AMBEK – fbs

Menulis singkat dan melestarikan bahasa ibunda, ini dia…

ALUN – ALUN BANDUNG, akwnulis.id. Siang menjelang sore di hari minggu, mari luangkan sedikit waktu untuk menulis sesuatu. Saya sih memilih menulis dalam genre fiksimini berbahasa sunda. Karena cukup 3 sampai 4 paragraf saja sudah sampai 150 kata, usahakan sudah menjadi sebuah cerita. Meskipun itu adalah cerita fiksi atau rekaan semata. Bisa juga dari pengalaman pribadi pembaca, tapi berdasarkan pengalaman pribadi atau cerita dari rekan kerja, juga mengarang bebas sesuai selera. Ditambah dengan menjadi cara melestarikan bahasa ibunda, bahasa sunda.

Selamat menulis.. eh selamat membaca. Have a nice weekend to all.

***

FIKMIN # AMBEK #

Kilangbara ngabèjaan sanajan ukur ajak jawa, ieu mah lebeng. Istuning mopohokeun tèh teu kira – kira. Padahal baheula mah teu sirikna unggak usik nanyakeun bèja. Tapi da kitu geuning ngaranna jelema.

Mimitina mah aya rasa keuheul, sabab asa disapirakeun. Insyaalloh teu aya dendam, ukur inget waè teu bisa mopohokeun.

Komo basa ningali dina medsosna mah, meuni somèah tur teu welèh daria. Ambek nyedek tanagi midek. Hayang ngamuk tapi da saha urang, meureun baheula salah milih manèhna jadi babaturan.

Kakeuheul ngumpul jadi tanaga, èmosi diri nambahan beuki tohaga. Teu antaparah deui, clak kana motor RX king si kukut tèa. Biur ka dayeuh, rèk ngalubarkan sagala rasa.

Nepi ka nu dijugjug, teu antaparah deui. Sagala ditunjuk, tina hayam, sapi, lauk, jeroan sakabèh sambel nu aya. Sumawonna sangu bodas, sangu beureum jeung tutug oncom kudu sayaga.

Alhamdulillah, rèngsè dahar beuteung seubeuh èmosi reureuh. Keun babaturan mah bisa nèangan deui, nu penting awak jagjag uteuk waras. Am deui ah. (AKW).

***

MACET & MENULIS.

Antara kemacetan dan Kotretan.

CIMINDI, akwnulis.com. Dikala raga terdiam karena kemacetan menghadang maka energi keburu-buruan mengejar setengah delapan di kantor untuk melakukan absensi harian biasanya berontak dan membuncah menjadi kekesalan. Paling mudah adalah kekesalan itu menjalar dari hati ke wajah dan tangan. Wajah menegang dan gigi mulai bergemerutuk, sementara tangan semakin kuat mencengkeram stir.

Kulit wajah mengeras dan lapisan sunblock SPF50pun agak terganggu karena permukaan yang dilindunginya tiba-tiba berubah. Maka lapisan tipis sunblockpun harus adaptasi dengan perubahan drastis ini, kalau tidak berarti berguguran dan melunturkan tugasnya sebagai paparan ultra violet yang telah mengintai di balik kaca depan kendaraan.

Apalagi pas melihat bahwa kemacetan yang terjadi tidak disikapi sabar oleh semua pengguna jalan. Sudah jelas akan terjadi bottleneck dari 4 jalur menjadi satu jalur karena berhadapan dengan pasar pagi dan sebrangnya pintu gerbang sekolah, tetap saja jiwa – jiwa salip kanan salip kiri hadir di depan mata. Untuk para pengendara motor sudah biasa bagaikan air mengalir. Dimana ada celah sempit disitulah motor masuk dan melaju. Tapi disaat melihat kendaraan yang seseleket di kiri demi meraih posisi terdepan padabal jelas memang sedang terjadi kemacetan, jiwa kemudaan ini mendidih kawan.

Pada saat yang melakukannya adalah angkot atau angkutan kota terkadang berusaha maklum meskipun tidak. Tapi pas yang melakukan manuver tersebut mobil non angkot dan ternyata mobilnya adalah keluaran terbaru tapi dengan driver ber-attitude sok jago, itulah yang membakar emosi di cerianya pagi.

Tangan terkepal dan mulut terkatup dengan rahang menegang. Bukan apa – apa, ini semua dilakukan untuk mengekang emosi yang begitu berkobar. Tidak lupa berusaha untuk istiqomah dengan mengucap istigfar.

Astagfirullohal adzim”

Allohumma inni a’udzubika asy-syaiton ar-rajim”

Sebuah ihtiar menenangkan diri dengan berdoa pada Illahi. Biarlah wajah masih tegang dan memerah, tapi hati bisa kembali dingin dan semuanya diharapkan baik-baik saja.

Tapi ternyata godaan kemacetan masih butuh perjuangan untuk lebih bersabar. Karena antrian malah terdiam. Ya sudah angkat eh pijit rem tangan dan lepaskan kaki pada pedal gas  dan menjejak di lantai kendaraan, tentu dengan mengatur nafas panjang agar hilangkan sengal dan kebosanan.

Ambil smartphone dan tulislah kegalauan ini dengan cepat namun tetap tertata. Dengan catatan sesekali melihat ke depan, barangkali kemacetan sudah terurai dan perjalanan bisa dilanjutkan.

Alhamdulillah, akhirnya tulisan singkat ini tuntas dan kemacetan mulai ada pencerahan dengan maju perlahan – lahan. Udah ah nulisnya dan kembali memegang kendali kemudi untuk menyongsong tugas pada hari ini.

Ngeeeeng…. majuu. Selamat beraktifitas hari ini. Wassalam. (AKW).

EMOSI & KATA

Ternyata sejumlah kata bisa damaikan suasana.

CIMAHI, Akwnulis.com. Sebuah luncuran kalimat menohok ternyata diteruskan dengan rangkaian kata yang begitu memojokkan. Membuat jiwa ini tersudut dan seakan mengecil dari kenyataan dunia ini. Seluruh pandangan mata seolah tertuju kepada raga rapuh ini yang terus menjadi bulan-bulanan.

Mengapa begini?”

Kalimat tanya menjadi pembuka, tetapi ketahanan mental dan gejolak emosi harus terkendali karena melihat serbuan kalimat – kalimat penuh tekanan dan tendensius ini mulai menggoyahkan kendali emosi dan menghapus nalar sehat untuk segera berucap demi harga diri.

Gejolak batin harus tertata dengan helaan nafas teratur berbalut kepasrahan. Sebuah kesadaran rasa kembali terbentuk dan menjadi pondasi hakiki dalam menghadapi sebuah kondisi yang kurang mengenakkan ini. Apalagi aura ketegangan mulai terlihat dari wajah – wajah hadirin. Tentu dengan gejolak dan celoteh hati yang berbeda. Ada yang degdegan takut kena giliran disemprot, tapi ada juga yang merasa senang melihat raga ini menjadi sasaran dan tak bisa sama sekali memberikan perlawanan.

Sementara hamburan kalimat terus mendera, jiwa terdiam dan emosi stabil menjadi pegangan. Tentu dengan berdzikir dalam hati yang terdalam, kita harus kuat dan tenang dalam hadapi kenyataan. Apalagi sikap kita dalam menghadapi ini tentu menjadi penentu bagi sikap teman – teman yang semakin kikuk dengan ketegangan.

Maka wajah tetap tegak dan menatap pembicara tanpa menghadirkan ekspresi berlebihan. Kata anak sekarang mah, B aja alias ‘biasa’ aja. Pikiran yang relatif stabil dengan hati yang damai memberi kestabilan emosi yang sejajar maka apapun kalimat yang dagang, biarkanlah sebagai bagian dari perbaikan di masa mendatang.

Lagian kenapa juga harus tegang?”
“Padahal tegang itu ada saatnya, ada tempatnya khan?”

Alhamdulillah dengan semua ketenangan ini, perjumpaan formal akhirnya usai dan semua bubar dengan membawa segala persepsi dan kekesalan. Penulis sih santey aja, lha wong pembahasan tadi bertujuan untuk perbaikan, meskipun disampaikan dengan penuh penekanan.

Ingatan tiba-tiba terbang ke 20 tahun lalu, disaat menjadi birokrat muda yang baru menapaki karir. Sebuah doktrin dari atasan harita, “Sabar Jang, jadi staf mah ukur 2 urusan, dititah jeung dicarèkan (Sabar, menjadi staf itu hanya 2 pilihan, yaitu disuruh & dimarahin).

Jadi senyum sendiri dan menjadi catatan penting bagi diri ini, bahwa secuil kalimat apresiasi bagi anak buah menjadi berharga dan menumbuhkan motivasi bekerja lebih baik, disamping dengan kemarahan dan perintah.
Maka untuk menetralisir semua gejolak rasa ini, diperlukan penyeimbang yang hakiki. Tentu doa penenang adalah utama, tetapi secangkir kopi akan menjadi penetralisir rasa dan rupa. Maka segera bergerak meninggalkan tempat pertemuan menuju pertemuan lanjutan dengan sang kohitala, Kopi hitam tanpa gula.

Bergerak kemana?”… tunggu tulisan selanjutnya. Hatur nuhun (AKW).

Coffeeberry

Sajian kopi yang bikin hepi, amarah menepi dan emosi hilang sendiri.

Photo : Coffeebery / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Dinamika kehidupan adalah keniscayaan, tidak ada jalan lain kecuali menjalani meniti nasib dan hadapi takdir dengan senantiasa bersyukur meskipun terkadang harus berada di titik nadir.
Perubahan rencana bisa datang kapan saja, tiba-tiba tanpa peringatan. Sometimes bikin bete dan menyentil emosi hingga membakar rasa memunculkan amarah.

“Trus lo moo ngapain?. marah-marah sama orang yang lo temuin?”

Opsi itu bisa terjadi dikala kendali emosi setipis tali, tapi bukan cara yang elegan untuk menjalani hari.

Tak perlu bertindak grasa grusu, cukup luangkan waktu sedikit saja. dari ribuan menit sehari berikanlah 2 menit terbaikmu. Berdiam sejenak, tarik nafas panjang perlahan dan jangan memikirkan apapun…

tik tok….
tik tok…

(ini bukan disuruh buka aplikasi tiktok, tapi maksudnya detak jarum jam guedee jaman jadul perdetiknya itu bersuara kayak gitu….)

Tarik nafas panjang dan biarkan semua pikiran tenang melandai.

Gimana hasilnya?…

Pasti akan variatif…. aku mah alhamdulillah, bisa lebih tenang dan emosi mereda, amarah berkurang.. Alhamdulillah.

Lebih ideal lagi segera cari air untuk berwudhu dan shalat sunatlah…. insyaalloh akan lebih tenang lagi.

“Trus kalo yang masih bete dan ada amarah atau minimal masih uring-uringan?”

Nah mungkin tarik nafas dan relaksasinya kurang, atau memang gede ambek… eh pemarah dari sonohnya heu heu heu..piss. ah.

Buat nambah rasa nyaman, tidak ada salahnya setelah tarik nafas tadi segera menikmati sebekong (gelas gede) air putih… nikmaat teh.

“Mau yang lebih nikmat?”

Photo : Sebekong Coffeeberry / dokpri.

Ini dia Kopi dengan rasa buah yang maksimal, kopi arabica dengan manual brew V60 dan pas dimulut terasa banget aneka rasa berrynya. Strawberry besar begitu segar menyentuh lelangit mulut, blueberrynyapyn demikian dan dilengkapi rasa yang sudah jarang berjumpa, yaitu starwberry kampung alias buah arben.. masa kecil mudah sekali menemukan buah arben ini karena merupakan tanaman perdu liar, tapi sekarang menjadi buah yang sangat langka.

Selamat menjalani hari ini kawan, tarik nafas panjanglah sebentar… perlahan lepaskan… insyaalloh amarah dan emosi akan berkurang, apalagi dilanjut solat sunat dan ngopay… insyaalloh suasana akan damai.

Hidup hanya sebentar, mari maknai dengan kedamaian sambil ngopay. Wassalam (AKW).

Belajar dari Kehilangan

Mencoba belajar dari sebuah proses kehidupan yang terjadi dalam kefanaan.

Sebuah kata yang begitu akrab dengan jalinan kehidupan, sering hadir dalam beraneka sesi perjalanan dalam kefanaan. Ya… karena sesuai kodrat kehidupan bahwa semua ada pasangannya, siang dan malam, atas dan bawah, senang dan susah, juga menemukan atau mendapatkan dan pasangannya adalah kehilangan.

Kehilangan asal kata dari hilang, kita semua pasti bersepakat bahwa hilang itu berarti sudah tidak ada lagi di rengkuhan kita, sudah tidak tahu ada dimana, juga secara phisik tidak terlihat oleh indera mata, telah jauh dari indera penciuman kita dan tentunya tak ada sayup tinggal senyap yang menghampiri indera pendengaran kita, lalu hanya memori yang merekamnya dalam relung kenangan yang begitu dalam.

Tingkatan kehilangan sangat variatif, dari mulai level kehilangan biasa, lebih kehilangan dan sangat sangat kehilangan. Ini tergantung dari dua faktor penting yaitu :

a. Seberapa besar pengorbanan yang dilakukan demi mendapatkannya.

b. Seberapa berharga keberadaannya

Jenis yang hilang itu bisa phisik juga non phisik, jika bicara benda maka kecenderungannya adalah kehilangan phisik dan sedikit psikis. Contoh barang yang pernah diberikan oleh seseorang dan terasa berharga. Disaat hilang maka 2 rasa tadi mendera, apalagi jika hubungan personal tidak ada masalah, tentu sulit untuk melupakan benda tersebut.

Jika yang hilang adalah mahluk hidup seperti binatang kesayangan, maka rasa kehilangan mungkin bisa tergantikan dengan membeli binatang yang baru, meskipun tidak mirip 100% tapi minimal dapat menggantikan dan mengisi ceruk kehilangan yang pernah terasa begitu mendera.

Yang lebih rumit adalah yang telah hilang itu adalah manusia, apalagi pasangan hidup yang telah berjuang bersama merajut rumah tangga hingga berpuluh tahun. Maka kehilangan atau kepergiannya dari sisi kehidupan kita, bukan hanya kehilangan phisik semata tetapi kehilangan psikis yabg terenggut terasa begitu berat dan menyesakkan dada. Ditambah lagi kepergian yang begitu tiba-tiba tentu semakin memperdalam palung kesedihan di samudera hati yang terdalam. 

Padahal kepergian seseorang dalam bentuk kematian adalah kepastian yang akan terjadi pada semua orang. Hanya satu sama lain tidak ada yang tahu kapan akan berpulang, kembali ke haribaan Allah Subhana Wataala.

Tahapan kehilangan itupun bermacam-macam, dimulai dari :

a. Tidak percaya

Dalam tahap ini jika benda maka akan terus dianggap ada dan diyakini dengan berbagai cara, tetapi jika manusia meskipun kita ikut melakukan prosesi pemakamannya tetapi seolah masih ada didekat kita, menemani dan serasa ada di sekitar kita apalagi jika melihat photo, video rekaman ataupun berbagai benda yang pernah menjadi saksi kebersamaan sewaktu masih hidupnya.

b. Mencari

Maka aktifitas yang dilakukan adalah mencari dan mencari serta terus berusaha mengembalikan keadaan harus seperti semula.

c. Kecewa

Ternyata akhirnya tidak bisa ditemukan dan kenyataan bahwa seseorang yang meninggal tidak akan kembali maka rasa kecewa dan marahlah yang membuncah hingga berujung pada kesedihan yang berlarut. Kecewa dan marah terhadap kenyataan & bersedih yang berlebihan, termasuk bisa saja terjebak untuk berburuk sangka kepada Allah Swt yang memberikan nasib memilukan ini.  Tahapan ini sangat perlu keseimbang jiwa dan kekokohan iman, karena bisa berakibat fatal. Psikis yang tidak stabil bisa mengakibatkan phisikpun terganggu. Bisa saja berakibat kejiwaan atau minimal sakit-sakitan karena tidak siap menerima kenyataan.

d. Pasrah  & menerima

Tahap akhir adalah pasrah dan berserah diri, meyakini bahwa kehilangan itu terjadi karena kita menemukan atau memilikinya. Jika tidak ingin hilang atau kehilangan, hindari memiliki benda ataupun bertemu dengan seseorang yang begitu berharga bagi kita.

Tapi tidak mungkin karena itu proses kodratiyah dan merupakan jalinan takdir bagi masing-masing individu. Cara terbaik adalah pertebal keimanan sehingga memberi motivasi untuk menggerakan nurani dan raga ini agar secara kaffah (komprehensif) berserah diri serta senantiasa percaya bahwa kejadian di dunia ini bukan random semata, tetapi merupakan gerakan dan gelimbsng ritmis yang telah diskenario oleh Allah Sang Maha Pencipta.

Jikapun ternyata untuk seseorang yang telah pergi dari sisi kita, telah lulus berjuang hidup di dunia fana. Cara terbaik disaat rindu dan ingin jumpa tak bisa tertahan lagi. Segera tundukan raga rapatkan nurani, bermunajat kepada Alkah yang maha sempurna, hamburkan untaian doa agar menjadi penyambung rasa penguat bekal bagi yang telah kekal di alam akherat.

Mari jalani tahapan kehidupan fana ini dengan berpedoman pada tuntunan agama sehingga disaat terjadi peristiwa tidak terduga seperti kehilangan barang ataupun terpisahkan oleh kematian, harus diyakini itu adalah skenario yang terbaik menurut Allah Swt. 

Wallahualam bisshhowab

@andriekw Cimohay23.23.190617