KOHITALA & teman barunya.

Pertemuan Kohitala dengan temannya memberi sejuta makna.

CIMAHI, akwnulis.com. Pertemuan 2 pihak atau dua unsur itu terkadang tidak terbayangkan. Padahal jelas semua sudah takdir Tuhan, tapi karena manusia adalah mahluk yang memiliki keterbatasan maka disaat melihat pertemuan ini perlu menjadi catatan panting.

Selama ini kedua unsur ini mungkin bersanding disatu meja sajian tetapi tentu tidak spesifik karena memiliki judul umum dalam daftar menu yang ada. Tapi kali ini kedua unsur itu menjadi tokoh sentral, mereka berdua bersanding saling menguatkan dan memberikan citarasa sore di dataran tinggi cimahi utara semakin bermakna.

Ngobrol apa ini, kok begitu bersayap dan penuh teka teki?”

Hahay, jangan terburu-buru kawan. Secara umum pasti akan mudah menebak aktor eh tema tulisan ini akan bergerak kemana. Dipastikan bahwa satu aktornya adalah sajian kohitala (kopi hitam tanpa gula) namun giliran pasangannya, ini yang menjadi pelengkap cerita.
Kehadiran di cafe inipun tidak khusus dengan berbagai rencana tetapi praktis saja karena mengambil sebuah titik pertemuan yang saling memudahkan bagi kedua pihak, disepakatilah bersua disini, Cafe Kupu – Kupu di jalan Kolonel Masturi No. 88 Kota Cimahi. “Simpel khan?”.. Hidup ini adalah gift dari Allah SWT, maka dalam segala hal tidak perlu dipersulit atau mempersulit diri, apalagi mempersulit orang lain. Jadikan segala itu memudahkan, kompromi dan tentu diskusi dalam memutuskan berbagai hal termasuk sebuah lokasi pertemuan.

Bagi yang penasaran lokasi cafe ini dimana, titik patokannya mesjid agung kota cimahi saja. Di sebelahnya terbentang nalan lurus ke utara dengan nama jalan kolonel masturi. Ikuti jalan ini lurus ke atas hingga melewati perempatan dan masih terus ke atas agak menanjak. Manakala sudah melewati gerbang masuk BPSDM Provinsi Jawa Barat di kiri jalan maka dipastikan lokasi cafe sudah dekat. Kurangi kecepatan dan agak sering lihat kiri jalan, maka hitungan 300 meter adalah lokasi cafenya. Bagi penikmat kopi tidak hanya cafe ini yang menyajikan manual brew kohitala tapi dikala menengok ke kanan tepat diseberangnya terdapat gerbang cafe KABUCI. Sebuah tempat bersantai outdoor dengan tema alam yang memiliki cafe dengan sajian kopi yang cukup enak dengan suasana alami.

Balik lagi ke urusan cerita awal yaitu pertemuan 2 pihak maka sudah jelas pihak pertama adalah sajian kohitala dimana kali ini adalah manual brew V60 dengan beannya adalah arabica gayo wine. Sementara pihak keduanya adalah masuk ke dalam kelompok Phaseolus vulgaris.

Walah naon eta?”

Kalem mas bro jangan panik, itu khan supaya gaya dan membuat penasaran. Maka nama latinnya dihadirkan dulu. Lalu namanya versi bahasa belanda yaitu boontjes atau yang kita krnal dengan nama sayuran buncis.

Lha buncis sama kopi apa enaknya?”

Ih ntar dulu ceritanya juga belum selesai, tapi memang benar bahwa pertemuan kali ini adalah bersua sajian kohitala dengan cemilan buncis yang enak dan miliki rasa berbeda. Tapi nggak perlu khawatir kawan, buncisnya nggak di blender sama kopi kok, tetapi disajikan sebagai cemilan dengan nama Buncris (buncis spicy crispi) dengan tekstur renyah karena ada balutan tepung dengan garam secukupnya sementara di dalamnya kesegaran buncis yang kress krees nikmat guys.

Sruput kopinya bergantian dengan ngemil buncis crispi ini menghangatkan kebersamaan kami sore ini. Sruput nyam nyam, Wassalam (AKW).

Kopi Kupu-Kupu.

Hati-hati dengan merk kopi.

Photo : Kopi Kupu-kupu / dokpri.

SERANG, akwnulis.com. Tadinya agak bingung juga dikala ada penawaran untuk menikmati kopi kupu-kupu.

“Kakak mau nyoba kopi kupu-kupu?”

Sesaat terhenyak dan menjawab tergagap, “Mau… tapi itu kopi beneran?”

Terlihat seringai bibirnya lalu tertawa tertahan, “Ini kopi biasa Kak, emangnya Kakak pengen kopi kupu-kupu apa?”

Giliran diriku tersipu, wah cilaka entar disangka pengen kupu-kupu yang lain. Padahal diriku paling suka melihat kupu-kupu, baik yang besar seperti kupu-kupu sirama-rama gajah (Attacus Atlas) yang berasal dari ulat hijau mahoni yang berwarna hijau serta ukuran cukup besar ataupun aneka kupu-kupu kecil yang bermacam warna.

Tetapi setelah dijelaskan maka kekhawatiranku sirna. Karena kupu-kupu disini adalah merk dari produk kopi bubuk yang dikemas 1 sachet sekali seduh dengan berat bersih 6 gram-an. Dibungkus dengan plastik warna kuning dan cap serta tulisan kupu-kupunya berwarna merah.

Kopi bubuk kupu-kupu ini diproduksi di daerah kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Kupu-kupu yang dikhawatirkan adalah kupu-kupu beneran yang termasuk kedalam ordo ‘lepidoptera‘ atau ‘serangga bersayap sisik‘, beda lagi jikalau ‘kupu-kupu malam’, kupu-kupu ini diyakini super akrab dengan yang namanya kopi hitam dalam kehidupannya yakni dalam kehidupan malam hehehehehe.

Bicara kopi harus sambil dinikmati, maka tanpa banyak waktu berarti, segera diseduh ala tubruk aja karena sekarang lagi meeting dengan tema ‘Singkronisasi‘. Begitupun bubuk kopi kupu-kupu harus singkron dengan guyuran air panas sehingga dihasilkan sajian kopi terbaik ala Rangkasbitung Banten.

Currrr…. kocek.. kocek, jangan lupa #hindarigulakarenakamisudahmanis maka kita tunggu…..

Jreng…. secangkir kopi tersaji. Mantaaabs, tanpa banyak tanya langsung tiup dqn sruput…. nikmaaat. Rasanya seperti kopi… “Eh gimana seeh?, ini khan kopi!!!”

Maksutnya nikmat kopi biasa tersaji dengan body ringan, less acidity dan less taste tetapi ada sedikit keharuman yang membantu menjaga mood untuk terus berbincang tentang masa kini dan tantangan masa depan. Selamat ngopay bray, Wassalam (AKW).

Kopi Lembang Red Honey

Pahitnya kehidupan versus pahitnya kopi Lembang RH.

Photo : Quote di IGku @andriekw / dokpri

CIMAHI UTARA, akwnulis.com. “Pahitnya Kopi bisa mengurangi atau menutupi pahit getirnya kehidupan” Sebuah quote yang pernah diupload di IG dan FB ternyata menuai berbagai pendapat. Ada yang setuju, ada yang menentang dan ada juga yang setengah-setengah. Seolah menentang padahal dalam hati meng-iya-kan.

Eh ada juga yang comment lebay alias berlebihan.

“Trus?…. gimana donk?”

Jejak digital sudah tersimpan disaat kita mengirim tulisan, gambar, video di media sosial, sekaligus tanggungjawab sebagai pengirim menjadi melekat.. wadduh.

Eits tapi tenang dulu, daripada pusing mikirin postingan quote yang udah menjadi milik publik, sekarang mah introspeksi aja trus lebih berhati-hati dalam memposting dan meng-upload sesuatu.

***

Sebagai jawaban postingan pribadi tadi di alinea pertama. Segera dibuktikan saja dengan menyinggahi Cafe Kupu-kupu di jalan raya Kolmas Cimahi Utara yang menyediakan aneka menu makanan minuman dan tentunya kopi seduh manual yang menjadi favoritku, metode V70…. eh kelebihan, maksudnya V60.

“Kang, pesen V60 ya. Eh beannya apa?”
Pertanyaan singkat sama pelayan cafe, tapi sang pelayan terlihat bingung.
“Maaf mas, saya masih training, saya tanya ke belakang dulu yaa”
“Oke”

Tak berapa lama, “Kopinya pake kopi dari Lembang”
“Oke kang, peseen!!”
“Baik Mas”

Photo : Sajian Kopi Lembang RH dg V60 / dokpri

Percakapan singkat yang mengandung kejujuran. Pelayan yang masih magang dan belum tahu tentang menu kopi V60 dengan sopan minta maaf dan segera bertanya ke petugas lain. Bagus. Soalnya pernah mampir di suatu kafe, pelayannya nggak ngerti menu kopi tapi sotoy, jadi illfeel. Ini mah bagus, jujur dan sopan.

***

Kopi Lembang Red Honey produk dari @homesteadcoffeebdg tersaji apik pada gelas server dan gelas kaca kecil, tak lupa bean yang terbungkusnya ikut dimejengin sesaat di meja, memanjangkan tatapan mata dan semilir angin di Cimahi utara, betul-betul melupakan pahit getirnya kehidupan… ahaaay.

Photo : gelas terakhir / dokpri

Bodynya medium menyegarkan, aromanya harum dengan acidity khas arabica priangan yang medium high serta taste fruittynya begitu menggoda lidah untuk terus menyeruputnya hingga tandas.

Ternyata, kopi tanpa gula Lembang red honey tanpa gula ini tidak pahit lho, begitupun kehidupan, selama kita senantiasa bersyukur dan bersabar maka perjalanan hidup ini senantiasa diliputi ketenangan dan kebahagiaan. Wilujeng ngopi lur. Wassalam (AKW).