RAPIM, MOTIVASI & KOPI

Tulisan tentang momentum Rapim dilengkapi keceriaan, chicken dance serta histori tentang persahabatan abadi.

CIMAHI, akwnulis.com. Rapat pimpinan adalah sebuah rutinitas yang menjadi hal biasa dalam suatu organisasi. Rapat pimpinan menjadi sarana silaturahmi, komunikasi, sekaligus evaluasi dan program kegiatan termasuk membahas isu terkini yang perlu segera dilakukan penyelesaian atau rencana tindaklanjut yang terukur dan terperinci. Secara level tentu nama rapim ini berbagai strata, hanya untuk tulisan ini adalah di level dinas sosial. Maka yang memimpin tentu ibu Kepala dinas dan pesertanya para kepala bidang, kepala UPTD, Kasubag TU sekaligus para pejabat fungsional madya dan muda.

Tapi kali ini rapim atau rapat pimpinan ini menjadi istimewa karena selain arahan dari kepala dinas dan evaluasi rutin dari masing – masing kepala UPTD dan Kepala Bidang juga ada hal berbeda. Yakni ada sesi spesial yang membolehkan seluruh peserta yang hadir bisa tertawa bersama, berdiri dan saling tersenyum malah ada juga sesi paciwit-ciwit lutung.

Apa itu yang dimaksud paciwit-ciwit lutung?”

Itu adalah aktifitas minimal 2 orang dimana posisi tangan yang satu posisi mencubit dan satu lagi dengan tangan terbuka. Diatur oleh sebuah aba-aba dengan kode kata yang sudah disepakati maka disaat kode kata diucapkan maka segera tangkap tangan temannya sekaligua menghindari sergapan tangkapan teman di tangan yang berlawanan.

Terbayang nggak?”
“Nggak!”

Ya sudahlah kalau sulit memahaminya tapi yang pasti penulis mencoba mendeskripsikannya dalam jalinan kata-kata. Semoga bisa dibayangkan sebagai kegiatan sebenarnya. Ada hal yang lebih penting adalah esensi dari acara tersebut adalah sesi ice breaking dari seorang motivator muda terkemuka sebelum masuk ke sesi presentasi dengan tema ‘The Winning Team’.

Siapakah motivatornya?”

Tentu saudara atau akang atau bapak Agung Fatwa STAR Training & Consulting yang sudah malang melintang di panggung motivasi dalam kurun waktu 10 atau 11 tahun ini, “Eh atau lebih ya?”

Sebuah tanda tanya besar ini menggerakkan raga ini untuk mencari bukti tentang kepastian seberapa kenal penulis dengan sosok muda berbakat namun bersahaja ini.

Maka sembari bersiap melakukan prosesi pribadi yaitu melakukan penyeduhan kopi manual dengan peralatan bejana kaca, corong V60 plus kertas filter dan aur panas. Sementara biji yang akan dieksekusi adalah kopi arabica gunung pangrango  dari Seribu Kopi roastery cimahi jenis fullwash process. Otak berputar memunguti kenangan termasuk berusaha mengingat sebuah buku keren karya kang Agung fatwa yang berjudul ‘BREAKING THE HABITS dengan konsep GREATnya (Goal – Realistis – Empati – Antusias dan Total). Sebuah buku motivasi dari seorang sahabat serta dibuktikan dengan bubuhan tanda tangannya tentu tidak lupa dengan jargon ‘Salam GREAT’ tertanggal 22 September 2015.

Maka prosesi menikmati kopi kali ini sekaligus membaca kembali sekilas buku keren ini sambil memproses penyeduhan manual kopi arabica dengan biji kopi hasil meroaster Seribu Kopi Cimahi yaitu biji kopi Arabica Gunung Pangrango. Prosesnya tetap dengan menggunakan manual brew V60, perbandingan 1 : 15 dan panas air untuk menyeduhnya 92 derajat celcius serta putar kanan untuk cucuran air dari teko leher angsanya.

Hasilnya tentu sajian kohitala (kopi hitam tanpa gula) yang harus, panas dan menenangkan. Sruputan perdana memberikan sensasi rada dengan body yang cenderung bold serta acidity medium. Aftertastenya muncul selarik rasa berry kacang tanah tapi memang karena fullwash, bodynya cukup mendominasi.

Sruput dulu kawan, biarkan cairan kopi pemberi kedamaian rasa ini menari di mulut ditemani liukan lidah hingga selanjutnya meluncur menuju lambung dan menghangatkan seluruh raga tanpa kecuali.

Kembali ke suasana Rapim Dinas sosial Provinsi Jawa barat yang semakin gaduh dan bervariasi apalagi pada sesi motivasi ini. Setelah bergerak bersama, berdiri dan menari tarian bebek eh ayam klasik yang ritmenya semakin cepat juga bagaimana konsentrasi pendengaran dan penglihatan masing-masing menjadi sumber keceriaan. Maka sesi materipun dibawakan dengab piawai oleh Kang Agung Fatwa meskipun dengan waktu singkat tetapi poin – poin pentingnya tersampaikan.

Semoga tidak tereduksi oleh penyakit yang terkadang hadir dari sebuah pertemuan yaitu BARHo (bubar poho / bubar rapat semua lupa) hehehehe…. tapi bisa melekat dan terpatri sehingga kami, kita para peserta yang hadir yang notabene memegang amanah jabatan masing – masing dapat memahami, meresapi dan bersama-sama untuk berkolabor-Aksi dalam pelaksanaan kegiatan san program Dinsos Jabar 2024.

Terdapat 6 langkah yang disyaratkan untuk meraih kesuksesan bersama dengan tajuk
The Winning Team by Agung Fatwa yaitu :
1. Kepemimpinan yang kuat dan pendukung yang berkualitas (Strong Leader & Folllowership)
2. Tujuan bersama
3. Zero Ego & Up Potensi
4. Rencana, Tindakan & Evaluasi
5. Berani ambil Resiko untuk Kemajuan Tim
6. 100% Terlibat semua (Collabor – Aksi)

Itulah sebuah sesi motivasi yang lengkap berkaitan dengan diri penulis ini. Karena ada histori, ada kopi, ada presentasi dan akhirnya adalah peningkatan pemahaman diri secara pribadi dan bersama-sama bahwa maju bersama akan menghasilkan pancaran sinar kinerja yang lebih cemerlang dibandingkan maju per unit kerja saja. Salam Cemerlang Salam Raharja, Wassalam (AKW).

KOPI OBAT AWET MUDA???

Catatanku tentang mencoba gaul dengan filter medsos.

BANDUNG, akwnulis.com. Beberapa hari yang lalu disaat membuka akun tiktok dan berselancar menikmati postingan random di tiktok ada salah satu postingan yang ramai dan menggunakan filter video yang mengubah wajah menjadi jauh lebih tua. Mungkin sudah lama filter ini ada, tetapi ide ketertarikan untuk menggunakannya itu baru hadir di kepala.

Keseruannya itu karena mayoritas yang menggunakan dan memposting video singkat plus age filter ini menggunakan konsep teatrikal. Maka ramai sekali penggunaan filter age atau umur menua ini termasuk berbagai momentum sedih bagi seseorang yang tidak bisa bersua dengan mendiang orang tuanya karena telah meninggal semasa mereka kecil.

Nah trend terbaru filter umur ini lebih kepada seru – seruan dengan tema hampir senada yaitu video wajah sedang beraktifitas tapi lupa nyalain filter umurnya, maka terpampanglah wajah keriput tua. Lalu hadir ekspresi kaget panik bin reuwas dan segera pijit layar smartphonenya agar kembali ke wajah sebenarnya yang kinclong menginclong bak habis perawatan wajah.  Maka akhirnya tertawalah atau minimal senyum dikulum melihat tingkah orang – orang dalam video yang tersaji.

Karena sebenarnya yang menggunakan posting ini menampilkan sebagai seseorang yang sudah tua dan asyik video selpi lalu kaget karena age filternya lupa di nyalakan. Nah setelah dinyalakan maka wajahnya berubah mulus dan muda.

Padahal sebenarnya wajah aslinya berada di posisi tengah – tengah. Artinya sang pengguna filter video ini wajahnya sudah dewasa tetapi belum masuk lansia yang penuh keriput dan wajah tua atapun pada saat filter di klik jadi mulus, segar dan muda tapi diantara posisi itu. Maka tujuan utama ikut – ikutan menggunakan filter ini lebih kepada hiburan saja dengan tetap memegang teguh tema pribadi tentang seputar kopi.

Pengambilan videonya juga berulangkali gagal dan kurang pas videonya, tapi karena penasaran ya dicoba terus hingga akhirnya video super aingkat 17 detik ini tercipta. Tidak lupa di share di media sosial pribadi baik tiktok, facebook, instagram dan akun youtube @andriekw. Semuanya digunakan untuk menampilkan hasil karyaku hehehehehe.

Tapi sebelumnya tetap serius meracik dan seduh kopi denvan manual brew V60 dengan biji kopinya Arabica puntang honey. Setelah siap di gelas kaca kecilku, maka cating dimulai…

Take video… action !!

Tidak lupa pada saat share link video di youtube ini ditambah dengan pesan menggoda dan buat penasaran, ‘NGOPI BIKIN AWET MUDA, nggak percaya?.. niih linknya KLIK SAJA.

Tapi tentu harus bersiap – siap menjawab komentar dan juga pertanyaan dari para kolega yang akan beragam memberikan tanggapannya. Satu hal yang pasti adalah kopi tidak membuat kita awet muda, tetapi kopi bisa menjaga suasana hati kita tetap ceria untuk mensyukuri kehidupan yang penuh makna. Wassalam (AKW).

KOPI LANSIA CIPARAY

Bekerja – Ngopi & Terharu.

CIPARAY, akwnulis.com. Langkah kaki kali ini penuh makna dan ketrenyuhan. Disaat berjalan kaki memasuki komplek perkantoran, gedung serbaguna yang juga menjadi ruang pertemuan besar, mesjid tempat bersama-sama beri adah bagi umat muslim lalu berderet bangunan rumah yang berbentuk komplek perumahan.

Suasana pagi yang segar memberikan semangat khusus untuk tak sabar berkeliling mengitari lokasi ini. Setelah melewati beberapa rumah atau wisma yang diisi para orang tua, kaki melangkah memasuki salah satu rumah dan ternyata terdapat rata – rata 5 orang ibu – ibu renta yang sedang bercengkerama. Pertanyaan sederhana tentang keadaannya menjadi pembuka pembicaraan akrab yang tak bisa dilupakan. Ya mereka adalah klien dinas kami yang dirawat dan dijaga keberadaan mereka di hari – hari tuanya karena telantar ataupun ditelantarkan.

Wajah – wajah tua dengan kerutan perjalanan kehidupan yang mungkin begitu keras dijalani hingga akhirnya terdampar ditempat ini, tepatnya menjadi warga atau klien di UPTD PPS Griya Lansia yang terletak di daerah Ciparay Kabupaten Bandung. Jumlah mereka ratusan orang dan tidak hanya diterima dan dirawat di Ciparay saja sebagai kantor pusat tetapi juga tersebar di beberapa satuan pelayanan diantaranya di satuan pelayanan garut, karawang dan sukabumi.

Kumaha Abah dan Ema sehat?”

Sebuah pertanyaan singkat yang dibalas dengan wajah berseri dan senyum sumringah. Mereka adalah para lanjut usia telantar atau ditelantarkan oleh keluarga dan sanak saudaranya dan sekarang menjadi keluarga besar Griya Lansia Dinsos Jabar.

Terlihat wajah berbinar dan rasa senang, seolah penulis ini adalah anak keluarganya yang datang menjenguk mereka, para orang tua yang ‘dilupakan.’ Rasa haru semamin bertambah dikala diskusi singkat terus menjadi obrolan. Mereka betah berada di Griya Lansia ini karena merasa kembali di manusiakan, diberi rumah, dirawat oleh para petugas dengan telaten juga tidak perlu memikirkan tentang makanan dan minuman sehari-hari. Sudah tersedia dapur umum yang menyuplai makan minum dan snack mereka dengan pelayanan penuh kehangatan dan kekeluargaan.

150 orang lansia berada disini di Griya Lansia Ciparay, 75 orang di satpel Garut, 65 orang di satpel Karawang dan 50 orang di satpel Sukabumi. Totalnya 350 orang menjalani masa tua dari hari kehari hingga akhir hayat nanti. Tapi tentu berbagai ihtiar dilakukan dengan dikomandani bapak Kapus yang ganteng kalem, bapak Ade Irwan. Diantaranya proses reunifikasi dengan sanak keluarganya, tentu diawali dengan tahapan penelusuran, identifikasi dan koordinasi intens. Karena secara harfiah, berkumpul dengan keluarga adalah sebuah nilai yang tidak ternilai. Sementara sehari-hari adalah tugas mulia para pegawai untuk merawat, melayani dan mendengarkan curhat serta keluhan mereka yang bertakdir terpisah dari sanak saudara anak cucu di hari tuanya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 1 Tahun 2023 ini disebutkan bahwa para Lanjut usia atau lansia ini berhak dan berkewajiban yang sama dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di Griya lansia ini fungsi pemerintah hadir untuk memberikan pelayanan kepada salah satu dari 24 jenis PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) meskipun masih terbatas.

Maka sebagai individu, yakinkan niat dan ihtiar kita untuk menjaga orangtua kita masing-masing agar di hari tuanya tetap bisa berkarya dan bahagia dalam kebersamaan bersama keluarga. Yakinkan diri bahwa pengorbanan orangtua melahirkan, merawat dan menjaga kita hingga akhirnya dewasa adalah sebuah makna perjalanan hidup yang harus dibalas dengan kasih sayang, perhatian dan kepedulian kepada orangtua hingga akhir hayatnya.

Suasana sendu di pagi hari bergerak menuju siang dalam agenda rapat kordinasi di tempat ini. Rapat berjalan dengan baik dan ternyata kopi hitampun hadir dalam acara formal ini. Maka langsung diabadikan, di cetrek dan akhirnya disruput guys.

Tuntas diskusi dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju dapur bersama dan melihat aktifitas para pekerja sedang mempersiapkan sajian
terbaiknya untuk para klien lansia ini, lalu bergerak lagi ke arah belakang untuk menikmati makan siang dengan LISA (liwet lansia).

Disaat makan sianglah akhirnya bersua yang kedua dengan kohitala (kopi hitam tanpa gula) di tempat yang spesial. Sebuah gazebo diatas kolam yang bersih dan menyenangkan. Tentu tidak hanya kopi yang hadir, tetapi liwet lengkap dan buah – buahan yang terhampar sebagai menu lengkap makan siang, alhamdulillah.

Sebagai penikmat kopi maka diabadikan dulu sajian kopi dalam cangkir ini dengan latar belakang keasrian kolam dalam suasana menghinau pepohonan. Cetrek srupuut… nikmat. Baru ambil piring dan menyiuk*) nasi liwet dan sambal saja, maklum lagi diet. Lalu tak lupa di prulukin**) oleh daging ayam, gepuk dan goreng ikan mas. Lengkap sudah.

Kembali ke makna kunjungan hari ini, sebuah nilai kepedulian, kepekaan dan makna melayani sepenuh hati terlihat dari seluruh insan di UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Lansia ini. Semangat semua, Peduli & melayani. Wassalam (AKW).

***

Catatan :
*) mengambil nasi dengan centong
**) menaburi

TARAWEH HARI KE 2 – fbs

Nikmatnya beribadah berjamaah di bulan ramadhan.

CIMAHI, akwnulis.com. Selarik ide hadir setelah tuntas melaksanakan shalat tarawih hari ke 2 di bulan ramadhan 144r Hijriah ini. Sebuah pemgalaman ibadah  shalat taraweh di masa kecil. Maka segera disusun untaian kata dibungkus kalimat singkat dan tidak lupa dengan semangat melestarikan budaya sunda, hadirlah tulisan fiksi mini atau fiksi singkat berbahasa sunda.

Bagi pembaca yang masih roaming dengan kalimat dan kata-kata berbahasa sunda, nanti ada bocorannya cerita singkatnya atau yang belum puas silahkan tulis di kolom komentar saja.

Selamat ngabuburut eh ngabuburit sambil membaca..

FIKMIN # TARAWÈH #

Ngiluan solat tarawèh poè kadua di tajug peuntaseun imah. Mimitina asa gancang ruku sujud tèh nepika rokaat ke 12. Tah rokaat ka 14, asa mimiti leuleus sora imam tèh.

Sujud rokaat ka opat belas karasa lila-lila teuing, asa geus bulak balik masa subhana robial a’la dibonusan ku fatihah. Tapi angger wè Imam teu cengkat. Rèk cengkat sorangan asa piraku, atuh batal da teu nurut ka imam. Sujud tutuluyan ogè matak puyeng, karasa getih jadi tibalik tina jantung kana sirah. Nyobaan deui ditambahan babacaan tèh makè ayat kursi jeung falak binnas. Sugan wè geura cengkat.

Tapi jempling wè nu aya. Ngarèrèt gigireun, Mang Ukon ogè keur sujud bari peureum, ogè Usep, Jae, Maman jeung Ki Atang. Panasaran ngalieuk katukang, geuning sarujud kabèh bari kareungeu sora kèrèk patèmbal-tèmbal. “Geuning kalah talibra.”

Nempo deui ka hareup, Imam nyegrèk bari nangkub. Ditukang jeung digigir tingkulahèk murungkut. Teu loba carita, tibatan beunta sorangan. Ngilu ngagoler, nikmat geuning, tibra saharita. Cag.

***

Itulah cerita fiksi alias cerita rekaan berbahasa sunda sore ini. Cerita singkatnya adalah seorang anak mengikuti shalat taraweh berjamaah hingga rakaat ke 12, nah di rakaat ke 14 terjadi keanehan. Sang pemimpin sholat yang sedang bersujud ternyata tidak bangun-bangun. Sang anak berusaha khusnudzon bahwa Imam shalat mungkin bacaan doanya banyak.

Tapi sudah 15 menit tidak beranjak dari sujud, mencoba menengok ke belakang gernyata makmum lainnyapun tertidur dan ada yang ngorok, jangan – jangan Imam juga tidur. Didalam kebingungan itu sang anak memutuskan untuk mengikuti fenomena tidur berjamaah ini, dan tertidur pulas.

Begitu penjelasan cerita fiksi diatas. Jangan dipikirkan benar tidaknya, ini cuma sebuah cerita fiksi kok. Happy Ramadhan, Wassalam (AKW).

KOPI & senyum MONYET

Dimanapun ngopi meskipun harus hati2.

SEMARANG, akwnulis.com. Pertemuan dengan hewan yang mirip kita ini tanpa sengaja, tapi mereka menyambut kita dengan sukacita. Sebuah pertemuan yang menjadi menarik jika kita mencoba memberi makna. Turun dari bis di parkiran disambut udara sejuk yang sedikit menderu, jelas rasa dingin langsung mencubit kulit dan memeluk raga sehingga meringis kedinginan.

Disaat mata mencoba melihat ke sekeliling maka bertatap mukalah dengan wajah-wajah lucu berbulu abu. Ada senyuman di wajah – wajah mungil itu, seolah merasa senang dengan kehadiran kami. Tapi disisi lain tangan waspada dengan smartphone atau tas tangan kecil, karena khawatir mendekat dan merebut karena disangka akan memberikan makanan.

Bergerak ke depan, mata terpana melihat terbentang air bendungan atau waduk yang begitu menenangkan. Angin dan gerimis menjadi pelengkap kehadiran kami di sebuah tempat yang ternyata dihuni 523 ekor monyet ini dengan berbagai umur dan ukuran.

Sebagai patokan bahwa memang banyak binatang monyet ini diwakili oleh hadirnya patung besar monyet yang gagah sekaligus agak ngeri karena matanya seolah memandang dengan tegas terhadap siapapun yang datang mendekat.

Kopi hangat yang sedari tadi sudah siap ditampilkan terpaksa di hold dulu, kembali tersimpan di dalam backpack. Kan berabe kalau direbut monyet dan tumpah berantakan.

Setelah melewati patung monyet tadi maka diharuskan menuruni tangga yang di kanan kirinya kawanan monyet menemani. Mereka terlihat berbicara satu sama lain sambil menunjuk-nunjuk ke arah kami yang berjalan takut takut.

Untuk memastikan apa yang dibicarakan, maka segera direkam dan dikonversi menggunakan chatGPT …. tring, teknologi artifisial intelligent beraksi, dan hasilnya adalah : “Wah banyak manusia, hayu kita beri senyuman tapi jangan dekat-dekat, mereka mahluk misterius yang bisa berubah sikap setiap saat”

Gitu katanya beberapa pembicaraan mereka.
Ternyata bener juga itu terjemahan, karena disaat kamera beraksi untuk mengambil gambar, seorang eh seekor monyet tersenyum manis, mulutnya terbuka.

Walah penulis mundur sesaat karena ternyata mongkey smile ini menghadirkan dua taring yang boleh disebut agak mengerikan. Bukan senyuman ini mah, tapi seringai yang sedikit mengancam, aw.

Maka menghindari hal – hal yang tidak diinginkan sementara hasrat ngopi begitu menggebu. Langsung saja mencari posisi yang ideal dan jelas tidak akan diganggu monyet – monyet lagi.

Apa yang dilakukan?”

Ini langkah tepatnya, bergerak ke dekat monyet yang berbentuk patung dan segeralah menikmati kopi disitu. Dijamin monyet – monyet tidak akan mendekat karena sudah ada perwakilannya disini hehehehe. Srupuut.

Alhamdulillah, segar pisan. Mood booster pagi ini. Menghangatkan perut dan menenangkan jiwa sekaligus menambah kewaspadaan terhadap hadirnya monyet – monyet di sekitar kita.

Buat yang penasaran lokasinya, tinggal secarh saja di Google atau tanya di chatGPT dengan kata kunci GOA KREO. Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

***

Lokasi GOA KREO
Jl. Raya Goa Kreo, Kandri Kec. Gunungpati Kota Semarang. 50222.

CSR & jejak digital.

Jejak digital yang penuh kenangan.

SINGAPARNA, akwnulis.com. Berawal dari perbincangan santai dalam sebuah acara dinas yang dilaksanakan secara berangkai, tentu diselingi senyum dan tawa yang terkadang terbahak karena sebuah sebab. Diskusi tak resmi beradu diksi, kembali pecah tawa tanpa perlu sensasi. Indahnya kebersamaan yang dihadirkan karena sebuah undangan plat merah yang telah dibagikan.

Nah pembahasan yang strategis adalah terkait tentang CSR, sebuah istilah tentang kepedulian sosial atau tanggungjawab sosial dan lingkungan dari perusahaan dan pihak – pihak perseroan. Sehingga bisa menjadi salah satu sumber keuangan yang mendukung proses pembangunan. Masih banyak sumber – sumber keuangan itu selain CSR, kata Pak RK mah ada APBN, APBD provinsi, APBD Kabupaten / Kota, Dana Umat, Pinjaman daerah, Obligasi  dan KPBU (kerjasama pemerintah dan badan usaha).

Pas bicara CSR, ingatan pribadi langsung berlari menggali memori yang tertuang pada tulisan singkatku di masa lalu. Tentu dengan judul yang sama, CSR. Maka menarilah kedua jempol ini di keyboard virtual smartphone melalui mbah google dengan keywordnya : andriekw, csr.

Tulisanku 11 Jan 2014 / Capture.

Tring…. langsung hadir sebuah link blog gratisanku di masa lalu. Tepatnya 11 Januari 2014 atau … wow 9 tahun lalu. Ternyata jejak digital masih tertera meskipun waktu sudah Menggerus begitu lama. Tanpa banyak basa basi langsung di capture dan disave serta tentu diabadikan pada postingan kali ini.

Tulisan singkat ini berbahasa sunda dengan genre cerita fiksi sangat singkat, tepatnya dibatasi maksimal 150 kata saja. Tetapi sudah memiliki tema dan cerita utuh dengan pesan yang jelas. Bercerita tentang semangat seorang wanita pengusaha yang merasa usahanya sudah balik modal dan tentunya berniat untuk memberikan sebuah tanggungjawab sosial kepada pihak lain dengan pelayanan yang sama namun tanpa biaya, karena ini Ce-es-ar.

Selain dicapture juga ditulis ulang cerita fiksi singkat itu, sebagai berikut :

***

FIKMIN # CSR #

Tengah peuting di péngkolan nu rada suni kaciri hiji wanoja rancunit maké mantel bulu ngadeukeutan bapa-bapa jeung nonoman nu keur ngariung. “Punten bilih aya nu badé ngersakeun, mangga haratis”,

Èta wanoja bari mukakeun mantel buluna. “Astagfirullohal adzim, nanaonan ieu téh?”, Abah Sarmad ngarénjag bari melong. Jang Ibro jeung Cép Duléx ogé mencrong teu kiceup-kiceup. Mang Bahro tungkul bari kunyam-kunyem babacaan.

Badé moal?”, wanoja rancunit naros deui kanu karempel. Hookeun. Keur ting haruleng, katingali dua urang Satpol PP muru ka éta patempatan. Wanoja rikat nutupkeun deui mantel buluna, ngan teu tiasa lumpat da kabujeng dicerek.

Di pos keamanan wanoja téh ditalék, “Anjeun ngalanggar Perda Asusila, wayahna kudu dihukum.”

“Teu rumaos ngalanggar abdi mah pa, da tadi mah sanés icalan. Diharatiskeun malih mah”, eta wanoja ngabéla diri.

Naha bisa kitu?”,

“Muhun abdi téh kaleresan dinten ieu icalan téh mucekil, malih mah batina ageung. Tah nu nembé nawisan haratis téh dina raraga CSR”.

***

Catatan : Jika masih tidak mengerti bisa ditanyakan di kolom komentar atau japri saja kepada penulis di jalur biasa, atau DM di Akun Instagram @andriekw

Demikianlah cerita tentang CSR yang telah penulis tuangkan menjadi rangkaian kalimat pada sembilan tahun lalu. Terima kasih dunia digital yang telah menyimpan catatan ini tanpa banyak komentar. Selamat sore, Happy weekend Guys, Wassalam. (AKW).

DATA, Kopi & WFA

Presentasi dan materi diakhiri dengan FWA sambil sruput Kopi.

PASTEUR, akwnulis.com. Suasana rapat dengan model U bisa langsung membuat suasana menjadi beku dan kaku terjebak oleh suasana formal rapat yang lengkap dengan pernak pernik formalitas. Apalagi didukung penuh oleh hembusan air conditioner ruangan yang melenakan, maka rasa kantuk begitu mudah hadir dan segera mengaburkan pandangan berganti mimpi sesaat yang memang bernilai nikmat.

Itulah saat menantang bagi diri ini yang harus memberikan materi pada saat jam rawan dimana para peserta sudah makan siang dan kelihatan wajah – wajah kenyang. Maka cara terbaik adalah berusaha menghadirkan interaksi dan sedikit humor agar kantuk peserta hilang dan bisa antusias menerima materi yang akan disajikan.

Maka segera dikeluarkanlah aneka kemampuan termasuk posisi raga pun diubah. Tidak lagi duduk di depan meja penyaji materi tetapi segera bergerak turun dari podium dan berdiri setara dengan para peserta sekaligus mata dipicingkan untuk melihat peserta mana yang terkantuk-kantuk atau malah diam tetapi mata tertutup dan menikmati mimpi siang di sejuknya ruangan meeting hotel ini.

Ngapain milih yang ngantuk-ngantuk?”

Pertanyaan sederhana tapi efektif menyegarkan suasana. Caranya adalah dekati peserta yang sedang terkantuk-kantuk dan berikan mic yang ada, lalu berikan pertanyaan. Dijamin akan terjaga dan hilang rasa kantuknya berganti wajah tegang dan kebingungan atas apa yang sedang terjadi. Kalau nggak percaya, silahkan coba.

Maka mengalirlah rangkaian kata dan kilasan slide presentasi dilengkapi tawa canda dan tegur sapa dengan sebuah tema yaitu REKOKOM (regulasi, komunikasi dan komitmen) tentang pentingnya data yang dihasilkan sekaligus cara mendapatkan data tersebut.

Lalu setelah tugas menyampaikan materi usai, dilanjutkan dengan tugas lain yang harus konsentrasi sertai tidak terbuai. Meskipun raga sebetulnya sudah mulai lunglai. Maka cara terbaik adalah pindah suasana meskipun masih berada di satu area, ditambah dengan sajian kopi hitam tanpa gula, tapi sedikit foam susu sehingga cappucino yang datang merk Ily segera mengubah suasana.

Sruputan pertama menjadi utama untuk mengembalikan stamina. Alat kerja langsung digelar, laptop, tablet, smartphone dan sisa-sisa kertas yang harus dilihat satu persatu karena masing-masing menjadi unik dengan tulisan tangan yang berbeda-beda.

Apalagi momentum kali ini begitu cocok dengan tema tulisan selama ini yaitu NGOPAY & NGOJAY. Karena lokasi kerja kali ini berdekatan dengan kolam renang yang bisa digunakan ‘ngojay‘ serta dihadapan sudah hadir kopi untuk ‘ngopay‘. Alhamdulillah.

Sruputan berpadupadan dengan baca tulisan tangan dan pemandangan kolam renang, sebuah momentum FWA (flexible working arrangement) yang menyenangkan. Pekerjaan tuntas sambil memunggu rangkaian kegiatan di lantai atas yang berharap hadir pada saat penutupan. Itulah sepenggal kisah tentang presentasi, materi, kolam renang dan kopi. Wassalam (AKW).

***

Lokasi : Hotel Holiday Inn – Pasteur Bandung.

TERBANG lagi.

Alhamdulillah, bersua kembali dengan udara eh bandar udara.

JAKARTA, akwnulis.com. Ketika kaki perlahan menjejak di area keberangkatan bandara cengkareng atau soekarno hatta ini, ada perasaan yang bercampur baur. Rasa senang karena akan kembali terbang dengan pesawat begitu menguat. Namun terselip rasa hawatir jikalau tidak lolos metal detektor dan harus bulak balik diskusi dengan petugas bahwa titanium yang terpasang di kaki kiri adalah bagian dari penyembuhan tulang yang patah. Juga hadir sejumput sedih jika mengingat beberapa tahun lalu praktis tidak bisa kemana-mana dengan alasan keselamatan akibat ancaman virus covid19.

Terasa seperti kembali menjadi orang baru yang akan naik pesawat dan exited bingit pas masuk bandara. Terasa ada kebahagiaan tersendiri disaat proses tiket otomatis dengan bermodal kode booking, lalu antri untuk menitipkan bagasi hingga bergerak untuk pemeriksaan selanjutnya menuju keberangkatan pesawat.

Pas memasuki pemeriksaan detektor logam, jantung sedikit kencang berdenyut. Khawatir urusan logam di kaki kiri menjadi hambatan. Ternyata pertanyaan signifikan sang petugas adalah,

Minta data vaksin ke3 di aplikasi peduli lindungi”

Maka segera smartphone disodorkan, dilihat sekilas, cocokkan dengan data. Tring. Selesai. Tiket dicetak dan berada di tangan, “Woooi, jadi terbang!” Sebuah teriakan dalam hati.

Selangkah demi selangkah mendekati metal detektor, arloji dan ikat pinggang sudah ditanggalkan, kecuali harga diri tetap dipertahankan. Semuanya Disimpan di kotak plastik kecil untuk masuk pemeriksaan. Setelah itu berdiri antri menuju metal detektor pemeriksaan diri.

Selangkah
Dua langkah
Lewati metal detektor.
Sepi.

Jadi penasaran, balik lagi deh dan mengulangi gerakan tadi. Satu langkah dua langkah memasuki metal detektor. Sepi juga, Alhamdulillah. Ternyata titanium yang tertanam di kaki kiri tidak menjadi masalah. Hayu bergerak.

Tiket di tangan coba dibaca, penerbangan ini di Gate 21. Ternyata Gate 21 di Terminal 3 itu sungguh terasa jauh tapi dekat. Jauh karena kondisi kaki kiri yang tidak boleh dulu beringsut dengan cepat dan cekatan sehingga menjadi ‘andalemi’ dan bergerak perlahan tapi pasti. Untung saja check innya lebih awal sehingga waktu menuju boarding masih cukup lama. Nah terasa dekat karena semangat memulai kembali petualangan tugas baru dengan menggunakan pesawat, jadi pengen cepet cepet hehehehe.

Akhirnya seiring pemeriksaan terakhir dengan memperlihatkan KTP dan tiket, langkah pasti menuju garbarata yang menjadi penghubung area bandara dengan pesawat Airbus A230  untuk mengantarkan raga meninggalkan pulau jawa. Selamat terbang kembali diriku. Wassalam (AKW).

Senyum Singa.

Sebuah senyum yang berbeda….

Photo : Senyum singa / source : IG wildandwilder diedit.

DAGO, akwnulis.com. Hadirnya gigi diantara keramahan wajah menjadi prasyarat sebuah senyuman tanpa tekanan. Senyum ikhlas dan seimbang terlihat dari ikuran yang pas antara tarikan ke kanan dan tarikan ke kiri, juga batas atas batas bawah.

Gigipun hadir tidak harus terlihat semua, tetapi cukup menghadirkan jajaran gigi depan yang (mungkin) menawan.

Tetapi ternyata ada juga senyuman seimbang yang beraura menegangkan. Bukannya rasa senang yang didapat tetapi dedg degan nggak karuan pas melihat senyumannya.

Deretan giginya bersih dan lengkap, tetapi terlihat seperti siap menangkap. Begitupun sorot mata yang tajam, ternyata membuat hati ini terancam.

Nggak percaya?…. Silahkan lihat photo senyuman di awal tulisan ini, monggo

Mayoritas berpendapat setelah melihat gambar tersebut di IG akwnulisdan di FB selaras dengan pikiran penulis, senyum garang yang menegangkan hehehehe.

Pertama yang senyumnya dulu, siapakah?…. Singaaa. Yup jadi melihat senyuman tidak hanya bibirnya saja, tetapi siapa yang senyumnya, karena jika dihadapan kita seekor singa tersenyum menyeringai, itu bukan maksudnya menghormati kita tapi…. bersiap untuk menyantap menu makanan lezat yang hadir dihadapannya.

Kedua dimana dulu tempat seseorang eh seseekor itu tersenyum lepas. Karena senyuman di alam bebas dengan senyuman khusus yang diberikan kepada kita, memiliki arti yang berbeda.

Terakhir yang patut kita yakini adalah, sebuah senyuman yang kita hadirkan adalah sebuah senyum yang merupakan bagian dari ibadah sesuai tuntutan hadist, tentunya diberikan dengan tulus ikhlas.

Duka ari senyuman seekor singa mah, Waalohualam bissawab, Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

Sakoteng Einstein.

Perjalanan malam minggu menjemput istri, mendapatkan pelajaran yang berarti untuk menambah kemantapan dalam meniti kehidupan ini.

Photo : Pa Udeng Sakoteng / olanumot.

Dinginnya malam di Bandung utara terasa menggigit permukaan kulit yang terbuka. Tetapi malam ini harus dihadapi demi janji jemput sang istri. Keroncong irama perut berima menggugah selera, mengingatkan alarm lapar untuk segera mencari pengganjal perut yang tengah merana. Perpaduan dingin dan lapar segera dieksekusi mata.

Memandang sekitar dengan fokus dan tajam. Tap…….. sebuah warung makan menjadi pilihan. Segera raga ini menepi menambatkan seikat tali agar tunggangan tak hilang kala ditinggal makan. Tak banyak basa-basi karena perut ingin segera diisi. Tunjuk itu tunjuk ini akhirnya sepiring hidangan untuk makan malam tersaji. Rolade, ayam sambel ijo, telur dan Ati ayam (tanpa nasi) menemani malam yang makin menusuk kulit ini.

Photo : Makan malamku / Olanumot.

Usai acara mengganjal perut maka sang waktu terus berpaut. Bergegas menuju tunggangan yang masih setia menunggu. Sesaat mau bergerak, mata terpaku melihat sesosok pedagang yang terlihat gesit melayani pelanggan dan berpenampilan rapih. Penasaran, tak jadi pergi dan perlahan mendekati bapak kurus berambut hitam perak. Sesaat mengingatkan kepada sang ilmuwan jenius Einstein. Tapi setelah beberapa saat bercakap, bukan sodara atau keluarga malah tak tau einstein itu siapa.

Namanya pa Udeng dan berjualan Sakoteng, sebuah sajian makanan atau minuman yach?… soalnya kuahnya banyak. Disajikan panas-panas sangat cocok untuk melawan dinginnya suhu di dataran tinggi bandung utara tepatnya di area Barukai Cisarua KBB. Disimpulkan aja ah, Sakoteng tersaji sebagai minuman penghangat badan yang diisi oleh bermacam campuran yaitu potongan roti, kacang sangrai, kelapa serut, pacar cina, simping pedas, campuran jahe dan tak lupa krimer susu kental manis. Tapi tak berani mencoba karena alasan yang ada. Yang pasti bungkus aja buat istri tercinta yang sedang tugas jaga.

Pengamatan singkat dan pembicaraan yang ramah dengan Pa Udeng berbagi tips tentang usaha berdagangnya yang terus bertahan sejak tahun 70-an hingga saat ini dan bisa menjadi sumber penghasilan sehari-harinya adalah :
a. Tampilkan sajian produk yang rasanya enak dan menarik.
b. Gerobak dan meja kursi tertata rapi dan bersih termasuk penampilan pedagangnya.
c. Bersikap ramah kepada pembeli, sedikit bercanda dengan tetap menjaga sopan santun.
d. Jangan lupa niatkan ihtiar usaha berdagang ini adalah ibadah untuk menjemput rejeki dari Allah SWT.

4 poin penting yang didapat dari Pa tua ini semakin menghangatkan pemahaman dan betapa rasa syukur merupakan modal untuk wujudkan ketenangan hidup dimana keimanan adalah pilar utama dalam meniti perjalanan hidup ini.

Photo : Spanduk Sakoteng / Olanumot.

Sebelum pamit iseng nanya singkatan ‘SKG’ yang tertera di tembok tempat pa Udeng berjualan. “Itu mah singkatan dari ‘Sakoteng Koboy Garut’, bapa dagang sakoteng rada ngoboy ti baheula ogé wedalan garut.” (Bapak berdagang Sakoteng, berpenampila Koboy dan lahir di Garut). Pa Udeng menjawab dengan senyumannya yang khas.

Jangan lupa kawan, menurut tuntunan agama, infak shodaqoh itu diambil dari sebagian rejeki pendapatan kita. Yaitu dari Gaji arau ujroh, yaitu balasan bagi jasa kita. Harta yaitu apa yangcdimiliki bisa dijual dan diwariskan. Milik adalah sesuatu yang dimiliki tetapi tidak bisa dijual dan tidak bisa diwariskan seperti senyum, tenaga, pikiran dan doa.

Jadi keramahan yang salah satunya menyajikan senyum yang tulus itu ibadah. Senyum itu infak shodaqoh yang sangat mudah kita lakukan, selama niatnya ikhlas, insyaalloh berpahala. Wassalam (Akw).

*)Catatan : Saran masukan dan pertanyaan dari beberapa suhu dan kawan, ijinkan hamba menambahkan sebaris dua baris coretan….

Lokasi jualan Sakoteng pa Udeng klo dari keluar toll gate baros itu 12 km menuju arah utara Kota Cimahi yaitu Jalan Kolonel Masturi. Perjalanan 32 menit dengan kontur menanjak memberi sensasi tersendiri.

Melewati pusat Kota Cimahi trus nenuju utara. Setelah setelah jalan berbelok kanan di depan gerbang masuk SPN Sekolah Polisi Negara Cisarua Lembang. Sekitar 300 meter ada Alfamart, disitulah Pa Udeng berikhtiar dengan bendera perusahaannya Sakoteng Koboy Garutnya. Nhn.