Sebuah cerita fiksi reka-reka di suasana pencoblosan 17 April 2019…
Photo : Dipilih dipilihh… / dokpri.
CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah cerita fiksi yang terinspirasi dari gegap gempita ‘election day’ hari ini… 170419 monggo.
*** MENGEJAR AYAH ***
“Naaaak…. Naaak!!!, Kesiniii cepaaat !!!”, Teriakan histeris ibunda dari halaman depan membuat sesaat terhenyak. Tanpa basa-basi, segera diri ini berlari dari dapur melewati tengah rumah dan menuju halaman depan menghampiri Ibunda, “Ada apa Bunda?”
“Cepaat ambil seprei atau selimut atau apapun, dan kejar ayahmu, cepaaaat!!!” Perintah Ibunda dengan wajah yang panik dan pucat bukan lagi sebuah tanya yang perlu tanggapan. Segera baluk kanan ke dalam rumah, ke kamar utama. Ambil seprei dan selimut yang terpasang dan segera menghambur keluar mengejar Ayahanda tercinta.
Di belokan warung Mak Onah, Ayahanda terkejar dan terlihat dalam kondisi memalukan. Tanpa banyak tanya segera didekati dengan tergesa-gesa dan menutupkan selimut serta seprei yang dibawa untuk melindungi aurat Ayahanda. Sayangnya, karena tergesa, tubuh ini malah menubruknya dan kami rubuh bersama menyentuh aspal jalanan, Ayahandaku pingsan.
Beberapa orang yang sedang ngopi di warung Mak Onah menghambur menghampiri kami. Mereka membantu menggotong Ayahanda menuju warung untuk mendapatkan pertolongan pertama.
***
Perlahan-lahan Ayahanda siuman dan terlihat kebingungan. Setelah diberi minum air teh manis sedikit, diriku penasaran dengan kenekatanan Ayahanda ini.
“Ayah bingung, tadinya mau ke TPS pake celana panjang takut disangka pendukung pasangan 02, tapi kalaupun bersarung khawatir dianggap pendukung pasangan 01, padahal Ayah sebagai tokoh masyarakat harus netral. Begitupun celana dalam, yang merah dipake, salah. Pake CD putih apalagi, yang hijaupun beresiko, ya sudah Ayah polosan saja”
Diriku dan tetangga yang tadi menolong Ayahanda, hanya bisa tersenyum sambil saling pandang satu sama lain. “Ada-ada saja Ayahanda ini, maksudnya mau netral… eh jadinya malah memalukan.” ***
***
Photo : Menunggu Ayah nyoblos disini / dokpri.
Ini versi bahasa sundanya dengan genre fiksiminisunda, tidak lebih dari 50 kata, silahkannn…..
Fikmin # Ngudag Abah #
“Ujaaang… Ujaaang!!!……..” Sora Ema ngagorowok ti buruan. Uing tibuburanjat muru datangna sora, sieun Ema kumaonam.
“Aya naon Ma?” “Enggal nyandak simbut atawa sepré jang, susul bapa maneeh, gancaaang!!!” Ema ngagorowok bari rarayna geumpeur tur pias.
Teu seueur tataros, beretek Uing lumpat ka pangkéng. Ngarurud sepré, langsung tibuburanjat kaluar ti bumi. Muru Abah nu ngagidig ka TPS.
Di péngkolan warung Ceu Onah, Abah kasusul. Teu antaparah deui, langsung di gabrug bari ngarurubkeun sepré.
Gubrag!!!, Abah nambru katindihan Uing, Abah kapiuhan. Nu keur ngopi di warung kalaluar, tuluy ngabantuan ngagotong Abah.
***
“Dupi Abah téh kunaon, bet ka TPS teu dicawet teu dilancingan?” Uing naros semu bingung.
“Abah ogé bingung Jang, rék di pantalon bisi disangka grup calon ieu, di sasarung bisi disangki grup itu. Cawet beureum lepat, cawet bodas salah. Cawet héjo komo…. nyaa atos wé Abah ka TPSna saaya-aya”
Uing jeung tatangga nu ngariung ukur kapiasem, duh Abah aya-aya waé.
***
Photo : Salam tiga jari / dokpri.
Disclaimer :
Ini hanya cerita reka fiksi belaka, kesamaan nama, tempat dan sebutan, itu hanya kebetulan saja. Wassalam(AKW).
Photo : Gerbang awal Trizara di sore hari / dokpri.
LEMBANG, akwnulis.com. Sebuah nama ‘Trizara Resort’ menjadi 2 kata yang segera dimasukan ke kolom pencarian lokasi di Guggelmap, well… lokasinya dekat kok, belum nyampe ke Lembang, atau kota lembangnya. Terletak diantara Jalan raya Bandung – Lembang dan jalan Sersan Bajuri.
“Moo ngapain kesitu?”
Sebuah tanya yang musti dijawab dengan segera. Ini adalah tugas dalam pekerjaan sekaligus menambah wawasan karena undangan ini adalah sebuah kesempatan pelatihan yang diselenggarakan oleh PT Jamkrida Jabar, salah satu BUMD milik Pemprov Jawa barat yang bergerak di sektor Penjaminan kredit daerah.
Akses ke Trizara ini banyak pilihan, satu, dari jalur jalan Bandung – lembang langsung belok kiri memasuki jalan pager wangi. Kedua via jalan sersan bajuri ada 2 pilihan, cuman memang jalannya kecil, berkelok dan nanjak, jadi musti ekstra hati-hati. Ketiga akses dari jalan Kolonel Masturi, jadi dari atas, tinggal masuk ke gerbang arah Trizara dan luruss….. lalu ada pertigaan tinggal belok kiri, sampai dech. Tapi ingat, semua pilihan jalan tersebut akan menemui tanjakan yang cukup terjal, jadi musti bawa, pake atau diantar oleh mobil yang fit dan kuat nanjak.
Photo : Tangga kembar mengapit aliran air / dokpri.
Nah… pas nyampe depannya, disambut dengan pintu gerbang berupa benteng di Paris Prancis yaitu benteng kemenangan Arc De Triomphe, tapi didekati lagi terlihat nuansa india. Ya sudah ah…. masuk aja… eiit… mobil di parkir dulu di seberang gerbang. Ada lapangan parkir. Trus terlihat lapang bola volley, lapangan futsal dan arena bermain ATV… wuaah kayaknya seruuuu…
Memasuki pintu gerbang, disambut suasana pemandangan yang menenteramkan hati. Sebuah karpet raksasa berwarna hijau senada dengan hamparan rumput hijau di sekitarnya dengan tulisan besar ‘Trizara Resort’ memberikan penyambutan pertama, ruar biasa.
Melewati resepsionis, langsung meniti rangga… eh tangga menurut yang ditemani gemericik air bening berundak senada undakan tangga menuju ruang meeting yang berbentuk renda.. eh tenda besar berwarna putih…. keren euy, pelatihan di dalam tenda, tapi jangan-jangan panass…. jadi penasaran.
Photo : Suasana di Tenda sambil dengerin pembukaan oleh ibu bos / dokpri.
Ternyata….. perkiraan saya salah. Tenda pertemuan yang bisa menampung hingga 75 orang ini termasuk meja dan kursi ini nyaman lho, tidak panas karena ventilasi yang bagus ditambah kipas angin yang sudah disetting dipasang diatap tenda juga standing fan yang bikin suasana tetap menyegarkan. Ditambah dengan jendela-jendela tenda yang memungkinkan angin dari luar bisa masuk…. segerr dech.
Photo : 2 kursi santai depan tenda / dokpri.
Diseberang Tenda pertemuan ini ada juga ruang kelas dengan kapasitas lebih kecil, kapasitas sekitar 25 orang. Cocok untuk rapat terbatas tim kecil.
Nahh makan siangnya naik lagi ke atas, ke restoran yang cozy dengan sajian makan siang yang rata-rata hangat sedikit membara, maksudnya bumbu yang disajikan rata-rata bercabe… tapi enak, cuman agak khawatir sakit perut (ternyata tidak, baik-baik aja kok). Di dekat restoran ini, turun satu undakan tangga tersedia mushola untuk 3 orang lengkap dengan tempat wudhu. Satu undak ke bawah disitulah toilet bersemayam… eh berlokasi.
***
Giliran yang ditunggu-tunggu telah tibaaa…. pembagian kunci tenda. Berupa kunci gembok lengkap dengan nama tendanya yaitu Nasika 09.
Wuih nama-namanya unik, yang ternyata memiliki makna tersendiri. Semuanya terinspirasi dari bahasa sansakerta, mulai dari Trizara yang berarti kebun/taman di surga. Lalu area tenda dengan nama-nama dari aneka indra. Ada yang namanya Netra(penglihatan), Nasika(penciuman), Zana(sentuhan), serta Svada(Rasa) yang menjadi nama-nama untuk kawasan tenda dengan ukuran, dan keunggulan masing-masing. Kayaknya tenda Zana(sentuhan) yang dikhususkan buat honeymoon yang bikin penasaran nich… hehehehehe.
Termasuk kafenya juga bernama indriya cafe terletak di awal, di dekat resepsionis.
Photo : Menikmati Gunung Tangkuban Perahu / dokpri.
Tenda mewah untuk acara berkemah yang glamorous sehingga dikenal dengan istilah Glamping (Glamorous camping) adalah konsep yang diusung disini. Jadi pengen segera ajakin anak istri dan sanak saudara nginep bareng-bareng disini…
Tenda yang didapat adalah tenda Nasika, berkapasitas 4 orang. 1 bed ukuran king size untuk dua orang, 1 bed single tapi cukup lebar juga dan dibawahnya bisa ditarik sebuah bed yang tidak kalah nyaman.
Colokan banyaaak…. disamping kanan bed king size ada 5 colokan, didalam peti kayu harta karun ada 5 colokan, dibawah meja ada 3 colokan dan satu colokan deket pintu kamar mandi… berarti 14 colokan. Dikurangi buat teko pemanas, lampu sorot depan dan buat obat nyamuk elektrik.. sisa 11 colokan buat berempat… lebih dari cukup.
***
Photo : Suasana dalam tenda tipe Nasika / dokpri.
Kamar mandinya yang keren, wc duduk, shower air panas, wastafel, penyimpanan handuk berupa tangga, lengkap dengan sikat gigi, sabun, shampo, shower cap, dan body lotion dengan lantai tembok yang kokoh. Beda banget dengan camping beneran yang darurat, BAB nya ke semak-semak sambil bawa cangkul kecil dan air di botol plastic .. heu heu heu masa lalu.
Juga terdapat berbagai aktivitas outdoor yang menantang seperti bermain ATV berbasah kotor, flyng fox, trampolin, jogging, jojjing atau bermain futsal dan volley ball…. yang pasti memberi peluang untuk berolahraga dan beraktifitas di luar tenda, bersama-sama.. itu kereen pisan. Apalagi tidak ada TV dan AC, begitu alami dan menjadi cara memaksa agar nggak ngendon di tenda, tetapi beraktifitaslah diluar bersama kawan dan keluarga.
Klo urusan kopi disini nggak ada manual brew tapi gpp… bisa pilih espresso dan americano… cerita lengkapnya klik aja Kopi Trizara Resort... monggo.
Menu sarapannya juga standar hotel berbintang, lengkap banyak pilihan. Tetapi karena diriku sarapan hanya buah-buahan, jadi potongan semangka dan melon saja yang menjadi pengisi perut di pagi yang cerah ini.
Sebuah plang pengumuman yang cocok dengan suasana hati, diantara plang berwarna hijau dengan tulisan putih tersebar di berbagai titik area Trizara resort ini. Tertulis ‘Destinasi seseorang bukanlah sebuah tempat, melainkan sebuah cara baru untuk melihat sesuatu’.
***
Ah masih banyak kata yang ingin dicurahkan tentang Trizara ini, tetapi ternyata tersekat sampai disini saja, biarkan kelanjutan ceritanya menjadi kesempatan orang lain untuk bercerita.
Photo : Photo barengan
Segera mengambil payung yang tersedia di dalam tenda. Dibuka dan digunakan menembus derasnya hujan di malam hari menuju restoran tempat makan makan tersaji. Wassalam(AKW).
Ngopay di dataran tinggi Bandung Utara sambil kemping, nikmat pisan, yukk ah…
Photo : Kopi di gerbang Trizara Resort / dokpri.
LEMBANG, akwnulis.com. Terdiam sambil mengatur nafas agar selaras dengan suara rintik hujan yang jatuh menimpa tenda di tengah malam terasa begitu menenangkan. Sepinya malam di daerah Pagerwangi Lembang memberi kesempatan pikiran untuk berkreasi, memilih jalinan kata agar bisa bersua dengan kata lain sehingga miliki makna.
Sesekali terdengar anjing ‘babaung‘ eh menggonggong memecahkan kesepian malam, menemani kesendirian di tenda mewah atau yang sering disebut sebagai glamour camping (glamping) setelah seharian mengikuti sesi pelatihan tentang dasar-dasar penjaminan dan sejumput informasi tentang pengadaan barang dan jasa.
Suasana tenda tipe Nasika ini sepi dan tenang, karena tidak ada Televisi dan radio. Pengelola resort ini memiliki salah satu tagline yaitu : ‘Tanpa elektronik, hidup kita bisa bahagia‘,
Kereen nggak?… 2 hari puasa televisi… ternyata bisa dan biasa aja. Lagian di rumah juga jarang nonton tv. Seringnya malah ditonton tv, kitanya merem depan tv dan tvnya nyala terus sambil nontonin kita yang mereeem hehehehe.
Balik lagi kesinih, sebuah tempat spesial yang memberikan pengalaman berbeda. Camping mewah yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan.
Selama 2 hari di Trizara Resort ini, bisa menikmati beragam kopi tanpa gula. Yuk kita runut satu-satu :
Photo : Kopi di kelas / dokpri.
Hari pertama, diawali dengan kopi standar Trizara yang tersedia disaat coffeebreak, tinggal geser ke belakang, ambil teko berisi kopi diatas kompor pemanas… currr. Dilanjutkan dengan pasca makan siang, maka pilihannya adalah secangkir americano versi resto yang juga dibawa ke kelas karena sesi materi selanjutnya sudah dimulai, tetapi sebelumnya diabadikan disamping patung gajah kecil dengan background benteng pintu masuk ke Trizara ini.
Photo : Double espresso di resto / dokpri.
Hari kedua, pagi hari langsung dihajar dengan double espresso di resto sekaligus dilengkapi segelas americano… nikmat pisannn. Serta sebelum sesi penutupan, kopi coffeebreak di kelas menjadi pelengkap hari terakhir sebelum semuanya bubar kembali ke kediaman.
Sebenernya di tas sudah tersedia peralatan, jikalau harus menyeduh kopi sendiri dengan kopinya dari Pak Ali – Lembang. Tetapi dengan bejibun agenda pelatihan, akhirnya dibawa kembali utuh karena tidak sempat tersentuh.
Malam inipun tidak berani menyeduh di tengah malam. Khawatir sulit tidur dan juga takutnya lagi asyik nge-manual brew, eh tiba-tiba ada suara dari balik gerumbulan pepohonan di belakang tenda, “Bholeeh mintzaa nggakz?”… khan berabe guys.
Akhirnya, lebih baik telentang di kasur yang empuk ditemani bantal bulu angsa yang memanjakan kepala. Memandang kembali langit-langit tenda yang masih setia menemani diri bersama musik ritmis dari rintik hujan sambil melewati pertengahan malam menuju dini hari yang dingin menusuk kulit ari-ari hingga tulang di dalam diri. Selamat tengah malam kawanku, Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Hari ini, eh sudah beberapa minggu deng… kata ‘Memilih‘ menjadi frasa yang begitu trending topik, menghiasi linimasa dan berbagai platform dan level kehidupan.
Jadi, hayu kita memilih…
“Memilih naon?”
“Yang pasti memilih sesuatu yang dua-duanya bikin kita nikmat dan nyaman”
“Ada pilihan yang dua-duanya enak?”
“Adaaaa…… memilih cara untuk nyeduh kopiiiii”
“…… beuh kopi lagiii.. kopi lagiii”
***
Menikmati sebuah sajian kopi bisa dengan berbagai macam cara. Tetapi secara garis besarnya ada 2 cara lho. Cara pertama nyeduh manual brew sendiri dan cara kedua dibuatin orang laiiin… bener khan?
Masing-masing tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Yuk kita bahas satu-satu. Pertama, ngebuat kopi dengan seduh manual yang dikerjakan sendiri. Kelebihannya adalah :
a) bisa kapan aja yang penting ada kopinya, ada peralatannya, ada air panasnya… tinggal curr.
b) bisa foya-foya, maksudnya komposisi kopi bisa lebih dari standar 1 : 12, bisa ditambah jadi 1 : 20 klo pengen rasanya makin nendang atau sekalian bisa bikin ‘teh kopi’ dengan cara seduh kedua kali tanpa ganti kopinya…. ntar dapet kayak teh, rasa kopinya hilang tapi tetep haruuum kopi.
c) edukasi kopi, bisa jadi momen mengenalkan kopi kepada saudara, rekan, kenalan dengan magic wordnya kayak open boxing di channel yutub, “Hai guys.. dst”
Photo : Tampak belakang dus Kopi Halu Pink Banana / dokpri.
Kelemahannya adalah :
a) Wajib punya kopi…. Ya iyaa donk. Trus apa yang mau digrinder?…
b) Musti punya alat-alatnya : ini juga pengorbanannya, minimal mesin grinder kecil, pemanas air, teko goose neck, timbangan digital kecil, termometer, temper glass, coring V60, kertas filter V60, ember…. lha ember buat apa?… pokoknya penting dech. Ntar dijelasin.
Padahal fungsi ember adalah…. menampung air sisa dari kertas filter v60, terus sampah dari serbuk kopi yang sudah diseduh dan sekaligus menyimpan sampah sementara….
“Kenapa nggak pake tempat sampah?”
“Ih rewel banget, kata aku ember ya.. ember”
c) Musti tahu cara manual brewnya…
Ribet ya?….
Beda dengan pilihan kedua, yang dibuatin orang lain. Tinggal datang ke suatu tempat, pilih-pilih, pesan dan tunggu…
cuman itu tadi, kita sulit untuk berkreasi.
Trus perlu modal duiiit dan nggak bisa foya-foya kopi, karena pasti di kedai dan cafe sudah ada ukuran, supaya dapet untung….
Yang lebih penting, sensasi prosesi manual brewnya yang nggak dapet, itu yang tidak ternilai… really?…. yeaah pengalaman memproses manual brewnya hingga bisa tersaji rasa kopi yang enak itu adalah ‘sesuattu bangeedd’.
Jadi… tinggal milih dech.
dan…
Sore ini pilihannya adalah pilihan dibuatin orang lainn aah….
Kopi yang dinikmati adalah Kopi Arabica Halu Pink Banana, tempat nongkrongnya di Kurokofee, Jl. Ciumbuleuit.
Rasanya cocok pisan dengan suasana sore berhujan deras. Dengan suhu 90° celcius, manual brew V60. Menghasilkan kopi beracidity tinggi dengan body eh kepahitan yang mempesona khas kopi java preanger. Harumnya mah keren pisan dan after taste fruity terasa banget…
Nanti di rumah, baru nyeduh manual dengan peralatan yang ada dan tentu sesuai dengan stok kopi yang tersedia. Wilujeng memilih.. eh ngopay bray. Wassalam (AKW).
Mencoba teh putih bercampur mawar yang rasanya menawan dengan bejibun khasiat… srupuut.
Photo : Sajian White Rose – tea at KuroKoffee / dokpri.
BANDUNG, akwnulis.com. Sejak mencoba menikmati beraneka rasa teh.. bukan teteh yach. Ternyata banyak pilihan yang bisa dinikmati dan memancing inspirasi.
Begitupun teh ini, teh putih yang ternyata beraroma mawar dengan nama ‘Rose White Tea’… eh White Rose tea alias teh putih mawar.. teh bodas kembang eros (maaf maksa).
Awalnya kaget juga, kok bisa rasanya ada keharuman mawar mewangi. Keren nich teh, apalagi memang rasanya nikmat.
Tetapi kelihatannya ini adalah percampuran antara teh putih dengan kelopak bunga mawar, meskipun kurang tahu kapan bercampurnya.. 🙂
Mencoba mencari literatur di mbah guggle, ternyataa banyak sekali manfaat rose white ini, diantaranya :
Banyak sekali manfaat kesehatan dari teh mawar ini termasuk kemampuannya untuk meredakan nyeri haid, mencegah penyakit kronis, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mempercepat penyembuhan, memperbaiki pencernaan, mendetoksifikasi tubuh, meredakan infeksi pernapasan, merangsang suasana hati dan mengatur siklus tidur Anda. Ada sedikit efek samping ketika teh ini dikonsumsi dalam jumlah sedang, tetapi penggunaan berlebihan tidak dianjurkan…. kitu ceunah.
Photo : Ini bungkusnya / dokpri.
Penasaran, pinjem dech bungkusnya.. sebuah kemasan berwarna putih dan tertulis disitu havillatea.com untuk informasi lebih lanjut.. nggak pake lama di search… tadaaa… havilla gourmet tea ternyata kantor pusatnya di Bandung bro… di Batununggal dan yang bikin bangga, ternyata pendiri atau salah satu pendirinya adalah orang indonesia dengan sertifikasi tea internasional.. kerenn.
Di website havillatea.com juga disebutkan harga rose white 125ribu dan ada white tea silver needle 130ribu serta harga-harga dari berbagai jenis teh lainnya seperti green tea, ooling tea, black tea, tisane, tea assesoris dan tea set.
Order ah… jadi makin lengkap nich informasi tentang teh putih. Bisa pesen via teteh putihyang bermarkas di Bogor atau juga nanti yang di batununggal ini dengan rose white teanya, selamat nge-teh kawan, Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Getar hati melingkupi sebuah janji, menghiasi perjalanan hidup yang sesungguhnya adalah misteri. Disini sebuah kepasrahan diuji, “Apakah mampu memaknai hari tanpa tergoda kanan kiri?” … “Atau masih tergetar dan muncul rasa dan ingin seperti orang lain?”
Monggo jawab sendiri.
Begitupun dengan kehadiran pasangan hidup kita, terkadang karena terbalut rutinitas, seolah perjalanan hidup ini biasa saja, business as usual. Padahal, Allah Swt sudah memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih manusia ciptaan-Nya untuk menjadi pasangan hidup, insyaalloh hingga ajal memisahkan.
Memang siih, ada yang milih sendiri via jalur bobogohan eh pacaranan yang sebenernya nggak ada administrasi tertulisnya hehehehehe, ada juga yang dipilihin… dipilihin ortu, teman atau dipilihin bos hehehehe.
Ada juga yang langsung terima tanpa proses pemilihan….
“Lha kok jadi bahas pemilihan seeh?” “Maklum moo pemilu minggu depan, tanggal 17 april 2019”
“Jadi metode pemilihannya gimana brow?”
“Pertama e-purchasing, kedua pengadaan langsung, ketiga penunjukan langsung, keempat tender cepat dan terakhir pilihannya tender.”
Diskusi tidak berlanjut karena memang beda situasi, yang satu ngapalin moo ujian, satu lagi persiapan moo nyoblos. Yang bikin satu tujuan sama adalah rasa kasih sayang yang semakin kuat dan tentu dihadapi, ditanggung dan disyukuri bersama.
Cara paling praktis tentunya berbincang berdua sambil makan di tempat yang nyaman dan romantis… ahaaay.
Ditemani sejumput chicken salad (jiaaah.. sejumput, padahal sepiring metung) dan sajian teh spesial atau artisan tea yang bisa direfill 2x (air panasnya). Pilihan kali ini adalah Marakesh mint, sajian teh tawar dengan aroma dan rasa mint yang menyegarkan.
Trus, salad kasih sayangnya begitu indah dipandang segar dan bercahaya. Ayamnya empuk bangeet, sayuran segar, potongan almond dan apel hijau dan saus dressingnya yang nikmat di lidah makin mengukuhkan kebersamaan ini, namanya Ranch Chicken Salad.
Photo : Ikan koi menemani kebersamaan kami / dokpri.
Kombinasi sempurna antara sajian salad dan Marakesh Mint tea siang ini. Menemani waktu bersama istri tercinta di salah satu restoran di jantung Kota Bandung. Perbincangan berlanjut ditemani gerakan gemulai ikan koi di pinggir meja kami, terkadang mendekat atau tiba-tiba menjauh sambil memamerkan warna warni tubuhnya yang mempesona.
Happy wiken kawan, selamat menikmati detik dan menit penuh kasih sayang. Wassalam(AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Nangkeup harigu tuluy tatanggahan nataan mèga nu keur otél jeung katumbiri, kabita. Angin pasosoré ngupahan diri, ngahiliwir tuluy ngélég, sugan waé jadi marahmay deui. Béntang masih nyumput kahalangan méga jeung layung nu keur nguyung.
Lambey teu tiasa dionggét-onggét, samutut bari uteuk mulek, boga kahayang.
“Silaing téh kunaon, jamedud bari ngaheneng tara-tara ti sasari” Mang Koko naros kanu jadi alo. Ocid ngabetem, norékeun manéh.
“Kasebeleun budak téh!!!” Mang Koko kekerot, culang cileung. Nempo émbér sésa ngepél. Gep!… byurrr!!, cai ledrek urut ngepél dibanjurkeun ka Ocid.
Photo : Pemandangan ti loténg / doklang.
“Astagfirulaah… nanaonan ari Amang?… Aing nuju ngapalkeun Péprés 16/2018, isuk rék ujian…. kalah ka dibanjur, musnah ideu.. musnaaah!!” Ocid molotot.
“Hampura lo, sugan téh kaasupan jurig, da teu ngawaro titatadi dicalukan téh”
Ocid ngusap beungeut bari ngarenghik, “Hésé capé konséntrasi, kalah ka leungit, …….nasiiib.” Mang Koko ngembang kadu, asa dosa tapi kumaha. Ocid tungkul tuluy mulungan pasal jeung ayat dina kalangkang katumbiri. Cag. (AKW).
Perjumpaan penuh makna tentang asal muasal semesta..
Photo : Bangunan Rongga Budaya Dusun Bambu / dokpri.
KBB, akwnulis.com. Terdengar suara lantang dan penuh keyakinan, “Jauh sebelum terjadi dentuman keras atau Big Bang yang menciptakan alam semesta, dikala sunyi dan gelap adalah inti dari alam raya, maka yang paling awal hadir menjadi pendahulu adalah dua elemen, yaitu gaung dan getar”
Suwerr guys, melongo mendengar penjelasan singkat dari seorang sesepuh yang ‘tidak sengaja berjumpa’ di Rongga Budaya.
“Getar dan gaung inilah yang menjadi cikal bakal alam semesta, sebelum terjadinya Big Bang yi, getaran dan gaung yang bersinergi, bergerak dan bersuara bersama, menghasilkan energi yang menggerakkan proses dentuman besar terjadi…..”
Woaah… masih melongo…
Penjelasan yang menjadi khazanah wawasan baru, karena ini adalah bagian dari intrepretasi keilmuan dan juga spiritualitas yang disampaikan dalam kerangka budaya dan pelestariannya.
Disini…. di Rongga Budaya.
“Apa itu rongga budaya?”
Photo : angklung di rongga budaya / dokpri.
Rongga budaya adalah sebuah bangunan yang asri, dengan seluruh elemen bangunannya dominasi bambu, dari atap, dinding, lantai hingga tulisan identitas bangunan ini. Didalamnya terdapat beraneka peralatan musik dari bambu seperti angklung, calung, celempungan, dogdog lojor, dan juga karinding.
“Dimana itu?”
“Hayoooh kepooo” Senangnya menggoda yang penasaran.
Sebelum menjawab tempat dan lokasi, kembali pikiran tertuju kepada gaung dan gema dan senangnya bisa berbincang singkat dengan seorang seniman yang begitu antusias berbagi cerita tentang bambu nusantara serta philosophis yang terkandung dalam alat musik spiritual yang bernama ‘karinding‘.
Pembahasannya nanti yaa tentang Big bang & karindingnyaa…… Cekarang khan moo jawap duyu question tadi brow…. ih sok sok bahasa generasi millenial padahal mah masuk generasi …. kolonial… upssst.
Rongga budaya adalah sebuah bangunan yang didedikasikan oleh owner sebuah tempat wisata edukasi berbasis alam yang berpadu dengan restoran, tempat makan yang berpadu dengan alam serta menjadi pilihan untuk outdoor activity di Bandung Utara yaitu Dusun Bambu.
Rongga budaya menjadi bagian penting identitas dan mungkin roh esensi nama ‘Dusun Bambu‘, dimana menjadi tempat edukasi serta kumpul bersama siapapun dan tentunya para seniman, tokoh masyarakat yang peduli dan menggawangi tentang kekayaan nusantara yang sarat makna dan multi manfaat yaitu bambu, bambu nusantara.
Photo : Kaum selpiisme lagi berkumpul / dokpri
Keluar dari area belakang Rongga budaya maka langsung disuguhi dengan indahnya danau di area ini yang berpadu padan dengan aktifitas lalayaran paparahuan, tempat makan diatas danau serta tidak lupa sebuah aktifitas yang sama, dilakukan oleh hampir semua orang, dengan alat dan gaya masing-masing dengan tema wisata selpi…. hehehehe..
“Dimana itu alamatnya?”
Jangan manja ah, tinggal buka smartphone. Jangan hanya WAan atau update status aja, tapi pake google map atau aplikasi perjalanan dengan keyword ‘dusun bambu’…. jreng… hitungan detik langsung ketemu, dengan catatan kuota internet atau wifi gratisannya lagi on.
Photo : Tempat makan pinggir danau / dokpri.
Tapi buat yang malas nyari yaa.. ini dech lokasinya :
Dusun Bambu Resort
Website : dusunbambu.id
Alamat : Jl. Kolonel Masturi Km11 Kartawangi Cisarua Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat.
CP : 022- 82782020
Segera raga bergerak meninggalkan Rongga Budaya, menjejak rumput dengan kaki telanjang, agar merasakan langsung silaturahmi dengan alam sambil belajar memainkan kokolétrakan. Yup Kokolétrakan, alat musik sederhana dari dua bilah bambu yang bisa menghasilkan musik ringan dan riang, sebuah tandamata dari Abah Wawan, sesepuh rongga budaya. Wassalam(AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Bergerak dalam rutinitas kesibukan adalah ritme kehidupan. Tetapi cara mengisi waktu masing-masing orang adalah sebuah seni tersendiri. Jadi mari maknai waktu 24 jam sehari ini dengan kesibujan masing-masing, tapi harus ingat bahwa keseimbangan itu penting.
Begitupun dengan tulisan ini, bukan menjadi beban tetapi… sebuah tantangan bahwa inilah salah satu bukti ‘my time’, yang bisa saja terlewat begitu saja karena keasyikan bekerja…. atau berbincang dengan rekan, atasan, tamu, bawahan, orang tidak dikenal.. kenalan dulu, …….ngaler ngidul dan…… waktu bergerak terasa begitu cepaat…
Jadi…. kembali kepada slogan, ‘ngopay dan ngojay‘, saatnya ngopay bray….
Kali ini kesempatan mengeksekusi eh.. mengekstraksi bean kopi dari Thailand,…. makasih banget Mr Al dibawain jauh-jauh nich,… ayo kita cobaa…
Dari bungkusnya terlihat cukup simpel, tadinya disangka gambar berlian… ditilik-tilik… ternyata itu mesin roasting kopi.. bener khan?…
Lanjut ah… setelah diphoto bungkusnya lanjutlah dengan menggunting perlahan.. dan yeaah… biji-biji kopi terlihat dan.. agak bersinar???…. coba di lihat lebih seksama… seperti berminyak..
Agak aneh juga, tapi mungkin saja memang begitu…
Nggak usah bingung.. eksekusiii… grinderr dipasang ukuran coarse, terrrrr!!!!!…
Air panas sudah mendidih, filter siap di corong V60… kemon guys.
Bubuk kasar kopi sudah siap di corong V60, pasrah menerima proses ekstraksi yang akan mengubah diri.
Curr……
Photo : Ini bungkusnya / dokpri.
Tersajilah cairan hitam yang menyimpan harapan, sedikit aroma khas kopi hadir menyentuh ujung penciuman.
Perlahan tapi pasti, sruputan time…. cairan kopi arabica dari thailand ini menyentuh lidah dan lorong mulut. Membekaskan sebuah catatan penting, bodynya bold alias pahit mendekati rasa khas robusta… kelihatannya proses roastingnya dark roast sehingga yang hadir dominan bodynya, sementara acidity minimum meskipun taste kopinya hadir selarik dan selapis tipis.
Secara keseluruhan, performa yang hadir masuk ke penilaian lumayan dan biasa, tetapi……. yang mahal dan tak ternilai adalah perhatian dan silaturahmi dari seorang kawan, sekaligus sebuah nilai pengalaman untuk berkesempatan bisa mencoba mengolah, menyeduh dan mengekstraksi kopi lalu menikmati dan akhirnya menulisi… eh menuliskan sebuah cerita tentang prosesi seduh kopi arabica dari negara tetangga, sekali lagi makasih Mr. Al.
Sisa seduhan kopi masih tersaji diatas bejana kaca. Perlahan tapi pasti akan segera habis seiring waktu yang tak pernah mau berhenti.
TASIKMALAYA, akwnulis.com. 2 minggu lalu mengulas salah satu kolam renang di Hotel Metro Tasikmalaya, ternyata perintah tugas kembali mewajibkan diri untuk menjejakkan kaki kembali disini. Alhamdullillah, dengan momen yang berbeda bisa kembali menjelajah di kota bordir dan baso ini.
Tetapi tentunya kembali kepada tagline ‘Ngopay dan Ngojay’, maka sasaran terdekat adalah keberadaan kolam renang di hotel ini, Hotel Fave Tasikmalaya.
Tiba di hotel segera menuju resepsionis dan mendapatkan kunci kamar masing-masing. Lalu bergerak ke lift dan menuju lantai yang sudah ditentukan. Menyusuri lorong dalam kondisi mata dan badan yang terasaaaa…. remuk setelah melewati perjalanan di tengah malam selama 3 jam.
Yup karena bejibun tugas sehingga maksain berangkat jam 22.30 wib, tapi itulah jalannya kehidupan… hingga tiba tepat jam 01.00 wib di hotel Fave Tasikmalaya ini.
Pas buka pintu kamar, masukan kartu kunci kamar.. dan bray… lampu menyala… agak melongo karena dua tempat tidur yang disediakan sudah terisi. Yang satu melotot dan satu lagi berkacamata.
Photo : Senyum ceria menyambut di kamar hotel / dokpri.
Omaygaad…. buru2 tarik nafas dan kucek-kucek mata…. ternyata hanya bantal lucu bertema wajah dengan warna2 yang ceria… sugan teh naon.
***
Pagi hari saatnya menyapa hari tanpa banyak tanya, segera meluncur ke lantai 2 dimana kolam renang itu berada… Tadaaa.
Kolam renang berbentuk geometris dan masuk kategori sedang mengecil…. “Jiaaah ukuran apaan tuh?”
Ukuran suka-suka aku ah, usil amat.
Kolam renang ini hanya diperuntukkan bagi tamu yang menginap saja dan disampingnya adalah ruang meeting serta terdapat kedai mini untuk sekedar minum alakadarnya.
Photo : Mengintip kolom renang dari kamar hotel / dokpri.
Yaa… lumayan buat refresh di Tasikmalaya, itupun klo sempet dengan bejibun agenda tugas memang sangat kecil kemungkinannya. “Tapi wajar khan diusahakan…..?”
Terdapat dua kolam yang sebenernya bersatu memanjang, tetapi terbagi untuk area kolam renang anak dengan kedalaman 0,5 meter dan kolam renang dewasa kedalaman 1,2 meter.
“Kok tahu sih?… nyebur yaaa?”
“Ih kepo, emangnya gue meteran, bisa otomatis ngukur kedalaman” jawabku agak ketus.
“Hahahahaha”.... tawa puas menggema, diriku cemberut, tapi perlahan tersenyum dan tertawa bersama.
Saling ejek sesama teman mah biasa… ntar dibalas ah.
Oh iya, airnya dingin yaa…. tetapi airnya terlihat bening dan bisa lihat ke dasar kolam yang membiru dengan jelas. Water tesnya stabil di ph 7,0-7,6 dan cl 1,5. (Keren khan bisa hafal sampai angka-angka, padahal khan tinggal baca di papan indikator hehehehehehe).
Hayu ah berenang dulu… eh salah, hayu kita bekerja dulu. Wassalam(AKW).