Coffee Gayo Wine

Menikmati sensasi Coffee Gayo Wine dengan Manual brew V60… seduh olangan.

Photo : Biji yang cantik mengkilap / dokpri.

Nggak pake lama, sang gunting menunaikan tugasnya. Membuka lapisan alumunium foil yang berisi biji misterius dengan lempeng mata tajamnya. Meskipun sepintas sudah bisa merasakan aroma rasa luar biasa, tetapi belum tuntas jikalau tidak melakukan proses penyeduhan mandiri dengan peralatan yang ada.

Yup… Coffee Gayo Wine yang segera di eksekusi dengan manual brew V60, kemoooon….

“Peralatan siaap?”
“Siaaaap”

Grinder langsung menggerakkan sendok dengan pikiran telekinetiknya, meraih biji kopi yang begitu cantik mengkilap. Dimasukan ke atas wadah penggilingan, stel ukuran 6-7 agar cocok untuk bubuk kopi yang bersiap diseduh ala Barista lalala…

Sesaat terperangah karena selain harum, bijinya mengkilat seperti berminyak. Tapi pas diraba tidak ada yang menempel di jari, berarti memang mengkilat alami, entahlah. Yang pasti penampilan bijinya cantik.. jadi sayang untuk menggrindernya.

“Tapi apa daya… kecantikannya harus melalui proses penghancuran menjadi serpihan-serpihan kecil untuk memberi peluang rasa nikmat yang tiada taraaa!!”

“Ihh kamu mah lebay, sok puitis. Gancang di seduh, sudah nggak sabar nich!!!”

“Ahiiiy!!!”

***

Corong V60 udah memasang sendiri kertas filternya, air memanaskan diri hingga mencapai 92 derajat celcius. Filternya mengguyur diri agar bersih dari residu pabrikan…. dan segera memasangkan dirinya pada gelas kaca yang setia menanti tetesan ekstraksi yang penuh aksi.

Photo : Hasil manual brew V60 Coffee Gayo Wine / dokpri.

Currrr…… pelan-pelan aliran air panas bersuhu 92 derajat celcius berpadu dengan biji kopi Gayo Wine hasil hunting di Kota Medan minggu lalu.

Tetes pertama dan tetes selanjutnya begitu memukau terlihat di gelas kaca. Prosesi ekstraksi biji kopi menjadi sebuah momen alami yang penuh sensasi. Harum semerbak kuan merebak, jadikan malam ini begitu semarak.

“Tuh kalah ka berpuisi lagi kamu teh!!!”

“Ih bawel pisan”

Diskusi monolog terus berlanjut, menjadi hiburan sambil menunggu ekstraksi kopi berkumpul sempurna.

***

..Surupuut… surupuut..

Deng…. agak terdiam. Kaget juga merasakan sensasi Acidity yang tinggi plus serasa ada rasa wine alami yang menstimulasi syaraf rasa semakin terbuka. Taste fruttynya muncul, rasa anggur kolesom… eh kok jadi kolesom…

Maksutttnya… rasa anggur yang berfermentasi terasa memanjakan lidah. Sensasi acidity berbeda yang ditampilkan oleh Kopi Gayo Wine ini. Kayaknya klo yang nggak biasa ngopi, musti pelan-pelan, takut kaget dan kenapa kenapa.

Trus setelah cairan kopinya masuk ke tenggorokan, eh masih nyisa rasa tebalnya di bibir bawah dan bertahan beberapa saat… yummy… hmmmm… enaaak brow.

Srupuut…. gleek.. glek.. glek.

Oke, itu dulu dech review versiku tentang Gayo Wine. Jangan komplen klo seakan berlebihan, tapi ini kenyataan.

Baca juga :

Kopi Kerinci

Kopi BTH

Kopi Manglayang Karlina

Jikalau beda pendapat juga dipersilahkan. Karena beda pendapat itu perlu, apalagi kita khan beda pendapatan…. upss naha kadinya (kesitu).

Udah ah, jadi ngelantur nulisnya, selamat menikmati, Wassalam”(AKW).

Hikmah Kopi….

Kopi itu bikin asyik bukan jadi mengusik.

Menit ke 35 rasa penasaran memuncak, segera memanggil untuk ke 3x pelayan yang kebetulan ada di dekatku, “Bang, orderan manual brewku udah siap?” “Saya cek dulu kakak” segera badannya berbalik dan menjauh.

Tak sampai 1 menit, waitres muda itu kembali dengan wajah sedikit tegang, “Mohon maaf Kakak, ternyata orderan Kakak tadi belum masuk lits order. Kalau berkenan menunggu 15 menit lagi”

O.. ooow.. 35 menit terbuang percuma.

“Close aja, orderannya nggak jadi!!!” Agak emosi menguasai nada suara, waitres muda tertunduk. Segera beranjak menuju kasir untuk melakukan transaksi pembayaran ‘Picollo‘ istriku yang sudah tandas sedari tadi trus pamit ke Mushola duluan.

“Pantesan, kok meja depan baru datang, eh nggak berapa lama tersaji manual brewnya lengkap dengan notecardnya serta udah pasti aroma harumnya… Grrrr”

***

Tiba di depan kasir hanya menunjuk meja untuk memastikan minuman yang sudah di order… ternyataa.. print outnya tertera juga 1 orderan manual brew yang tidak pernah tiba… Yaa ampyuuun…. ingin rasanya teriak dan marahi semua.

Mulai dari waitress yang pertama menerima orderan, kasir, barista hingga manajernya… atau kalau perlu di viralkan di media sosial agar kekecewaan ini bisa mendunia…

Grrrrrr……

Photo Bungkus kopi yang nyaris dinikmati / dokpri.

Yang bikin gemes juga karena di otak sudah terkonstruksi sajian apa yang akan dinikmati. Kopi DUARTE Columbia yang memiliki taste spesifik, yaitu lemonade, black tea dan butterscotch…. yang tercantum di bungkusnya.

Tapiii…….. ternyata takdir bicara lain. Harapan ternyata tak sesuai kenyataaan. Disaat pesanan meja depan dan samping kanan berdatangan sajian manual brewnya… “Pasti ada yang tidak beres”

***

Terpaksa meninggalkan area cafe dengan rasa dongkol yang menyesakkan jiwa… Sialaaan!!!

***

Berjalan cepat meninggalkan cafe dengan hati masih terasa panas gara-gara segelas kopi…..

“Eiits… kok jadi bete?.. khan kopi itu bikin hidup lebih cerah… ayoo berfikir positifff!!!”

Suara hati memberi sinyal imani, jangan terjebak dengan suasana hati yang diliputi api amarah karena nggak dapet kopi. Tapi mungkin ada suatu hikmah yang bisa diambil dari semua kejadian ini.

Nggak pake lama, segera bersandar di tembok mall, menghela nafas panjang… biarkan dada yang sesak ini jadi teratur dan tidak lupa ber-Istigfar, “Astagfirullohal adzim”

Bersambung….. *)

Ini lanjutannya Hikmah Kopi 2.

Pejuang Kopi – Parakan Muncang

‘Biarkan kopi mengeluarkan rasanya sendiri’

Sebungkus Pejuang Kopi / dokpri.

Yuk kita unboxing kopi lagi… segera liat di tempat penyimpanan. Well… congratulation.. masih adaaa… bungkus coklat 200 gram.. tadaa..

Nggak pake lama, cari gunting dan di buka… aroma acidity dan fruity menyeruak segar… langsung colokun kabel grinder ke stopkontak. Beannya masuk ke wadah grinder… trek!!.. nyalakan…..
zrrrrrrrrrrr…..zzrrrrrtr..zrrrrr

Grinder bekerja di ukuran 7-8 supaya hasil grindernya jadi bubuk kasar yang cuuucok buat di manual brew pake V60.

***

Jangan bosen baca tahap persiapannya kawan… memang begitulah yang sebaiknya dilakukan untuk dapetin secangkir kopi asli dengan pola seduh manual. Termometer, corong V60, filter, bejana, gelas ukur, timbangan digital, teko gosseeneck, air panas dan jangan lups kopinya hehehe.

“Are you ready?”

Currr!!!!…. penyeduhan dimulai dengan komposisi 1 : 20 ah…. air panas menari sambil mengucur searah jarum jam mengelilingi bubuk kopi yang ikhlas untuk berekstraksi, menghasilkan rasa original yang diproses oleh seorang pemula tapi bergaya barista profesional heu heu heu.

***

Ini hasilnya segelas pejuang kopi / dokpri.

Hasilnya……. wooow… nendang mas brooow!!!! (Sesuai dengan tagline di bungkusnyaaah : ‘Biarkan kopi mengeluarkan rasanya sendiri’)

Aromanya kuat dan fruittynya tajam, body bold bikin sedikit terdiam karena pahitnya terdiam agak lama di ringga mulut plus aciditynya yang tinggi mendekati rasa winey yang setengah mateng berfermentasi serta taste fruitty yang berlimpah ruah, ada selarik rasa anggur juga jeruk trus… muncul asamnya kedongdong dan tomat.. pokoknya over all… sebuah sajian pahit menyegarkan bikin sore ini penuh keceriaan. Wassalam (AKW).

***
Catatan :
Tulisan di blog ini adalah hasil panca indera pribadi yang masih awam dengan kopi tapi belajar menjadi ‘Penikmat’ cairan hitam penuh misteri.

Kopinya :
Pejuang Kopi Warung Bako
Parakan Muncang
Tagline ‘Biarkan kopi mengeluarkan rasanya sendiri’
WA 0817627262 / 082115545437
IG @waroengbakocofee / @
Waroengbakogarut
________________________

Nyeduh Kopikir Bogor

Nyeduh kopi sambil mikir, kopi apa ini, misterius, tapi ah.. kok dipikir, nikmati aja Kopikir.

Senin pagi setelah tuntas mengaji, segera menggerakkan kaki untuk bersiap apel pagi. Tetapi karena waktu masih banyak maka dilanjutkan dengan diskusi bersama membahas banyak hal bersama para pejabat eselon dua, dari topik sederhana hingga yang agak serius , pembicaraan mengalir terbangun alami.

Tapi akhirnya segera undur diri karena ada tugas mandiri yang harus segera dimulai, apa itu?…. nyeduh kopiiiiii.

“Kenapa jadi penting?”

Pertanyaan yang standar, tapi selalu ada hal yang bisa dijadikan alasan. Pertama karena memang suka banget kopi dan kedua ini kopi gratis tis tis, dikirim via paket dari Bu Dewi yang bekerja di Pemerintah Kota Bogor. Ketiga, ini kopi lokal nusantara. Karena beberapa minggu belakangan hampir semua kopi yang tersaji adalah kopi luar negeri. Padahal kopi Nusantara is the best lho.

Hatur nuhun ya Bu Dewi.

Sudah 2 minggu lebih sang kopi ini dibawa kesana kemari. Tetapi belum ada kesempatan untuk menyeduh sendiri. Maklum lagi sok sibuuk hehehehe. Jadi menikmati kopi tanpa gulanya lebih banyak yang disajikan manual brew oleh orang lain.

Nah pagi ini… saat yang tepat sebelum apel pagi untuk menyeduh si hitam bubuk harum dari bogor ini.

Bungkusnya menarik, alumunium foilnya berlapis warna putih dengan gambar depan yang minimalis bertuliskanKopikir‘... maksutnyaa?… kopi + kir atau ‘kau pikir’ kali yaa?… atau kok pikir pikir?… entah lah, yang pasti dibawahnya ada tulisan kopi bogor.

Nggak pake lama, stalking dulu via gugel dan medsos, Instagramnya lucu… dan disebut berbagai varietas kopi di Nusantara, ada Gayo hingga Toraja juga Balinese and Javanesse… yang ini dari mana ya?… bungkusnya di bolak balik. Ada gambar kijang dan dibawahnya gambar karikatur yang menggambarkan suasana kota Bogor… jadi penasaran. Misterius yeuh.

***

Alat tempur segera disiapkan, kertas filter, V60, termometer, timbangan, gelas ukur dan tentunya air panas sesuai harapan. Nggak lupa basahin dulu kertas filternya dengan kucuran air panas sebelum bubuk kopi diseduh dengan sepenuh hati.

Setelah semua siap, 48 gram bubuk kopi segera disentuh perlahan oleh kucuran mesra 400 ml air panas temperatur 90 derajat celcius…
Hmmm…. aroma harum kopi memenuhi ruang harap, bikin senin pagi semakin semangat setelah tadi pagi jam 03.00 wib sudah mandi karena jadwal shubuh berjamaah sudah menanti.

Tes….

Tes….

Tes…. tetesan cairan hitam kopi berkumpul di bejana kaca transparan.. ah nggak sabar nich untuk segera menikmati.

Tuntas di bejana segera dituangkan pada cangkir kecil kesayangankuu….

Daan…. srupuuut…. kumur dikitttt…. glek….

Dessss…… sebuah rasa menyeruak di pagi ceria. Aroma harum dengan kepahitan merata dan tertahan lama dibawah lidah (body bold… kayaknya blended arabica dan robusta… atau roastingnya maksimal.. dark roast.) Aciditynya rendah, taste yang muncul rasa dark coklat dan selarik rasa kacang tanah… yakin ini bukan javanesse coffee…. apa yaa?

Ah tapi nggak perlu banyak tanya, tapi nikmati aja.

Ntar klo ketemu bu Dewi, baru tanya-tanya lagi. Yang pasti kopikir yang sudah dikirim ini begitu nikmat. Malah 400 ml hasil manual brew hanya bertahan sesaat di bejana karena segera habis di nikmati bersama.

Hatur nuhun bu Dewi, Wassalam (AKW).

Manual Brew di Negeri Singa

Menikmati nge-manual brew di negeri orang…

Waktu menunjukan jam 23.30 WS (waktu singapura) disaat bubaran diskusi kelompok di Lobby Hotel Boss. Phisik yang mulai lelah karena terforsir agenda kegiatan yang padat tetap terhibur dengan celoteh jenaka rekan-rekan disaat diskusi dinamisasi persepsi tentang makna dari konsep kepemimpinan kolaborasi…. halaah serius pisan nyak?.. kalem ini mah tetep blog yang bertema sederhana kok.

Jadi moo bahas apaan?…

Bahas kopi..

#clingak
#clinguk

Amaan….. yuk nulis lagiiie.

***

Sebelum tiba di kamar, nyempetin dulu survey kolam renang fasilitas hotel yang berada di lantai 4…… keluar lift ambil arah kanan dan kiri sama saja bisa aksee ke kolam renang dan ruang terbuka serta area merokok yang bebas… (maklum di singapur khan nggak boleh merokok sembarangan)… air kolam renang membiru mengajak segera bergabung bercengkerama dalam gerahnya malam…

Sungguh menyenangkan andaikan bisa menceburkan diri di malam hari dengan background gedung tinggi terang benderang buricak burinong… nikmat sekali. Tapi harapan harus ditepis karena waktu untuk nyebur sudah habis……yaach… nggak sempet berenanggg….

Setiba di kamar tak lupa membersihkan diri dan shalat magrib-isya jama qashar (manfaatkan kemudahan fasilitas Allah).

Setelah semua tuntas baru nyiapin ritual kopi yang membahagiakan. Sebungkus kopi gayo aceh yang dibawa dari Jatinangor tersenyum ceria setelah seharian berhimpitan dalam koper hitam kesayangan. Corong V60 pinky, kertas filter segera tersaji sementara untuk air panasnya sengaja membeli cadangan air destilasi 1500 ml seharga 2 dolar singapura khawatir yang dua botol kecil fasilitas hotel nggak mencukupi.

Pemanasnya udah ready, fasilitas hotel… nggak pake lama, segera proses pembuatan air panas dimulai. Sambil menunggu mendidih, beresin dulu peralatannya di keramik hitam yang menjadi meja di kamar hotel….

Trekk!!!... suara katup mematikan sambungan listrik di ketel.. berarti udah mendidih nich. Diamkan dulu ahh…. teorinya supaya suhu turun dibawah 100 derajat celcius… karena manual brew itu aku mah yach ikutan di range 85 – 93 derajat celcius… supaya dapet originalitas ektraksi dari kopi yang akan tersaji.

***

Jangan lupa kertas filter di corong V60 di basahi air panas dulu… buang airnya. Lalu tuangkan bubuk kopinya kira-kira 4 sendok makan… siap-siap membebaskan oksigen melalui proses bloomin.. caranya tinggal seduh perlahan air panas di tengah2 bubuk kopi… sedikit saja… dan biarkan berbusa… itu klo berbusa.

Klo udah beres…. proses manual brew dengan kucuran air perlahan berputar dari luar searah jarum jam… biarkan bubuk kopi bersentuhan dengan panasnya air dan berekstraksi sempurna menghasilkan cairan kopi yang penuh citarasa.

Tunggu hingga tetes terakhir yang jatuh dari ujung V60 ke gelas yang ada.. gelas hotel. Soalnya klo bawa labu kaca buat nampungnya berabe.. takut pecah diperjalanan khususnya bagasi di bandara.

selamat menunggu.

***

Hasilnya…. Body medium cenderung bold.. kepahitannya agak getir heuheuheu. Acidity terasa tetapi stabil (medium), aroma biasa… tapi untuk rasa kebathinan begitu menggelora karena di negeri orang masih bisa menikmati kopi asli Indonesia dengan racikan V60 darurat versi peralatan ala kadarnya.

Srupuuut nikmat….. ingat ya untuk menikmati rasa original kopi wajib hindari gula dan pemanis lainnya. Gunakan temperatur yang cocok dan komposisi takaran kira-kira tetapi mendekati yang dikehendaki.

Trus jangan lupa mainkan imajinasi juga senantiasa berfikir yang positif, supaya ada keselarasan rasa dengan kopi yang dibuat dan dinikmati… jangan2 klo pas nyeduhnya sambil mikirin hutang piutang…. hasil kopinya bakalan pahiiiiiit bangeeeeddd…. silahkan cubbbbaa.

Oke itu saja sekelumit cerita tentang aktifitas singkat daaan…… nyeduh kopi di negeri singa, semoga besok lusa bisa hunting kopi di sini dan tentu menikmatinya disela-sela agenda kunjungan yang super duperr paddat merayap.

Balik ke meja dimana proses seduhan berada disini.

Wilujeng ngopi lur. Terima kasih, Wassalam (AKW).

Kopi Zain – Tretes

Menikmati si hitam harum sambil B-gadang.

Dikala sebagian tetangga sudah terlelap dalam mimpi masing-masing. Penulis masih termangu di ruang makan, sambil memandang ke luar jendela yang sudah dipastikan gelap gulita.

“Ngapain begadang mas bro?..”

Sebait kalimat yang standar, tapi perlu diberi penjelasan agar menghindari mispersepsi yang bisa berakibat diluar kendali.

“Jagain ibu mertua yang lagi sakit sambil ‘anyang-anyangan’… meracik kopi dengan seduhan manual ala V60”

“Ohh… gitu. Yo wis lanjutkeen…” Suara sedikit puas menggema dan beberapa detik kemudian menghilang dibalik neocortec yang terus bekerja.

Bubuk kopi yang terbungkus kertas alumunium voil hitam disajikan, ditimbang dulu…. ada 20gram. Sambil menunggu air panas mencapai tingkat kepanasan 93 derajat celcius yang diinginkan. V60 yang sudah terpasang filter dikucuri air panas dispenser. Baru kopi bubuk dimasukan ke V60 yang dilafisi kertas pilter…. eh kebalik… dilapisi kertas filter.

Air mendidih sudah siaap…. ujung gooseneck secepatbya ambil peran, berputar indah searah jarum jam. Diawali proses blooming lalu prosesi brewingpun berjalan perlahan tapi pasti….. tetesan cairan hitam nikmat menebar aroma keharuman yang mempesona… Yummy.

Srupuut… kumur dikit… tahan dibawah bibir…

Glek

Body yang strong alias kepahitan yang mendalam, dengan aroma mendekati harum cempedak. Acidity medium disertai sedikit fruity… ueenak tenan.

Inilah hasil manual brew kopi Zain Prembon-Tretes.

Alhamdulillah, ibu mertuapun tidak banyak keluhan meskipun tadi minum air rebusan cacing tanah/kalung demi alasan pengobatan diagnosis penyakit Typhusnya. Wassalam (AKW).

Sibuk vs Ngopay

Biar sibuk yang penting ngopay… nggak percaya?… ya baca lanjutannya.

Betapa waktu yang 24 jam serasa menyempit karena berbagai aktifitas bejibun dan beraneka macam pisan. Daan….. waktu menulispun terpaksa tersendat dulu karena dapet tugas khusus buat sedikit rehat dari aktifitas dan diberi aktifitas lain… ntar ceritanya yaa..

Sekarang mah moo ngobrolin kopaaay… eh kopiii.

Jadi meskipun tulisan tentang ‘unboxing coffee’ agar tersendat bukan berarti ngopinya brenti bro.. tapi postingannya aja yang tertunda 🙂

Nggak percaya?…..

Nich buktinya, kopi gayo di manual brew V60 tersaji dibuat Barista Cimahi. Rasa body yang strong, aroma sedang plus acidity sedang mendaki bikin nempel rasa agak tebal di rongga mulut kehidupan.

Trus nggak lupa juga coldbrewnya ‘WestJava’ dari 238 coffee & roastery… dingin dari kulkas… diminum..

Glek
Glek
Glek….

Nikmat pisan lur.

Lha itu mah kopi dibikinin orang… yang nyeduh sendirinya mana?

Bentaaar…..

Hihihi.. ternyata yang bikin sendiri terbatas bingit dokumentasinya.

Ya udah ini aja dulu…. hasil manual brew V60 Kopi Lestari Java Preanger… nggak tanggung langsung di brew untuk 4 porsi jadi 50 gram langsung sikat 400 ml air panas 90 derajat celcius… jossss…

Hasilnya tersaji kopi nikmat yang mewarnai hari itu… maaf bukan hari inih.

Wilujeng ngopi lur. Wassalam (AKW).

….

Nge-unboxing Kopi Amrik

Yukk kita Un-boxing Biji Kopi Arabica dari Pegunungan Andes yang dikemas oleh Trader joe’s.

Duhh kangen unboxing kopi bro… tapi di bulan ramadhan ini kesempatan waktunya kudu pinter-pinter. Soalnya klo terburu-buru, rasa dan suasananya bakal kabur dan hanya tersisa kepahitan semata…

Bukan karena tadarus dan shalat tarawih berjamaah tapi si kecil yang makin meningkat usia.. semakin lengket sama ayahnya. Makin manja dan banyak ngatur serta segala pengen tau dan dipegang. Sehingga beberapa kali unboxing kopi.. gagal, karena V60, filter, termometer, timbangan dan gelas ukurnya di pake main sama anak kesayangan.

***

Malam ini disaat jarum jam hampir berhimpit di angka 12, saatnya tiba untuk unboxing setelah sang anak tidur dibuaian ibunya. Itupun penuh perjuangan karena harus bermain dulu, lari kejar-kejaran ataupun baca buku dan mendongeng tentang Omar & Hana versi priangan.

Sambil sedikit berjingkat, peralatan manual brew ditata rapih. Pelan tapi pasti karena jangan sampai terjadi kegaduhan dan bangunkan penghuni rumah lainnya… berabe khan?…

“Kopi apa yang akan dinikmati sekarang?”…. itulah bahasan intinya.

Sekaleng kopi sebanyak 397 gram sudah ready di hadapan…

Kalengnya mirip kaleng susu dancow, dengan label kuning dan hijau..eh biru, tak sabar segera tutup plastik atasnya dibuka… tapp!!!. Ternyata masih ada lagi lapisan perak alumunium foil… pelan-pelan dibuka…

Jrengg….

Harum khas kopi arabica menyambar penciuman, rasa khas yang menyenangkan. Biji kopi arabica menyambut dengan hangat… siap di grinder untuk memecahkan biji hasilkan sensasi kopi yang penuh arti.

Unboxing kopi tengah malam ini cukup spesial karena kopi yang sedang di oprek-oprek berasal dari benua Amrik nun jauh disanah… klo di globe sih cuman sejauh dua jengkal tapi kenyataannya sangat jauh… bisa mencapai waktu 1 bulan lebih karena yang lama itu ngurus visanya hehehehe… atau malah bisa tahunan karena harus nabung dulu untuk biaya perjalananya yang selangit.

Yup… kopi ini adalah kopi organik produksi Trader Joe’s Organic dengan nama ‘breakfast blend’ merupakan 100% arabica whole bean coffee yang berasal dari pegunungan Andes di South America. Tapi nggak dapet tuh keterangan di tanam di ketinggian berapa… yang pasti pegunungan Andes adalah sistem pegunungan yang sangat tinggi di Amerika Selatan.

“Emang kenapa butuh data ketinggian?” .. ada dech.. ntar dibahas di tulisan selanjutnya yaa…

***

Nggak pake lama, manual brew pake V60 dengan panas air 91 derajat celcius dan perbandingan 1 : 14 menghasilkan se teko kopi yang haruuum…. jangan kaget dengan se-teko. Karena yang diseduhnya langsung 48 gram… otomatis air panasnya pun memyesuaikan.

Tuntas sudah kopi dari pegunungan Andes ini berextraksi, Makasih Mr.Endi yang ngasih gratis nich kopi… langsung dibawa dari Amrik sono.. jangan bosen yaaa… sekali lagi makasih.

Nggak pake lama, gelas kaca kesayangan segera diisi cairan kopi yang udah ready…. surupuut… kumur dikit… glek..

Enak?… enaaaaak atuh. Kopi item manual brew panas2 di tengah malem yang sunyi… Fabi ayyi alaa irobbikuma tukadziban… gratis deuh hehehehehe.

Karakter arabicanya dapet, acidity medium, aroma harum, bodynya lite dan ada taste floral serta mint yang muncul… yang pasti rasanya ringan dqn menyenangkan tetapi selarik body membekas di lidah dan memang cocok dengan taglinenya ‘breakfast blend’ … bisa menemani sarapan kita dengan nyaman karena rasa bodynya tidak terlalu tebal tetap harum kopi dan profile taste mint serta floralnya yang bikin ketagihan.

Nggak kerasa se-teko kopi panas amrik tinggal tersisa setengahnya… menemani malam yang sudah menuju dini hari. Alhamdulillah berkesempatan meng-unboxing kopi malam eh menjelang pagi dini hari ini.

Hayu ngopi sobaaaat. Wassalam (AKW).

Kopi Bonteng Cimanong

Menikmati seduhan kopi ‘Diq Coffee’ Cimanong, sajikan rasa dan sebuah kata, Ceria.

Biji kopi arabica yang tersaji sudah ready untuk dihaluskan menjadi remah-remah biji kenikmatan oleh Willman grinder kesayangan. Biji kopi Java Preanger dari dataran tinggi Bandung Selatan tepatnya wilayah Cimanong Ciwisey dengan merk dagang ‘Diq coffee.’

Disaat berjumpa dengan penjualnya seorang ibu yang gesit melayani pertanyaan dari para pengunjung standnya di acara Ngopi saraosna Volume 5 yang di gelar di sabuderan gedung sate beberapa waktu lalu (11-12 Mei 2018). Kalau Arabica Java sudah relatif akrab di lidah dan terdapat karakteristik umum yang memiliki kemiripan dengam merk lain yang berbasis kopi jabar.

Ibu ini.. penjual kopi Cimanong.. aduh lupa namanya. Mengklaim bahwa kopinya miliki unique taste yaitu klo nyeduhnya tepat akan mengeluarkan taste bonteng.

Tau bonteng nggak?.. itu bahasa sundanya sahuran yang pasti banyak orang suka yaitu bonteng… eh kok bonteng lagi. Maksudnya Mentimuuun… yang buat kids jaman old pasti akan inget sama si Kancil. Kenapa ingat?.. karena si Kancil sering mencuri ketimun hehehehehe.

Beli aja yang ukuran 250 gram, bean siap dinikmati.

***

Penasaran dengan obrolan tersebut maka akhirnya saat ini bisa dicoba sensasi rasa yang katanya muncul bonteng… eh mentimun atau timun. Senjata andalan siap : V60 – filter paper – goosseneck ketlle – termometer dan air mendidih. Setelah dibiarkan beberapa menit, air raksa di termometer bergerak ke 91 derajat celcius…. saatnya tibaa….

Currr…. puterrr pelan searah jarum jam… puterr. Brenti dulu, biarkan proses blooming bereaksi sebelum terjadi proses extraksi dan jikalau di nikmati, proses ini menjadi atraksi tersendiri.

Curr lagi… puteeer.
Curr…..

Extraksi terjadi dan… tetesan cairan penuh keharuman mulai mengisi bejana benong.. eh bening, menetes perlahan tapi pasti. Tetesan berkumpul berama teman-temannya sehingga menyatu dan menghasilkan sajian minuman sehat yang menenangkan..

Kupiiii… kupiiiii… ayah kupiiik, ah jadi inget si kecil yang sudah terlelap dalam tidurnya didalam dekapan istri tercinta. Nggak kebayang klo masih bangun, pasti ikut sibuk ikut ngatur dan ingin megang semua yang ada…

***

Setelah kopi tersaji dalam gelas mini kesayangan, saatnya ritual terakhot untuk menikmatinya. Menyeruput… terus membiarkan tergenang di lidah dan bawah lidah agar bisa dicecap sensasi rasa yang ada.

Emmh…
Emmh… enaak.

Bodynya lite, Acidity medium high, Aroma oke dan tastenya yang di dapat ada sedikit cocoa serta brown sugar. Untuk rasa yang lebih spesifik… sruput segelas lagii….. biarkan menggenangi mulut… ada rasa asam seger, tapi agak sulit mendefinisikan. Coba konsentrasi dan membayangkan rasa buah mentimun alias bonteng yang menyegarkan……

Tapi belum muncul,… ya sudahlah mungkin cara manual brewnya kurang sempurna sehingga sang rasa tak bisa bersua… yang penting mah kopinya enak… suwerr dech.

***

Karena masih penasaran dengan rasa mentimun maka diabadikanlah kopi hasil menyeduh malam ini bersama irisan bonteng/mentimun yang kebetulan termasuk dalam skuad buka puasa tadi pas magrib…

Supaya lebih lengkap sesuai kearifan lokal, bahwa jodohnya mentimun atau bonteng itu adalah kerupuk…. tanpa ragu dihadirkan juga… cetreek.

Selamat ngopi guy….
Wassalam (AKW).

Excelso Arabica Gold

Sekarang manual brew dulu Arabica Gold Excelso ah… bener nggak rasanya sesuai yang tertera di kemasannya.

Sebuah merk excelso Arabica Gold memberi sensasi malam ini. Spicy and Tangy menjadi tagline produksi PT Santos Jaya Abadi, Sidoarjo Indonesia ini. Body 60%, Acidity 60% itu yang tercantum dibungkusnya.

Percaya?… jangan ah. Mening coba dulu.

Seperti biasa, berV60 dengan seduhan air 90 derajat celcius. Tidak lupa filternya di basahin dulu dan airnya dibuang untuk membersihkan dulu larutan yang mungkin masih tersisa di filter sebelum dilakukan manual brew. Putaran standar searah jarum jam hasilkan cucuran air kopi yang aduhai.

Hasilnya dituang dalam dua gelas kecilku dan ditemani sisa bean yang ada segera diabadikan dengan Samsung A5.. cetreek… jadi dech photo diatas tadi.

Oh iya nggak lupa untuk latar belakang dan alasnya digunakan bekas kalender berwarna putih… jrenggg.

Setelah di icip-icip kumur dikit.. lumayan aciditynya medium-high dan Body medium, aroma juga lumayan. Tastenya ada sedikit fruitty tapi tidak mengarah rasa tertentu, agak sulit mendefinisikan.

***

Satu kesimpulan adalah dibalik kepahitan itu ada aneka rasa yang menyenangkan. Dan yakinlah bahwa pahitnya kopi bisa mengalihkan pahit getirnya kehidupan ahaaay…

Sebuah proses tidak akan menghianati hasil. Prosesnya panjang dan pake hati, hasilnyapun tidak mengecewakan.

Hatur nuhun. (AKW).