Nyetir wanci sareupna saatos tadi ngalongok domba di wewengkon Cipunagara. Ujug – ujug Ăšmut paguneman tadi.
“Ang saĂšna mah ngĂšndong. Ăšnjing bada shubuh uihna, palaur” Diwaler tatag, “Kalem Mang, meungpeung nganggo mobil jagjag” Mang Ibro nu maro domba ngajentul.
Mobil Ioniq 6 lalaunan nebihan buruannana.
Ayeuna mobil nyaketan ka leuweung jati lebet jalur jalan nu beuki awon tur rumpil.
Tiit.. tiit.. tiit Sensor mobil disada, ditingal dina dashboard sadayana beureum, boh dipayuneun mobil, kÚnca katuhu ogÚ dipengker. Tapi ditingali payuneun mah lowong ukur tangkal jati ngajajar.
“Paling gĂš sĂšnsor Ăšror” kitu gerentes hatĂš.
Tengah leuweung / akw.
Tiit… tiiit.. tiit Sajorelat katingali dina dasboard panto kĂšnca teu pageuh. Tapi teu lami sĂšnsor panto normal deui.
Ningali deui ka payun, jalan angger sapertos nu tadi. Asa lami pisan dugi ka jalan ageung, biasana mah 15 menitan.
Sabot hemeng kana kaayaan, gigireun aya sora. “Sabar Sarjang keudeung deui” Uing ngalieuk. BrĂšh tĂšh nu nyĂšrĂšngĂšh makĂš boĂšh. Cag. (AKW).
BANDUNG, akwnulis.id. Perjalanan harian menapaki kehidupan terus berlanjut. Begitupun pengalaman kehidupan semakin bertambah seiring perpindahan tugas yang terjadi. Maka tombol adaptasi kembali di aktifkan, dan harus cepat mengamati pola serta sikap dan perilaku plus mengelola harapan dari banyak pihak sambil meluangkan waktu untuk ‘belanja masalah‘.
Ada salah satu yang menarik dalam pengalaman alih tugas ini adalah berkesempatan menggunakan kendaraan listrik yang canggih. Sebuah pengalaman yang luar biasa bagi seorang pegawai yang selama ini begitu akrab dengan kendaraan bermotor dengan bahan bakar pertalite, pertamax ataupun bio solar dan dexlite. Disaat masuk kabin tentu excited alias colohok melihat panel dashboard yang futuristik. Maka satu kata yang utama adalah, “Alhamdulillahiroobil alamin”…
Maka dengan segala ke-kepo-an itu, pasti culang cileung dan penasaran. Hanya saja tidak bisa dieksplorasi semua karena ternyata amanah tugas berbanding dengan beban pekerjaan yang cukup menggerus waktu menyita saat sehingga 24 jam sehari adalah sebuah medan perjuangan yang harus di-menej dengan efektif dan efisien. Tentu selain waktu tidur dan waktu keluarga maka sisanya adalah saatnya bekerja.
Nah sambil berjibaku dengan segala perubahan yang ada, teman baru ruangan baru, suasana baru dan jelas tantangan berbeda. Ada hal yang menggelitik hati dari panel dashboard mobil listrik ini, Hyundai Ioniq 5. Yaitu panel paling kanan yang menunjukan posisi PWR dan CHG. Indikator tersebut jika diamati lebih seksama adalah memperlihatkan sebuah teknologi yang memungkinkan kendaraan listrik yang sedang bergerak itu tidak hanya menghabiskan daya batere yang tersedia tetapi juga berkemampuan menyimpan atau menghasilkan listrik itu sendiri (charging) pada saat kendaraan sedang melaju.
Pikiran sederhana ini menjadi tergelitik untuk menulis dan mengamati hal ini karena jika kita menginjak gas sekuat tenaga maka panel PWR (power) naik dengan indikator biru dan itu artinya batere sedang digunakan untuk membuat kendaraan ini melaju di jalanan. Tetapi di saat kaki melepas pedal gas, maka terjadi proses CHG (charging) atau pengecasan untuk menghasilkan daya listrik meskipun sedikit. Jika ingin chargingnya maksimal tinggal di injak pedal rem secara terukur maka proses charging semakin maksimal. Itu ditandai dengan panel membiru lebih banyak di posisi display CHG. Ini yang luar biasa, karena otak ini langsung menghubungkan dengan analogi aktifitas sehari – hari dengan membuat persamaan.
Persamaan yang dimaksud adalah batere yang tersimpan sebagai energi & tenaga, batere yang digunakan adalah gabungan semangat, amarah dan nafsu serta ego. Sementara melepas pedal rem dan menginjak rem adalah bentuk sabar dan kedewasaan sehingga bisa mengisi kembali tenaga dengan sentuhan emosi positif dan hasilkan tenaga tambahan agar kita semakin lama bisa bertahan.
Injak rem – Batere bertambah / Dokpri.
Artinya kendaraan listrik ini menggunakan prinsip sederhana namun hakiki dalam kehidupan yaitu mengaplikasikan modelling sabar dan kedewasaan untuk menghasilkan energi dan tenaga positif meskipun kendaraan atau keadaan kehidupan sedang bekerja keras dan melaju kencang untuk meraih target yang sudah ditetapkan.
Maafkan jika analogi ini mungkin salah, tetapi minimal ke-kepo-an ini berbuah berkah. Bahwa di satu sisi kita bersyukur dengan hadirnya teknologi di mobil listrik ini, disisi lain banyak nilai yang perlu dimaknai, ditafakuri dan tentu disyukuri seeta dinikmati. Selamat menjalani hari – hari ke depan yang penuh dinamika. Jangan lupa selain gaspool, ada juga momentum angkat gas dan lakukan pengereman secara akurat karena Rakib & Atid tak pernah berhenti mencatat. Happy weekend sahabat, WassalamualaikumWrWbr. (AKW).
CIMAUNG, akwnulis.com. Perjalanan Bandung – Pangandaran ditempuh dalam waktu 6 jam jikalau nonstop. Tapi ditambah berhenti sejenak untuk makan siang dan shalat maka ditotalkan menjadi 7 jam. Waktu yang lumayan panjang, tetapi menjadi efektif manakala memanfaatkan teknologi yang terus berkembang. Memang beberapa titik dukungan sinyal internet sesaat menghilang, tetapi mayoritas sinyal internet cukup stabil dengan menggunakan dua provider yaitu Halo telkomsel dan XL Axiata.
Konsep Work From Anywhere (WFA) bisa dijalankan nyaris sempurna. Satu agenda rapat terkait perkembangan TTE (tanda tangan elektronik) yang diselenggarakan Dinas Komunikasi dan Informasi bisa diikuti. Begitupun Sosialisasi tentang Lingkungan Hiduppun bisa bergabung. Tentu keduanya menggunakan aplikasi video conference yaitu zoom yang menjadi akrab untuk kita semua selain skype, google meet, microsoft teams, slack, gotomeeting, facetime, whatsapp video call, cisco webex dan jitsi.
Maka di dalam mobil interaksi terjadi, tablet samsung dengan kesibukan zoomnya. Smartphone digunakan untuk koordinasi intens dalan rangka pembahasan pagu indikatif 2023. Sementara laptop on fire di aplikasi sidebar untuk membaca berbagai surat keluar serta membubuhkan paraf dan tanda tangan secara elektronik plus membaca disposisi pimpinan dan menindaklanjutinya secara online. Jikalau harus diakselerasi maka smartphone beraksi untuk kontak langsung agar tugas segera tuntas.
Baca dulu literatur / Dokpri.
Meskipun terkadang muncul rasa mual karena mobil meliuk kanan kiri demi memenuhi hasrat jalan yang berkelok-kelok tak selamanya lurus. Juga sedikit pusing karena mata menjadi bingung dikala harus membaca naskah surat di laptop sementara pemandangan luar mobil begitu dinamis.
Maka pejamkan mata sejenak dan tarik nafas dalam – dalam. Lepaskan pelan – pelan sambil konsentrasi ke satu titik. Insyaalloh rasa pusing dan mual akan berkurang. Kecuali jikalau jalannya memang turun naik penuh kelokan dan patahan. Lebih baik tutup laptop dan nikmati perjalanan sambil tak lupa pegangan. Sehingga guncangan yang terjadi tidak membuat kesulitan. Kalau Bandung ke pangandaran via jalan raya ciamis banjar relatif agak aman dari kemualan dan kepuyengan karena jalannya lebar meskipun berkelok. Tapi manakala pulang dari pangandaran via jalur selatan sampai rancabuaya. Bersiaplah jalur Rancabuaya – Talegong – Cisewu dengan sensasi naik turun kelak kelok dan patah mendadak… cusss. Aduh ternyata terasa…
Berhenti sejenak dan kembali bekerja / Dokpri.
Ada sensasi mual yang mulai hadir ditemani selarik pusing menghinggapi raga ini, sementara ternyata paraf dan tanda tangan elektronik harus segera, atau harus baca berkas penting ditunggu bingit. Ya sudah menepilah. Cari rumah makan terdekat dan cek sinyal internetnya sehingga bisa tethering dengan smartphone. Berhentilah dan bekerja dengan laptop kesayangan.
Jadi dimanapun berada, tugas dan pekerjaan seperti meeting atau notifikasi dan tanda tangan berkas bisa dilakukan. Tapi ingat kalau terasa pusing dan mual, rehatlah sejenak kawan. Selamat pagi dan selamat beraktifitas. Wassalam (AKW).
CIREBON, akwnulis.com. Sebuah persahabatan dan pertemanan memiliki kadar kekentalan variatif, banyak faktor yang melingkupi. Kawan menjadi lawan, musuh menjadi sekutu bukanlah hal yang baku. Tetapi pertemanan abadi juga bukan hal yang tidak pasti, malah inilah yang harus dijaga dengan sepenuh hati.
“Ngomongin apa sih kamu?.. lagi kecewa ya?”
“Nggak brow, aku mah lagi fine fine aja”
Sebuah jawaban singkat sambil menyusun puzzle kehidupan yang diwakili oleh sebungkus rokok dan panekernya, sebungkus kopi arabica cawene garut, kunci mobil plus remote dan sebuah tanda no smoking sekaligus penanda tempat dimana semua barang ini berada (pada saat diphoto maksudnya).
Dari photo tersebut adalah sebuah frame persahabatan yang kental antara kopi dan rokok atau disebut juga Udud (b. sunda). Betapa akrabnya kopi dan udud ini, dimana ada segelas udud maka akan hadir sebatang kopi… eh tibalik… yaa gitu deh maksudnya.
Betapa nikmatnya nyruput kopi sambil merokok… itulah gambaran umum yang terjadi.
Padahal tidak semua kopi berteman dengan udud. Kopi dinikmati sendiri dan tentu tanpa hadirnya rokok alias udud.
“Bisa gitu?”
“Bisa pisan đđđ ”
Jadi yang tertarik menikmati kopi tidak perlu khawatir jadi musti merokok. Kopi dan rokok bukan sahabat sejati, tetapi kopi dan rokok sesekali bersua untuk silaturahmi, khususnya seperti yang tertera di photo awal tulisan ini.
Maka kembali kepada rumus kawan, berkawanlah biasa tanpa perlu berlebihan, apalagi terlalu menggantungkan harapan kepada mahluk yang fana… bersiaplah kecewa.
Selamat menambah kawan dalam setiap momentum yang ada, kawan sejati yang akrab di dunia tetapi juga merajut pahala untuk bekal di akherat sana. Wassalam(AKW).
Tapi mun geus panggih jeung anjeun, sok leketey amarah ngilang diganti nyaah. Komo mun ngupingkeun soanten halimpuna, “Sabar nya Mang, ieu dina raraga ngudag kahayang.” Uing unggeuk jiga bueuk.