PERNAH GENDUT, lalu ….

3 bulan lalu pernah membulat lho..

CIMAHI, akwnulis.id. Tiga bulan perjalanan kehidupan terasa sekejap saja karena sudah terlewati. Tetapi dengan anugerah ingatan maka rangkaian kejadian bisa diceritakan termasuk menjadi dokumentasi literasi bagi diri sendiri dan catatan penting yang mungkin berguna bagi orang lain.

Itulah yang menjadi kobaran semangat dalam menuliskan cerita pribadi kali ini tentang perjuangan menghilangkan lemak tubuh serta otomatis mengurangi berat badan yang selama ini membersamai diri.

Jika dievaluasi sebenarnya ketidakterkendalinya kondisi berat badan ini pasca kejadian patah kaki pada medio awal tahun 2022 tepatnya di bulan januari, dimana dengan kejadian yang dianggap ‘sepele’ yakni meloncati pot bunga pada saat akan apel pagi berakibat patah meruncing pada ruas kaki sebelah kiri. Cerita lengkapnya klik saja PATAH MENYILANG.

Penyebabnya ternyata 2. Pertama adalah posisi mendaratkan kaki yang salah dan kedua adalah berat tubuh yang mulai memasuki PSK alias Pemuda Seratus Kilo atau tepatnya 100,4 kilogram alias 1 kuintal guys… ngeri khan?

Disaat kejadian tidak terbayang patah menyilang, tapi hanya terkilir saja sehingga diurut dan digosok dengan minyakpun bisa sembuh dan sakitnya hilang. Maka tanpa memeriksakan diri langsung bertugas ke Ujung genteng Sukabumi membersamai kunjungan kerja anggota dewan.

Singkat cerita, kembali ke Bandung dan sang Istri terkejut melihat kondisi kaki yang tidak baik – baik saja sehingga diminta di rontgen. Disitulah dipastikan bahwa ruas kaki ini patah menyilang dan meruncing dari kedua sisi sehingga pilihan terbaik adalah operasi.

Pasca operasi menjadi tantangan terberat karena harus memakai penyangga dan rutin mengikuti terapi. Demi sebuah harapan dapat berjalan kaki kembali tanpa ada kendala kepincangan yang berarti. Disinilah momentum berat badan tidak terkendali karena olahraga rutin praktis berhenti.

Bermain futsal, sepakbola, batminton dan lari terpaksa berhenti digantikan dengan tertatih berjalan kaki. Termasuk hobi untuk dipotret sambil loncat untuk menghasilkan photo levitasi. Semuanya harus terhenti. Sementara makan terus dilakukan karena tidak banyak yang dikerjakan termasuk praktis 1 bulan bekerja di rumah karena belum boleh berjalan sendiri sebelum dinyatakan sembuh berdasarkan hasil observasi. Maka berat badan merangkak naik dari 100,5 kg mulai menyentuh 110,5 kg. Peningkatan drastis 10 kilogram yang tak bisa dihindarkan.

Kondisi kaki berangsur sembuh dan akhirnya pasca 6 bulan perawatan dan terapi akhirnya bisa melepas tongkat penyangga dan beraktifitas seperti biasa. Tentu untuk olahraga tetap dibatasi hanya jalan kaki dan berenang saja.

Termasuk juga perpindahan tugas ke tempat yang lebih dekat dari rumah, ternyata memberi konsekuensi logis lebih bahagia karena waktu sehari-hari diperjalanan bisa dipangkas serta banyak waktu buat keluarga plus kesempatan ngopi bersama istri bisa lebih intens dengan menu yang beragam dilengkapi dengan sajian makanan dan snack menggiurkan di kantor seperti gorengan bala-bala hingga gehu pedas, cilok hangat dan seblak dilengkapi jika sore hari me jelang pulang kantor ditutup dengan batagor kuah ceker, baso kangkung atau nasi padang bungkus yang nasinya menggunung.

Tanpa perlu waktu lama. Terasa pakaian mengecil semua. Kancing baju terlihat menegang menahan tekanan dari perut yang membesar begitupun shalat dalam posisi atahiyat akhir menjadi kesulitan termasuk nafsu makan terus membesar. Apalagi dengan prinsip bahwa pilhan dari makanan atau cemilan itu ada 2 yaitu enak dan enak sekali. Sehingga puncaknya meraih eh memiliki berat badan 111 kg.

Oh my God, gimana ini?”

Maka semakin diintenskannya di tempat tugas baru ini minimal melangkah 6.000 sehari tentu di bantu berhitung dengan smartwatch yang terjangkau. Termasuk memberhentikan atau mengurangi asupan karbo setelah magrib dengan segala perjuangannya.

2 bulan berlalu dengan program jalan kaki  minimal 6.000 langkah dan berhenti makan setelah magrib. Tapi penganan aneka aci di jam kerja masih dimakan, seperti seblak, cilok, batagor, baso dan cibai termasuk sesekali nasi padang dan durian. Akibatnya ternyata berat badan bukannya berkurang… tapi nambah 2 kilogram sehingga berat badannya 113 kg.

Disinilah akhirnya memutuskan mengikuti pola diet lebih teratur dan terarah dengan bimbingan coach yang super cerewet tapi sabar banget untuk selalu menemani langkah diet dengan sebaik-baiknya sesuai protap (prosedur tetap) yang berlaku. Hingga hasil akhirnya membuat 18 kilogram lemak eh berat badan menghilang. Alhamdulillahirobbil alamin. (AKW).

nah yang penasaran dietnya gimana, mohon tunggu tulisan selanjutnya ya.. Have a nice weekend kawan.

***

PENGORBANAN (TAK) SIA-SIA.

Berkorban itu perlu, tapi pikirkan dulu.

TJIMAHI, akwnulis.com. Terkadang sebuah keinginan hadir tanpa alasan, muncul begitu saja di benak ini dan diucapkan dengan lantang. Sehingga didengarkan oleh rekan staf dan menjadi sebuah perintah yang harus dilaksanakan.

Itulah yang terjadi, setelah sekian waktu berusaha makan siang itu adalah makanan sehat dengan menu aneka salad. Ternyata ada gejolak jiwa cheating yang ingin menikmati sajian makanan lain yang digandrungi kawula muda.

Sebuah sajian makanan alias jajanan yang berbasis kerupuk dengan aroma kencur yang dilengkapi dengan berbagai boga bahari, protein seperti serpihan telur, daging ayam, ceker, tulang, sosis, termasuk baso dan banyak lagi pilihan dengan rasa gurih pedas dengan nama sajiannya adalah seblak.

Maka bergeserlah dari salad ke seblak, sama awalan s tetapi begitu berbeda dari warna dan rupa serta tentunya rasa. Tapi hidup ini butuh variasi kawan. Sesekali perlu menikmati sajian ekstrim yang membuat hati berdebar (seseblakan) akibat rasa kuah yang memerah karena minta diberi bumbu pedas level dewa.

Jika hari kemarin adalah menikmati kesegaran eggplant salad, maka siang ini mencoba menikmati sajian seblak kumplit pedas maksimal.

Dilihat sepintas terasa tantangannya karena kuahnya begitu merah dan biji cabe bertaburan di permukaan mangkok putih bercahaya. Setelah membaca BIsmillah, prosesi penyuapan kuah dimulai… amm.. srupp…..

Mata langsung membelalak dan hati berdebar, apalagi mulut dan lidah tidak bisa mengucapkan banyak kata. Semua bergabung di otak dan teriak didalam neocortec, “Ampyuuuun Lada Pisaaaaan…..”

Tak perlu lama, butiran keringat muncul dan desah mulut kepanasan langsung memenuhi ruanganku yang sederhana ini. Tapi masalahnya bukannya berhenti makan, malah lanjutkan penyuapan. Karena dibalik sensasi pedas, panas dan gurih ini hadir kenikmatan berbeda yang wajib disyukuri…. nyam nyaam.

Akhirnya setelah sekian lama berusaha, menyerah tanpa bisa menghabiskan sajian seblak yang ada. Karena ternyata peluh bercucuran dan lidah teriak karena sudah tidak siap menerima level kepedasan ini, begitupun perut mulai bereaksi. Betapa cepatnya rasa pedas ini menguasai raga yang rapuh ini.

Lalu bergegas mengambil gelas dan meminum air putih yang tersedia di meja sebelah. Meskipun tidak menghilangkan pedas tetapi minimal memberi waktu bagi mulut untuk berdamai dengan keadaan dan tidak harus tertekan oleh pedas yang hadir bertubi-tubi.

Dampak ikutannya ternyata sang perut tidak kompromi karena berbagai faktor, terutama faktor U (umur). Perut panas sepanjang malam dan hingga dini hari bolak balik kamar mandi karena sembelit dan perut rasa melilit.

Kapok ah. Jangan maksain jikalau tak siap. Kendalikan keinginan dan sandingkan dengan kenyataan. Karena sebuah pengorbanan yang terjadi tidak sebanding dengan keinginan awal yang terucap begitu saja. Have a nice weekend kawan. Wassalam (AKW).