KOPI & BAYI YG MENYAYAT HATI.

Sruput kopi bersama bayi – bayi yang menyayat hati.

BATUNUNGGAL, Akwnulis.com. Keberangkatan berdinas pagi ini adalah sebuah janji yang berulangkali dijadwal ulang karena berbagai pertimbangan dan alasan. Alhamdulillah baru menjelang sianglah raga ini mulai bergerak menuju wilayah buahbatu tepatnya di kawasan batununggal Kota Bandung.

Judul resminya monitoring dan evaluasi program dan kegiatan terutama pengelolaan anggaran semester I yang telah berakhir di akhir bulan juli lalu, jadi pasukan tim perencanaan dan pelaporan hadir bersama-sama. Maka dari Cimahi melewati tol gate baros 2 dan keluar di toll gate buahbatu, lalu lintas cukup padat seperti biasa. Lalu setelah dijalur utama ada belokan ke kiri ke kawasan batununggal dan disitulah tujuan kita hari ini.

Penyambutan begitu hangat dari Kordinator Satuan pelayanan anak dan balita yang merupakan satuan pelayanan dari UPTD PPS Griya ramah anak yang terletak di daerah pagaden subang. Sekaligus juga hadir ibu Kepala UPTDnya yang kebetulan sedang monitoring ditempat yang sama. Ditambah pak kepala bidang rehabilitasi sosial ikut bergabung sehingga menyempurnakan kunjungan kerja monev kali ini.

Karena judul kegiatannya adalah silaturahmi dalam rangka monitoring dan evaluasi maka berkeliling area satuan pelayanan ini menjadi langkah pertama. Meskipun baru lantai 1 saja dan dilanjutkan dengan meriung bersama di ruang pertemuan untuk berdiskusi dan membahas berbagai hal termasuk tema tentang pengasuhan anak alias fortesker… eh salah, Foster Care.

Maka penjelasan awal dari ibu Kasatpel PSAB dilengkapi ceriwisnya ibu Kapus GRA membuka wawasan dan pemahaman bahwa pelayanan sosial ditempat ini berbeda dan menyimpan aneka cerita dan drama.

Tapi sebelum jauh membahas tentang drama dan sinetron, maka menikmati kopi hitam tanpa gula yang sudah tersaji didepan mata adalah keharusan yang nyata. Hayu sruput dulu.

Kopi tersaji di cangkir putih, mengubah hati ceria dan tidak lagi tertatih. Memikirkan aneka cerita yang begitu menyayat hati tentang kenyataan dan hadirnya para bayi di tempat ini.

Para bayi, begitu banyakkah?”

Bagaimana kondisinya?”

Pertanyaan ini tentu menyeruak, dan jawaban singkatnya adalah terdapat 17 bayi dan 10 anak yang ada di satuan pelayanan ini. Bayi – bayi tak berdosa ini ada di lantai 2 dan akan segera dihampiri setelah diskusi ini diakhiri.

Disarankan makan siang dulu bersama sebelum naik ke lantai 2, khawatir suasana hati menjadi gundah setelah bertemu dengan bayi-bayi dan selera makan menghilang. Padahal penulis mah santuy urusan makan mah, makin sedih makin lapar, makin galau makin lapar apalagi pas lagi senang, tentu makin banyak ruab-raeb*) makan banyak. Pantesan badan makin membulat dan masagi.

Dikala raga dibawa kedua kaki melangkah menaiki tangga ada rasa berbeda di hati ini, entah sugesti karena cerita tentang nasib anak bayi atau alasan lain, yang pasti secuil sedih terbit di sanubari.

Sebelum memasuki ruang balita diwajibkan menggunakan hand sanitizer yang tersedia di samping kanan pintu masuk. Crot crot crot.. usap usap usap di kedua tangan dan masuklah ke ruangan perawatan.

Jeng jreeng…. wajah wajah bayi mungil bersih terawat dan penuh harap terpampang nyata di depan mata. Dikala kedua tangan terulur maka langsung disambut dengan semangat bayi yang baru bisa berdiri dan dikala digendong dan dipeluk, senyuman indah dari mahluk kecil ini meluluhkan hati. Apalagi pas coba dikembalikan ke boxnya, tangannya tetap terulur untuk bersiap digendong lagi…. hap gendong lagiiii… terjadi sampai 3x tapi para pengasuhnya segera ambil alih dan sang bayi langsung menangis, mungkin marah atau sedih karena tidak boleh digendong lagi.

Bayi lainnya ada beberapa yang cacat sejak dilahirkan, hingga usia 3 tahun ini hanya tergolek lemas dengan kondisi mengenaskan. Bayi ini hadir kedunia karena kasus inces ayah kandung memperkosa anak kandungnya sendiri dan melahirkan bayi-bayi ini. Lalu bergeser ke box yang lain, terlihat senyuman lebar bayi putih montok yang sebelumnya ternyata dibuang oleh ibunya sesaat setelah melahirkan dan tergolek di lantai rumah kosong bersama ari-ari tanpa dibungkus selembar kain sekalipun.

Ada juga yang terbaru, bayi mungil yang dibuang di pinggir sungai citarum daerah nanjung. Bayi di tas dengan posisi terbalik dan hampir terjatuh ke aliran sungai, alhamdulillah ada warga yang menemukan dan menyelamatkan. Ada juga yang dibuang di dalam dus dan satu lagi bayi yang terlahir di belakang pasar dari seorang ibu yang menderita ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) sehingga setelah melahirkan ditinggalkan saja sang bayinya begitu saja.

Ah cerita – cerita pahit yang nyata dan sekarang bayi – bayinya hadir di depan mata. Salah satunya sedang digendong dengan wajah ceria, jauh berbeda dengan kondisi mengenaskan dikala ditemukannya.

Kopi pahit yang tersaji tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan nasib mahluk – mahluk kecil yang begitu menyedihkan ini. Tapi disinilah ihtiar negara untuk hadir, merawat, menyayangi dan mencintai mereka sehingga tumbuh menjadi anak ceria.

Sebagai penenang hati maka raga ini beranjak pergi meninggalkan ruang perawatan bayi dan kembali ke ruang rapat tadi. Mencari dan menyambar secangkir kopi lalu menyeruputnya sambil berdoa kepada Illahi, semoga semua kenyataan ini bisa dijalani dan anak bayi ini segera ada keluarga yang menyayangi dan mencintai sepenuh hati.


***

Sebagai pengobat gundah gulana yang melanda karena melihat kenyataan yang ada. Segera berpamitanlah kepada ibu kasatpel dan ibu kapus bersama jajarannya. Maka janjianlah dengan pak Kabid rehsos untuk mendiskusikan langkah lebih lanjut di tempat ngopi sekitar  kantor satpel ini, yaitu di Cafe Coffee ON terletak di jalan terusan buah batu no.181 kujangsari kecamatan bandung kidul Kota Bandung.

Sajian manual brew V60 dengan pilihan biji arabica natural menemani perbincangan sore ini dilengkapi dengan sajian kedua manul brew V60 japanese yang menyegarkan. Mengalirkan ide dan berbagi pandangan tentang mekanisme foster care dan adopsi juga dibahas tentang kriteria COTA dan aneka cerita. Wassalam (AKW).

KOPI GRIYA RAMAH ANAK

Perjalanan kopi eh dinas ke Griya ramah Anak.

PAGADEN, akwnulis.com. Dikala mentari baru saja hadir menyinari bumi dengan cahaya kemilau yang begitu indah, raga ini sudah bergerak menapaki jalan tol cipularang menuju satu tujuan. Kehangatan mentari menemani dari sebelah kanan sepanjang perjalanan di tol Cipularang, lalu di dilanjutkan belok kanan untuk memasuki arah Cikampek lalu menapaki jalur tol Cipali (Cikampek – Palimanan). Disini sinar mentari head to head langsung dengan wajah sehingga dibalik rasa bersyukur karena kehangatannya sekaligus harus waspada karena silaunya dapat mengganggu konsentrasi mengemudi sepanjang jalan tol ini.

Mau kemana pagi – pagi begini?”

Pertanyaan kepo mulai hadir menemani, tapi sementara tidak digubris karena fokus memicingkan mata agar bisa menyetir dengan baik ditengah gempuran silau mentari pagi. Semangaaat.

Tujuannya sebetulnya tidak sampai ke ujung Cipali yaitu area cirebon dan kuningan sana. Tetapi berbelok ke arah kota Subang dan dipertigaan antara arah kanan ke kota subang dan arah kiri ke pagaden terjadilah dilema. Namun segera diputuskan bahwa kita harus ke arah pagaden karena disanalah tujuan kita kali ini yaitu UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Ramah Anak Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

Sebuah tempat yang mendapatkan tugas untuk merawat, mendidik dan menguatkan phisik dan mental serta perilaku anak – anak terlantar yang sekaligus tuna pendidikan agar mendapatkan hak untuk bersekolah, hak bernaung dan memiliki percaya diri yang kuat untuk menggapai mada depannya.

Maka sebagai langkah awal memberikan pendukungan terhadap keberfungsian dari UPTD ini adalah melakukan identifikasi aset yaitu melihat secara langsung, mengamati dengan teliti dan tentunya bertanya kepada orang – orang yang memiliki keterkaitan baik dari sisi kewenangan ataupun para anak terlantar yang menjadi klien.

Terdapat beberapa rumah atau disebut wisma yang dihuni oleh anak – anak dari berbagai tingkatan mulai dari usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Tentu asrama atau wisma putra dan putri terpisah dengan masing-masing terdapat pembina atau pengawas dari para pekerja sosial, penyuluh sosial.

Disaat berjumpa dengan anak – anak para penghuni panti atau klien di griya ramah anak, terlihat wajah – wajah polos tak berdosa yang dikarenakan nasib sehingga terpaksa terenggut haknya untuk menjalani masa kecil yang menyenangkan dan indah bersama orangtua atau sanak saudara karena ketidakmampuan ekonomi dan keterbatasan lainnya.

Tetapi secercah harapan hadir dari pandangan mata mereka dan juga gerak gerik ceria bersama kawan – kawannya menandakan proses pembinaan dan perawatan di griya ramah anak ini menjadi penguat mereka untuk mampu menapaki masa depan. Sekaligus secara parsial adalah sebuah negara menghadirkan fungsinya mengacu kepada UUD 1945 yang menyebutkan bahwa ‘….. fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara…’ dalam bentuk pelayanan anak telantar di griya ramah anak ini.

Tuntas berkeliling wisma langsung menuju ruang pertemuan dan melanjutkan pada sesi formal yaitu memberi motivasi kepada para anak – anak dimana sebentar lagi mereka lulus kelas 12 (SMA/SMK/MA) dan bersiap meraih impian selanjutnya. Tapi sebelum masuk ruang pertemuan ada secangkir kopi hitam menyambut penuh senyuman.

Itulah kawan, sebuah catatan kehidupan tentang tugas dinas sosial untuk memberikan pelayanan kepada anak anak telantar yang merupakan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dari 26 jenis PPKS yang ada. Terkait sruputan kopi yang kedua ditempat ini adalah kopi spesial aksara. Aksara adalah nama cafe yang dikelola  UPTD ini dan terletak di Kota Subang, tetapi saat ini sementara jeda beroperasi karena (katanya) sang baristanya pergi.

Maka sesi ngopi kedua terletak di antara bangunan mesjid dan kolam ikan, 2 tempat yang strategis. Satu tempat untuk beribadah, mengadu dan kontemplasi diri kepada Illahi sementara dihadapannya terdapat kolam ikan tempat berekspresi para pehobi. Tentu dalam rangka penyelamatan ikan yang tenggelam hehehehe.

Ini catatan penyelamatan ikan di salah satu satuan pelayanan griya ramah anak ini yang terlrtak di Kota Bogor, ini linknya NGOPI PENYELAMATAN DI CIBALAGUNG.

Maka ngopi eh minum kopi pinggir kolam sambil melihat rekan – rekan sedang berusaha menyelamatkan ikan tenggelam menjadi hiburan tersendiri. Suruput jeprut…..

Inilah sekelumit perjalanan ngopi eh perjalanan dinas sambil bertemu kopi kali ini. Sebuah pengalaman penting bahwa bekerja di panti atau sekarang disebut dengan griya tidak cukup hanya berbekal kemampuan nalar saja tetapi harus ditambah dengan hati yang ikhlas untuk melayani, merawat dan memberikan kasih sayang kepada klien anak yang telantar ini. Salam ngopi salam melayani dengan hati. Wassalam (AKW).

KOPI LANSIA CIPARAY

Bekerja – Ngopi & Terharu.

CIPARAY, akwnulis.com. Langkah kaki kali ini penuh makna dan ketrenyuhan. Disaat berjalan kaki memasuki komplek perkantoran, gedung serbaguna yang juga menjadi ruang pertemuan besar, mesjid tempat bersama-sama beri adah bagi umat muslim lalu berderet bangunan rumah yang berbentuk komplek perumahan.

Suasana pagi yang segar memberikan semangat khusus untuk tak sabar berkeliling mengitari lokasi ini. Setelah melewati beberapa rumah atau wisma yang diisi para orang tua, kaki melangkah memasuki salah satu rumah dan ternyata terdapat rata – rata 5 orang ibu – ibu renta yang sedang bercengkerama. Pertanyaan sederhana tentang keadaannya menjadi pembuka pembicaraan akrab yang tak bisa dilupakan. Ya mereka adalah klien dinas kami yang dirawat dan dijaga keberadaan mereka di hari – hari tuanya karena telantar ataupun ditelantarkan.

Wajah – wajah tua dengan kerutan perjalanan kehidupan yang mungkin begitu keras dijalani hingga akhirnya terdampar ditempat ini, tepatnya menjadi warga atau klien di UPTD PPS Griya Lansia yang terletak di daerah Ciparay Kabupaten Bandung. Jumlah mereka ratusan orang dan tidak hanya diterima dan dirawat di Ciparay saja sebagai kantor pusat tetapi juga tersebar di beberapa satuan pelayanan diantaranya di satuan pelayanan garut, karawang dan sukabumi.

Kumaha Abah dan Ema sehat?”

Sebuah pertanyaan singkat yang dibalas dengan wajah berseri dan senyum sumringah. Mereka adalah para lanjut usia telantar atau ditelantarkan oleh keluarga dan sanak saudaranya dan sekarang menjadi keluarga besar Griya Lansia Dinsos Jabar.

Terlihat wajah berbinar dan rasa senang, seolah penulis ini adalah anak keluarganya yang datang menjenguk mereka, para orang tua yang ‘dilupakan.’ Rasa haru semamin bertambah dikala diskusi singkat terus menjadi obrolan. Mereka betah berada di Griya Lansia ini karena merasa kembali di manusiakan, diberi rumah, dirawat oleh para petugas dengan telaten juga tidak perlu memikirkan tentang makanan dan minuman sehari-hari. Sudah tersedia dapur umum yang menyuplai makan minum dan snack mereka dengan pelayanan penuh kehangatan dan kekeluargaan.

150 orang lansia berada disini di Griya Lansia Ciparay, 75 orang di satpel Garut, 65 orang di satpel Karawang dan 50 orang di satpel Sukabumi. Totalnya 350 orang menjalani masa tua dari hari kehari hingga akhir hayat nanti. Tapi tentu berbagai ihtiar dilakukan dengan dikomandani bapak Kapus yang ganteng kalem, bapak Ade Irwan. Diantaranya proses reunifikasi dengan sanak keluarganya, tentu diawali dengan tahapan penelusuran, identifikasi dan koordinasi intens. Karena secara harfiah, berkumpul dengan keluarga adalah sebuah nilai yang tidak ternilai. Sementara sehari-hari adalah tugas mulia para pegawai untuk merawat, melayani dan mendengarkan curhat serta keluhan mereka yang bertakdir terpisah dari sanak saudara anak cucu di hari tuanya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 1 Tahun 2023 ini disebutkan bahwa para Lanjut usia atau lansia ini berhak dan berkewajiban yang sama dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di Griya lansia ini fungsi pemerintah hadir untuk memberikan pelayanan kepada salah satu dari 24 jenis PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) meskipun masih terbatas.

Maka sebagai individu, yakinkan niat dan ihtiar kita untuk menjaga orangtua kita masing-masing agar di hari tuanya tetap bisa berkarya dan bahagia dalam kebersamaan bersama keluarga. Yakinkan diri bahwa pengorbanan orangtua melahirkan, merawat dan menjaga kita hingga akhirnya dewasa adalah sebuah makna perjalanan hidup yang harus dibalas dengan kasih sayang, perhatian dan kepedulian kepada orangtua hingga akhir hayatnya.

Suasana sendu di pagi hari bergerak menuju siang dalam agenda rapat kordinasi di tempat ini. Rapat berjalan dengan baik dan ternyata kopi hitampun hadir dalam acara formal ini. Maka langsung diabadikan, di cetrek dan akhirnya disruput guys.

Tuntas diskusi dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju dapur bersama dan melihat aktifitas para pekerja sedang mempersiapkan sajian
terbaiknya untuk para klien lansia ini, lalu bergerak lagi ke arah belakang untuk menikmati makan siang dengan LISA (liwet lansia).

Disaat makan sianglah akhirnya bersua yang kedua dengan kohitala (kopi hitam tanpa gula) di tempat yang spesial. Sebuah gazebo diatas kolam yang bersih dan menyenangkan. Tentu tidak hanya kopi yang hadir, tetapi liwet lengkap dan buah – buahan yang terhampar sebagai menu lengkap makan siang, alhamdulillah.

Sebagai penikmat kopi maka diabadikan dulu sajian kopi dalam cangkir ini dengan latar belakang keasrian kolam dalam suasana menghinau pepohonan. Cetrek srupuut… nikmat. Baru ambil piring dan menyiuk*) nasi liwet dan sambal saja, maklum lagi diet. Lalu tak lupa di prulukin**) oleh daging ayam, gepuk dan goreng ikan mas. Lengkap sudah.

Kembali ke makna kunjungan hari ini, sebuah nilai kepedulian, kepekaan dan makna melayani sepenuh hati terlihat dari seluruh insan di UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Lansia ini. Semangat semua, Peduli & melayani. Wassalam (AKW).

***

Catatan :
*) mengambil nasi dengan centong
**) menaburi

NGOPI DI TANJUNG DURIAT

Lanjutkan ngopi penuh sensasi.

SUMEDANG, akwnulis.com. Perjalanan menikmati sajian kopi di tempat – tempat eksotis ataupun yang memiliki nilai sejarah tentu harus diceritakan. Baik nilai sejarah sebagai peninggalan budaya ataupun nilai sejarah pribadi karena pernah tinggal beberapa waktu di wilayah kabupaten sumedang ini. Kalau dihitung masa pengabdian di kabupaten melewati 8 tahun beberapa bulan.

Untuk edisi ngopi tadi pagi yang bertempat di Alun – alun Sumedang dan di depan gedung negara bisa disimak pada tulisan ini, yaitu NGOPI, BANDROS & GEDUNG NEGARA.

Melanjutkan petualangan menikmati kopi dalam berbagai suasana maka perlu dicari tempat yang tepat dan memiliki keunggulan yang nyata khususnya dari sisi suasana dan pemandangan alamnya yang menyejukan jiwa serta memberi ketenangan dan keseimbangan untuk raga, tentu pilihannya adalah lokasi yang memiliki pemandangan alami.

Maka perjalanan dari alun – alun sumedang ditempuh dalam waktu 53 menit menyusuri jalan raya ganeas – situraja hingga masuk ke jalur lingkar jatigede. Yup kita menuju tempat wisata di daerah waduk jatigede… semangaaaat.

Titik lokasi kali ini adalah tempat wisata yang dikembangkan terus oleh pemkab sumedang. Jika dulu pernah sampai ke titik lokasi yang bernama Kampung Buricak burinong dan menikmati sajian bakakak ayam di pinggir waduk jatigede maka kali ini lokasinya bernama Tanjung Duriat.

Tanjung duriat adalah gabungan dari dua kata yang berbahasa indonesia dan bahasa sunda. Penulis berusaha memberi penjelasan arti secara pribadi ya. Tanjung dalam bahasa indonesia adalah bagian daratan yang menjorok ke lautan dalam hal ini tentu luasnya air yang menggenang di waduk jatigede ini ibarat lautannya. Eh tapi kok jadi inget daerah lain di kabupaten sumedang yang menggunakan nama tanjung lho. Ada daerah tanjungsari yang berdekatan dengan jatinangor dimana menjadi kawasan pendidikan tinggi seperti UNPAD, IPDN, ITB, Unwim, dan IKOPIN. Lalu ada juga daerah tanjungkerta dan tanjung siang, pertanyaannya apakah dahulu daerah ini adalah daratan yang menjorok ke laut, laut purba kali ya?..

Ada satu lagi yang harus dijelaskan tentang kata DURIAT, jika searching di google maka akan muncul nama almarhum Darso seniman sunda yang menyanyikan lagu berjudul duriat. Sementara dari sisi arti, maka duriat itu adalah sebuah istilah mendalam tentang rasa cinta yang cenderung sebuah takdir sehingga sulit untuk menghindarinya jika sudah terjadi. Ahaay… cinta cintaan.
Udah ah nggak usah nglantur, ini mau cerita ngopi kok jadi kesana kemari.

Tiba di area wisata Tanjung Duriat langsung keluar tempat parkir yang luas, menuju jalan besar yang resik dan terlihat beberapa struktur besi yang cukup instagramable sekaligus terdapat meja kursi sebagai pos tinjau yang menghadap langsung ke arah genangan air di waduk jatigede. Begitu luas dan memanjakan mata. Maka prosesi menikmati kopi harus segera terjadi, tangan beraksi dan botol coldbrew langsung disimpan di meja disertai gelas kaca mini kesayangan.. jeng jreng. Maka tuangkanlah, abadikan dengan kamera smartphone dan bersiap disebarkan ke dunia hehehehe.

Ternyata lokasi wisata tanjung duriat ini masih luas, Penulis penasaran, maka lanjut berjalan kaki menuju ujungnya. Maka ada nama TANJUNG DURIAT yang besar dan menjadi tempat pentung bagi pengunjung sebagai keabsahan bukti sudah sampai disini. Terdapat juga saung – saung untuk botram dan tempat – tempat untuk bersantai serta beberapa cafe sudah hadir disana sehingga pilihan makanannya beragam. Bisa mekdi (mekel di imah) ataupun jajan di cafe dan kios – kios yang tersedia.

Terdapat juga menara pandang yang luas dan bisa menampung banyak orang untuk berpose dengan latar belakang keindahan waduk jatigede yang menawan. Lalu pose kedua adalah ngopi di dalam saung dan berlatar keindahan waduk. Sebenernya penulis pesan juga kopi manual brew dari cafe yang ada. Sayangnya keburu disruput sambil nikmati suasana, jadi nggak sempet photo tuh kopi. Untung saja kopi coldbrew bawaan masih ada, itu saja yang di abadikannya. Cetrek dan sruput.

Itulah kisah ngopiku kali ini di tanah penugasan pertama bekerja di duapuluh tahun silam. setelah cukup lama tidak beredar di sumedang. Happy weekend kawan, selamat beraktifitas bersama keluarga tercinta. Eh tapi kecuali yang dapat tugas dinas di weekend ini, ya atur – atur saja. Wassalam (AKW).

NGOPI, BANDROS & GEDUNG NEGARA

Sruput kopi di Kota penge-TAHU-an.

SUMEDANG. akwnulis.com. Disaat perut mulai keroncongan maka disitulah mata segera beredar dan otomatis kepala bergerak celingukan atau menoleh ke kanan dan ke kiri secara perlahan untuk mencari sasaran yaitu pedagang makanan yang tepat untuk menghentikan nyanyian perut yang kian menggila.

Apalagi sudah ada rencana untuk menikmati sajian kopi manual brew yang sengaja  dibuat sendiri dan dibawa dari rumah karena khawatir di tempat tujuan akan kesulitan mencari kopi manual yang diseduh dengan filter V60. Kalau bekal khan aman ya friend, tinggal cari titik lokasi yang tepat, buka kopi yang dibawa dan bersiap diambil gambarnya oleh seseorang yang baik hati membantu. Tapi jika tidak ada maka berswaphoto saja, tinggal paskan saja gambarnya. Cetrek, selesai.

Disaat mata beredar mencari pedagang, pandangan tertuju pada monumen Lingga yang berada tepat di tengah alun-alun Kota Sumedang. Bergeser sedikit memandang ke arah kiri terlihat mesjid agung sumedang yang penuh nilai sejarah. Nah diantara monumen dan mesjid agung itulah terlihat berkumpul orang – orang dengan berbagai aktifitas. Diyakini disitu pasti ada pedagang makanan. Tinggal makanan atau jajanan apa yang akan dipilih.

Maka sekarang kedua kaki bergerak melangkah menuju satu posisi pedagang yang sedang sibuk mengolah dagangannya. Pilihannya langsung jatuh pada pedagang bandros.

Temen temen tahu tentang bandros khan?”

Tahuuu!!”
“Eh bandross”

Bandros adalah kue tradisional khas sunda yang terbuat dari campuran tepung beras, daun suji, santan dan kelapa parut sehingga rasa original yang dihasilkan adalah asin gurih. Ada juga varian dengan taburan gula pasir, tapi penulis lebih senang dengan bandros rasa original.

Tanpa banyak basa-basi segera meminta bandros tersebut, lalu pedagangnya memberikannya dengan bonus kantung kresek. Tak lupa 1 lembar 20 ribuan diserahkan kepada mamang pedagangnya. Mamang pedagang dan penulispun tersenyum, sebuah senyuman pagi yang penuh keakraban.

Maka sarapan pagi segera dilakoni dan bandros sekantong kresek ludes hanya bersisa kertas sebagai alasnya saja. Mungkinkah ini yang disebut kelaparan atau memang kemaruk hehehehe.

Barulah setelah selesai prosesi sarapan pagi dengan bandrosi dimulailah agenda ngopi dengan 2 tempat yang berbeda.

Pertama adalah didekat monumen Lingga yang berada tepat di tengah – tengah alun – alun sumedang ini. Monumen Lingga adalah bangunan cagar budaya yang dibangun pada masa hindia belanda untuk mengenang jasa dari bupati sumedang Pangeran Aria Suria Atmaja (1883 – 1919). Maka segera berpose dan sruput cold brew yang latar belakangnya bangunan bersejarah ini. Cetrek.

Kedua adalah berlokasi di dekat museum prabu geusan ulun, tepatnya di depan Gedung negara Sumedang yang merupakan rumah dinas bapak Bupati Sumedang yang saat ini dijabat oleh Bapak Donny Ahmad Munir. Sebuah tempat yang kebetulan juga penulis pernah menjadi penghuni salah satu bagian dari kawasan gedung negara ini di akhir tahun 2000.

Tulisan lengkapnya tentang memori di gedung negara bisa di klik di GEDUNG NEGARA & AKU.

Maka kali ini biar teman penulis saja yang menjadi modelnya, langsung sruput kopi tapi mohon maaf jika harus minum sambil berdiri. Mohon maklum buru – buru karena ternyata sang waktu tak bisa kompromi dengan janji. Sruput sruput cetrek langsung pergi. Selamat hari jumat pagi. Wassalam (AKW).

Jangan Kecewa Ngopi Aja.

Awalnya begitu masygul tapi akhirnya bersyukur….

CIMAHI, akwnulis.com. Dikala sebuah keputusan hadir dan memberikan judge-nya kepada kita. Tentu dengan kalimat sopan dan tertata, yang isinya adalah sebuah pernyataan sederhana, kalimat pamit dari sebuah tahapan cerita. Kalimat yang template dari sebuah tahapan kompetisi yang dijalani, biasa saja sebenernya.

Tetapi… ternyata menghadirkan segumpal masgul dalam dada. Mengapa harus berakhir secepat ini?. Lalu setan mengipasi rasa penasaran ini sehingga bergeser menjadi buruk sangka dan mulai menelusuri seseorang yang mungkin membuat ‘penjegalan‘ ini terjadi.

Mulailah otak suudzon menelusuri orang – orang yang berurusan dan berhubungan dengan aktifitas ini. Memadankan dengan kemungkinan – kemungkinan hingga akhirnya memgkristal kepada rasa benci dan memberi ciri pada nama seseorang.

Padahal, jika dimaknai dengan pemikiran yang jernih. Bukan itu yang seharusnya terjadi. Maka perlu hadir penyeimbang rasa agar pikiran bisa jernih dan terhindar dari buruk sangka. Caranya bagaimana?….

Pertama tentu sebagai umat muslim adalah mengucapkan Istigfar ‘Astagfirullahal adzim’ minimal 3x dan duduk dengan menarik nafas fanjang… eh panjang. Berulangkali lakukan dan biarkan otak dibebaskan dari aneka pikiran yang mengganjal. Biarkan semua mengalir dan perasaan lebih tenang.

Setelah itu barulah beranjak pada tahap kedua yaitu mencari stok biji kopi yang tersedia dan langsung menggelar prosesi penyeduhan kopi dengan menggunakan filter V60. Disaat membuka kotak stok kopi ternyata ada 2 jenis kopi yang ada yaitu Arabica Papua Pegunungan Bintang dan Arabica fullwash maribaya Tonas Kopi. Maka dikala memegang biji kopi tetsebut bayangkanlah sebagai bentuk emosi suudzon kita tentang apa yang terjadi dan mari kita hancurkan dengan grinder kopi sehingga menjadi serpihan biji kopi dan harapan untuk diseduh menghasilkan rasa kohitala yang mendamaikan.

Maka komposisi 40% arabica papua dan 60% Arabica full wash tonas kopi yang menjadi pilihan dengan pertimbangan tetap ada acidity dominan yang menjadi penggugah rasa ditengah gempuran kopi papua yang mengusung body maksimal.

Proses dulu…

Terasa kekecewaan di awal tadi terasa perlahan menghilang dan berkurang dan menghilang, tergantikan oleh kesadaran diri bahwa semua ini hanya sebuah latihan dalam fragmen kehidupan saja. Mengaduk emosi dan mengendalikan nafsu yang ada, padahal semua adalah sandiwara dunia saja. Ingatlah bahwa senang dan kecewa adalah rangkaian perjalanan yang menjadi suka duka kehidupan. Juga hampir saja menuduh seseorang yang menjadi biang kerok kegagalan, padahal memang takdirnya begitu dan mungkin saja konsep yang disajikan bukan hal luar biasa pada momen kali ini. Jadi slay saja kata kids jaman now mah.

Alhamdulillah akhirnya pembuatan kopi manual tuntas sudah. Disandingkan dengan 2 bungkus biji kopi sebagai sumbernya. Menjadi treatment pengedalian emosi diri dan mengubah kecewa menjadi kecewe…. eh dari kecewa menjadi rasa suka.

Jadi itu tips pribadi kalau sedang galau karena kecewa terhadap kenyataan yang ada. Diawali istigfar dan dilanjutkan nyeduh kopi agar lebih segar.

Mari kita sruput bersama sajian kopinya dan jangan lupa memaknai kebersamaan bersama keluarga tercinta di malam minggu ceria dengan bercengkerama dan tertawa bersama. Wassalam (AKW).

GERAK CEPAT, ternyata..

Bergerak cepat dalam agenda ketat, ternyata….. ngopi dulu aja.

BANDUNG, akwnulis.com. Agenda kegiatan kedinasan begitu bertumpuk dan berkaitan. Pembagian tugas dan peran dalam tim menjadi tumpuan, meskipun beberapa agenda memang harus hadir secara pribadi karena perlu pengawalan dan penghormatan. Sementara agenda lainnya penting juga karena membahas sebuah agenda besar yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi.

Akhirnya rumus skala prioritas menjadi perhitungan meskipun mungkin memiliki subjektifitas tinggi tapi minimal mengeliminir ketidakpuasan dan rasa kekuranghormatan. Tapi dari pusat menjadi konsentrasi pertama dan disetting agenda pertemuan lebih pagi sehingga selanjutnya bisa bergabung di rapat lain yang mengundang multi stakeholder. Eh ternyata ada rapat juga yang cukup strategis terkait perencanaan pembangunan gedung pelayana, ya udah belok dulu dan setelahnya baru bergabung di aula besar untuk mengikuti pertemuan dalam posisi.menutup acara… hehehe ya by feeling saja untuk kesimpulannya ditambah bisikan singkat dari rekan kami yang memimpin pertemuan ini dari awal tadi.

Jangan tanyakan makan siang karena memang waktu terasa begitu cepat bergerak, apalagi satu agenda lagi tentang pengumpulan eviden dari sebuah sistem pengawasan eksternal yang juga perlu segera dipenuhi. Makan siang lewat, tapi kalau shalat dhuhur tetap harus sempat.

Tiba-tiba telepon berdering dan melihat siapa yang menelepon langsung diangkat dan sebuah kabar mendadak untuk hadir rapat exit meeting dengan pemeriksa eksternal dengan lokasi di kantor pusat. Tanpa banyak tanya, langsung bergerak dan bertindak. Karena memang posisi kantor di luar kota bandung atau tepatnya bandung coret dan menjelang sore ini tentu lalu lintas paha seksi  (padat terhambat seluruh jalan terisi), maka pilihannya menggunakan roda dua yang bisa mempercepat pergerakan dengan kelincahannya menembus kemacetan.

Ngeeeng…. ngeeeng… Motor meliuk dan bergerak cepat. Alhamdulillah tiba di tempat rapat dan setelah memastikan kepada petugas, langsung masuk dan duduk di kursi yang kosong.
Setelah duduk dengan sejumlah cucuran keringat dan engah nafas yang masih diatur plus rambut yang teracak oleh permukaan helm bergegas buka smartphone untuk melihat apakah ada kiriman dokumen via whatsapp sebagai bahan pertemuan sore ini.

Tring…. ada surat undangan pdf tentang pertemuan exit meeting ini tetapi divisi kita tidak diundang. Hanya 4 divisi yang menjadi lampiran undangan. Walah apa yang salah?….

Ternyata….. jawabannya datang sesaat kemudian dari bapak yang menelepon tadi. Sebuah luncuran kata maaf dengan ekspresi penuh kesalahan, karena menyangka diri ini masih bertugas di divisi lama. Padahal 3 bulan lalu sudah bergerak dan berpindah di divisi yang berbeda hehehehe.

Ya sudah karena memang sudah di tempat meeting, lanjutkan saja mengikuti sampai akhir, siapa tahu mendapatkan informasi dan wawasan yang berguna sekaligus bercengkerama dengan rekan – rekan divisi lama yang hadir pada pertemuan ini.

Sebuah hikmah yang menjadi catatan penting atas kejadian ini adalah jangan terburu-buru meskipun yang neleponnya orang penting, lakukan cek dan ricek dulu baru bergerak. Eh tapi juga ini bentuk loyalitas sehingga tanpa ba bi bu lagi, berangkaaat.

Selanjutnya mungkin perlu juga diinformasikan bahwa sudah berpindah jabatan. Ah tapi nggak usah, biarkan saja. Hikmah lainnya adalah bisa berada di pusat kota dan akan segera beredar mencari makanan berat untuk mengganti makan siang yang terlewat. Sebagai sinyal kelaparan adalah rasa pusing sebelah yang mulai mendera, sinyal salatri.

Tapi ada juga obat mujarab sebelah sini, sajian kohitala kopi hitam tanpa gula arabica puntang di Gesa Cafe menjadi pendamai dari segala kericuhan hari ini.

Selamat menikmati dinamika pekerjaan dengan suka dukanya. Tetap semangat dan bersyukur. Wassalam (AKW).

3 Pesan moral di KOPI KLOTOK.

Menggali makna di kunjungan kedua ketiga dan seterusnya..

KALIURANG. akwnulis.com. Memarkir kendaraan agak jauh dari tempat yang dituju terpaksa dilakukan karena ternyata begitu banyak kendaraan yang ada dan terparkir berderet memenuhi lahan parkir juga halaman penduduk yang ada. Hilir mudik manusiapun tak terelakkan, tapi itulah kenyataan. Maka langkah kaki menjadi tergesa karena tahu akan apa yang dihadapi selanjutnya.

Benar saja, sesaat memasuki halaman rumah model sederhana beratap genting tanah seadanya sudah mengular antrian manusia menuju pintu masuk yang terbuka dan menyebarkan aura kesetaraan dan kesabaran.

Mengapa disebut setara dan butuh kesabaran?” Seorang kawan yang baru sekarang berkesempatan datang kesini bertanya penasaran. Jawaban pertama adalah jawaban universal yaitu dengan senyum yang seimbang. Dilanjutkan dengan orasi bersemangat sambil pelan tapi pasti melangkah mengikuti antrian. Disebut setara karena disini tidak ada urusan pangkat baik jenderal atau kopral, juga tidak ada atasan bawahan, tidak ada juga orang kaya dan orang miskin ataupun yang nanggung yakni kaya belum tapi gayanya nggak mah kalah hehehehe… juga yang sosialita dengan tas brandednya sama saja dengan emak bersahaja yang penampilan sederhana, intinya semuanya sama, antri dan tak perlu dirapihkan. Semua otomatis menyesuaikan.

Kalau urusan kesabaran, sangat jelas terpampang depan mata. Suhu panas, desak desakan, keringat bercucuran, tapi semua ikut antrian. Ada sih yang sedikit cemberut tapi mayoritas hepi hepi aja dan sambil bercanda. Padahal buruan atau yang ditujunya adalah sajian makanan dan minuman sederhana. “Tapi mengapa banyak orang memburunya?’

Dari celotehan dalam antrian dapat ditebak bahwa banyak pengantri bukan yang pertama datang kesini. Mereka terlihat senang dalam antrian dan bersiap mengambil giliran. Piring seng dipilih lalu ambil nasi sendiri dan memilih sayur lodeh yang tersedia. Pilihanku kali ini adalah sayur lodeh rawit karena butuh kepedasan untuk melengkapi cucuran keringat ini ditambah sambel dadaknya dan telur dadar khas rumah makan ini serta yang tak kalah pentingnya adalah sajian kopi sederhana yang menjadi judul rumah makan beken ini, rumah makan KOPI KLOTOK KALIURANG.

Tak lupa pesan juga pisang gorengnya yang nikmat dimakan bersama panas panas. Tanpa bicara menit, pisang goreng sudah sirna dari piringnya dan bersemayam di perut masing-masing. Nikmat gan.

Setelah dapat makanan tentu ada perjuangan selanjutnya yaitu mencari meja atau tempat kosong. Disini rumus kesetaraan dan kesabaran kembali hadir, maka bisa saja semeja dengan orang yang tidak dikenal dan terjadilah perkenalan sehingga menjadi akrab bak saudara yang dipertemukan disini. Kebetulan kali ini rombongannya berbelas orang. Jadi berbagi tugas saja, ada yang antri dan ambil 2 porsi, ada juga hunting meja dan menduduki dengan setia serta satu tim lagi berburu minuman baik kopi klotok sebagai ikon juga kopi susu dan es reh manisnya yang dingin dan manis… ya iya atuh namanya juga es teh, gimana seeeh.

Pesan kopinya di tempat terpisah tapi kebetulan dekat dengan meja yang sudah diduduki tim pemburu meja, jadi begitu mudahnya memesan tambahan minumannya, bisa es jeruk atau jeruk es. Bagi yang penasaran apa itu kopi klotok maka ini penjelasan lengkapnya, klik saja KOPI KLOTOK. Sebuah tulisan singkatku beberapa tahun lalu menjelaskannya.

Selanjutnya ada pesan moral ketiga setelah kesetaraan dan kesabaran, yaitu kejujuran. Ini dilakukan pada saat transaksi pembayaran, sang kasir hanya bertanya apa yang kita makan dan disebutkan angka sekuan rupiah, bayar dan pulang. Jikalau bohongpun tidak ketahuan, tapi disini semua jujur atau berusaha jujur. Pikiran jadi melayang ke istilah di priangan ‘darmajidahar lima ngaku hiji (makan lima tapi mengaku hanya satu) atau perilaku ini disebut ‘ngalibur.’ Perilaku remajaku yang sudah ditinggalkan karena merugikan pemilik kedai, warung atau rumah makan.

Beranjak ke halaman belakang ternyata banyak orang yang gelar tikar dan duduk lesehan dengan riang gembira serta jalan jalan di pematang sawah dengan kehijauan padi yang mendamaikan. Termasuk juga aroma romantisme muda mudi yang sedang pedekate ataupun sekedar pacaran sambil lesehan di tikar pandan ditemani sajian makanan dan minuman sederhana yang secara tak sengaja tertangkap jepretan kamera.

Maka seruputan kopi klotok di halaman belakang ini menjadi penutup kenikmatan siang ini, namun kembali menguatkan kenangan bahwa sajian makanan dan minuman sederhana ini memiliki makna mendalam seolah mengobati kerinduan rasa dan suasana dari sajian alami neneng moyang… eh nenek moyang yang wajib didatangi dan dinikmati lagi dikemudian hari. Menikmati kesetaraan, kesabaran dan kejujuran dalam satu frame aktifitas makan siang yang tak terlupakan. Wassalam (AKW).

COLD BREW Coffee GAMBINO

Suasana panas saat yang tepat lakukan sruputan pendinginan dengan minum kopi coldbrew.

CIMAHI, Akwnulis.com. Suasana gerah dan suhu yang panas di siang hari sedikit menyiksa raga dan mengganggu mood yang ada. Ditambah panas tubuh yang hadir dari dalam karena pembakaran kalori dan penimbunan lemak dari asupan makanan yang mayoritas karbo dan gula. Diawali oleh gehu dan bala-bala, dilanjutkan 2 buah roti unyil dan 2 biah bakpia melengkapi menu makan siang yang bersahaja. Sejumput nasi putih, yang ditaburi acar tongkol, tempe geprek pedas, tahu baso, dan tumis kiciwis serta kerupuk.

Maka rasa panas dari dalam dan luar ruangan melengkapi suasana dan menguasai raga sehingga pipi terlihat memerah dan nafas terengah. Maka pilihan untuk menceburkan raga pada kesegaran air dingin di kamar mandi menjadi prioritas. Buka pintu kamar mandi, jebur jebur jebur… sueger rek.

Tapi ternyata tak bertahan lama kawan, baru beberapa saat keluar kamar mandi ternyata pori – pori wajah kembali berkeringat padahal baru tuntas handukan. Begitu membara siang ini, oh my God.

Maka berbagai upaya harus dilakukan, pertama dengan berwudhu dan berlama-lama menikmati kesegaran air dari keran pancuran di belakang rumah. Lalu shalat duhur di mushola ditemani semilir angin siang yang memberikan harapan. Alhamdulillah.

Badan sudah relatif adem, apalagi perasaan tentu lebih tentram setelah lapiran rutin kepada Illahi Rabb. Tapi memang suasana di luar rumah cukup panas dengan sinar mentari yang begitu tajam memancarkan cahayanya seolah begitu dekat dengan permukaan bumi ini. Maka perlu dilakukan tindakan pendinginan yang lebih komprehensif dan terpadu. Ealaaah bahasanya begitu meninggi….

Sebagai pelengkap kesegaran, maka teringat bahwa di kulkas punya kopi khusus. Sebotol kopi coldbrew bermerk GAMBINO yang dibeli beberapa hari lalu di KKV, itu toko yang lagi viral di Kota Bandung. Langsung segera menuju kulkas, buka pintunya dan pilihan mata langsung tertuju pada botol hitam bertuliskan COLDBREW coffee.

Botol hitam kopi coldbrew langsung dibawa ke halaman belakang ditemani gelas kecil kaca kesayangan. Sambil menikmati kehijauan di taman belakang maka botol dibuka, dikucurkan eh dituangkan ke gelas kaca dan langsung disruput dengan segera. Wuih rasanya seger kawan, dinginnya itu yang bikin nikmat. Kalau dari sisi rasa kopinya biasa saja malah cenderung hambar, tetapi sebagai produk kopi hasil proses coldbrew tentu sudah cukup.

Kelebihannya adalah packing produk dalam bentuk botol dan penamaan produk yang jelas serta sudah bisa bertengger di rak toko KKV tentu melalui proses kurasi yang cukup ketat. Sehingga jangkauan pasar cukup luas. Oke lah hayu sruput lagii….. ahh segaaar.

Sambil menyeruput coldbrew kopi ini teringat beberapa pertemuan dengan si coldbrew ini dan diabadikan menjadi tulisan. Beberapa tulisanku bersua dan menikmati coldbrew kopi ini diantaranya adalah :
1. Coldbrew di CUPBA coffee
2. Coldbrew at CALIA resto Melbourne
3. Algoritma Specialty Coffee
4. Coldbrew Biji Kang Yudha
5. Coldbrew Kelapa Muda Subang
6. Coldbrew di Korea

Bagi yang penasaran sebotol coldbrew coffee ini bisa menemukan di rak toko KKV PVJ Bandung atau mungkin di tempat lain, maklum baru ketemunya di satu tempat ini saja. Tapi kalaupun mau buat kopi dengan metode coldbrew di rumah juga tidak sulit kok guys. Step stepnya sederhana yang penting kualitas biji kopinya yang terjaga.

Selamat menikmati hari ini dan selalu bersyukur atas semuanya. Wassalam (AKW).

KOPI TELOR ASIN (KaTeA)

Akhirnya pecah telor asin.

BREBES, akwnulis.com. Setelah sekian purnama mendapatkan amanah tugas baru, maka momentum kali ini menjadi begitu bermakna. Karena akhirnya pecah telor bisa kembali bergerak lintas batas provinsi menyeberangi provinsi tetangga tentu secara kebetulan dirayakan dengan hadirnya telor juga, tepatnya telor asin.

Ada kebetulan yang seolah tidak disengaja, tapi itulah hal yang nyata. Apalagi keberangkatan kali ini penuh dinamika. Berbicara perubahan rencana sudah menjadi kelumrahan saja. Mulai dari jam keberangkatan, kendaraan yang digunakan hingga rencana acara yang akan dilaksanakan termasuk kepastian keberangkatan personil yang akan mengikuti perdin lintas provinsi ini.

Secara dampak tentu jelas, ada yang ngedumel karena berbagai dinamika ini. Ada juga yang sering diam dan terlihat lebih banyak merenung dan (mungkin) berdoa agar keberangkatan ini menjadi nyata. Juga ada yang cuek saja apa adanya dan menikmati setiap detik perubahan yang ada. Akhirnya plan E yang dipakai, pasukan terbagi menjadi beberapa kendaraan, beberapa waktu dan beberapa personil. Seru pokoknya.

Nah kembali ke core tulisanku yang mengaitkan diri serta tulisan dengan kopi, jangan dimaknai dengan kejenuhan dan kebosanan. Tapi itulah sudut kata yang menjadi penjuru imajinasi dan penguat semangat dalam membuat tulisan sehingga memunculkan citra tentang peminatan dan kekhasan dalam sebuah tulisan. Nah kebetulan itulah yang menjadi rangkaian cerita kali ini.

Kalimat yang cocoknya adalah ‘pecah telor’ dan ‘telor asin’ ditambah kopi jadilah KOPI TELOR ASIN. Cocok khan?… jangan nyebut memaksakan kehendak, tapi itulah sebuah cara menyatukan makna dan menambah pemahaman tentang arti kalimat dalam perspektif jalinan kata.

Trus gimana ilustrasinya om?”

Maksudnya nyambungin gambar kopi dan telor asin?.. gampang banget atuh. Pertama keluarkan dulu gelas kaca kesayangan dan kedua tentu dituangkan kopinya, kopi hitam tanpa gula dari termos eh tumbler mini pribadi. Lalu telor asinnya dibelah dan dibariskan dengan seksama. Ada telor asin original, telor asin pindang dan telor asin bakar. Telor asin biasa yang rasanya seperti telor asin umumnya hehehe.

Kalau telor asin pindang ada tambahan rasa rempah yang menyerap pada tekstur putih telurnya. Beda lagi dengan telor asin bakar, selain rasa khas telor asin juga ada rasa smoky yang khusus meskipun tetap rasa smoky-nya lembut. Berbarislah dengan segelas mini kopi, jadilah Kopi Telor Asin (KaTeA).

Jangan dibayangkan minum kopi dicampur telor asin mentah, bakal beranfakan semua. Rasa kopi bercampur amis telur bebek, perlu perjuangan untuk menikmatinya.
Telor asinnya jelas berasal dari sebuah kios di rest area Tol jateng pasca keluar dari Tol Cipali, sambil sejenak merenggangkan otot kaki karena duduk diam di dalam Hiace, juga menyempatkan diri sholat asyar di Mesjid Al Khobir atau mayoritas tujuan utama adalah menuju toilet demi menandai lokasi ini dengan menyimpan kenangan dan menitipkan sesuatu.

Itulah sejumput kisah sore menjelang malam ini, sebuah perjalanan menuju daerah Temanggung Jawa Tengah. Bismillahi Mazreeha Walmursaha, Wassalam (AKW).