Perpisahan Pak Bey & Jejak digitalku.

Dibalik momen haru dan sedih, ada penyempurna yang hakiki. jejak digital terpatri.

BANDUNG, akwnulis.com. Siang ini (19/02) adalah sebuah momentum penting bagi seluruh pegawai di Gedung sate karena hadir bersama pada acara perpisahan dengan bapak Penjabat Gubernur Jawa barat yakni Bapak Bey Triadi Mahmudin dan Ibu Amanda Soemedi yang telah menakhodai pemerintah provinsi jawa barat selama 17 bulan lebih.

Tulisan ini tidak mengulas suasana perpisahan yang mengharu biru, campur aduk antara haru dan biru eh sedih. Tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi dan dijalani.

Nah di momen terakhir sambutan bapak Sekda, hadirlah di layar LED sebuah pantun berbahasa sunda. Jengjreng…. awalnya biasa saja. Dibaca sekilas dan berlanjut dalam sebuah rangkaian acara.

Tapi…. kok agak hafal untuk kalimat di barisan pertama dan kedua. Ada 2 kalimat yang terasa tidak asing. Tulisannya adalah :  ‘mapay desa nu baranang, manggih domba disimbutan. ..’

2 kalimat ini terasa akrab karena merasa pernah menuliskannya di suatu tempat. Tapi tentunya juga perlu pembuktian. Mengapa 2 kalimat itu memiliki hubungan khusus dengan diri ini. Langsung disalin saja 2 kalimat tersebut dan ditempelkan di kolom searching mbah google.

Tadaaa…..

Ternyata hadirlah urusan searching pertama dan kedua, salah satunya adalah alamat blog pribadiku. Tak sabar dibuka dan benar saja, 2 kalimat itu adalah tulisanku di tahun 2018 atau tepatnya 7 tahun  yang lalu.

Meskipun ternyata 2 kalimat tersebut hadir juga di laman kumparan.com juga website lainnya. Tapi yang membuat hati ini senang karena dengan jejak digital dapat dilihat siapa yang menulis duluan. Mayoritas beberapa website menulis dengan judul ‘Contoh pantun sunda‘ padahal sejatinya itu dibuat dan diupload oleh jemari ini pada tanggal 27 Nopember 2018 atas permintaan seorang kakanda yang beralih tugas dari jabatan Camat Boget Kabupaten Sukabumi dalam momentum perpisahan.

Ada terselip rasa senang karena sebuah tulisan 7 tahun lalu bisa hadir kembali dalam sebuah momentum resmi yang secara kebetulan adalah di lingkungan kerja sekaligus disaat perpisahan pimpinan tertinggi di lingkungan pemerintah provinsi jawa barat khususnya dengan para pejabat tinggi pratama, para pimpinan BUMD dan seluruh pegawai di Sekretariat daerah provinsi jawa barat.

Tulisanku 2018 itu adalah :
Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana datang
Aya oge mangsana amitan.

Dan sekarang di layar LED terpampang :
Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana Pak Bey datang
Aya oge mangsana Pak Bey amitan.

***

Rasa haru semakin bertambah, awalnya karena memang begitu terasa keteladanan dari Pak Bey selama menjabat Pj Gubernur Jawa Barat. Kasih sayang, kesederhanaan, ketelitian dan kemudahan komunikasi serta bejibun kebaikan – kebaikan yang beliau tunjukan sebagai seorang pemimpin yang hari ini menjadi saat – saat terakhir sebagai peje dan akan kembali bertugas menjadi eselon I di Kementerian Sekretariat Negara di Jakarta.

Dilengkapi dengan penyempurnaan dari hadirnya kalimat pantunku sebagai pengantar dari ungkapan perpisahan. Itulah indahnya momentum kehidupan dilengkapi dengan catatan dari jejak digital. Bagi yang penasaran, bisa dibuka tautannya disini :…. PANTUN PERPISAHAN – akw.

Selanjutnya sebagai penutup, maka pantun singkat langsung dibuat :
Makan tahu di pinggir pantai sambil naik kuda.
I love u bapak Bey dan Ibu Amanda.

Daun selasih tersemat lagi di depan mata.
Terima kasih dan selamat kembali ke Jakarta.

***

Itulah tulisan singkatku kali ini, sebuah tulisan yang dihadirkan dalam masa – masa perpisahan. Wassalam (AKW).

PANTUN LEPAS SAMBUT KADINSOS JABAR

Sebuah ungkapan rasa yang hadir dalam rangkaian kata..

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah pertemuan selalu beriringan dengan perpisahan, sebuah kebersamaan ada saatnya harus menyesuaikan dengan keadaaan. Secara harfiah perpisahan ini hadir karena sebuah prosesi pelantikan pejabat tinggi pratama di lingkup pemerintah provinsi jawa barat. Salah satunya yang beralih tugas adalah bos kami, bapak kami, guru sekaligus orangtua kami. Bapak dr. Dodo Suhendar, MM menjadi Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Jawa Barat dan dilanjutkan oleh Kadinsos baru, Ibu DR. Ida Wahidah Hidayati, SE, SH, M.Si.

Sebagai refleksi campur aduknya rasa, maka jalan terbaik adalah disampaikan dengan rangkaian kata karena jika diucapkan khawatir terbata-bata. Juga ditulis dalam bahasa sunda sebagai sebuah pesan bahwa selain ungkapan rasa juga ada semangat menjaga atau melestarikan bahasa ibunda.

Haturan….

Pantun Lepas Sambut Kadinsos Jabar 070923

Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana datang
Aya oge mangsana amitan

Tukang gula disangka semah
Nu ditiung mamawa runtah
Baheula datang kusabab amanah
Ngawangun nagri ngarah tumaninah

Ngarendos peuteuy keur parab oray
Isukna tuluy disangrai
Sanaos ayeuna atos paturay
Silaturahmi mah ulah peuray

Catang regas dina bantal
Mulung bendo eusina hurang.
Wilujeng tugas ditempat enggal
Bapak Dodo, guru oge sepuh urang.

Neang gaang ditengah sawah
Kudu dikawal bisi kabawa caah
Ayeuna diteraskeun ku ibu ida wahidah
Dinas sosial nu pinuh berkah

Daun ragragan kana rancatan
Nyandak pajeng nyingkahan begal
Pileuleuyan juragan kadis mantan
Mugi langkung majeng ditempat enggal

***



Demikian ungkapan rasa yang ditumpahkan dalam rangkaian kata. Ingin terus menulis tapi jemari tak kuasa menahan tangis. Akhirnya biarkan waktu yang abadi menjadi saksi silaturahmi kita. Menjadi saksi bahwa bapak membawa perubahan, inovasi, sinergi dan kolaborasi di dinsos raharja ini.

Wassalam, (AKW)

Pantun Perpisahan.

Request pantun perpisahan, sedih nulisnya.

Photo : rembulan hadir memisahkan dengan sang mentari / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah request muncul di WAG, “Buatin pantun perpisahan dong!”, wadduh… kaget juga karena perpisahan itu biasanya pasti berteman dengan sendu dan kesedihan. Juga ditaburi duka dan lara, serta akhirnya merana.

Alhamdulillahnya ini bukan perpisahan karena cinta, tapi prosesi paturay tineung lepas sambut pimpinan wilayah yang harus berganti karena tugas negara.

Oke deh kalau begitu, kotret… tret tret... “Eh tapi kayaknya pake bahasa sunda bisa lebih syahdu”…

Corat coret lagii…..

Jeng jreng…

*Pantun Perpisahan Camat Boget*

Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana datang
Aya oge mangsana amitan

Tukang gula disangka semah
Nu ditiung mamawa runtah
Baheula datang kusabab amanah
Ngawangun nagri ngarah tumaninah

Neang gaang ditengah sawah
Meunang bonteng kabawa caah
Ayeuna diteraskeun kalawan bungah
Kecamatan bojong genteng nu pinuh berkah

Ngarendos peuteuy keur parab oray
Isukna tuluy disangrai
Sanaos ayeuna atos paturay
Tapi silaturahim mah ulah peuray

Daun ragragan kana rancatan
Nyandak pajeng nyingkahan begal
Pileuleuyan juragan camat mantan
Mugi langkung majeng ditempat enggal

Hayam nyatu dina tuur, ngagarayam!!
Sakitu anu kapihatur, Wassalam!!!

***

Salam Alumni RLAXIV. (AKW).