang lesehan dengan bean bag warna warni, ataupun dengan meja kursi. Juga sofa untuk bersantai sambil sruput cikopay.

Kami memilih meja kursi kayu di area outdoor dan memesan bermacam-macam cemilan plus makanan berat karena judulnya khan makan siang. Tapi tetap menu utamanya adalah sajian manual brew V60 dengan pilihan kopinya adalah arabica halu honey. Sebuah pilihan tepat karena dengan acidity plus body seimbang dilengkapi sejumput rasa manis alami yang menenangkan hati.

Srupuut…. enak. Juga rasa nikmat mengunyah menu makanan dari panggang pisang madu, tahu cabe garam hingga nasi bakar dan sop buntut kekinian.

Semilir angin kiara payung memberi kedamaian. Menemani bincang santai dan makan siang yang bernilai. Karena jarang sekali kami berkumpul dalam suasana ceria seperti ini. Biasanya bersua pada rapat serius yang padat dan perlu tindaklanjut.

Akhirnya tugas juga yang membuat kami bubar tergesa. Bergerak menuju kantor masing-masing demi tugas negara. Wassalam (AKW).

Kopi Kompak

Kompak itu tak selalu baik.

CIMAHI, akwnulis.com. Pagi yang cerah ternyata tidak semua perjalanan menjadi mudah. Perjalanan yang biasanya cukup 30 menit untuk tiba di kantor, sekarang berlipat menjadi tiga dengan 60 menitnya terdiam dan atau bergeser perlahan seolah tanpa harapan.

Jika bicara agenda kegiatan maka jelas sudah berantakan, jadwal meeting pagi terpaksa delay, anak sekolahpun sudah jelas kesiangan. Suara hardikan dan klakson silih berganti tanpa menghasilkan solusi?

Ada apa ini?….

Kalau nafsu sih akan bicara bahwa ini salah aparat ….. eh tapi khan diriku juga bagian dari aparatur sipil negara hehehehe…. ga jadi ah, atuh nyalahin diri sendiri. Meskipun suasana kali ini macet dimana-mana nggak ketulungan, bikin stres.

Jadi karena apa?…. coba dirunut lagi lebih makro, apakah ini terkait dengan ketidakseimbangan pertumbuhan kesediaan jalan dengan peningkatan jumlah kendaraan yang beredar di masyarakat?.. atau karena memang pergerakan rutin manusia dari rumah di pinggiran kota ke kota untuk bekerja adalah penyebabnya?…

Udah jangan pusing ah, daripada mikirin kemacetan mending menikmati kopi hitam. Caranya gampang, buka termosnya … eh salah, siapkan dulu mejanya, pasang gelas kaca mini kesayangannya baru buka termos dan tuangkan… cuuur.

Sajian kopi hitam tanpa gula arabica natural sylvasari gununghalu yang harum mengubah suasana kemacetan menjadi tetap macet tapi suasana hati lebih damai. Ya iya atuh macet mah tetep aja, tapi suasana hati lebih tenang dan bisa menerima kenyataan.

Srupuuut…..
Nikmaat.

Ternyata kalau melihat samping kanan kiri depan belakang dalam suasana macet ini, terdapat satu hal yang mendasar dan membuat kemacetan ini terjadi. Jika dibuat kalimat adalah, “Tidak semua kekompakan itu baik hehehehe”…

Pagi ini semua kompak lho, padahal mayoritas tidak kenal satu sama lain. Kompak hadir bersama-sama dengan motor dan mobil kesayangan pada waktu yang sama meskipun tujuannya berbeda tetapi harus bersua di tempat yang sama.

Kompak banget semuanya, padahal nggak ada broadcast all dan woro-woro untuk berada di jalan ini. Semuanya berkumpul dari utara jalur Baros, selatan dari Margaasih dan Cibogo dari barat adalah Cangkorah dan Batu jajar serta dari timur Cimindi semua berlomba memenuhi ruas jalan Leuwigajah yang segitu-gitunya.

Sudah ah, dipikirin juga tetep aja macet. Ya sudah sruput lagi kohitala manual brew arabica natural yang diseduh tadi pagi di rumah. Srupuut.. Alhamdulillah, kemacetan karena kompak ini ternyata bertahan lama. Sabar sabar dan sabar, Wassalam. (AKW).