CIMAHI, akwnulis.com. Tiba-tiba sebuah photo hadir di layar smartphone, sebuah keindahan yang diwakili pohon bunga kertas ungu diatas pot yang seolah biasa saja.
Tapi tidak, hadirnya sebuah photo ini langsung memicu reaksi berantai dalam otak dan perasaan. Megghadirkan gambaran jelas masa lalu seolah peristiwa itu baru beberapa saat terjadi, padahal setahun sudah momen ini berlalu.
Sebuah kebersamaan yang penuh makna, hubungan persaudaraan dan perkawanan yang terbentuk sempurna, lintas pulau, agama, bahasa dan juga kebiasaan yang berbeda.
“Tahu nggak yang menyatukannya apa?”
……..
Tugas bersama?… iyaa
Presentasi di KSP?.. ya deh Jalan2 ke LN?… Iya
Aerobic?… eum nggak terlalu Ceu Een?…. Iyaaaa itu dia
…….
Ada satu lagi yang mungkin menjadi pelengkap, tapi akhirnya menjadi semakin erat… hingga saat ini…
Persaudaraan kopi… Kotala*)
“Maksudnya?”
Diawali dari tatapan aneh bin cuek karena melihat diriku repot bawa peralatan manual brew demi secangkir kopi yang ternyata rasanya pahit.
Bingung lihat kertas filter dan corong V60 serta cerewet manasin lagi air dispenser demi dapatkan suhu yang sempurna, apalagi lihat berbagai stok kopi yang dibawa dan disimpan di meja terbuka dari mulai arabica puntang, kiwari, gayo hingga merk kopi singa, tak lupa toraja dan robusta garut sukapura.
Photo : Capture channel youtube-ku / dokpri.
Prosesi manual brew V60 tidak hanya di Kiarapayung saja, tapi juga hingga ke kamar hotel di Jakarta, Yogya, Bali dan Singapura… pokoke always ngopay everywhere..
Ini link nya klo moo nonton… Manual brew singapura.… jangan lupa subscribe dan klik tanda alarm ya guys….
Proses berjalan… tak terasa 5 bulan kebersamaan mengkristalkan persabatan menjadi persaudaraan lintas pulau dan menghasilkan barista baru di Bogor, jogja dan purwakarta serta para penikmat Kotala.
Iya setahun lalu, yuk ah… Iuran… eh ngopay. Wassalam(AKW).
Photo : Sajian Koplupregar lengkap dengan peralatan/ dokpri
JATINANGOR, akwnulis.com. Dinginnya malam di Kamar 103 Kampus Kiarapayung begitu kejam menghujami kulit tipis kami. Sesekali angin menyelusup, menyapa dengan seringainya menyusuri kuduk yang kerap meremang.
Untung saja obat penawarnya ada, beberapa bungkus obat penenang tradisional dengan peralatan lengkap satu kontainer plastik. Dibawa khusus untuk menghadapi situasi seperti ini.
“Udah selow aja kata Wahyu juga (maksudnya lagu Selow yang dinyanyiin Wahyu), cuman segini doang” sambil mengeluarkannya dari dalam kontainer.
“Wahhh… ini mah banyak sekali, ah bahaya ini mah.. bahaya” suara parau kawanku yang phobia dengan penangkapan. Tangannya tak henti meremas bungkus alumunium voil.
“Baca atuh bungkusnyaaa…. ini bukan tablet isinya bro, isinya bijiiiii…. biji kopiiii”
“Biji kopi?… tadi katanya obat penenang?”
“Iya penenang hati yang sedang galaw karena rasa dingin dan kegamangan.. ahaaay”
“Sialaaan”
Segera berlari menghindari kejaran kawan yang kalap karena nggak terima dengan kejadian ini.
Makanya jangan phobia berlebihan.
***
Setelah peralatan lengkap di meja, prosesi dimulai. Pasang kertas filter dicorong V60, timbang biji kopi dan digrinder dengan ukuran suka-suka, goyang-goyang 2-6. Siapkan air panas dengan termos pemanas.. josss.
Sang waktu menjadi saksi dikala air panas membasahi dulu kertas filter, serpihan biji masuk saringan, proses blooming bikin harum ruangan yang sebelumnya diawali oleh aroma biji kopi Luwak Garut yang terpecah oleh keperkasaan mesin grinder.
92° celcius sebuah angka yang tepat untuk menyeduh biji kopi spesial dari salah satu tokoh di garut, nuhun pak haji Aam… currr, puter-puter.
Aroma khas arabica menyeruak menjadi penenang pertama, diikuti dengan acidity maksimal khas kopi luwak (jangan sambil bayangin kopi yang keluar dari ‘anu’ luwak yaaa….. ), body kopinya medium dan dari keseluruhannya nikmat maksudddnyaaah.
Photo : para pemburu ketenangan / dokpri.
By the way, anyway…. obat penenang itu bernama Kopi Luwak Premium Garut (Koplupregar) versi spesial yang diproduksi oleh CV Dwi putra laksana….
Srupuuut.. srupput, gelas-gelas mini menyambut kehadiran obat penenang suasana ini secepat kilat, sehingga 50gr kopi yang berubah jadi cairan hitam coklatpun tandas dalam waktu singkat.
“Alhamdulillah, udah pada tenang semuanya,……”
“Iyaaaaaaa.. tenang dan senang”
Dinginnya malam sekarang menjadi sahabat, karena dipererat kebersamaan yang berbalut ketenangan. Canda dan tawa serta cerita Bali, Bogor dan Sukabumi serta Cimahi menguatkan kembali chemistry yang telah terjalin kuat di kaki Gunung Manglayang ini. Wassalam(AKW).
Rangkaian asa penuh suka duka selama 4 bulan yang penuh makna dalam genre pantun sederhana
Abege seksi jualan panci
Dibeli selusin langsung berhenti Ungkapan ini bukan puisi Tetapi aneka kumpulan cirahan hati
Tali terkait dibalut semen
Mengikat kawan semakin erat Wawancara skype dan seleksi online Pembuka jalan menjadi peserta Diklat
Wajah kusam dioles arang
Lari ke warung membeli koran Pengumuman kelulusan adalah kenyataan Kampus Kiarapayung awali pembelajaran
Gunung Manglayang indah sekali
Udaranya segar nyaman di daki
Kami datang dari Jabar, Jogja dan Bali
Luaskan wawasan dalam koridor reformasi birokrasi
Layar berkibar di bukit ini
Tautan jemari merengkuh hati Juga 7 kab/kota di Jabar adalah kami Jalin silaturahmi serta persaudaraan hakiki
Buah coklat berdaun mini
Campur ketumbar hindari basi Kami peserta diklat Reform Leader Academy Siap belajar, berinovasi dalam kerangka kolaborasi
Masak ikan kembung tanpa gula
Dicampur garam dan sayur selada Wujudkan whole of government secara nyata Di tempat kerja juga nanti ke seantero nusantara
Anak sapi makan jerami
Kambing sehat, berlari kesana kemari Bonus demografi tantangan kami Hasil diklat ini, harus menjadi solusi
Ke perkemahan jalan kaki bersama
Peluh menetes hati terbuka Millenial menjadi fokus utama Tema diskusi, hasilkan solusi nyata
Ikan bersirip di dalam samudera
Berenang meliuk pamerkan gaya Policy brief & policy paper kami susun bersama Buah fikir kami, sumbangsih bagi negara
Pergi ke hutan mencari kakak tua
Hindari lumpur dapatkan cucakrawa Kami kampanye ke seantero kota Ditambah survey online di seluruh indonesia
Kopi robusta dicampur arabika
Diseduh air mendidih tanpa gula Hasilkan konsep dan rekomendasi bersama Beri kemudahan millenial untuk berusaha
Photo : Ketua Kelas menerima piagam penghargaan Kelas dari Ketua LAN RI / dokpri.
Pa Sigit adalah ketua kelas kami
Sosoknya riang, seksi meski terkadang menyendiri Ruang riung adalah RBN kami Memberi ruang & aktivasi millenial sejati
Arabika puntang dicampur kopi Aroma
Hasilkan rasa membumi penuh pesona Gedhong rembulan Sibangbara bergema RBI Jogja, Kabupaten Sukabumi & KBB bersama
Kopi Kintamani enak rasanya Kopi Kiwari, harum penuh asa Viral Sukabumi & Loka Yowana Kriya RBI Kota Sukabumi & Bali pulau dewata
Kumpulan kaleng isinya kopi juga
Tidak hambar dengan rasa luar biasa Gudang gandeng, switch in dan Rumah Moeda Dari Jabar, Bandung-Cimahi, Bogor dan Purwakarta
Photo : Ketua LAN RI dengan produk Kopi Kiwari dari pengusaha millenial di Jabar / dokpri.
Menyeduh kopi gunakan teko leher angsa
Hasilkan kejutan rasa yang tak akan terlupa Konsep ini sudah sampai kepada negara Di KSP melalui ibu Deputi III
Aura Kasih menari di pinggir kali
Ikan terpana, buaya terdiam sambil mengintip Terima kasih LAN RI atas kesempatan ini Membimbing kami menjadi kreatif, profesional, inovatif yang Kolaboratif.
Menenun batik bergambar singa
Goreskan canting, ikuti rasa nurani
Hatur nuhun Bapak Kepala LAN dan Pak Kapus PKP2A I beserta jajarannya Kami bangga menjadi alumni diklat di kampus ini.
Photo : Coach kami, Pak Desi F sedang beraksi / dokpri.
Makan sirih dicampur busa
Sedikit nasi diatas baja Makasih kami untuk coach yang luar biasa Pa Desi & Pa Yonathan yang bersahaja
Mawar berduri basahi raga
Mawar mewangi tidak semua Awal juli kita bersua Awal nopember ini akhirnya berpisah jua
Kopi Pangauban berbentuk biji
Di grinder kasar untuk Vsixty Maafkan semua perilaku kami Jikalau ada yang tidak berkenan di hati
Photo : Diplomasi kopi / dokpri.
Kopi pahit disajikan pagi
Kopi Luwak cocok siang dan malam hari Kami pamit bukan sekedar pergi Tetapi melangkah pasti, mengubah Negeri.
Photo Ibu Deputi III KSP, Bp Deputi LAN RI serta Bp Kapus PKP2A I LAN RI / pic by Tri Arya rlaxiv
Jakarta, akwnulis.com. Closing statement pertemuan RLA XIV, Deputi LAN RI, Kapus PKP2A I dengan Ibu Deputi III Kantor Sekretariat Presiden di Gd Bina graha Jakarta, Selasa tanggal 6 Nopember 2018, monggo :
Berburu kaset bilingual Isinya bahasa juga jalinan cinta
Mengantar konsep untuk millenial kepada negara melalui ibu Deputi III
Photo : Pemaparan peserta Diklat RLAXIV di Ruang Utama Bina Graha / pic by Tri Arya rlaxiv
Cenderawasih makan mentega Bersama rusa meraih juara
Ini sumbangsih kami untuk negara
Demi indonesia maju sejahtera
Ke pasar ikan meramu kasih
Cukup sekian terima kasih.