1 Hari 5 tempat – Ngajègang.

1 hari 5 tempat, gaskeun. purwakarta bekasi karawang subang bandung cimahi.

BANDUNG, akwnulis.id. Semerbak harum pagi menyambut langkah optimis untuk selalu menjaga syukur atas semua berkah Illahi. Memasuki kendaraan yang langsung tancap gas memasuki tol gate Pasteur dan meluncur membelah suasana pagi yang ditemani semburat sinar mentari.

Tak terasa kawasan rest area 97 sudah ada dihadapan mata. Kendaraan dikurangi kecepatan dan belok kiri menjadi secercah harapan karena ada hal yang harus dituntaskan.

Apa yang harus dituntaskan kawan?”

Jawabannya singkat, SARAPAN.

Yuk ritual makan pagi yang harus dijaga dan jangan terlewati. Meskipun sedikit tetapi menjadi kewajiban demi menjaga daya tahan tubuh dan menjalan tugas pekerjaan yang sedang diemban.

“Lha khan biasanya sarapannya dengan menu khusus yang ada roti gandumnya, telur rebus putihnya saja dan beberapa iris jeruk sunkist?”

Hari ini agak lain, karena menu tersebut tertinggal tadi di rumah. Sehingga alternatifnya tetap harus ada yang masuk ke dalam perut yang sudah bergejolak lapar ini. Maka pilihannya adalah sajian bubur ayam panas dengan pola self service di Kedai Mandiri dan tak perlu berlama – lama langsung dinikmati bersama kawan seperjalanan.

Perut tuntas terisi maka perjalanan dilanjutkan menuju titik pertama yakni di wilayah Kabupaten Bekasi tepatnya di Puskesmas Cikarang. Sebuah kegiatan kedinasan yang diawali dengan pelaksanaan apel pagi bersama seluruh pegawai puskesmas dilanjutkan dengan peninjauan pelaksanaan kegiatan yang diicanangkan pemerintah yaitu CKG (cek kesehatan gratis) bagi warna yang berulangtahun.

Tak berapa lama segera bergerak dari Cikarang, sebuah daerah yang begitu gercep. Karena setiap disebut apapun maka jawabannya adalah CEKARANG eh SEKARANG. (lol).

Gaskeun…..

Titik selanjutnya adalah berada 32 menit dari Cikarang yakni di daerah Teluk Jambe Kabupaten Karawang. Tepatnya di satuan pelayanan Griya Ramah Lansia yang menampung 75 orang lansia terlantar dari berbagai daerah di Provinsi Jawa Barat. Terdapat 31 orang lansia wanita dan sisanya adalah lansia laki – laki yang lebih nyaman dipanggil Abah atau aki.

Pertemuan singkat dengan mereka memberi energi baru dalam berkarya. Meskipun terkadang harus ber akting dan sedikit drama karena memposisikan sebagai anak atau malah menjadi cucu bagi mereka yang begitu haus dengan perhatian dari keluarga dan sanak saudara yang dengan berbagai alasan tidak bisa hadir untuk sesekali membersamai mereka, apalagi berkunjung rutin atau mengajak kembali ke rumah keluarga dan hidup di hari tua bersama-sama.

Makan siang menjadi momen lintas kabupaten kembali, karena dengan perjalanan hanya 1 jam saja via tol cipali dengan keluar pintu tol subang kota maka bisa menunaikan ibadah shalat dhuhur sekaligus makan siang gurame bakar di daerah kabupaten subang. Silaturahmi berlanjut lagi dengan jajaran pengurus utama BPR Jabar baik komisaris utama dan Direktur utama serta jajaran di direksi dan komisaris lainnya di kantor pusat sementara yang berada di daerah Jalan Cagak kabupaten Subang.

Sore hanya bergeser lagi ke acara di Perbatasan tangkuban parahu tepatnya di kawasan astro ciater highland dengan sebuah acara rapat kerja yang digelar oleh jajaran DKM Mesjid Raya Bandung dalam rangka evaluasi kinerja 2022 – 2024 dan rencana kerja 2025. Di kegiatan ini tentu menjadi ajang diskusi dan silaturahmi sekaligus menguatkan kolaborasi yang didetailkan dalam dokumen rencana aksi.

Setelah adzan magrib bergema barulah bergerak ke titik akhir yakni kembali ke area Jalan Diponegoro 22 alias kantor Gedung sate untuk mengecek dokumen – dokumen yang ada dan harus dilakukan paraf dan tandatangan secara langsung khususnya terkait urusan kontrak dan keuangan. Hingga tak terasa jarum jam menunjukan pukul 21.20 wib. Barulah sedikit rehat dan bercengkerama ringan dengan para petugas kebersihan yang masih stanby menemani kehadiran. Tidak lupa disajikanlah kopi hitam tanpa gula dengan metode seduh manual V60 dengan berbagai biji kopi yang tersedia dan dilakukan penggilingan secara mendadak.

Harum semerbak kopi memenuhi ruangan, menguatkan harapan dan memberikan kedamaian. Meskipun beberapa kawan masih tergagap disaat menikmati kopi hitam tanpa gula yang disajikan. Tapi menjadi sebuah hiburan bersama dan rasa lelah sedikit terlupa meskipun beredar lintas wilayah, karena saling berbagi tawa disaat melihat wajah mengkerut karena menikmati sajian kohitala (kopi hitam tanpa gula) yang rasanya mendekati rasa brotowali. Selamat berkarya dan ngajegang kawan, Ngariung Ajeg Sagala Bidang. Wassalam (AKW).

KOPI TIBALIK

Ternyata ihtiar berbeda itu menegangkan…

SOREANG, akwnulis.id. Jemari bergetar disaat kembali bercengkerama dengan keyboard virtual untuk membuat sebuah tulisan sederhana yang selama ini menjadi jembatan penyeimbang jiwa dikala berhadapan dengan kenyataan yang sedang  menanti kepastian. Padahal selama mingu – minggu ini jemari tetap menari dan berusaha menuliskan fenomena yang terjadi. Namun bukan dalam posisi penyeimbang jiwa tetapi mencatat serpihan – serpihan kehidupan dan merajutnya menjadi kumpulan kebaikan dimana esok lusa menjadi sejarah yang hadir tanpa amarah.

Bergelas kopi hitam tanpa gula sebetulnya sudah tak terhitung menemani tarian jemari ini. Namun catatan yang hadir bukan bagaimana kopi hitam tanpa gula itu memiliki body – acidity dan aftertaste yang istimewa. Tetapi betul – betul sebagai teman saja yang terdiam tanpa ekspresi dan menyaksikan jemari ini menari tanpa diiringi musik yang mendayu. Cukup dibersamai desau keresahan dan denting kekhawatiran yang bersuara lirih namun terasa perih padahal bukan luka, hanya kumpulan kata – kata.

Maka kembali mengapa jemari ini bergetar saat ini, karena yang tertuang dalam tulisan adalah sebuah syukur nikmat yang selama 2 minggu ini tidak sempat tercatat karena suatu sebab.

Namanya KOPI TIBALIK alias kopi terbalik. “Menarik khan nama kopinya?”
Tentu membuat penasaran. Karena jika dirunut dari biji maka tidak ada yang aneh, dibolak balik ya tetep biji kopi. Jikalau menggeliat disaat hangat dan panas di roasting, pada akhirnya tetap biji kopi tidak terbalik sampai akhirnya di grinder, diseduh dan dinikmati.

Ternyata istilah terbalik ini merupakan metode penyajian saja. Simpel sekali, meskipun ternyata tidak sederhana pada saat menikmatinya. Kopi yang dibuat ternyata biasa saja, kopi base espresso yakni americano. Hanya saja penyajiannya dibalik dimana pisin tutup gelas itu berubah menjadi alas gelas. Sudah deh, tidak menarik.

Tapi ternyata ini baru permulaan karena tantangannya hadir pada momentum menikmatinya.

Mau dibalik lagi gelasnya dibawah, nggak lucu ah. Maka dengan konsentrasi penuh gelas dan pisin atau tatakan ini diangkat perlahan dan buka celah gelas dengan hati – hati. Karena jika bukanya terlalu lebar, air kopinya keluar semua dan dijamin akan tumpah karena pisinnya kecil.

Maka harus konsentrasi, terukur dan diangkat perlahan tapi pasti…. wadduh menegangkan kawan. Lalu monyongkan bibir menyentuh pisin dan sruput perlahan, agak ribet memang. Tetapi sensasinya menghadirkan suasana rasa tersendiri. Tetap rasanya pahit namun diperkaya dengan manisnya rasa ihtiar termasuk memonyongkan bibir agak ke depan agar hasil maksimal.

Setelah 7 kali prosesi membuka gelas kupi terbalik ini akhirnya bisa habis meskipun bibir kok terasa lebih maju dari biasanya. Resiko untuk meraih kenikmatan yang berbeda. Maka jemari bergetar disaat menuliskannya karena terasa menjadi penyeimbang jiwa dalam gempuran ketidakpastian yang berkelindan dengan harapan banyak pihak terhadap raga sederhana ini untuk berkhidmat dalam memposisikan sebagai bagian dari solusi.

Sebagai penghormatan terakhir maka gelas terbalik dan pisin serta ampas kopi diberikan anggukan hormat takzim karena telah memberi kesempatan untuk sedikit menghela nafas dan kembali ke jalur penikmat kohitala dengan cara yang berbeda.

Padahal sebenarnya dalam sejarah tradisional di kampung halaman, menikmati kopi dengan menggunakan pisin atau tatakan itu adalah hal yang lumrah dengan tujuan membuat suhu air kopi panas itu segera turun. Kopinya di gelas biasa tapi pas mau diminum dituangkan ke pisin. Namun sekarang yang berbeda adalah posisi gelasnya yang disajikan sudah terbalik dan nyepot ke pisin. Sehingga perlu spesial effort pada saat membukanya perlahan.

Selamat mensyukuri hadirnya malam karena berarti besok insyaalloh akan kembali berjumpa dengan pagi berseri dan siang yang benderang. Salam kohitala gelas kebalik, Wassalam (AKW).

Nongki di Kopitotomi.

Yuk ah… ngopi dulu di Kopitotomi

BANDUNG, akwnulis.com. Kebiasaan ngopi tanpa gula dengan metode seduh manual tetap bertahan hingga saat ini. Seduhan yang favorit tentu dengan menggunakan corong dan kertas filter V60. Banyak metode seduh yang lain, namun ternyata dengan corong V60 ini terasa hasilnya apa adanya. Bukan berarti metode seduh manual lainnya hasilnya tidak apa adanya, tetapi lebih kepada pendekatan selera serta kebiasaan saja.

Beda dengan sajian kopi yang dibuatkan oleh orang lain baik barista atau mbakristi, silahkan metode seduh manual apapun dibuat ataupun berbasis mesin. Yang terpenting adalah falsafah diri tentang KOHITALA (kopi hitam tanpa gula).

Kesempatan kali inipun adalah catatan singkat tentang sebuah suasana menikmati kopi tanpa gula di sebuah kedai atau cafe yang memberi kejutan berbeda. Sebetulnya tidak sengaja menemukannya, namun pas masuk ternyata cafenya cozy dan terdapat beberapa sudut tempat yang menyenangkan untuk menikmati kopi. Baik yang Ududer (tukang ngudud/merokok) ataupun non-Ududer tersedia zona nyaman. Hal penting lainnya adalah tersedia mushola yang mungil namun bersih. Jadi aman berlama-lama nongki di cafe ini, pas adzan berkumandang bisa langsung menunaikan ibadah shalat.

Namanya cafe KOPITOTOMI yang berlokasi di Jl. Sadewa 18 Kota Bandung.

Ada juga yang menarik adalah terdapat sebuah pintu mini yang menghubungkan ruang tengah ke halaman belakang yang juga ditata dengan warna menyegarkan. Jadi melewati pintu itu harus dongko atau merunduk, jadi bisa disebut ‘pintu sopan’ karena semua yang melewatinya akan merunduk. Kalau mau coba sombong, jangan merunduk, dijamin nggak bisa melewati pintu itu.

Terdapat juga tempat di ruang tengah untuk live musik. Hanya karena datangnya siang hari jadi tidak ada penampilan live musik, tapi yang penting live eh a life show must go on.

Baik lagi ke urusan kopi hitam tanpa gula dan dengan metode seduh manual maka pilihannya tetap sederhana. Ada menu manual brew V60 arabica wine gununghalu untukku dan juga japanese kopi yang dinikmati oleh rekan kami. Sajian yang dibuat sang barista begitu menggugah selera dan tentunya sambil menikmati sajian kohitala juga menikmati suasana damai yang menenangkan rasa.

Sruput bray….

Sebetulnya banyak menu lainnya tetapii karena waktu yang terbatas maka tidak bisa banyak diulas. Gampang besok lusa kesini lagi kawan, agar nongkrong dan sruput kopi serta makam dan minumnya tuntas. Wassalam (AKW).

NGOPAY NGOJAY & GUNUNG LAWU.

Akhirnya Ngopay Ngojay terlaksana di kaki gunung… Segerr.

KARANGANYAR, akwnulis.com. Selamat bersua kembali dengan celoteh ringanku dalam bentuk tulisan sederhana namun bermakna. Tentu untuk tema tidak jauh – jauh dengan urusan si hitam nikmat yakni kopi. Karena konsistensi adalah janji, meskipun cukup janji kepada diri sendiri tapi marilah kita jaga sehingga tetap bertahan menulis dengan tema ini.

Meskipun kenyataannya tidak bisa menulis 100% tentang kopi, ada juga kerandoman trma lainnya khususnya penulisan cerita fiksi bahasa sunda yang tidak terlalu menyita halaman tulisan, karena cukup dengan 150 kata dan sudah membangun satu cerita maka tuntas sudah penulisannya yang disebut efbe-es FBS fiksmini basa sunda. Tantangannya adalah mencari kata dalam bahasa sunda untuk dikaitkan dengan kata lain sehingga menjadi bangunan cerita utuh yang tertata.

Nah kembali lagi ke tema tulisanku sebenarnya bukan hanya kopi tapi juga berkaitan dengan kolam renang atau berenang sehingga jika digabung dalam bahasa sunda menjadi tema yang murwakanti atau akhirannnya senada, yaitu NGOPAY & NGOJAY (menikmati kopi & berenang / kolam renang).

Beberapa tulisan terdahulu lebih banyak menuliskan secara terpisah. Jadi hanya membahas tema kopi saja atau bahas tentang berenang dan kolam renang saja. Ada 2 tulisan yang menggabungkan  NGOPAY & NGOJAY, mayoritasnya ngopi di pinggir kolam renang.

Jadi sekarang mau nulis bertema ngopay & ngojay?”

Benar sekali, tulisan kali ini bertema lengkap renang NGOPAY & NGOJAY ditambah kejutan lainnya adalah di tempat yang eksotis dan berlatar belakang momentum keindahan alam yang tiada tara. “Pasti penasaran deh!”

Maka perburuan momentum ini menjadi menantang, karena tentu dihadapkan dengan kondisi waktu yang terbatas. Disebut terbatas karena ada unsur alam yang bergerak dan tak pernah mau berhenti seperti takdir sang waktu. Bergerak terus dan bergerak terus.

Apakah itu?”
“Jadi penasaran”

Inilah jawabannya, jengjreeeng.

Sudah kelihatan khan?”

Berbicara keindahan itu adalah relatif tapi saya yakin sidang pembaca akan menyebut ini pemandangan indah dan memenuhi syarat sebagai tulisan bertema NGOPAY &  NGOJAY. tentu karena senua unsurnya terpenuhi.

Pertama, NGOPAY atau ngopi sudah diwakili oleh sebejana kopi seduhan drip manual dengan kopi lokal arabica Jenawi anggramanis. Kopi ini sudah dipersiapkan dari pagi sekitar jam 06.00 wib dengan berharap bahwa tidak ada kabut yang menghalangi pandangan di dataran tinggi tawangmangu ini. Tepat pukul 06.17 wib bergegas ke luar area tenda tempat merebahkan diri tadi malam menuju lokasi kolam renang dengan sudut yang pas untuk memastikan pengambilan gambar yang tepat. Apalagi selain target kopi dan kolam renang juga elemen pentingnya adalah kehadiran sang mentari di balik punggung gunung Lawu yang terkenal.

KEDUA adalah SUNRISE. Disaat mentari  merayap perlahan dan pasti melewati punggung gunung Lawu maka momentum itu hadir untuk diabadikan. Tidak lupa refleksi semburat warna keemasan harus terpantul di permukaan kolam renang yang menjadi hamparan kaca bening menenangkan.

Cetrek!
Cetrek!

Alhamdulillahirobbil alamin, sebuah capture photo dengan smartphoneku bisa menangkap momen ini secara lengkap. Memang tidak sempurna jika dibandingkan kamera DSLR, tapi sebagai dokumentasi pribadi ini sangat berarti. Dimana selanjutnya akan dibagikan di media sosial demi menghadirkan eksistensi.

Rasa syukur adalah utama, karena atas ijin Allah SWT sebuah momentum takdir ini tercipta. Dimampukan untuk membidik momen photo secara lengkap yakni NGOPAY, NGOJAY, SUNRISE, REFLEKSI dan GUNUNG.

Selamat sruput ngopat di hari ini ditemani kehangatan sentuhan mentari yang terus meninggi.  Segelah sruput kohitalanya dilanjutkan dengan aktifitas penting. Apalagi lambaian dari riak kolam renang membuat raga ini tidak bisa menolak untuk segera bercumbu dengan kesegaran pagi di kawasan Glamping Atsiri RAI. Wassalam (AKW).

NGOPI ATAU TIDAK?

Ngopi dan tidak ngopi, menyisakan rasa dan keihlasan

CIMAHI, akwnulis.com. Semangat tinggi menuju kantor dan selalu berusaha berfikir optimis karena itulah modal dasar kita sebagai pelayan masyarakat yang tentunya akan dijalani bukan 1 atau 2 tahun tetapi puluhan tahun, ya minimal 30 tahun menjadi abdi masyarakat. Dimana salah satunya adalah yang memberi motivasi itu adalah seduhan kopi manual di pagi hari dari biji kopi aranica honey dari cisurupan garut yang menggugah selera dengan keharuman hakiki.

Kok tahu sih harumnya yang hakiki?”

Tentu mengetahui dengan gamblang karena dua hari yang lalu sudah membuka bungkus kopinya dan merasakan keharuman biji kopinya. Apalagi pada saat di giling, keharuman semakin menyeruak dan selera sruput kopi semakin menggila, aslina mang.

Sayangnya prosesi penyeduhannya gagal karena di dera oleh agenda kegiatan yang bertubi – tubi dan malah berlapis seakan raga ini sebaiknya dikloning saja sehingga bisa hadir di dua tempat berbeda dalam waktu yang sama. Akhirnya pilihannya sederhana, salah satu dikorbankan untuk tidak dihadiri atau pontang – panting di dua agenda tentu dilengkapi drama nafas tersengal dan dada terasa berat karena naik turun tangga adalah jalan tercepat.

Maka pagi ini setiba di area kantor, langsung parkir sepeda motor lalu bersegera menuju ruang kerja. Eh lupa, helm dicopot dulu atuh, baru bergegas kembali. Dengan semangat tinggi menuju ruang kerja dan melewatinya karena target utama ruangannya di belakang sana yakni dapur bersama.

Tapi, itulah kehidupan. Sebuah harapan besar dengan optimisme yang nyata terpaksa berhadapan dengan keadaan yang berbeda. Biji kopinya ada, air panaanya sudah siap, bejana kaca dan kertas filter manual brew V60 juga bersiaga. Hanya saja corong V60nya tidak berjumpa, tidak ada batang hidungnya.

Kemanakah gerangan dikau, corong v60ku?”

Mata dan tangan bekerjasama mencari – cari corong V60 ini tetapi nihil kawan. Akhirnya terpaksa mencoba melakukan penyeduhan kopi tanpa menggunakan corong. Tentu ujung – ujung kertas filternya berusaha dipegang serta oleh jari jemari yang sudah tidak sabar menikmati keharuman kopi ini.

Air panas yang sudah berada di teko stainless kecil dan kopi arabica bubuk sudah siap untuk bersentuhan. Maka pelan – pelan air dituangkan dengan tangan kanan dan tangan kiri seluruh jemarinya memegang pinggir kertas filter V60. Seduhan pertama masih aman dan biji kopi hasil gilingan bertemu dengan air panas menghasilkan hubungan ekstraksi yang saling menguntungkan.

Pada seduhan kedualah ujian kesabaran terjadi. Air panas yang mengenai kukit jemari tangan kiri secara reflek membuat jemari melepaskan cengkeramannya pada kertas filter V60. Akibatnya kertas filter, bubuk kopi dan air sisa yang sedang berekstraksi jatuh ke dasar bejana kaca yang seharusnya menjadi penampungan akhir kohitala.

Sesaat termenung menatap kegagalan menyeduh kopi manual kali ini. Ketidakhadiran corong V60 menjadi kendala utama. Meskipun perlahan mencoba dipaksakan ternyata tanpa kehadirannya hasil akhirnya gagal total. Sebuah pemaknaan dari langkah kehidupan, dimana satu unsur tidak ada, harus dipikirkan dulu untuk mencari penggantinya sesuai SOP yang ada. Jangan paksakan karena akan berakhir dengan kegagalan.

Selamat tidak sruput kopi dulu kali ini kawan, belajar bersabar karena ternyata agenda kegiatan harian telah menyeringai dan mengintai. Tidak ada pilihan lain, ikhlaskan kegagalan dan bersiap hadapi tugas dan kenyataan. Wassalam (AKW).

Catatan :
Biji kopinya Arabica Natural Aceng Cisurupan Garut.

KOPI LANSIA CIPARAY

Bekerja – Ngopi & Terharu.

CIPARAY, akwnulis.com. Langkah kaki kali ini penuh makna dan ketrenyuhan. Disaat berjalan kaki memasuki komplek perkantoran, gedung serbaguna yang juga menjadi ruang pertemuan besar, mesjid tempat bersama-sama beri adah bagi umat muslim lalu berderet bangunan rumah yang berbentuk komplek perumahan.

Suasana pagi yang segar memberikan semangat khusus untuk tak sabar berkeliling mengitari lokasi ini. Setelah melewati beberapa rumah atau wisma yang diisi para orang tua, kaki melangkah memasuki salah satu rumah dan ternyata terdapat rata – rata 5 orang ibu – ibu renta yang sedang bercengkerama. Pertanyaan sederhana tentang keadaannya menjadi pembuka pembicaraan akrab yang tak bisa dilupakan. Ya mereka adalah klien dinas kami yang dirawat dan dijaga keberadaan mereka di hari – hari tuanya karena telantar ataupun ditelantarkan.

Wajah – wajah tua dengan kerutan perjalanan kehidupan yang mungkin begitu keras dijalani hingga akhirnya terdampar ditempat ini, tepatnya menjadi warga atau klien di UPTD PPS Griya Lansia yang terletak di daerah Ciparay Kabupaten Bandung. Jumlah mereka ratusan orang dan tidak hanya diterima dan dirawat di Ciparay saja sebagai kantor pusat tetapi juga tersebar di beberapa satuan pelayanan diantaranya di satuan pelayanan garut, karawang dan sukabumi.

Kumaha Abah dan Ema sehat?”

Sebuah pertanyaan singkat yang dibalas dengan wajah berseri dan senyum sumringah. Mereka adalah para lanjut usia telantar atau ditelantarkan oleh keluarga dan sanak saudaranya dan sekarang menjadi keluarga besar Griya Lansia Dinsos Jabar.

Terlihat wajah berbinar dan rasa senang, seolah penulis ini adalah anak keluarganya yang datang menjenguk mereka, para orang tua yang ‘dilupakan.’ Rasa haru semamin bertambah dikala diskusi singkat terus menjadi obrolan. Mereka betah berada di Griya Lansia ini karena merasa kembali di manusiakan, diberi rumah, dirawat oleh para petugas dengan telaten juga tidak perlu memikirkan tentang makanan dan minuman sehari-hari. Sudah tersedia dapur umum yang menyuplai makan minum dan snack mereka dengan pelayanan penuh kehangatan dan kekeluargaan.

150 orang lansia berada disini di Griya Lansia Ciparay, 75 orang di satpel Garut, 65 orang di satpel Karawang dan 50 orang di satpel Sukabumi. Totalnya 350 orang menjalani masa tua dari hari kehari hingga akhir hayat nanti. Tapi tentu berbagai ihtiar dilakukan dengan dikomandani bapak Kapus yang ganteng kalem, bapak Ade Irwan. Diantaranya proses reunifikasi dengan sanak keluarganya, tentu diawali dengan tahapan penelusuran, identifikasi dan koordinasi intens. Karena secara harfiah, berkumpul dengan keluarga adalah sebuah nilai yang tidak ternilai. Sementara sehari-hari adalah tugas mulia para pegawai untuk merawat, melayani dan mendengarkan curhat serta keluhan mereka yang bertakdir terpisah dari sanak saudara anak cucu di hari tuanya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 1 Tahun 2023 ini disebutkan bahwa para Lanjut usia atau lansia ini berhak dan berkewajiban yang sama dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di Griya lansia ini fungsi pemerintah hadir untuk memberikan pelayanan kepada salah satu dari 24 jenis PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) meskipun masih terbatas.

Maka sebagai individu, yakinkan niat dan ihtiar kita untuk menjaga orangtua kita masing-masing agar di hari tuanya tetap bisa berkarya dan bahagia dalam kebersamaan bersama keluarga. Yakinkan diri bahwa pengorbanan orangtua melahirkan, merawat dan menjaga kita hingga akhirnya dewasa adalah sebuah makna perjalanan hidup yang harus dibalas dengan kasih sayang, perhatian dan kepedulian kepada orangtua hingga akhir hayatnya.

Suasana sendu di pagi hari bergerak menuju siang dalam agenda rapat kordinasi di tempat ini. Rapat berjalan dengan baik dan ternyata kopi hitampun hadir dalam acara formal ini. Maka langsung diabadikan, di cetrek dan akhirnya disruput guys.

Tuntas diskusi dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju dapur bersama dan melihat aktifitas para pekerja sedang mempersiapkan sajian
terbaiknya untuk para klien lansia ini, lalu bergerak lagi ke arah belakang untuk menikmati makan siang dengan LISA (liwet lansia).

Disaat makan sianglah akhirnya bersua yang kedua dengan kohitala (kopi hitam tanpa gula) di tempat yang spesial. Sebuah gazebo diatas kolam yang bersih dan menyenangkan. Tentu tidak hanya kopi yang hadir, tetapi liwet lengkap dan buah – buahan yang terhampar sebagai menu lengkap makan siang, alhamdulillah.

Sebagai penikmat kopi maka diabadikan dulu sajian kopi dalam cangkir ini dengan latar belakang keasrian kolam dalam suasana menghinau pepohonan. Cetrek srupuut… nikmat. Baru ambil piring dan menyiuk*) nasi liwet dan sambal saja, maklum lagi diet. Lalu tak lupa di prulukin**) oleh daging ayam, gepuk dan goreng ikan mas. Lengkap sudah.

Kembali ke makna kunjungan hari ini, sebuah nilai kepedulian, kepekaan dan makna melayani sepenuh hati terlihat dari seluruh insan di UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Lansia ini. Semangat semua, Peduli & melayani. Wassalam (AKW).

***

Catatan :
*) mengambil nasi dengan centong
**) menaburi

NGOPI DI SITU GEDE – salah kiblat.

Menyusuri danau Situ Gede sambil Ngopi dan shalat sunnah meskipun salah kiblatnya.

Bersiap berkeliling Situ Gede / Dokpri.

TASIKMALAYA, akwnulis.com. Perahu bergerak perlahan membelah ketenangan dari danau di tengah kota tasik yang memiliki luas 47 hektar ini dengan dipiloti eh dinahkodai oleh Kang Deni, pemuda tasik yang baik hati.

Deal awal sebetulnya keliling danau situ gede ini dengan biaya yang relatif terjangkau. 10 ribu rupiah per orang, tapi karena hanya berdua jadi 15 ribu per orang, worth it atuh. Let’s go. Apalagi dari obrolan bersama sang Nakhoda, bisa merapat ke pulau di tengah danau. Bisa berpetualang nich. Ntar ditambah deh ongkosnya.

Ada Mushola dan makam diatasnya kang” Gitu kata Kang Deni Nakhoda. Wah menarik juga, hayu nanti kita turun sejenak. Maka meluncurlah perahu berkelir hijau muda ini membelah ketenangan air danau yang ditemani angin pagi menyegarkan.

Maka perjalanan paparahuan dilanjutkan berkeliling danau yang penuh pemandangan hijau memikat mata menenangkan pikiran. Apalagi terlihat beberapa pemancing yang begitu setia menanti umpan disambar ikan dengan diam mematung dan fokus penuh konsentrasi. Ada juga pemancing yang all out karena kaki hingga paha terendam air danau dengan tangan tetap memegang pancing dan tatapan tajam melihat kukumbul (bhs sunda : penanda tali pancing yang nyambung ke mata kail berisi umpan, biasanya berwarna merah menyala).

Di perjalanan mengelililingi danau, terlihat perahu yang bergerak kencang menyusul pergerakan perahu kami yang memang disetting santai oleh sang nakhoda. Terlihat beberapa emak-emak berada di perahu yang melaju kencang, sedikit tersenyum simpul dan penuh permakluman, pasti The power of emak-emak. Sehingga bagi nakhodanya nggak ada pilihan lain lebih baik memacu kencang daripada kena semprot emak-emak.. Huss kok suudzon sih, mungkin ini mah.

Perahu emak-emak menyusul / Dokpri.

Jadi kami hanya dadah-dadah saja sambil tertawa disaat perahu berisi emak-emak tadi melintas dengan kencang. Sudah jelas tujuannya agak berbeda karena kami akan merapat ke tengah pulau untuk melihat mushola yang disebutkan tadi. Sebagai persiapan maka sesaat perahu merapat ke tepi, langsung wudhu dengan menggunakan air danau, karena di pulau tidak ada air wudhu. Kang Fammy agak kaget karena berwudhu dengan air danau, khawatir dengan standar sanitasi dan takut kulit wajah hasil perawatannya ada alergi hehehehe….. just a joke. Akhirnya hanya diriku yang berwudhu lalu hanjat (eh berpindah ke daratan / ke pulau) lalu menuju mushola, sementara Kang Fammy bergegas meniti jalur jalan berbatu ditemani Kang Deni Nakhoda untuk melihat makam yang ada.

Tuntas shalat dhuha, ada teriakan dari Kang Deni yang sudah kembali dari arah makam, “Pak maaf itu kiblatnya salah, kebalik”

Walah sedikit kaget, tapi tanggung atahiyat akhir, salam dulu aja. Setelah itu kembali memutar sajadah sesuai arahan kang deni dan kembali 2 rakaat dilanjutkan. Maklum baru sekarang sholat disini, lagian tadi langsung sholat aja sesuai posisi sajadah yang ada.

Allahu Akbar…..”

Tuntas dari pulau tersebut lalu menaiki perahu dan saatnya melanjutkan menikmati sajian kopi hitam tanpa gula dan kelapa muda yang sudah dibawa dari tadi. Kohitala panas begitu nikmat dan air kelapa melengkapi dengan kesegarannya, Alhamdulillah.

Itulah cerita singkat tentang menikmati kesegaran danau atau Situ Gede Kota Tasikmalaya dengan berbagai aktifitas dari mulai berlayar, wudhu di danau, shalat sunah salah kiblat hingga sruput kohitala dan air kelapa. Untuk yang penasaran dengan suasana riilnya dalam bentuk video maka bisa dilihat di channel youtube andriekw-ngopi di Situ Gede.

Pokoknya dijamin menyenangkan dan memberi rasa bahagia. Selamat sruput kopi dan berwisata kawan, Wassalam (AKW).

TENGTREM – fbs

Ngopay Bray… Sruput tengtrem.

BOJONGHALEUANG, akwnulis.com. Jang Kohir anjog ka hiji landeuh. Karèk gè nincak handapeun gapura ‘Wilujeng Sumping’, langsung kaambeu seungitna rasa nu geus wanoh jeung hatè tur dalit sareng pangambung. Sanès ku seungit wungkul, namung nenangkeun manah  nu keur guligah.

Narik rènghap panjang bari peureum, nikmat kacida. Selesep hawa surgawi minuhan rohang dada nu keur gudawang kuciwa. Lalaunan ngahaneutan kana kekemplong, peujit tur angen. Teu lami raray ngiringan ngahaneutan dugi kana ubun-ubun.

Rasa kuciwa margi kajantenan dinten kamari lalaunan hilap, kagentosan ku rasa tengtrem nu pageuh minuhan manah.

Lalaunan renghap dileupaskeun, soca beunta ningal kaayaan. Ya Allah nu murbèng alam, hookeun ningali ngèntèpna kios aralit tapi camperenik. Ngajajar nèmbongkeun kaseungit sèwang-sèwangan.

Lèngkah langkung ènggal, hoyong geura dugi tur nyeuseup seungitna kahirupan.

Mojang geulis sampulur omyang ngabagèakeun, matak ngadegdeg da sieun nyaah. “Mangga kang, aya arabica, robusta tur liberica, bade milih nu mana?”

Teu aya kecap nu janten waleran, ukur calangap bati kabita. Wilujeng ngopi lur. (AKW).

Piknik tivis tivis…

Menikmati setitik piknik, meskipun…

BANDUNG, akwnulis.com. Terpaku menatap keindahan alam yang membentang memanjakan mata. Begitu indah dan menentramkan. Lansekap dataran tinggi bandung utara hingga menyentuh kota Bandung yang penuh hinggar bingar optimisme.

Tarikan nafas begitu lega, dikala saluran pernafasan bercengkerama dengan udara segar milik tuhan yang tidak ternilai, kembali rasa syukur adalah kewajiban, betapa banyak nikmat Allah yang sering kita lupakan.

Apakah ini rehat sejenak dari rutinitas atau hanya sebuah hayalan tingkat tinggi akibat nggak bisa piknik dimasa PPKM darurat?”

Hehehe hampir beririsan pendapat itu, tetapi yang pasti kali ini masih dalam posisi bekerja dan kebetulan lokasi rapatnya di bandung utara. Maka udara segar begitu mudah didapat, meskipun protokol kesehatan tetap ketat.

Penggunaan QR code aplikasi lindungi sebagai pembuka untuk bisa memasuki area, dilanjutkan swab antigen sebagai bentuk kewaspadaan karena pandemi covid19 masih ada. Untuk penggunaan hand sanitizer dan masker jangan dibahas lagi, ini sudah given, wajib hukumnya. Dengan semangat optimisme adalah agar kita terhindar dari virus covid19 sekaligus menghindari sebagai penular kepada orang lain ataupun keluarga tercinta.

Nah dikala waktu istirahat tiba, maka mencari tempat private di ujung resto sambil menikmati sajian dari panitia, memberikan sensasi rasa berbeda sekian purnama tak pernah nongki-nongki atas nama bahagia.

Sajian yang dipilih kembali kepada tema utama yaitu ngopay dan ngojay…. eh salah ngopay dan salad.

Pertama untuk memgobati kehausan atas piknik dan wisata lainnya adalah sajian kopi hitam tanpa gula dengan seduhan manual menggunakan V60, bean yang dipilih kali ini adalah manglayang wine nectar. Sebuah pilihan tepat karena menyajikan sensasi rasa lengkap. Acidity jelas begitu ‘menggigit’ sejak seruputan pertama dan ninggal di ujung lidah serta di ujung kenangan. Body medium dan after tastenya bikin damai, paduan fruity dan tamarind serta cocoa hadir selintas menemani keceriaan kali ini.

Kedua adalah sajian utama eh atau pendukung ya?.. thai salad. Yach pokoknya saling mendukung aja deh. Sajian makanan sehat yang dilengkapi potongan daging sapi yang empuk dan memanjakan lidah. Apalagi saus khasnya begitu menggoyang lidah dan membuat selera makan semakin membuncah….. yummy.

Perpaduan inilah yang menjadi momentum syukur berkelanjutan. Kegiatan meeting bisa diikuti diawali dengan rangkaian testing antigen dan aplikasi peduli lindungi ditutup dengan piknik tivis – tivis di kala makan siang ditemani sajian kopi kohitala dan salad penggugah selera, Alhamdulillah.

Pak maaf, ditunggu di ruangan, acara sudah mau mulai lagi”

Sebuah suara sendu membubarkan piknik tipis-tipis kali ini. Segera anggukan kepala dan bergegas… eh sruput dulu sisa kopi yang ada dan sikat habis salad yang juga tersisa.. nyam nyam nyam… yuk ah meeting lagi. Wassalam (AKW).

Arabica Puntang Harliman.

Lelah itu wajar, sruputlah aroma kehidupan.

KBB, akwnulis.com. Sejalan senja menyentuh rasa, sebuah asa menjalar dalam raga yang sedikit merasa kelelahan. Mungkin ini pertanda bahwa usia memang bukan untuk dilawan, tetapi disyukuri sambil terus memaknai segala perubahan dengan tasyakur keberkahan mengarungi kehidupan.

Lelah itu adalah niscaya manakala memang tetesan keringat bergulir karena beragam aktifitas. Baik secara phisik harus bergerak ritmik ataupun gerakan tak tentu yang akhirnya menguras tenaga dan usia tadi, ataupun menguras pikiran dalam rongga kepala untuk membuahkan sebuah keputusan dan konsep yang jitu dalam menjadi bagian sebuah solusi permasalahan.

Ada juga lelah rasa atau capai perasaan, ini yang lebih bahaya. Tidak terlihat tapi nampak, meskipun disembunyikan akan tetap terlihat betapa gelayut awan hitam beban kehidupan begitu kental tergambar di wajah yang penuh kesedihan. Ini lebih cape karena korbannya adalah perasaan, dan obatnya sangat bervariasi meskipun ujung-ujungnya adalah ikhlas dan sabar serta kepasrahan…. aduuh sedih akuu.

Tapi, itu bukan aku. Itu mah orang lain, aku mah cukup saja kecapean phisik dan kecapean mikir sesuatu aja. Terutama urusan kerjaan yang memang selalu ada banyak hal yang harus dikerjakan dan menuju perwujudan untuk dituntaskan.

Maka jangan lupa, jikalau lelah melanda dan waktu seakan begitu terbatas, jangan paksakan. Rehatlah sejenak dan tarik nafas sesaat, apalagi jika hadir sajian kohitala manual brew arabica puntang… maknyuus sudah.

Sruput….. arabica puntang Cafe Harliman pake metode manual brew V60.

Dengan panas 90° celcius dikala menyeduhnya, 15 gram beannya dan disesuh dengan komposisi 1 : 15 hadirkan sajian kopi hitam asli tanpa gula yang memiliki acidity medium high dan body tebal memahit khas arabica puntang serta dari sisi profile maka tetap hadir selarik mint dan rasa manis fruitty yang agak sulit dikala mencoba mendefinisi, pokoknya enak pisan…. sruput lagiii.

Insyaalloh lelah hilang berganti semangat gemilang, untuk lanjutkan menuntaskan tugas yang bejibun tanpa batasan.. srupuut… semangaaat, Wassalam (AKW).

***