Akhirnya ke Bandara Soetta lagi.

2 tahun tak terasa akhirnya kembali bersua dengannya.

BANTEN. akwnulis.com. Perjalanan pagi ini menjadi terasa begitu bermakna dikala ingatan melayang kembali dengan sebuah kalimat pertanyaan sederhana, “Kapan ya terakhir kali ke Bandara Soekarno Hatta?”
Maka memori mencari menelusuri relung ingatan dibantu oleh berbagai bukti catatan dan dokumentasi video yang menjadi pegangan keshahihah sebuah perjalanan kehidupan dan klaim tentang kapan terakhir kaki disertai raga ini menginjakan kaki di bandara internasional ini sekaligus terakhir terbang ke kota mana.

Memang jejak digital tidak bisa dibantah, kebetulan suka menuliskan sesuatu sekaligus mendokumentasikan aktifitas dan upload di channel youtube milik pribadi.  Ternyata ditemukan catatan dan video bahwa terakhir menginjakan kaki di Bandara Soekarno Hatta ini adalah medio pertengahan akhir bulan oktober 2023, “Wow 2 tahun lalu.”

Ternyata perjalanan dan penerbangan terakhir 2 tahun lalu via bandara ini adalah penerbangan pulang pergi ke Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka rapat dinas tentang Rapat Koordinasi Inspektorat dan pada saat melaksanakan tugas di tempat lama, atau instansi yang terdahulu yakni Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

Memang bukan catatan tugas dinasnya tetapi mengusung tema tentang NGOPi atau menikmati kopi di suatu lokasi yang dikunjungi sekaligus menyicipi kuliner lokal yang ada.

Inilah eviden yang bisa dikumpulkan, antara lain :
1. Catatan perjalananku berada di Kota Medan dalam rangka Kuliner Aceh di sela – sela penugasan yakni LOKASI NGOPI & MIE ACEH DI MEDAN – akwnulis https://share.google/QByNh0fmwcPt87Go1 dan KULINER ACEH DI MEDAN – akwnulis https://share.google/jMeR0IO17QpGlhTpD


2. Dari channel youtube @andriekw ditemukan KOPI HITAM TANPA GULA OBATI GALAU KARENA DELAY. dan CARA GRATIS DARI TERMINAL I BANDARA SOETTA KE STASIYN BANDARA & KE TERMINAL 3.

Jadi dari dokumentasi yang ada didapatkan fakta bahwa terakhir kali ke bandara ini adalah medio oktober 2023 dan menggunakan pesawat superjet air dengan tujuan Bandara Kualanamu Medan.

Maka sah sudah klaim bahwa setelah 2 tahun lalu, baru menginjakkan kaki lagi di Bandara ini. Nah pertanyaan selanjutnya adalah, “Mau kemana?” , “Sama Siapa?” dan “Acara apa?”

Jawabannya ada di tulisan selanjutnya ya.. ditunggu. Wassalam (AKW).

GEDONG SIGRONG – fbs

Seratan pondok namung nyogok… Buuum.

GARUT, akwnulis.com. Selamat pagi dan salam optimisme. Saatnya kembali menulis meskipun hanya sebatas fiksi. Tapi jangan salah, hadirnyabtulisan fiksi sangat banyak diawali dari inspirasi kisah nyata yang terjadi. Inilah tulisannya :

FIKMIN # DI GEDONG SIGRONG #

Amengan ka bumina kanjeng dalem diajak ku rèrèncangan, meuni atoh pisan. Tiasa nincak gedong sigrong. Ngawitan di payun bumi tos katawis korsi jati kelir bodas. Lebet panto kahiji, kènca katuhu korsi jati deui tapi warna beureum ambucuy. Pikabetaheun. Sumawonna di rohangan lebet.

Kanjeng dalem meuni darèhdèh tur akuan, padahal mung diajak rèrèncangan. Tuang siang sasarengan. Sangu liwet kastrol, daging hayam, hurang ageung, cumi, guramè beuleum, sambel jahè teu hilap kurupuk rangu.

Kanggè panutup tuang disuguhan durèn nu pulen tur seungit dilajengkeun buah cempedak, kopi hideung ditutup ku rujak . Nikmat ngaemamna namung bunghak saatosna.

Ningal nu èlèkèsèkèng, Kanjeng Dalem surti, “Bilih badè gogolèran atanapi ka jamban, anggo waè kamar nu payun. Kosong da”

Hatur nuhun pangersa”

Beretek tèh duaan muru jamban. Alhamdulillah simkuring mayunan. Porosot, gèk. ‘Buuuuuuumm‘ sora di jamban handaruan. Rèrèncangan ngajengkang nangkarak bengkang. Gedong sigrong inggeung. Bau hangit durèn, cempedak, kopi sareng rujak bebek kaambeu sakuriling bungking.

***

Terima kasih kepada yang berkenan membacanya, tentunya hanya butuh satu hingga dua menit saja untuk menuntaskan 150 kata. Sebuah literasi sederhana meskipun ternyata jika dibangun dengan konsistensi bisa berdampak nyata. Selamat beraktifitas kawan, Wassalam (AKW).

KULINER ACEH DI MEDAN

Menikmati Kuliner Khas Aceh tapi di Kota Medan. Kopi Aceh & Mie Aceh.

MEDAN, akwnulis.com. Segelas kopi hitam sudah hadir di hadapan, ditemani kepulan asapnya yang menggugah selera menandakan bahwa pilihan kopi panas seduh ini memang benar – benar panas. Jadi jangan terburu – burulah untuk meminumnya. Karena ketidaksabaran bisa  berakibat rongga mulut terkelupas atau bahasa sundanya momod, kalau nggak salah.

Jadi tarik nafaslah sejenak sambil melihat situasi yang ada. Jangan terlalu fokus pada satu hal saja, atau sajian kopinya saja. Tetapi banyak detail lain yang harus kita tafakuri dan disyukuri. Coba dongakkan kepala, lihat berkeliling. Bisa juga berdiri dan berjalan mondar mandir untuk melihat suasana sekitarnya yang dipastikan memiliki cerita. Cobalah….

Pertama tentu kopinya sesuai pesanan adalah Kopi Aceh, maka sudah jelas masuk ke restoran atau kedainyapun yang jelas – jelas ada acehnya. Meskipun tidak sempat bertanya banyak sama pelayannnya tetapi dari pernak pernik, daftar menu hingga peralatan membuat kopinya, jelas Aceh banget. Dikuatkan oleh Bang Angga Rujak yang menemani perngopian kali ini serta Teh Otit yang sangat bersemangat dalam perjalanan kuliner dimanapun beredar.

Kedua tentu selain asal muasal biji kopinya adalah cara pembuatannya yang menggunakan selarik kain panjang sebagai saringan dan dilakukan berulang – ulang tanpa tumpah padahal cairan kopinya terbang kesana kemari dalam prosesnya. Sehingga akhirnya dituangkan di gelas menjadi sajian kopi panas tanpa ampas yanv sudah hadir di mejaku ini.

Memang saking terpesonanya sehingga lupa tak bertanya tentang kehadiran gula. Akibatnya gula sudah tercampur meskipun sebagian masih tersisa di dasar gelas. Ya sudahlah, ini kita pandang sebagai keberagaman kuliner indonesia yang merupakan perekat persaudaraan melalui jalur gastronomi nusantara.

Lalu dari sisi tempatpun menjadi unik, karena antara nama kopi dan lokasi berbeda meskipun di peta sih berbatasan tapi kalau naik kereta (sebutan bagi sepeda motor di kota medan) maka perlu waktu 12 jam 22 menit dengan jarak 567 kilometer untuk tiba di Banda Aceh. Maka berbahagialah bisa menikmati Kopi Aceh di Kota Medan ini, Alhamdulillahirobbil alamin.

Dimensi lain yang harus disyukuri adalah siapa yang menemani ngopi. Itu juga menarik karena bisa menjadi jalinan cerita lainnya. Seperti kali ini, secara kebetulan di kereta bandara berjumpa dengan Teh Otit yang ratu kuliner dinas luar maka jadwal segera disusun untuk kulineran tanpa mengganggu agenda meeting yang sudah terjadwalkan. Ditambah dengan GPS atau Gunakan Penduduk Sekitar yakni pemandu lokal asli medan Bang Angga Rujak, seorang pedagang rujak keliling yang alih profesi menjadi pemandu kuliner sekaligus guru yang berpengalaman dalam mendulang uang di media sosial. Sehingga diskusi sambil ngopi kali ini begitu berarti.


Selanjutnya adalah siapa baristanya, kalau sempat didekati, diajak bicara dan minta ijin divideo. Tapi kalau memang super sibuk, ya sudab kita perhatikan saja dari jauh teknik – teknik pembuatan minumannya sehingga bahan tulisan tetap terjaga untuk menangkap momen terbaiknya.

Oh iya, jika punya waktu luang. Dokumentasikan sekeliling reatoran atau cafe atau kedai yang sedang kita datangi. Ambil photo dan video secukupnya, jangan lupa jika ternyata ada beberapa orang yang akan tervideo oleh kamera kita, tidak ada salahnya mohon ijin dan permisi.

Selamat malam bapak dan ibu, apakah berkenan jika saya dokumentasikan dan besok lusa menjadi konten di media sosial kami.?

Maka jawaban selama ini adalah anggukan dan tanda setuju. Apalagi bagi pihak rumah makan atau cafe yang bersangkutan, bisa membantu memarketingkan tanpa perlu biaya tambahan. Bagi tamu yang terekam videopun seiring perkembangan jaman tentu meng-iya-kan dan biasanya akan bertanya media sosial apa yang digunakan. Tentu jawaban singkatnya adalah youtube, tiktok, facebook dan twitter. Lalu bertukar alamat medsos, rekam dan akhirnya kembali ke rutinitas masing – masing.

Terakhir adalah rasa, ini juga sangat penting karena sugestisitas dan rasa personal sangat tinggi. Jadi jangan terpengaruh dengan pendapat orang tetapi yakinkan keberfungsian lidah dan mulut kita, itulah yang dituangkan dalam tulisan. Seperti saat ini, sruputan perdana disambut rasa kopi yang kuat tanpa ada acidity berarti biji kopinya cenderung robusta. Hanya saja tidak bisa eksplore lebih lanjut karena ada gula diantara kita. Jadi tarik nafaslah sejenak dan nikmati banyak hal dari suasana meminum kopi aceh kali ini.

Sebagai penutup kuliner malam ini, sajian mie aceh versi kota medan ini melengkapi kekenyangan ini. Sehingga disaat dilanjutkan untuk hadir pada acara Rakornas Pengawasan tidak ada lagi suara perut yang kelaparan dan bisa serius mengikuti rangkaian kegiatan. Selamat malam, selamat bertugas. Wassalam (AKW).

KOPI KELAPA LEMON RAJA MANGKUNEGARAN.

Menikmati Kopi seperti raja solo di masa silam.

SURAKARTA, akwnulis.com. Perjalanan menikmati kopi dalam berbagai kesempatan yang sudah tertuang dalam blog ini ternyata sudah berhitung tahunan dengan segala dinamika, warna, suasana, tempat, baristanya semakin melengkapi sebuah warisan diri yang tertuang dalam jalinan kata serta dilengkapi poto pendukung yang menjadi penegas dari semua jalinan cerita.

Seiring waktu ternyata kesempatan menikmati kopi hitam tanpa gula ini terus bergulir dan terbuka. Jadi jika sebagian kawan berpendapat bahwa kemanapun harus bisa bersua dan ngopi kohitala. Kenyataannya tidak begitu. Menikmati kopi ini lebih kepada mengikuti aliran takdir saja, tidak memaksakan dimanapun harus ngopi tapi disaat memang mendapat pengalaman baru tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kopi maka sajikanlah dalam tulisan atau dokumentasi video melalui channel youtube kesayangan.

Nah yang menariknya adalah kemanapun bergerak dan menjelajahi bumi ini, baik dengan judul kedinasan ataupun keperluan keluarga dan juga urusan pribadi, ternyata kesempatan bertemu kopi dalam aneka bentuknya itu seolah sudah diarahkan alami. Meminjam istilah Prof Johannes Surya adalah ‘MESTAKUNG‘ yaitu seMESTA menduKUNG.

Maka semangat konsistensi menulis dan membuat video youtube dipertahankan meskipun tentu dilakukan di waktu luang dan berusaha untuk tidak mengambil jam dinas ataupun jam bercengkerama dengan keluarga.

Pada tulisan kali inipun tidak mengkhususkan ingin menikmati kopi di tempat yang spesial, tetapi kenyataannya memang itu yang terbuka di depan mata. Maka bersyukurlah, jalani, nikmati dan tulis sesuai dengan kata hati.

Tulisan kali ini adalah MENIKMATI KOPI DI TEMPAT MAKAN SANG RAJA. Wuih mantaabs khan?….

Jadi tulisan ini hadir setelah menikmati makan dan minum di tempat para raja – raja Surakarta di masa lalu tepatnya di Pura Mangkunegaran Surakarta. Salah satu yang dipilih tentu yang ada kopinya, itu lagi itu lagi. Ya gepepe atuh, khan setiap orang berhak menulis sesuatu dengan berpegang pada prinsip konsistensi tema serta keberlanjutan. Jadi wajar kalau menulis lebih menyoroti tentang sajian kopi ataupun yang berkopi.

Tempatnya berada di dalam komplek kerajaan Pura Mangkunegaran Kota Surakarta, nama restorannya adalah PRACIMA TN MANGKUNEGARAN. Restoran ini menjadi sangat spesial karena menyajikan originalitas baik sajian menu makanan dan minuman serta suasana masa lalu plus yang menarik adalah menjaga tatakrama keraton yang begitu ketat aturan. Semua itu dibalut dengan manajemen modern yang terbuka dengan mengawinkan teknologi dan kemajuan media sosial dengan nilai masa lalu yang memiliki kekhususan.

Jadi yang kepo dan ingin tahu tentang restoran ini tinggal buka instagram, searching ‘Pracima’ lalu klik link untuk info pemesanan dan interaksi awal langsung terjadi. Menariknya adalah pembatasan pengunjung yang akan masuk ke restoran dengan dibagi jam masuk plus pembatasan maksimal 90 menit berada di restorannya serta standar pakaian yang digunakanpun spesifik seperti tidak bercelana atau rok pendek, tidak menggunakan sandal serta tidak menggunakan batik motif tertentu.

Kondisi riilnya yang dilihat langsung oleh penulis adalah sebuah kompromi tapi adab tetap dipegang. Pada saat pengunjung termasuk anak-anak bercelana pendek maka diwajibkan menggunakan kain agar menutupi bagian kaki, tanpa kecuali. Jadi bukan berarti yang rok mini serta merta ditolak. Sementara untuk yang langsung datang tanpa reservasi disarankan JANGAN. Karena pasti ditolak. Pertimbangan pengelola sederhana, restorannya memiliki kapasitas tertentu dan itu sudah sesuai dengan pesanan secara online.


Eh kok jadi membahas urusan restorannya ya?”
“Ya nggak apa-apa, karena pada akhirnya sajian kopi adalah bagian penting dalam prosesi makan minum ini.

Pada saat menu tersaji, pilihan kopinya sedehana sekali. Yakni americano, cappucino dan cafelatte. Sebuah pilihan yang agak menyesakkan bagi pecinta manual brew karena jelas eksplorasi terhadap biji kopi akan terlumat oleh mesin kopi dan akan hadir sajian kopi yang super mirip dengan sajian kopi ditempat lainnya. Maka diskusi terjadi, lalu ada penawaran kopi kelapa lemon. Lupa nama di menunya. Pokoknya campuran kopi, air kelapa dan lemon.

Wah ini menarik. Pesan satu ditambah dengan menu minuman asli yang tercantum adalah PARE ANOM, yaitu sajian minuman perasan jeruk baby dan jeruk lemon, syrup dan kolang-kaling yang tersaji dingin serta dihias dengan sate kolang-kaling diatasnya.

Sajian kopi kelapa lemon dinginnya begitu menyegarkan. Rasa kopi tetap hadir meskipun terbatas ditemani manis alami dari air kelapa muda plus asamnya lemon melengkapi nikmatnya suasana serasa menjadi raja penguasa keraton yang sedang menikmati makan sore bersama kolega atau keluarga. Makanan utamanya adalah PITIK GORENG JANGKEP dan sebagai pembuka dipilih SELADA TOMAT KALIYAN KEJU serta ditutup dengan minuman PARE ANOM yang segar dan ceria.

Tuntas sudah menjadi eh merasakan suasana makan minum raja Pura Mangkunegaran selama 90 menit direstoran. Dilanjutkan mengabadikan taman pracima yang luar biasa. Air mancur warna warni, gedung restoran pracima yang bertabur cahaya serta gazebo pembuka yang juga tak kalah mengesankan telah memberi nilai lebih dari pengalam ngopi di kota solo ini. Selamat menghadapi tugas bekerja di esok hari, senin pagi. Wassalam (AKW).

Americano Cocorico

Menikmati Sajian Americano Cocorico dan kawannya.

DAGO, akwnulis.com. Senin pagi identik dengan pelaksanaan apel pagi tentunya. Sebuah aktifitas rutin yang sekaligus dinilai sebagai salah satu komitmen kedisiplinan sebagai aparatur sipil negara. Maka ketepatan waktu hadir di kantor atau sebaiknya datang lebih awal menjadi sangat penting untuk mempersiapkan berbagai kemungkinan, karena posisi sebagai peserta apel bisa seketika berubah menjadi pembina apel pagi.

Tuntas apel pagi maka bersiap dengan segala kesibukan seminggu ke depan yang diawali oleh rapim (rapat pimpinan) atau tugas lain yang mengharuskan hadir mewakili pimpinan sekaligus menyampaikan kata – kata sambutan. Begitupun kali ini, tugas disampaikan dan setelah briefing internal segera berangkat menuju lokasi acara di daerah dago atas.

Ternyata disinilah kembali bersua dengan kohitala, si kopi hitam tanpa gula. Alhamdulillah. Teman – teman panitia gercep dan langsung menyajikan di meja tempat para tamu undangan. Langsung disambut dan tentunya baca Basmalah baru di sruput.

..ups, sedikit terdiam, ternyata panitia yang membuatnya adalah kopi standar, maksudnya kopi hitam dan masih diberi gula. Terasa begitu manis tetapi bukan itu yang diharapkan. Manis ini yang menghilangkan makna rasa dari perkopian. Tapi demi sebuah penghargaan karena telah disajikan, sruput lagi sekali dan sudah. Manisnya begitu memabukkan seperti manisnya kamu huhuy.

Sesi sambutan telah berlalu diteruskan diskusi dan basa basi hingga tiba akhirnya jam istirahat dan bergeser dari tempat acara ke tempat makan siang. Disinilah pertemuan dengan kohitala yang sebenarnya yaitu ‘Americano Cocorico’. “Keren khan namanya?”

Sajian Americano Cocorico ini adalah segelas kopi hitam tanpa gula yang hadir dari sajian doubleshot espresso ditambah air panas sehingga menjadi secangkir besar penuh krema dan makna. Cocoriconya adalah nama cafenya. Sebuah cafe yang mengembalikan kenangan masa kecil karena namanya adalah nama sebuah permen terkenal bagi anak sembilan puluhan. Permen gula berbungkus coklat dan cukup awet diemut dimulut karena keras dan padat.

Melengkapi makna cocorico ini tentu perlu juga ditanyakan kepada managernya yang kebetulan berada di tempat. Makna cocorico itu katanya berasal dari bahasa itali yang berarti ayam berkokok di pagi hari… otak langsung muter, jangan – jangan suara ayam berkokok kita kedengeran sama orang itali bukan ‘kongkorongok’ tapi ‘koo korikoo’ .. ah aya aya wae.

Sang manager melanjutkan, secara makna memiliki arti mendalam yaitu untuk meraih rejeki yang banyak dan berkah maka harus bangun dan berihtiar sepagi mungkin diawali dengan kokok ayam cocorico, begitu katanya kawan.

Sekarang saatnya menikmati sajian Americano Cocoriconya tentu dengan sruputan pertama dan sruputan selanjutnya. Body boldnya hadir memanjakan indra perasa, acidity jelas less begitupun aftertaste, tapi sentuhan kremanya memberikan sensasi berbeda. Selamat ngopay hari ini. Wassalam (AKW).

Warung Bu Ageng & Kohitala

Cari maksi sekaligus kopi.

JOGJA, akwnulis.com. Jam makan siang sudah mendekati, alarm alami di perutpun mulai berbunyi dengan nada khusus yang menambah lapar plus dahaga. Melewati area alun-alun selatan keraton Jogjakarta dan menuju tempat makan utama yaitu Restoran Bale Raos, sebuah resto yang menyajikan menu khas masa silam kearifan kuliner kraton jogja dalam setiap sajiannya.

Tapi….. ada yang terlupa, ini musim liburan anak sekolah kawan. Pas dengan pedenya masuk dan mencari tempat duduk, langsung tertegun. Karena meja meja yang biasanya relatif lengang telah terisi oleh para penikmat rasa. Juga beberapa orang masih antri untuk menunggu giliran mendapatkan meja. Lalu perlahan ada pegawai restoran mendekat, “Maaf bapak, apakah sudah reservasi?”

Jeddang… saya dan istri beradu pandang, lalu menjawab pelan, “Belum mbak, biasanya bisa langsung”

Maaf bapak, harus reservasi dulu. Ini yang antri yang sudah reservasi”

Wah gawat, keburu lewat lapernya nich. Akhirnya kompromi dan tahu diri saja. Senyuman dan ucapan terima kasih atas penolakan halusnya sang pegawai resto. Kami balik kanan menuju mobil dan langsung memutar ingatan tentang tempat makan siang yang memungkinkan.

Istriku berseru, “Yah, kita coba ke RM warung Bu Ageng.”

Siyaaap

Maka kedua jempol langsung berselancar di layar gawai. Mencari informasi tentang rumah makan ini. Tring, teknologi memang dalam genggaman… lokasi RM Bu Ageng ditemukan dan sang pemgemudi bertolak menuju titik sasaran. Agar tidak zonk kedua kali, maka coba ditelepon dulu sesuai yang tertera di google search.

Monggo pinara mas, nggak perlu reservasi, bisa langsung”

Wuihh adem tuh suara, bikin perut lapar makin lapar tetapi jelas ada kepastian. Ternyata jarak dari area keraton tidak terlalu jauh. Berarti sebentar lagi tiba, Alhamdulillah.

Tempatnya terlihat nyaman dengan ornamen bangunan kayu begitu estetik. Segera masuk ke dalam dan ternyata benar saja, masih ada beberapa meja yang tersedia dan langsung mendudukinya dengan gembira.

Pilihan makanan sudah tersaji di pintu masuk, tetapi kami lebih cenderung berburu meja dulu, takut keburu penuh hehehehe. Buku menu segera dibuka dan berbagai pilihan makanan khas jogja hadir disana. Tetapi pilihan kami praktis saja, pertama yang lengkap dan kedua tentu recomended. Pilihannya adalah nasi campur lidah dan nasi campur suwir ayam.

Rumah makan yang diberi nama warung ini adalah milik keluarga Butet Kertaredjasa dan penamaan Bu Ageng ini adalah sebutan anak cucu dan keluarga kepada istrinya, bu Rulyani Isfihana. Bangunan berbentuk joglo dan full ornamen kayu memberi suasana di rumah yang ngangenin ditambah dengan.

Tadinya mau pesen lagi pecel agar lengkap sayurannya. Tapi ternyata menu nasi campurnya begitu kumplit, tidak hanya lidah dan suwir ayam tetapi juga ada abon tuna, kripik kentang, tempe potong, juga kuah kental seperti rendang plus krupuk gendar. Disaat lidah menyecap, kental masakan jogjanya tetapi juga hadir rasa berbeda yang membuat penasaran.

Pada kesempatan yang tepat, salah satu pelayannya diinterogasi halus dan didapati cerita bahwa makanan khas warung ini adalah masakan khas jogja dan dilengkapi sentuhan masakan kutai, kalimantan timur. Wow pantesan….

Tak lupa juga memesan kopi hitam ala warung bu ageng. Sebuah kesempatan langka menikmati sajian kopi di tempat yang berbeda. Kopi yang tersaji adalah kopi bubuk biasa yang diseduh atau ditubruk air panas yang tersedia. Tentu gula dihindari, karena ini adalah kohitala.


Itulah catatan kecil tentang kuliner siang di Warung Bu ageng Jogjakarta plus kopi tubruknya. Wassalam (AKW).

KOPI PANDAN

Nurut aja sama Mamah…

BANDUNG, akwnulis.com.Sebuah sajian minuman berwarna terang menari dihadapan, memberi rasa penasaran dan sedikit ketakutan. Penasaran sangat jelas karena tampilannya menggiurkan dan terlihat segar. Sementara rasa takut menyelusup karena pasti ini bukan lagi murni sajian kopi hitam tanpa gula, tetapi dicampur berbagai rasa yang mungkin lebih nikmat namun berpotensi bahaya.

Hanya saja sebuah tulisan yang menempel diatas tembok bercahaya kuning keemasan memberikan pencerahan. Bahwa apapun yang dikatakan mamah itulah aturan mainnya hehehehe alias ‘Mama is always right’.

Kata mamah barusan, “Sekali- kali boleh atuh minum sajian kopi dicampur unsur lain agar nggak monoton, ada variasi

Sebagai ungkapan tulus dan angin segar bagi pelanggaran hukum kohitala kali ini. Maka tanpa komando kedua, langsung disegerakan untuk di sruput pada kesempatan pertama.

Rasanya nak enak kawaan, manis dan harum pandan lho.

Ya iya atuh, khan pesennya juga kopi pandan, jelas sudah pake pandan. Tapi gula dan susu nggak dipesan… eh ternyata ikutan. Menyatu menjadi satu sajian yang ciamik dan nikmat…. eh tapi menurutku terlalu manisss… maklum sudah terbiasa minum kopi tanpa gula dan tanpa kawan – kawan kopi lainnya. Klo kopi pandan ini bejibun, dari mulai kopi, tambah sirup pandan, tambah gula, juga susu dan setumpuk harapan barista… jiaah ahay.

Tetapi kembali lagi, karena mamah sudah bersabda maka segera nikmati tanpa jeda. Yakinilah bahwa mama is alway right. Wassalam (AKW).

***

Lokasi : Resto NYONYA DELIGHT – KBP.

PENGORBANAN (TAK) SIA-SIA.

Berkorban itu perlu, tapi pikirkan dulu.

TJIMAHI, akwnulis.com. Terkadang sebuah keinginan hadir tanpa alasan, muncul begitu saja di benak ini dan diucapkan dengan lantang. Sehingga didengarkan oleh rekan staf dan menjadi sebuah perintah yang harus dilaksanakan.

Itulah yang terjadi, setelah sekian waktu berusaha makan siang itu adalah makanan sehat dengan menu aneka salad. Ternyata ada gejolak jiwa cheating yang ingin menikmati sajian makanan lain yang digandrungi kawula muda.

Sebuah sajian makanan alias jajanan yang berbasis kerupuk dengan aroma kencur yang dilengkapi dengan berbagai boga bahari, protein seperti serpihan telur, daging ayam, ceker, tulang, sosis, termasuk baso dan banyak lagi pilihan dengan rasa gurih pedas dengan nama sajiannya adalah seblak.

Maka bergeserlah dari salad ke seblak, sama awalan s tetapi begitu berbeda dari warna dan rupa serta tentunya rasa. Tapi hidup ini butuh variasi kawan. Sesekali perlu menikmati sajian ekstrim yang membuat hati berdebar (seseblakan) akibat rasa kuah yang memerah karena minta diberi bumbu pedas level dewa.

Jika hari kemarin adalah menikmati kesegaran eggplant salad, maka siang ini mencoba menikmati sajian seblak kumplit pedas maksimal.

Dilihat sepintas terasa tantangannya karena kuahnya begitu merah dan biji cabe bertaburan di permukaan mangkok putih bercahaya. Setelah membaca BIsmillah, prosesi penyuapan kuah dimulai… amm.. srupp…..

Mata langsung membelalak dan hati berdebar, apalagi mulut dan lidah tidak bisa mengucapkan banyak kata. Semua bergabung di otak dan teriak didalam neocortec, “Ampyuuuun Lada Pisaaaaan…..”

Tak perlu lama, butiran keringat muncul dan desah mulut kepanasan langsung memenuhi ruanganku yang sederhana ini. Tapi masalahnya bukannya berhenti makan, malah lanjutkan penyuapan. Karena dibalik sensasi pedas, panas dan gurih ini hadir kenikmatan berbeda yang wajib disyukuri…. nyam nyaam.

Akhirnya setelah sekian lama berusaha, menyerah tanpa bisa menghabiskan sajian seblak yang ada. Karena ternyata peluh bercucuran dan lidah teriak karena sudah tidak siap menerima level kepedasan ini, begitupun perut mulai bereaksi. Betapa cepatnya rasa pedas ini menguasai raga yang rapuh ini.

Lalu bergegas mengambil gelas dan meminum air putih yang tersedia di meja sebelah. Meskipun tidak menghilangkan pedas tetapi minimal memberi waktu bagi mulut untuk berdamai dengan keadaan dan tidak harus tertekan oleh pedas yang hadir bertubi-tubi.

Dampak ikutannya ternyata sang perut tidak kompromi karena berbagai faktor, terutama faktor U (umur). Perut panas sepanjang malam dan hingga dini hari bolak balik kamar mandi karena sembelit dan perut rasa melilit.

Kapok ah. Jangan maksain jikalau tak siap. Kendalikan keinginan dan sandingkan dengan kenyataan. Karena sebuah pengorbanan yang terjadi tidak sebanding dengan keinginan awal yang terucap begitu saja. Have a nice weekend kawan. Wassalam (AKW).

Cabe Rawit & Mie Rebus.

Nikmat meskipun beda…

Bandung, akwnulis.com. Sebuah temuan kejadian hari ini menambah khazanah wawasan tentang makna perbedaan. Sebuah perbedaan yang sebetulnya hadir dari kesamaan, namun karena satu hal maka menjadi aliran yang berbeda.

Selama ini yang paling hits khususnya di dunia kuliner itu adalah aliran makan bubur yang terbagi menjadi 2 aliran garis datar yaitu aliran dicampur bin diaduk dan tidak dicampur. Begitu hakiki para pemegang aliran ini sehingga terkadang saling menyerang dengan kata dan emoticon dilengkapi aneka alasan pembenaran masing – masing, seru deh.

Padahal yang harus dimaknai dari kedua aliran makan bubur ini adalah makna bersyukur. Yup sekali lagi adalah keduanya harus bersyukur masih bisa merasakan nikmatnya makan bubur, sementara di tempat berbeda masih ada seseorang yang kesulitan mencari sesuap nasi eh sesuap bubur.

Nah kali ini temuannya sederhana, maaih di wilayah icip icip kulinerisme, karena mirip dengan 2 aliran makan bubur. Tetapi prinsip bingit karena berakibat terhadap suasana extreme di sekitar mulut. Kasusnya adalah… aliran menikmati mie rebus dan telur plus irisan cabe rawit.

Aliran pertama adalah aliran makan mie rebus plus telor dengan irisan cabe rawit dicampur, pasti nikmat. Panas dan pedas menyatu dalam aliran rasa, membuat mata terbelalak dan tentunya ada rasa yang menyentak. Cocok bingit dinikmati sambil memandang gerimis yang terus membasuh bumi agar kelimis.

Aliran kedua, ini yang agak membuat dahi berkerut. Yaitu aliran makan mie rebus plus telor tetapi irisan cabe rawitnya dipisah. Jadi makannya cabe rawit dulu, baru menyendok mie rebusnya….  sempet ditanya apakah ada hubungan dengan burung merak yang suka cabe rawit atau lagi kesurupan?.. ternyata tidak. Semua baik-baik saja dan jawaban singkatnya, “Ini adalah pilihan saya, kenapa jadi urusan kamu?” Sambil sedikit melotot.

Udah deh nggak berani lagi nanya, takut disemprot potongan cabe dari mulut yang berbuncah. Serta tatapan tajam ala paddington.

Satu hal yang penting, bahwa menghormati prinsip orang lain adalah salah satu cara menjaga hubungan dengan orang lain. Jadi ya sudahlah. Meskipun terus terang kawan, masih penasaran dengan tindakannya memakan potongan cabe rawit tersebut. Tapi itulah kenyataan, …

yuk ah nambah lagi pesan mie rebus plus telurnya.. lagian hujan masih terus mengguyur seperti enggan berpisah dengan kesenduan malam.

Lebih baik berhenti sejenak menunggu semua reda sambil menikmati sajian hangat dan memaknai dua aliran berbeda dalam icip icip mie rebus hangat yang nikmat tiada tara. Selamat malam, Wassalam (AKW).

SURABI HANEUT – shotm

Sarapan Yuk…. sarapan nikmat berkarya hebat.

SHOTM / dokpri.

Padalarang, akwnulis.com. Pagi hari tiba memberi kesempatan kita untuk berkarya. Senin pagi adalah rutinitas yang harus didampingi oleh semangat untuk menyongsong tugas – tugas minggu ini.

Meskipun sebetulnya ada sejumput lelah, dan kemalasan karena ternyata sabtu dan minggu kemarinpun tetap bekerja, bukan digunakan bercengkerama dan melepas lelah dengan keluarga tercinta. Tetapi kembali harus dimaknai bahwa pengorbanan dan kesabaran ini memiliki makna dan hikmah bagi semua.

Sebagai mood booster di pagi hari ini, tentu seduhan kopi hitam tanpa gula dan panas agak kurang pas, apalagi perut belum terisi makanan sedikitpun. Khawatir sang lambung terkaget-kaget dan bereaksi dengan otot kontraksi ataupun asam protein yang berubah menjadi ketidaknyamanan yang menjengkelkan.

Maka dipilihlah sajian makanan yang bisa tersaji dengan cepat, memiliki unsur karbohidrat dan sedikit protein plus rasanya juga tetap enak.

Pilihannya jatuh kepada sajian makanan tradisional jawa barat yang dilengkapi toping kekinian, yaitu SURABI HANEUT.

Perpaduan tradisional dan kekinian itu adalah pilihan menu surabi haneutnya. Kali ini dipilih Surabi Haneut Oncom Telor plus Mayoneis (SHOTM)… kelihatannya enak.

Ternyata bener kawan, datanglah surabi yang berlumur mayoneis warna kuning ke-orange. Oncom dan telornya tersembunyi. Tetapi setelah dibelah dan dicicipi, maka rasa paduan oncom dan telurnya terasa pisan dilengkapi dengan rasa mayoneis yang khas. Lengkap sudah, Alhamdulillah.

Nyam nyam… selamat sarapan kawan. Sempatkanlah sarapan di pagi hari ceria, agar badan tetap segar dan perut (agak) kenyang sehingga lebih fokus dalam mengerjakan tugas – tugas yang ada dihadapan. Selamat Pagiiiii… Wassalam (AKW).