KEHILANGAN : SEDIH & BAYAR

Ternyata Kesedihannya mendalam karena diharuskan juga membayar hehehehe…

JAKARTA, akwnulis.id, Pagi masih menggelayut manja diatas cakrawala sementara mentari tampak malas menampakkan cerianya. Pagi syahdu yang entah mengapa membuat jiwa ini rapuh dan meragu. Tetapi tidak ada jalan lain untuk menahan langkah dan kembali pulang untuk memeluk kenangan. Karena harapan ternyata menjadi bayang yang akan hadir dikala bentar bersinar terang.

Maka dengan segenap sisa kemampuan, dilawan perlahan semua keengganan dan kemalasan dengan cara tarik nafas panjang lalu berteriak spontan dengan semangat, “Alloooohu Akbarr!!”

Otot di raga tergerak dan semesta menemani perubahan sikap ini. Maka sebelum pelukan kemalasan kembali berkelindan, kaki melangkah penuh keyaminan untuk menuju sebuah tempat yang diharapkan memberikan kepastian.

Sebagai penguat sinyal dalam meyakinkan tentang rasa kehilangan ini maka kantor polsek terdekat bisa memberikan secercah harapan dengan menghadirkan sebuah kertas keterangan. Jelas sudah ada yang hilang karena judul surat yang diterbitkan di kantor polisi adalah SURAT KEHILANGAN.

Biarkan secara administrasi tercatat hilang, tapi kenanganmu tetap tak lekang oleh jaman”

Langkah kaki setengah berlari membawa bukti surat kehilangan. Menuju sebuah tempat yang berharap menjadi pengobat luka akibat kehilangan, namun ternyata kehilangan kali ini bukan sekedar kehilangan tetapi dilengkapi dengan keharusan menyediakan sejumlah uang.

Omay gad, ternyata kehilangan kali ini bukan hanya kesedihan dan kebingungan mencari kenangan dan bukti keberadaan tetapi juga perlu merogoh saku demi mengikuti sebuah aturan”

Jadi lengkap sudah, pertama hilang lalu kehilangan, diberi surat keterangan hilang dan dalam proses selanjutnya ternyata bukan hanya kehilangan tetapi harus bayar sejumlah uang. Huuuu huuuu huuuu huuu.

Memang anda kehilangan apa sampai bersedih tak tertahankan?” Sebuah pertanyaan hadir dari kumpulan orang yang jadi penasaran. Termasuk yang sedang baca tulisan ini. “Ya khan?”

Kehilangan ini” Dengan suara memelas memperlihatkan photo sebuah buku hijau kecil bergambar garuda emas.

Pantesan atuh, hilang pasport mah resiko, memang begitu aturannya”

Kamu betlebihan, hilang ginian tapi heboh sendiri cari simpati”

Raga terdiam dan sedikit senyum simpul. Dari awal khan hanya ingin cerita kehilangan dan ternyata kehilangan pasport memang harus berposes dan juga bayar 1 jura rupiah diluar biaya pembuatan pasportnya. “Kenapa orang – orang sewot?”

Jadi kesimpulannya :
1. Bagi yang sudah punya paspor maka dijaga baik – baik jangan hilang.
2. Jika hilang maka ada keharusan membawa surat dari kepolisian, BAP oleh Kantor Imigrasi lalu bayar dendanya.
3. Jika hilang dan tidak ada sama sekali photocopy atau file digital dari paspor yang hilang maka harus ke kantor imigrasi terdekat untuk meminta salinan dari paspor yang hilang ini. Harus datang pagi – pagi dan dengan ikhlas antri. Setelah dipanggil dan mengisi beberapa formulir serta wawancara maka diberikan copy-an berkas sebagai bahan untuk membuat surat keterangan kehilangan dari kepolisian.
4. Ke kantor polisi terdekat atau disarankan di daerah domisili dan inipun perlu waktu yang lumayan.
5. Kembali ke kantor Imigrasi dan berproses untuk pembuatan paspor baru dan selain harus mengantri lagi juga bersiap membayar denda kehilangan.
6. Waktu yang digunakan cukup banyak dalam prosesnya, jadi tetap semangat, bersabar dan fokus.

Begitu ceritanya yang penulis alami, semoga menjadi cerminan kehati-hatian bagi para pembaca yang baik hati dan tidak sombong serta teliti untuk berbagai hal. Selamat menjalani hari ini, penuh arti dan jangan lupa tafakur serta syukuri. Wassalam (AKW).

REM & CHARGER

analog sederhana dari ke-kepo-an.

BANDUNG, akwnulis.id. Perjalanan harian menapaki kehidupan terus berlanjut. Begitupun pengalaman kehidupan semakin bertambah seiring perpindahan tugas yang terjadi. Maka tombol adaptasi kembali di aktifkan, dan harus cepat mengamati pola serta sikap dan perilaku plus mengelola harapan dari banyak pihak sambil meluangkan waktu untuk ‘belanja masalah‘.

Ada salah satu yang menarik dalam pengalaman alih tugas ini adalah berkesempatan menggunakan kendaraan listrik yang canggih. Sebuah pengalaman yang luar biasa bagi seorang pegawai yang selama ini begitu akrab dengan kendaraan bermotor dengan bahan bakar pertalite, pertamax ataupun bio solar dan dexlite. Disaat masuk kabin tentu excited alias colohok melihat panel dashboard yang futuristik. Maka satu kata yang utama adalah, “Alhamdulillahiroobil alamin”…

Maka dengan segala ke-kepo-an itu, pasti culang cileung dan penasaran. Hanya saja tidak bisa dieksplorasi semua karena ternyata amanah tugas berbanding dengan beban pekerjaan yang cukup menggerus waktu menyita saat sehingga 24 jam sehari adalah sebuah medan perjuangan yang harus di-menej dengan efektif dan efisien. Tentu selain waktu tidur dan waktu keluarga maka sisanya adalah saatnya bekerja.

Nah sambil berjibaku dengan segala perubahan yang ada, teman baru ruangan baru, suasana baru dan jelas tantangan berbeda. Ada hal yang menggelitik hati dari panel dashboard mobil listrik ini, Hyundai Ioniq 5. Yaitu panel paling kanan yang menunjukan posisi PWR dan CHG. Indikator tersebut jika diamati lebih seksama adalah memperlihatkan sebuah teknologi yang memungkinkan kendaraan listrik yang sedang bergerak itu tidak hanya menghabiskan daya batere yang tersedia tetapi juga berkemampuan menyimpan atau menghasilkan listrik itu sendiri (charging) pada saat kendaraan sedang melaju.

Pikiran sederhana ini menjadi tergelitik untuk menulis dan mengamati hal ini karena jika kita menginjak gas sekuat tenaga maka panel PWR (power) naik dengan indikator biru dan itu artinya batere sedang digunakan untuk membuat kendaraan ini melaju di jalanan. Tetapi di saat kaki melepas pedal gas, maka terjadi proses CHG (charging) atau pengecasan untuk menghasilkan daya listrik meskipun sedikit. Jika ingin chargingnya maksimal tinggal di injak pedal rem secara terukur maka proses charging semakin maksimal. Itu ditandai dengan panel membiru lebih banyak di posisi display CHG. Ini yang luar biasa, karena otak ini langsung menghubungkan dengan analogi aktifitas sehari – hari dengan membuat persamaan.

Persamaan yang dimaksud adalah batere yang tersimpan sebagai energi & tenaga, batere yang digunakan adalah gabungan semangat, amarah dan nafsu serta ego. Sementara melepas pedal rem dan menginjak rem adalah bentuk sabar dan kedewasaan sehingga bisa mengisi kembali tenaga dengan sentuhan emosi positif dan hasilkan tenaga tambahan agar kita semakin lama bisa bertahan.

Artinya kendaraan listrik ini menggunakan prinsip sederhana namun hakiki dalam kehidupan yaitu mengaplikasikan modelling sabar dan kedewasaan untuk menghasilkan energi dan tenaga positif meskipun kendaraan atau keadaan kehidupan sedang bekerja keras dan melaju kencang untuk meraih target yang sudah ditetapkan.

Maafkan jika analogi ini mungkin salah, tetapi minimal ke-kepo-an ini berbuah berkah. Bahwa di satu sisi kita bersyukur dengan hadirnya teknologi di mobil listrik ini, disisi lain banyak nilai yang perlu dimaknai, ditafakuri dan tentu disyukuri seeta dinikmati. Selamat menjalani hari – hari ke depan yang penuh dinamika. Jangan lupa selain gaspool, ada juga momentum angkat gas dan lakukan pengereman secara akurat karena Rakib & Atid tak pernah berhenti mencatat. Happy weekend sahabat, WassalamualaikumWrWbr. (AKW).

NANGKARAK – fbs

Sabar ah, sabar…

FIKMIN # NANGKARAK #

Punten Aa, widi badè nyauran rèrèncangan abdi waè. Teu acan hurung geuning water hiterna” Soantenna dareuda bari tungkul. Pananganna sibuk ngusapan tarangna nu masih rentul ku kèsang.

Teg, rasa keuheul tos nyelek muru kana baham. Hoyong dibudalkeun margi kuciwa kana hasil padamelanna. Kajabi ieu tèh tos lami, tos ngagaleuh alatna sanaos teu acan digentosan. Tapi dina hatè langsung istigfar, heup ulah aya cariosan nu teu merenah.

Matak kitu ogè panginten salah sawios buktos tanggel waler kana padamelannana sanaos teu acan tiasa ngabèrèskeun masalah nu aya. Katawisna kedah sabar sadayana.

Saatos tiasa mèpèr kakeuheul mah, lalaunan ngarènghap panjang. “Muhun atuh dijadwalkeun waè.” Waleran pondok nu mungkas carita. Tukang rèparasi amitan.

Sabot ka dapur, rèncang nyarios, “Bapa punten kamari tèh nu ngalereskeun pemanas cai geubis ngajungkel tina korsi, nangkarak bengkang caket tangkal wijaya kusumah.

Samentawis olohok, boa tadi tèh masih tatu tapi maksakeun. Kabayang nu bayuhyuh ngabebengkang. (AKW).

KEHILANGANMU

Kembali belajar memaknai sebuah kehilangan.

BANDUNG, akwnulis.com. Jumat pagi kemarin begitu penuh momentum menyenangkan. Diawali dari photo bersama di area pintu masuk lalu duduk di tribun menunggu acara dimulai. Tak berapa lama berkumpul bersama di lapangan softball, photo bersama dengan pak Sekda secara bergiliran dengan unit kerja lain lalu bergerak bersama dalam iringan musik menghentak dan memaksa raga ini bergerak. Senam pagi bersama dimulai.

Tetapi di saat senam pagi usai ditutup dengan photo bersama gubernur, pak sekda, ibu atalia dan para pejabat eselon 2 lalu berjalan menuju tribun penonton barulah teringat padamu, yang ternyata sudah tidak bersama lagi. Tanpa berfikir panjang segera berlari keluar dan mencoba menapaki kembali pergerakan raga ini diawali dari sesi photo perdana diluar arena tadi.

Kepala menunduk sambil mengamati rumput hijau di halaman lalu lantai semen sebelum memasuki lapangan dan dilakukan berulang kali dengan harapan kita bisa berjumpa pagi. Namun. Apa mau dikata, tanda kehadiranmu tidak ada. Semua seperti biasa saja, hilir mudik dengan kesibukan dan kepentingan masing-masing.

Lelah berkeliling, akhirnya kembali ke tribun dalam mengikuti rangkaian kegiatan hingga berakhir dengan segala teriakan dan suasana meriah dan penuh kekeluargaan.

Tiba – tiba teringat ke hari kemarin dan sehari sebelum kemarin atau selumbari, betapa intensitas kegiatan bersamamu begitu lekat. Baik digunakan untuk menikmati audio di spotify, youtube lalu menikmati aneka film di netflix dan disney hotstar terdapat juga proses pengeditan video untuk channel youtube baik pemotongan dan pengaturan ukuran nada hingga perekaman suara yang sesekali diubah menjadi mode suara chipmunk atau tamias (bahasa latin).

Termasuk juga banyak berpose denganmu, bergaya dengan telinga bertengger selalu kamu. Sebuah kebersamaan disaat – saat terakhir. Sebuah kerjasama apik yang selama ini terjalin, beraneka hasil yang diwujudkan bersama terutama channel youtubeku @andriekw yang masih merangkak menapaki tantangan jaman tanpa terganggu pendapat dari siapapun. Lebih baik membuat sesuatu dari pada berkomentar terhadap karya orang lain padahal diri sendirinya tidak berbuat.

Akhirnya setelah memastikan kehadiranmu tidak bisa ditemukan lagi. Maka dengan merelakan perpisahan ini semoga semua kembali baik – baik saja. Tertulis kata ikhlas didalam kata yang terucap, meskipun hati kecil harus belajar cepat dalam memaknai kehilangan kali ini.

Kenangan bersama kembali muncul seperti potongan gambar film yang tampil disengaja, juga aktifitas rekam dan edit audio video yang selama ini menjadi penyeimbang rutinitas kehidupan, rutinitas pekerjaan yang dinamis dan butuh penyaluran.

Selamat jalan kawanku, semoga ada pihak yang menemukanmu dan memang membutuhkan sehingga dirimu bisa bermanfaat kembali. Tidak sulit kok karena modelnya plug & play dan on off bluetooth dengan mudah. Bisa kompatible dengan berbagai merk smartphone, laptop dan produk apple seperti macbook dan macbook air.

Selamat jalan kawan.

Tiba – tiba sebuah suara mengagetkanku, “Apa yang hilang mang?, kok wajahnya sedih begitu?”

Earphone Gan, SNT182 lenovo – XE06 bone connection IPX7 tea geuning.”

Oh itu, beli lagi aja, nggak perlu melankolis begitu!” Sebuah jawaban yang tegas, ketus tanpa empati. Bukan masalah harga saja yang menjadi pertimbangan, tapi nilai kebersamaan dan suka duka mewujudkan sesuatu itu yang menjadi penyebab keterdiaman ini.

Tapi ya sudah, keikhlasan kita harus universal. Ikhlas kehilangan kamu hai earphone bone connectionku sekaligus ikhlas dengan komentar seseorang yang begitu membagongkan. Dalam kehidupan fana ini sebuah momentum kehilangan adalah biasa, meskipun agak limbung sesaat. Selanjutnya tinggal bagaimana kita bisa memaknainya. Happy weekend kawan, Wassalam (AKW).

MACET & MENULIS.

Antara kemacetan dan Kotretan.

CIMINDI, akwnulis.com. Dikala raga terdiam karena kemacetan menghadang maka energi keburu-buruan mengejar setengah delapan di kantor untuk melakukan absensi harian biasanya berontak dan membuncah menjadi kekesalan. Paling mudah adalah kekesalan itu menjalar dari hati ke wajah dan tangan. Wajah menegang dan gigi mulai bergemerutuk, sementara tangan semakin kuat mencengkeram stir.

Kulit wajah mengeras dan lapisan sunblock SPF50pun agak terganggu karena permukaan yang dilindunginya tiba-tiba berubah. Maka lapisan tipis sunblockpun harus adaptasi dengan perubahan drastis ini, kalau tidak berarti berguguran dan melunturkan tugasnya sebagai paparan ultra violet yang telah mengintai di balik kaca depan kendaraan.

Apalagi pas melihat bahwa kemacetan yang terjadi tidak disikapi sabar oleh semua pengguna jalan. Sudah jelas akan terjadi bottleneck dari 4 jalur menjadi satu jalur karena berhadapan dengan pasar pagi dan sebrangnya pintu gerbang sekolah, tetap saja jiwa – jiwa salip kanan salip kiri hadir di depan mata. Untuk para pengendara motor sudah biasa bagaikan air mengalir. Dimana ada celah sempit disitulah motor masuk dan melaju. Tapi disaat melihat kendaraan yang seseleket di kiri demi meraih posisi terdepan padabal jelas memang sedang terjadi kemacetan, jiwa kemudaan ini mendidih kawan.

Pada saat yang melakukannya adalah angkot atau angkutan kota terkadang berusaha maklum meskipun tidak. Tapi pas yang melakukan manuver tersebut mobil non angkot dan ternyata mobilnya adalah keluaran terbaru tapi dengan driver ber-attitude sok jago, itulah yang membakar emosi di cerianya pagi.

Tangan terkepal dan mulut terkatup dengan rahang menegang. Bukan apa – apa, ini semua dilakukan untuk mengekang emosi yang begitu berkobar. Tidak lupa berusaha untuk istiqomah dengan mengucap istigfar.

Astagfirullohal adzim”

Allohumma inni a’udzubika asy-syaiton ar-rajim”

Sebuah ihtiar menenangkan diri dengan berdoa pada Illahi. Biarlah wajah masih tegang dan memerah, tapi hati bisa kembali dingin dan semuanya diharapkan baik-baik saja.

Tapi ternyata godaan kemacetan masih butuh perjuangan untuk lebih bersabar. Karena antrian malah terdiam. Ya sudah angkat eh pijit rem tangan dan lepaskan kaki pada pedal gas  dan menjejak di lantai kendaraan, tentu dengan mengatur nafas panjang agar hilangkan sengal dan kebosanan.

Ambil smartphone dan tulislah kegalauan ini dengan cepat namun tetap tertata. Dengan catatan sesekali melihat ke depan, barangkali kemacetan sudah terurai dan perjalanan bisa dilanjutkan.

Alhamdulillah, akhirnya tulisan singkat ini tuntas dan kemacetan mulai ada pencerahan dengan maju perlahan – lahan. Udah ah nulisnya dan kembali memegang kendali kemudi untuk menyongsong tugas pada hari ini.

Ngeeeeng…. majuu. Selamat beraktifitas hari ini. Wassalam. (AKW).

3 Pesan moral di KOPI KLOTOK.

Menggali makna di kunjungan kedua ketiga dan seterusnya..

KALIURANG. akwnulis.com. Memarkir kendaraan agak jauh dari tempat yang dituju terpaksa dilakukan karena ternyata begitu banyak kendaraan yang ada dan terparkir berderet memenuhi lahan parkir juga halaman penduduk yang ada. Hilir mudik manusiapun tak terelakkan, tapi itulah kenyataan. Maka langkah kaki menjadi tergesa karena tahu akan apa yang dihadapi selanjutnya.

Benar saja, sesaat memasuki halaman rumah model sederhana beratap genting tanah seadanya sudah mengular antrian manusia menuju pintu masuk yang terbuka dan menyebarkan aura kesetaraan dan kesabaran.

Mengapa disebut setara dan butuh kesabaran?” Seorang kawan yang baru sekarang berkesempatan datang kesini bertanya penasaran. Jawaban pertama adalah jawaban universal yaitu dengan senyum yang seimbang. Dilanjutkan dengan orasi bersemangat sambil pelan tapi pasti melangkah mengikuti antrian. Disebut setara karena disini tidak ada urusan pangkat baik jenderal atau kopral, juga tidak ada atasan bawahan, tidak ada juga orang kaya dan orang miskin ataupun yang nanggung yakni kaya belum tapi gayanya nggak mah kalah hehehehe… juga yang sosialita dengan tas brandednya sama saja dengan emak bersahaja yang penampilan sederhana, intinya semuanya sama, antri dan tak perlu dirapihkan. Semua otomatis menyesuaikan.

Kalau urusan kesabaran, sangat jelas terpampang depan mata. Suhu panas, desak desakan, keringat bercucuran, tapi semua ikut antrian. Ada sih yang sedikit cemberut tapi mayoritas hepi hepi aja dan sambil bercanda. Padahal buruan atau yang ditujunya adalah sajian makanan dan minuman sederhana. “Tapi mengapa banyak orang memburunya?’

Dari celotehan dalam antrian dapat ditebak bahwa banyak pengantri bukan yang pertama datang kesini. Mereka terlihat senang dalam antrian dan bersiap mengambil giliran. Piring seng dipilih lalu ambil nasi sendiri dan memilih sayur lodeh yang tersedia. Pilihanku kali ini adalah sayur lodeh rawit karena butuh kepedasan untuk melengkapi cucuran keringat ini ditambah sambel dadaknya dan telur dadar khas rumah makan ini serta yang tak kalah pentingnya adalah sajian kopi sederhana yang menjadi judul rumah makan beken ini, rumah makan KOPI KLOTOK KALIURANG.

Tak lupa pesan juga pisang gorengnya yang nikmat dimakan bersama panas panas. Tanpa bicara menit, pisang goreng sudah sirna dari piringnya dan bersemayam di perut masing-masing. Nikmat gan.

Setelah dapat makanan tentu ada perjuangan selanjutnya yaitu mencari meja atau tempat kosong. Disini rumus kesetaraan dan kesabaran kembali hadir, maka bisa saja semeja dengan orang yang tidak dikenal dan terjadilah perkenalan sehingga menjadi akrab bak saudara yang dipertemukan disini. Kebetulan kali ini rombongannya berbelas orang. Jadi berbagi tugas saja, ada yang antri dan ambil 2 porsi, ada juga hunting meja dan menduduki dengan setia serta satu tim lagi berburu minuman baik kopi klotok sebagai ikon juga kopi susu dan es reh manisnya yang dingin dan manis… ya iya atuh namanya juga es teh, gimana seeeh.

Pesan kopinya di tempat terpisah tapi kebetulan dekat dengan meja yang sudah diduduki tim pemburu meja, jadi begitu mudahnya memesan tambahan minumannya, bisa es jeruk atau jeruk es. Bagi yang penasaran apa itu kopi klotok maka ini penjelasan lengkapnya, klik saja KOPI KLOTOK. Sebuah tulisan singkatku beberapa tahun lalu menjelaskannya.

Selanjutnya ada pesan moral ketiga setelah kesetaraan dan kesabaran, yaitu kejujuran. Ini dilakukan pada saat transaksi pembayaran, sang kasir hanya bertanya apa yang kita makan dan disebutkan angka sekuan rupiah, bayar dan pulang. Jikalau bohongpun tidak ketahuan, tapi disini semua jujur atau berusaha jujur. Pikiran jadi melayang ke istilah di priangan ‘darmajidahar lima ngaku hiji (makan lima tapi mengaku hanya satu) atau perilaku ini disebut ‘ngalibur.’ Perilaku remajaku yang sudah ditinggalkan karena merugikan pemilik kedai, warung atau rumah makan.

Beranjak ke halaman belakang ternyata banyak orang yang gelar tikar dan duduk lesehan dengan riang gembira serta jalan jalan di pematang sawah dengan kehijauan padi yang mendamaikan. Termasuk juga aroma romantisme muda mudi yang sedang pedekate ataupun sekedar pacaran sambil lesehan di tikar pandan ditemani sajian makanan dan minuman sederhana yang secara tak sengaja tertangkap jepretan kamera.

Maka seruputan kopi klotok di halaman belakang ini menjadi penutup kenikmatan siang ini, namun kembali menguatkan kenangan bahwa sajian makanan dan minuman sederhana ini memiliki makna mendalam seolah mengobati kerinduan rasa dan suasana dari sajian alami neneng moyang… eh nenek moyang yang wajib didatangi dan dinikmati lagi dikemudian hari. Menikmati kesetaraan, kesabaran dan kejujuran dalam satu frame aktifitas makan siang yang tak terlupakan. Wassalam (AKW).

JEMPOLKU & SABAR

Cerita dari sang Jempol yang sedang ngalalakon.

BANCOR, akwnulis.com. Sederet kalimat tanya memecahkan keheningan yang melingkupi suasana malam yang temaram.

Mengapa beberapa hari ini begitu malas menggerakkan jemari diatas tuts keyboard virtual di smartphone ini untuk -menulis- seperti biasa?”

Sebuah tanya menggema dalam dada, padahal jikalau dilihat banyak momentum yang menarik untuk ditulis, dicatat dan akhirnya menjadi sebuah produk tulisan.

Mengapa?”

Maka perlahan tapi pasti mulailah introspeksi dari hulu ke hilir… eh dari hulu ke suku*) yang ternyata banyak sekali alasan yang hadir dengan berbagai kelengkapannya. Seperti rasa cape karena ternyata raga belum stabil dalam masa pemulihan ini, sehingga berbaring sejenak tanpa ngapa-ngapain lebih penting dibanding menulis, daripada berakibat pada hadirnya rasa sakit di kaki kiri pasca operasi sebulan lalu.

Atau bisa saja dengan hadirnya kerjaan yang bejibun sehingga tak sempat waktu untuk sekedar menulis meskipun hanya satu mini paragraf… udah mah satu paragraf dan mini lagi… berarti hanya terdiri dari beberapa kata saja.

Namun jangan salah kawan, beberapa kata ternyata bisa menjadi wakil dari hadirnya sebuah rasa, misalnya ‘I miss u’, hanya 3 kata dan singkat, tapi ternyata bermakna begitu mendalam sangat….. atau ‘Terserah saja’, ini 2 kata sakti yang memiliki beraneka makna tergantung siapa yang berucap, dimana berkatanya dan bersama siapa dia berkata itu.

Nah… supaya lebih praktis mini paragraf ini diperas kembali, menjadi hilang vokal dan konsonan berganti gambar kecil emoticon yang mewakili kegundahan jiwa. Ini lebih praktis lagi, meskipun hati-hati bisa salah klik jadi menampilkan emoticon yang aneh-aneh atau tidak pas dengan apa yang akan disampaikan.

Disinilah peran sang jempol begitu besar dan di posisi strategis, meskipun dibayang-bayangi oleh ‘typo’ akibat jempolnya gemoy atau tinggi ke samping hehehehehe.

Maka latihlah jempol kita tidak hanya bisa menari di keyboard virtual saja tetapi juga rutin berolahraga ringan seperti ngupil, korek kuping ataupun bermain hahayaman atau paciwit-ciwit lutung dan jikalau level advance ya gunakan untuk panco. Untuk aktifitas yang lebih menghasilkan maka bisa ditingkatkan dengan ngurek belut di pinggir sawah atau kolam juga menangkap ikan dengan tangan kosong, maka jari jemari akan terasah lincah.

Ada lagi kalau nggak mau basah – basahan mah, belajar nangkap cicak, ular atau nyamuk dan lalat dengan tangan kosong…. wah ini mah butuh konsentrasi, kelihaian dan kecepatan serta akurasi tertinggi plus ke-tidakgeuleuh-an memegang cicak yang geunyal tapi unyu-unyu serta teman – teman lainnya.

Nangkap cicak pake jempol?”

Iya atuh, jempol dan 4 jari lainnya. Sebuah pertanyaan yang aneh pisan, padahal tinggal gunakan logika dilengkapi imajinasi maka akan hadirlah sensasi. Karena nggak mungkin jempol bekerja sendiri tanpa sinergi dengan keempat jari lainnya, “betul khaaan?…..”

Sementara jika bergeser ke arah bawah dan bersua dengan jempol kaki, maka kembali tersadar bahwa pasca operasi patah ruas tulang telapak kaki perlu penuh sabar dan fokus dalam menjalani penyembuhan.

Khusus jempol kaki juga menjadi strategis karena ternyata perlu treatment khusus dan penuh kehati-hatian untuk menyentuhnya, apalagi memotong kuku jempol kaki… ngurunyud penuh sensasi.

Sesi terapi dengan pemanasan oleh lampu infra red dan sesi getar – getar dijalani semakin menguatkan telapak kaki dan jempol serta semua jari jemari….. terrrrrr… terrrrr.

Maka cara terbaik adalah bersabarlah dan ikuti sesi terapi dengan sepenuh hati dan jangan lupa prokes ketat dikala memasuki rumah sakit karena omicron terus menggila.

Selamat malam dan selamat memegang jempol masing-masing. Wassalam (AKW).

***

Catatan : Ternyata cara terbaik agar kembali menulis adalah…. menulislah apapun itu.

*) kepala ke kaki.

NgeTEH PAGI

Yuk ah, NgeTEH dulu.

KBB, akwnulis.com. Cangkir bening kosong dan sebekong seduhan teh panas siap minum menemani kebersamaan pagi ini. “Bersama siapa kakak?”

Ah sebuah tanya menggelitik jiwa, bersama suasana sudah cukup menjawab pertanyaan kepo tadi.

Sudahlah tidak usah banyak bertanya, biarkanlah siapapun menjalani kehidupan. Tidak perlu menghakimi nilai-nilai kehidupan orang lain dengan nilai standar kehidupan kita. Masing-masing berbeda kawan.

Jadi biarkan diriku ini menyeruput teh panas sendirian sambil bersyukur atas nikmat kehidupan ini. Tidak perlu bertanya juga jikalau ternyata take awaynya banyak, untuk siapa aja ya? Apa aja isinya…… biarkan semua berjalan sebagaimana mestinya.

Tapi ternyata rasa penasaran dan ingin memaksakan standar nilai kepada orang lain itu seolah candu, jadi kembali hadir pertanyaan beruntun yang secara santun harus diberi jawaban.

Sabar, karena sabar itu nggak ada batasnya.

Begitulah sebuah fragmen pagi tidak lepas dari pengendalian diri dan sabar.

Maka kembali dituangkanlah teh panas ke cangkir untuk selanjutnya di sruput penuh kenikmatan. Segaaar….

Meskipun jangan lupa kawan, protokol kesehatan tetap menjadi pedoman. Jangan lupa gunakan hand sanitizer, tetap berdoa dan jaga jarak dengan pengunjung ataupun pegawai yang ada. Kalau masker ya musti dibuka dulu, lha gimana nyruput teh nya atuh, nyimpen maskernya hati-hati.

Bukan cerewet kawan, tetapi iktiar pencegahan adalah tugas kita semua.

Kenikmatan teh panas pagi ini sebenarnya menyisakan kesempatan untuk direfill satu kali lagi, lumayan sebekong lagi. Tetapi dengan berat hari kesempatan ini dilewatkan karena masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Besok lusa bisa dilanjutkan tentu tidak sendirian, bersama istri dan anak kesayangan.

Itulah cerita ngeteh pagi yang terasa begitu berarti. Selamat menikmati sisa wiken kawan, bersiap menghadapi esok hari yang menjadi rutinitas hakiki. Tetap semangat tapi juga hati-hati, Wassalam (AKW).

Plèn Bè – fbs

Geuning teu sami sareng nu dibayangkeun…

Fbs (Fiksimini Bahasa Sunda) adalah Sebuah karangan fiksi pendek maksimal 150 kata berbahasa sunda.

PLÈN BÈ

Teu seueur saur nalika Haji Ukan muragkeun putusan, ulah gaduh kahoyong nu diluar kamampuhna. Ditolak sapagojodan niat saè hoyong mihukum Nèng Anis nu janten murangkalih istri pang ageungna.

Hatè gudawang, teu aya kecap tur kalimah nu tiasa ngawakilan pegatna rasa tur runtuhna silaturahmi nu tos dipupuk ku duaan. Kitu deui paroman tuang rama, geuneuk nahan rasa tapi dalah dikumaha, kedah aya nu ngèlèhan. Pun biang tungkul bari rambisak.

Mangga Pak Haji, Simkuring sakulawargi amit mundur, hapunten parantos ngawagel waktosna”

“Nya mangga”

Dina panther rèntalan, pun bapa bendu, “Si Sarjang mah teu puguh, ngadon ngajak kanu teu eucreug, èra bengeut Jang!”

Uing tungkul teu seueur saur, rumaos parantos nguciwakeun nu janten sepuh.

Tring! aya pesen whatsapps. Langsung ngagorowok ka supir, “Mang Juma, ka katuhu ka Kampung Manglid”

Pun biang curinghak, tuang rama muncereng, “Lain rèk balik, kamana deui ieu tèh?”

“Nembè Nèng Nisa nga-WA, diantos ku ibu ramana ayeuna”

***

Memori Perubahan.

Berubah itu penting, tapi tetap waspada.

Photo : Ini setum kakak / dokpri.

BOJONGHALEUANG, akwnulis.com. Sebuah hingar bingar aktifitas pembangunan terus bergerak seiring perubahan jaman. Lahan yang dahulu tak bertuan telah berubah menjadi area yang dihilirmudiki aneka kendaraan… raga terdiam tetapi jiwa tetap bisa berontak dan ikutan belajar memaknai kenyataan.

Begitupun dalam hati kecil ini, ada perubahan radikal seiring waktu yang tak sengaja mencuri kenangan. “Apakah perubahan itu penting?” …. “dan betulkah jikalau tidak berubah berarti mati?”

Itulah dimensi yang dihadapkan terhadap multi persepsi. Jika ditanya pada diri yang rapuh ini, maka akan sejalan dengan semangat perubahan itu penting. Tetapi disaat ada istilah ketidakberubahan disandingkan dengan mati, mungkin perlu dielaborasi tanpa menghancurkan semangat awal adagium ini hadir disini.

Istilah mati adalah sebuah pernyataan semangat, sehingga kata perubahan menjadi dramatis dan akan diperhatikan oleh semua pihak… sehingga akhirnya melakukan penyesuaian atau adaptasi…. dengan kondisi baru yang tentu berbeda banget dengan masa lalu… makanya sekarang booming istilah Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)… hati-hati menulis dan membacanya, serta teliti dalam menuliskannya karena hilang 1 hurup akan mengakibatkan perubahan makna yang begitu signifikan.

Photo : Bongkar dan tuntaskan / dokpri.

Nggak percaya?….” Silahkan coba hilangkan hurup r di kata terakhir sehingga kalimatnya adalah AKB : adaptasi kebiasaan bau…. jauh banget khan artinya?…

Maka kembali kepada perubahan, jangan takut kawan… kita jalani dan kita ikuti dengan senantiasa rasa syukur kepada Illahi. Karena sejalan waktu, jiwa kita berubah lebih dewasa dan bijaksana begitupun dengan raga, semakin berkurang kemampuannya, keindahannya serta kesempurnaannya… itulah hakiki kehidupan kita.

Kembali kepada hinggar bingar pembangunan dan sesekali debu-debu beterbangan memenuhi lalu lalang kendaraan pengangkut yang besar dan teriakan perintah ditengah kebisingan. Maka jangan lupakan masa-masa awal, asbabun nuzul, asal muasal… jadikan bahan renungan serta tasyakur akan nikmat kehidupan.

Begitupun sajian kopi hitam gula sedikit di gelas sederhana sajian teteh warung dilengkapi tatakan piring… asli piring makan bro…. 🙂 :)……. hadirkan memori masa lalu dikala baru bisa menikmati kopi…. ya kopi ini, kopi sachet yang dijual bebas di kios-kios kecil dan warung kopi.

Photo : Kopi hitam warung yang nikmat / dokpri.

Meskipun seiring waktu telah bergeser ke kohitala, sajian kopi hitam tanpa gula dengan metode manual brew V60…. ternyata sajian kopi warung ini mengingatkan kita bahwa awalnya inilah kenikmatan kopi yang ada. Inilah asal muasal kenikmatan kopi yang ada… ya 2 dekade lalu.

Jikalau sekarang kohitala adalah kenikmatan, itulah perubahan. Jangan dilawan tetapi dijalani dengan tetap mengedepankan prinsip kewaspadaan, insyaloh kenikmat berkahan akan menaungi kita.

Sruputtt…. hmmmm bukan rasa yang menjadi goda tetapi kenangan manis di masa silamlah yang menggerakan bibir untuk tersenyum dan hati gejolak kembali tenang. Selamat mensyukuri perubahan kawan, Wassalam (AKW).