
KUNINGAN, akwnulis.com. Perjalanan mudik tahun ini aman lancar jaya, meskipun ada beberapa titik kemacetan penumpukan kendaraan karena ada beberapa insiden di tol Cipali seperti ada Kijang putih yang mengalami kecelakaan tunggal juga terlihat ada bis yang ‘tertidur‘ diluar median jalan sedang di evakuasi. Tapi secara jumlah jam perjalanan termasuk waktu tempuh normal, sekitar 3 jam 25 menit dari cimahi ke Kuningan.
Berbuka shaum dilaksanakan di rumah kuningan ditemani gerimis hujan yang makin malam semakin membesar. “Wadduh shalat ied besok di jalanan dan halaman masjid bisa terancam nich?” Begitu perbincangan sederhana. Tapi kita optimis hari esok kembali cerah dan shalat ied bisa terlaksana dengan segala rahmat kemudahannya.
Hanya saja setelah adzan magrib berkumandang, tidak terdengar suara takbir dari mesjid jami Nurr Alim samping rumah. Suasana sepi dan berbeda dengan malam takbiran tahun – tahun sebelumnya.
“Apa yang terjadi, apakah sudah berubah kebiasaannya?”

Ternyata semua menunggu sidang isbat yang cukup bikin degdegan. Karena dilaporkan dari beberapa titik pengamatan hilal belum terlihat karena tertutup awan dan kabut.
“Aduh gimana kalau diundur, ini opor dan sambel goreng daging sudah siap untuk menjadi makanan utama khas di haei lebaran esok hari?”
Hehehe, alasannya sederhana. Bukan takut sahur lagi tapi takut opor dan sambel gorengnya tertahan sehari. Udah nggak tahan ingin menyantapnya. Maka sekarang semua degdegan menonton siaran langsung di televisi, prosesi sidang isbat dan nantinya seperti biasa Menteri Agama RI akan mengumumkan hasilnya.
Adzan isya berkumandang dan belum ada kepastian, wajah tegang dan galau tersirat dari kumpukan orang rumah yang langsung hitung-hitungan berbagai kemungkinan jika hari lebaran ditunda lagi satu hari. Begitupun di mesjid sepi tapi orang – orang banyak menunggu kepastian, apakah shalat tarawih lagi atau lanjutkan ke takbiran.

Jreng jreng… detik dan menit terus berlalu. Ternyata menanti kepastian itu menegangkan. Sementara dari pihak muhamadiyah sudah memastikan akan berlebaran di hari esok di sisi lain laporan ketidakterlihatan hilal masih menjadi laporan. Apalagi pengalaman tahun sebelumnya bahwa terjadi selisih 1 hari pihak muhammadiyah melaksanakan shalat idul fitrinya.
Akhirnya, menteri agama RI yang telah dinantikan sedari tadi muncul di layar televisi. Dengan singkat dan padat menyampaikan bahwa pihak pemerintah selaku Ulul Amri memutuskan bahwa pelaksanaan shalat idul fitri dilaksanakan esok hari.
“Alhamdulillahirobil alamiin!!”
“Alloooohu akbar, Alloohhuakbar… Allohuakbar… laailahaillalah huwallahu akbar. Allahuakbar walila ilham….”
“Opor selamattt….” ada teriakan lain di ujung sana.
“Hore Hore”

Semua bergembira, mesjid langsung takbir menggema. Rombongan pemusik genjring dan tataneuhan mulai bergerak dan bersuara, hujanpun perlahan reda seolah paham untuk tidak menghalangi kegembiraan malam ini.
“Allloohuakbar
Allooohuakbar
Laaaa ilaa haillallah huallah hu akbar
Allahuakbar
Walilaa ilham…..”
Dag dug dug dag dug dug
Dag dug dug dag dug dug…

Ada atraksi dari warga lokal yang menjadi suasana malam takbiran itu berbeda. Yakni sekelompok pemuda berkeliling dengan membawa peralatan musik rebana, tambur hingga memanggul bedug dan gamelan dan menyanyikan shalawat dengan iringan alat musik yang menjadi daya tarik.
Hujan gerimis masih sesekali turun, tetapi kelebat kilat dan guntur terasa begitu sering. Ada terselip rasa khawatir tetapi raga dan jiwa ini bercampur aduk antara sedih dan gembira. Semoga tahun depan bisa bersua kembali dengan gema takbir yang senantiasa menggema. Wassalam (AKW).






















