Tos badè sabelas sasih sasarengan sareng anjeuna, tepang munggaran di masjid Arrahman wanci bada shalat magrib. Ngawitanna mah biasa wè nepangkeun margi ngalih padumukan ka ieu wewengkon. Jalmina bageur tur akuan, janten teu asa ka nu sanelès, ènggal akrabna.
Jadwal netepan lima waktu aya waè, shubuh magrib isya tara kalangkung. Upami asyar sareng lohor mah da sami – sami kuli di luar wewengkon. Iwal dinten libur, sok aya siang ka sonten di masjid. Pangaosan bapak – bapak aya pangpayunna, dina tadarusan, ngaosna saè.
Mung unggal dipiwarang janten imam, alimeun. Boh shubuh atanapi lohor asyar. Mugen wè. Kalebet daptar imam harian ogè alim. “Keun abdi mah ngama’mum waè” kitu waleranna tèh. Ti ngawitan tepang teu apal nami aslina. Tatanggi ogè sumawonna.
Alhamdulillah kapanasaran tèh kacumponan, dina mangsana Si Abang nyungkeun bantosan ngalereskeun perpanjangan KTPna sareng Kartu Keluarga. Apal ayeuna mah namina, tur alesan alim janten imam shalat tèa. (AKW).
NAMI ISLAND, akwnulis.com. Kelopak daun menguning menemani perjalanan ini, menapaki sebuah pengalaman berbeda dikala bersamamu. Suasana yang syahdu semakin berpadu dikala rindu beradu dengan belaian angin yang tidak menderu tetapi sepoi-sepoi menyentuh kalbu.
Jajaran pohon yang berbaris melindungi perjalanan ini, semakin menguatkan semangat untuk terus bersama dalam suka dan duka. Meskipun halangan rintangan senantiasa ada, tetapi itulah dinamika yang menjadi kawah candradimuka kehidupan di dunia.
Suasana penat dan lelah berubah seketika, berganti rasa senang penuh keindahan, romansa menjalar dalam urat nadi sepanjang badan, bersemangat untuk menggamit dunia demi penuh hasrat keinginan yang tetiba membuncah tanpa tertahan.
Duduk perlahan di rerumputan kering, berlarian sambil tertawa seakan dunia sudah bukan milik bersama. Mentari siangpun sangat paham dengan keadaan, karena sesekali bersembunyi di balik awan tipis sambil mengantarkan pesan kerinduan.
Begitulah kehidupan fana yang sesaat begitu indah penuh rasa, begitu mempesona sehingga terkadang membuat lupa bahwa ini hanya sementara.
Sungguh aneh tapi nyata, karena rasa bahagia tanpa syarat ini hadir dengan tiba-tiba nir tanda-tanda, hati damai dan raga segar bergerak bersama di rimbunnya pepohonan Nami Island.
Apakah karena banyak tersembunyi pesan cinta? Atau memang suasana tenang yang membuat rasa ini berbeda? Padahal ini bukan yang pertama.
Sudahlah kawan, jangan mendebat hati nurani, biarkan semuanya mengalir tanpa perlu khawatir dengan tahapan selanjutnya. Hidup ini indah, dikala kita bisa mensyukurinya. Hidup ini penuh berkah dikala kita menjalaninya tanpa keluh kesah. Apalagi banyak hal diraih dengan susah payah, sudah sepatutnya kita bersujud dikala cita diraih pada saatnya.
Maka, momentum bercumbu dengan angin rindu perlu dinikmati tanpa pandang bulu. Duduk dan berguling bersama rumput hijau yang luas adalah kesukaan sekaligus menikmati pelukan erat aura pepohonan yang begitu ramah tanpa banyak pertimbangan.
Mari syukuri hidup tanpa melupakan kewajiban, mari jalani hari dengan segala haru biru perubahan.
Sesekali sinar mentari menerobos lindungan daun dan menyentuh wajah polosku, mengingatkan bahwa kenikmatan ini hanya sementara. Jangan terlena, tetapi harus tetap waspada. Karena setelahnya akan banyak hal – hal tak terduga yang menanti di perjalanan selanjutnya.
Sebuah catatan kecil dari seberang lautan sana, Wassalam(AKW).