PEMANAS DARURAT

Masa lalu barang ini sangat membantu.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebetulnya pertemuan dengan alat ini tidak disengaja. Disaat menemui seorang kawan lama di tempat kerjanya, melihat para pekerja bangunan yang sedang berkumpul dan terlihat berdiskusi cukup serius. Mungkin tentang komposisi terbaik adukan  ataupun pola pemasangan granit atau keramik lantai. Terlihatlah seutas kabel pendek yang ujung satunya adalah sendok yang dibentuk melengkung dan ujung lainnya adalah colokan ke listrik.

Segera di dekati, diamati dan akhirnya tentu diabadikan agar menjadi gambar photo yang abadi.  “Mengapa barang ini menjadi menarik?”

Jawabannya adalah barang sederhana ini bisa membangkitkan kembali memori masa lalu, sebuah pengalaman suka duka eh suka cita menjalani kehidupan asrama ksatrian yang penuh tantangan.

Apa sih fungsinya alat itu?” Celetuk anak kesayangan yang datang menyusul. Terlihat wajahnya bingung tapi penasaran.
Itu adalah alat penting yang mendukung perjalanan pendidikan berasrama ayahmu!” Jawaban singkat yang makin membingungkan sang anak karena belum terbayang apa fungsinya.

Cara terbaik menginformasikan ke anak tentu dengan memperlihatkan barang yang similar dan tentu diperjualbelikan secara online. Sambil didukung dengan cerita lisan tentang pengalaman ayahnya sewaktu tinggal di ksatrian.

Bagaimana barang ini ternyata memiliki fungsi strategis yakni sebagai pemanas air instan yang sangat mudah pembuatannya juga pengoperasiannya. Hanya bermodal kabel listrik ukuran 30 – 40 sentimeter, colokan listrik dan sendok atau garpu dari logam. Dirangkai di masing- masing ujungnya maka langsung berfungsi. Caranya gampang. Siapkan gelas kaca besar atau mangkuk baik dari logam ataupun keramik, masukan ujung sendok atau garpu ke gelas dan mangkok dan colokan steker ke listrik. Tak berapa lama air akan keluar buih – buih dan akhirnya mendidih. Sudah begiti saja, maka air panas siap digunakan untuk menyeduh kopi, susu dan tentu yang paling favorit adalah mie rebus. 27 tahun yang lalu belum ada seperti pop mie yang siap seduh dengan tempatnya yang ada adalah merk sarimi, indomie dan supermie saja dlaam bentuk bungkus plastik.

Maka dengan hati – hati air panas dituangkan ke bungkus mie yang sudah diremukkan serta bumbu sudah tergabung. Air panas yang sudah masuk lalu ditutup dengan mengikat ujung bungkus mie tersebut dengan karet, tali sepatu atau barang lain yang berfungsi mengikat. Tunggu 5 menitan lalu tuangkan ke piring dan siap dinikmati.

Jangan lupa juga harus waspada karena ada aturan internal tidak boleh makan mie di barak atau asrama. Jadi dari proses menyimpan mienya, proses penyeduhan hingga makannya harus ekstra waspada dan tersembunyi. Biasanya tengah malam di meja belajar sambil menghafal dan baca buku juga menikmati menu makan dini hari he he he.

Ada satu lagi kehati-hatian yang lebih penting dan beresiko adalah kemungkinan kesetrum listrik. Karena colokannya langsung akses ke listrik maka kemungkinan jika masih nyolok ke air jangan sekali – kali dipegang. Karena mungkin bisa terjadi hal yang tidak diinginkan. Jadi kehatia- hatian menjadi sangat prioritas.

Oke itulah cerita singkat kali ini tentang pemanas darurat. Sebagai nostalgia, ato kita coba. Mumpung ada mienya 2 bungkus lagi. Terimakasih, Wassalam (AKW).

Sensasi Kuliner Nostalgia

Melanglang nostalgia melalui indera perasa, mengingatkan memori masa silam yang sekejap sesaat dan nikmatt.

Photo : eskrim 3rasa/dokpri

Masa kecil adalah masa yang indah, sebuah ungkapan yang terasa mengena dan langsung membekas disaat bibir bersentuhan dengan buliran lembut es krim 3 rasa bercorong coklat muda.

Rasanya masih sama…. disaat dahulu, 30 tahun lalu bercanda ria di alun-alun Bandung bersama kedua orang tua.

Rasanya masih sama………. racikan eskrim lokal yang diolah tradisional rumahan. Dicecap lidahku yang mungil jaman harita. Kembali terbayang teduhnya alun-alun, ceruanya anak-anak yang bermain ceria. Juga tukang photo polaroid yang saat itu terlihat begitu canggih karena photo langsung jadi. Syaratnya hasil photonya di kipas-kipas dulu supaya gambarnya segera muncul.

Sekarang rasa itu kembali hadir dengan harga Rp 3.000,- , eskrim cone yang begitu ngangenin. Mencair di bibir membawa rasa tiada hingga, melupakan sesaat masalah hidup dan kerjaan yang ada. Menjelma sesaat menjadi anak kecil yang tak punya beban masalah kehidupan. Me-lamotan eskrim tiga rasa dengan nikmat tiada tara di saat mentari begitu garang memanggang hari.

Ya siang ini sensasi masa lalu 31 tahun silam seolah kembali lagi, hadir sesaat meskipun hanya berhitung menit yang akhiri oleh prosesi habisnya eskrim tiga rasa tandas tak berbekas di halaman Pusdai Jawa Barat, menanti waktunya sholat jumat tiba.

Sesi kuliner kenangan tidak hanya oleh secorong eskrim, karena ada juga semangkok sajian yang menjadi jajanan wajib semasa menjadi mahasiswa… ya sekitar 18 tahun lalu.

Apa itu?…

pasti para pembaca tau dech..

CUANKI…

Hayooo pasti pada tau khan?… Sajian semangkok baso berkuah ditambah tahu putih, siomay dan jika mau tambah kenyang untuk modal perkuliahan siang hingga malam… ya tambah indomie sebagai pelengkap penyempurna. Paten pokonya mah.

Jangan lupa saus sambalnya agak banyakan… pedas merangsang keringat untuk mengucur, memberi sensasi kegerahan yang menggembirakan. Trus jangan salah guys, istilah cuanki bukan bahasa dari negeri tiongkok tapi istilah asli yang muncul di tanah priangan yang miliki arti nasional, Cuanki kependekan dari ‘Cari UANg jalan kaKI’ jadi ngider membawa baso dan kawan-kawannya lengkap juga panci dan kompor yang menjamin air kuah panci tetap panas menggelegak sepanjang hari.

Ingin rasanya makan cuanki lengkap dengan indomienya, apa daya sang protokol melarang. Tapi urusan dokumentasi tetap jalan. Tinggal menunggu yang jajan datang dan minta ijin di photo…. mangkoknya bukan orangnya. (Soalnya ada yang ge-er disangka moo photo wajah trus ngarep jadi viral, ampyun dech!!).

Jadi dech kenangan kuliah melintas lengkap di pikiran, pa lagi jaman harita masa-masa duit terbatas. Semangkok cuanki kumplit dan bonus semangkok kuahnya doang sangat cukup mengganjal perut hingga malam menjelang. Sekarang harganya Rp 10.000,- per mangkok dengan status kumplit termasuk indomie 1 bungkus.

Photo : Mamang Cuanki & teteh Eskrim/dokpri.

Yang penasaran, ditunggu ama teteh tukang eskrim dan mamang Cuanki di halaman depan Pusdai Jabar. Khususnya hari jumat, ya jam 10an. Karena selain aneka kuliner juga di jalan raya arah timur adalah pasar kaget mingguan.

Photo : Shalat jumat 080917/dokpri

Jadi met hunting kuliner nostalgia, murah rasanya, muanteeebb kenangannya. Saya mah moo sholat jumat duyu…..

Selamat berbelanja dan berkuliner nostalgia. (Akw).