Kopi Lintas Batas.

Perjalanan memaknai kopi lintas batas wilayah kota kabupaten…. cemunguut.

Photo : Suasana pagi di Depok City / dokpri.

CIANJUR, akwnulis.com. Setelah pembatasan medsos beberapa hari lalu, maka fasting breaking medsospun disambut dengan sukacita karena om Rudiantara mencabut kembali puasa akses gunakan medsos yang sudah menjadi warna denyutan kehidupan rakyat bangsa indonesia saat ini.

Dahaga bermedsos akhirnya kembali terpenuhi dan jikalau dihitung dengan ukuran kira-kira plus rumus sekenanya, ternyata tingkatan nafsu yang paling sulit dikendalikan di bulan ramadhan penuh berkah ini adalahhhh…… nafsu bermedsos (upss maaf klo salah).

“Ah kamu mah ngawur, nggak ada haditsnya bermedsos membatalkan puasa”

“Yang membatalkan shaum itu makan minum dan bersenggama”

Sudahlah nggak usah diperdebatkan, yang pasti menahan nafsu dan mengendalikannya adalah hal WAJIB di bulan ramadhan ini, sekaligus latihan penting untuk diimplementasikan di 11 bulan selanjutnya.

Alhamdulillah sekarang bisa buka medsos lagi, ngecengin agenda para selebgram sambil tak lupa pasang status kekinian…. tuhhh khaaan… nggak kuat klo nggak ngoprek medsos barang sehari saja… kecuali dipaksa sama pemerintah 🙂 … itupun pada latah pasang VPN gratisan yang tentu miliki banyak resiko…

Pas buka IG, terlihat statusnya Taqi malik, ‘Sahur di Abu dhabi, berbuka puasa di Mesir’….. wuiih shaum lintas negara. Maka tulisan inipun musti ikutan dengan statusnya Taqi ah… supaya kekinian gaul abiiez.

Maka judulnya adalah…. ‘Sahur di Depok dan berbuka shaum di Cianjur’…. nah lintas batas negara kabupaten kota lho… batas Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, hingga akhirnya memasuki wilayah Kabupaten Cianjur…. lebih kereeen… ini melewati 4 wilayaaah. (Maaf yach klo maksa… tapi perjalanan cukup lama lho, bisa nyampe 6 jam-an).

Coba klo bandingin perjalanan dari Abu dhabi ke Mesir, klo pake Etihad airways itu cuma sekitar 4 jam perjalanan (penerbangan) menempuh jarak lurus 2624 km dengan kecepatan 700km/jam…… Sementara dari depok ke cianjur lebih lama dari itu, pake pesawat Toyota rush keluaran lawas…. kecepatan maksimal 90km/jam, sebanding khan?…. Nggak banget. Tapi itulah kondisi sekarang, sering banyak analisis perbandingan yang sebenernya nggak sebanding, tapi sudahlah….

Photo : Senja di Cianjur / dokpri.

Sahur di depok diwakili oleh sajian kopi Arabica gayo di Cafe juliet juga Noe Reborn Cafe Library yang bersua dengan si meong lucu dan seneng banget berpose dengan kopi berlatar belakang buku-buku di perpustakaannya.

Lalu setibanya di Cianjur, setelah membatali diri dengan air mineral maka dilanjutkan menikmati kopi Arabica Tangkuban parahu di AR7_coffeecorner, Alhamdulillah.

Begitulah perjalanan menikmati kopi lintas negara kabupaten kota, dari sahur hingga berbuka puasa. Selamat menikmati hari, jangan lupa ngopi. Wassalam (AKW).

Nikmati Kopi Gayo di Juliet.

Menikmati Kopi Gayo di Kota Depok..

Photo : Aceh Gayo by Aeropress / dokpri.

DEPOK, akwnulis.com. Melangkahkan kaki di sepanjang jalan Margonda ditemani berisiknya suara mobil dan motor yang bergerombol dalam lautan kemacetan, terasa sebuah tekanan kehidupan yang musti dihadapi day by day.
Wajah-wajah lelah dibalik helm mereka, berbaur juga helm dan jaket hijau para pejuang ojol (ojeg online) mengantarkan penumpang menuju tujuan masing-masing.
Suara klakson dan bisingnya mesin menjadi musik harmoni keterpaksaan yang harus diterima dengan kepasrahan. Semoga semua sabar menjalani kehidupan.

Jalan kaki terus berlanjut, naik turun trotoar jalan Margonda yang terkadang terhalangi oleh gerobak dorong pedagang ataupun kumpulan motor pejuang ojol yang menunggu panggilan di aplikasi. Jadi berjalan di pinggir jalanpun harus hati-hati plus konsentrasi.

Photo : Ruangan Juliet Cafe / dokpri.

Tetiba di pinggir jalan sebuah bangunan putih terlihat terang benderang dan kayaknya ada sajian kopi yang mungkin saja bisa ikut mewarnai hari, khususnya malam ini di sebuah kota satelit ibukota, yakni Kota Depok meskipun hanya beredar di area terbatas jalan margonda.

Namanya Juliet cafe, masuk aja. Nuansa simpel dan elegan menyambut diri, tapi sudah tidak berfikir pilihan menu yang akan tersaji, fokusnya satu, pesen kopi.

Sesaat basa basi dengan pramusaji, akhirnya menjatuhkan pilihan pada sajian manual brew menggunakan aeropres bukan v60 (katanya sih memang nggak tersedia, ya sudah…. kita coba).

Pilihan bean kopinya pun simple, hanya ada gayo saja untuk manual brew tapi untuk menu kopi lainnya mereka menggunakan houseblended_coffee. Ya sudah gayo pake aeropress aja.

Kafe ini baru direnovasi setelah 2 tahun terbengkalai, dan mengusung tema baru beserta aneka fasilitas yang ada, termasuk tersedianya ruang meeting di lantai 3 yang juga bisa di sewa. Buat gathering dan juga meeting.

Disinipun tersedia pilihan untuk membeli bean kopi, tapi hanya terbatas di display saja…. harap maklum donk, ini khan buka kafe atau kedai kopi… jadi kopi bukan bagian yang utama….

“Ih aku mah pengen kopiiii”
“Berarti kamu salah masuk cafe”

Gitu diskusi dalam kepala, tapi akhirnya sepakat bahwa tak usah berdebat ah, udah nikmati aja. Sruput, rasakan, tulis, edit, postinglah pada dunia juga broadcast via WA.

“Khan WAnya lagi down?”
“Iya bener, tapi share link blog sih baik2 saja, lagian bukan ngirim hoax ini mah….”

***

Photo : Display kopi di cafe ini / dokpri.

Akhirnya sebuah sajian kopi hadir menghampiri, cangkir merah dan aeropressnya datang serta langsung mengambil posisi di meja. Gula dan sendok ditolak karena bertentangan dengan prinsip nikotala.

Currr…..

Srupuuut…

Overall lumayan bisa menikmati kopi tanpa gula. Tapi karena media seduhnya adalah aeropress maka sajian yang dihasilkan masih mengandung bubuk-bubuk kopi yang mengeruhkan. Kopi gayo yang tersaji lebih cenderung mirip biji robusta, less acidity and strong body, atau mungkin beannya hasil roasting dark roast atau juga air untuk menyeduhnya terlalu panas sehingga yang hadir lebih cenderung rasa bean hangus… ah sudahlah… sruput saja. Lagian khan bukan cafe spesialis black coffee juga.

Sruput lagiie… tandas.

Harga 21ribu bagi sajian ini, menjadi pantas karena bukan hanya kopi yang dihitung tapi suasana kafe yang perlu perawatan agar senantiasa bersih dan elegan.

Tadinya moo kepo nanyain romeo, khan ini cafe juliet… tapi ternyata asal kata namanya cafe ini nggak urusan sama romeo tetapi didasari dari nama Julianna, sang pemilik. Selamat menjalani malam ramadhan di Kota Depok guys, Wassalam (AKW).

AR7 coffee Cjr

Pasca berbuka dilanjut ngopay di AR7-coffeecorner Cianjur

Photo : Arabica Tangkuban parahu di AR7_coffeecorner / dokpri.

Berbuka puasa terasa bahagia
Meskipun dalam posisi berada di sebuah kota
Setelah batalin dengan setetes aqua
Dilanjutkan dengan makan bersama

Lalu beranjak mencari
Sesuai yang hakiki
Cairan hitam penuh arti
Namanya kopi yaa kopi

Ternyata gayung bersambut
Hanya selemparan batu kopi menyambut
Tanpa rame-rame dan ribut
Semuanya sudah pasti berurut

AR7_coffeecorner itu namanya
Menunya banyak tempatnya enak
Pilihan kopinyapun nikmat
Manual brew minum di tempat

Pilihannya tetep v60
Bikin rasa yang jadi pasti
Arabica Tangkuban perahu yang dinikmati
Diolah cermat oleh barista sejati

Photo : Suasana AR7_coffeecorner / dokpri.

Rasa yang hadir cukup menawan
Acidity medium dan body sepadan
Tidak ninggal dan ringan di organ
After taste berry bikin bertahan

Inilah kisah berbuka di negeri orang
Setelah hampir 3 hari nggak pulang
Demi jalani tugas yang datang
Komitmen sebagai kuli pejuang

Selamat menjalani kehidupan
Yang senantiasa bergerak penuh perbedaan
Jalani syukuri sembari bersimpuh
Nikmati adalah sikap yang ampuh.

Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

***

Lokasi : Bojong, Karang tengah Cianjur.

Kopi berbulu.

Udah lama nggak bikin sajak, nulis aah.

DEPOK, akwnulis.com. Sajak dulu yaaa…..

***

Photo : coffee & cat / dokpri.

Pertemuan dengannya tidak disengaja
Tetapi itulah kejadian nyata
Semua terjadi apa adanya
Tanpa ada yang bisa menghalanginya

Plang merah sebagai penanda
Menarik raga untuk memasukinya
Ternyata aneka kopi menyambut dengan tangan terbuka
Bersiap dinikmati dengan berbagai cara

Terpilihlah kopi gayo arabica
Diseduh manual dengan filter setia
V60 memberi sensasi pasti
Aroma rasa dan keasaman nyaris sempurna

Disaat menunggu kedatangan kopi
Disitulah dirimu menanti
Lembutnya dirimu menggetarkan hati
Menyegarkan fikir setelah perjalanan tanpa henti

Sambil membaca aneka buku
Kamu tersenyum hilangkan kaku
Mencoba berbincang diantara kuku
Malam termangu menjadi haru

Para pembaca tidak usah mengharu biru
Ini hanya pertemuan terbaru
Sejumput raga diriku
Dengan seekor kucing berbulu

***

Wilujeng ngopay… eh jangan sekarang mah, ntar batal. Wassalam (AKW).

Kopi & Puasa.

Nyeduh kopi di bulan penuh berkah, butuh seni dan nilai tambah.

Photo : Menu berbuka puasa dengan yang manis / dokpri.

PADALARANG, akwnulis.com. Sebuah kebiasaan akan membentuk watak, rutinitas menghasilkan budaya jika dikerjakan oleh banyak orang. Begitupun kebiasaan – kebiasaan yang dianggap sederhana, akan menyisakan jejak tindakan di dalam otak tentang sebuah peta perilaku manusia.

Terkait kebiasaan ngopi…… eh minum kopi juga sama. Setelah setiap hari minum kopi #tanpagula serta diberi kemudahan oleh Allah untuk bisa menikmati aneka cita rasa kopi yang sangat bervariasi, maka bulan ramadhan inipun harus bisa mengendalikan habipi (hawa bikin kopi)….. maksudnya bikin kopi di waktu berpuasa yaitu dari adzan shubuh ke adzan magrib.

“Kok sampai di-warning gitu gan?”

“Harus ituu!!!” jawaban berapi-api karena memang pengalaman diri sendiri. Apalagi baik di kantor dan di rumah, peralatan seduh manual ready every time.

Di kantor lebih lengkap lagi, mulai dari grinder, pemanas air, timbangan digital, termometer, gelas server, corong v60, filter, gelas kaca mini, teko leher angsa dari kaca, dan tentu beraneka bean yang siap grinder. Trus nyeduhnya nggak kenal waktu, bisa pagi, siang dan sore… suka-suka aja… dan dipastikan tiap hari digunakan untuk menyeduh kopi atau berulang-ulang.

Di bulan shaum, singkirkan dulu aneka peralatan tersebut dan masukan di lemari, khawatir reflek buka bungkus bean yang ada lalu digiling pake grinder trus… seduuuh aja dan srupuuut.

Syukur klo lupa lagi shaum sampe tuntas sruput…. tapi klo baru giling bean trus inget lagi shaum… bete donk, apalagi ke adzan magrib masih lama…… kebayang khan?

Photo : Kopi dan cangkir nangkub / dokpri.

Nah klo di rumah sih… kesempatan menikmati kopi bisa dilakukan setelah berbuka shaum, jadi peralatan kopi yang ada tidak harus terpenjara di lemari, tetapi cukup di telungkupin aja cangkir sengnya di nampan bersama teko goose neck dan tentu kopi yang akan diseduhnya…. itu tandanya jangan digunakan sebelum waktunya.

Beberapa kopi sudah antri untuk di seduh, tetapi bulan ramadhan penuh berkah ini harus lebih disibukkan aktifitas ibadah di bandingkan prosesi kopi (baca pencitraan diri….), ditambah dengan gangguan intensif dari anak cantik sang buah hati yang senantiasa ikut sibuk jikalau bersiap nyeduh kopi pake v60 di malam hari.

Akhirnya….. sikap sabarlah yang menolong kita. Contohnya sabar menunggu anak tidur dulu, baru bangun trus nyeduh kopi…. eh ternyata ikutan ketiduran sampai waktu sahur, jam 04.00 wib…. mana sempet prosesi manual brew dengan waktu yang terbatas… ya sudah.. besok lagi… besok lagi…. dan nggak jadi.

Photo : Cafe Otutu Leuwigajah / dokpri.

Akhirnya sempet juga ngopi dengan mampir di cafe deket rumah, itupun sebentar saja, demi ngopi yang sudah menjadi kebutuhan eh keinginan sejati.

Selamat berpuasa kawan, yang suka ngopi yaa… nanti setelah adzan magrib baru bisa kongkow dan ngopi, atau ngajakin diriku untuk ngopi bareng, pastinya setelah shalat tarawih dan witir supaya tenang hati. Wassalam (AKW).

Kopi Tri Tangtu penghapus pilu.

Move on bersama arabica Tri Tangtu…

Photo : Salah satu patung di Hotel Borobudur Jakarta / dokpri.

JAKARTA. Akwnulis.com. Sebuah tanya mungkin menggantung di ujung cerita. Begitupun kehidupan, tidak akan berakhir dalam satu jalinan kata tetapi terus berubah dan berganti pasangan kata. Ada suka diselingi duka, ceria berkawan erat dengan cemberut, tertawa terbahak berpadu dengan lelehan air mata kesedihan serta pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan… itulah hakikat kehidupan.

Setelah dua tulisan yang menyiratkan kedukaan, yaitu Kopi Tubruk kegalauan dan Lara di Pantura….. maka dalam tulisan ini berusaha move on dan mengumpulkan kembali serpihan semangat, merajut lagi keceriaan dan senyuman demi melanjutkan perjalanan kehidupan fana yang hanya sebentar saja.

Hakikatnya hidup hanya singgah sebentar, lalu bergerak kembali menuju tujuan kehidupan abadi yang sebenar-benarnya.

Jadi tidak usah terlalu terlarut dengan kesedihan, meskipun itu yang menguras rasa dan suasana tertekan. Memang menjadi berat karena harus berperan menjadi bagian dalam menentukan atau cukang lantaran (penyebab) berubahnya nasib seseorang secara drastis.

Photo : Kopi Arabica Tri Tangtu Pulosari / dokpri.

Padahal itulah yang terbaik baginya, untuk semua pihak sebagaimana sudah tercatat di lauh mahfuz… di atas langit sana.

Trus gimana caranya me-move on-kan diri dan kembali ke rel kehidupan yang selama ini dijalani?”

Pertanyaan yang cukup mendasar dan sulit dijawab, karena dengan semua peristiwa yang telah terjadi tentu ada hal akan berbeda dengan makna ‘suasana sediakala‘…. tetapi minimal menjadi sebuah ujian keseimbangan psikis untuk tetap bisa fokus meskipun realita tidak bersahabat dengan harapan dan keinginan.

Keyakinan tentang takdir Allah adalah jawaban yang paling hakiki atau fundamental, sementara secara teknical perlu mood booster agar ketenangan raga dan jiwa kembali stabil dan menempatkan logika pada dudukan rasionalnya melalui treatmen suasana dan sajian kopi arabica atau robusta.

“Deuh kopi lagi… nggak ada yang lain ini teh?”

“Kalem masbro… kopi itu banyak ragam banyak rasa dan banyak cerita, makanya jangan khawatir kehilangan makna, serta punya kemampuan untuk dikait-kaitkan dengan aneka peristiwa”

“Trus kopi apa yang sekarang akan dibawa-bawa dalam kisah kita?”

“Ini aja….” tangan kanan menggenggam bungkus kopi arabica Tri Tangtu Pulosari Village dan tangan kiri Kopi Arabica Tri Tangtu Bali Heaven.

Weleh weleh… seriusan geuning”

Sebuah senyum menjadi pembuka prosesi seduh manual v60 bagi kedua varietas kopi arabica ini. Dengan suhu 86° celcius dan perbandingan 200 ml air versus 15 gr kopi bubuk kasar-alus, maka tersajilah mood booster penyeimbang kehidupan dan penglipur lara dari duka yang baru saja terjadi, baru saja terlewati. Sebuah cerita takdir yang tak bisa dihindari.

Photo : ARabica Tri tangtu Bali Heaven / dokpri.

Arabica Pulosari Village menghadirkan acidity dan body medium berpadu dengan aroma khas kopi pangalengan varietas sigararuntang yang mengusung after taste fruitty, berry dan selarik aroma coklat.

Sementara untuk body dan acidity lebih strong bin bold maka arabica Bali Heaven menjadi pemenuh dahaga rasa tentang kepahitan dan keasaman sajian kopi dan betah ‘ninggal‘ di pangkal lidah memberi pengalaman berbeda meskipun mungkin untuk yang belum terbiasa akan sedikit meringis tanpa kata-kata.

Ternyata benar, menikmati dua sajian kopi arabica bisa kembali menstabilkan rasa dan memberi ketenangan di pikiran serta perlahan tapi pasti hadirkan rasa damai dalam menjalani hari-hari selanjutnya. Selamat menapaki hari dan menstabilkan rasa diri. Wassalam (AKW).

***

Lokasi ngopay :
Otutu coffee & Kitchen – Kerkof Leuwigajah Cimahi.

Kopi Tubruk Kegalauan

Mengurangi kegalauan sambil ngopay, semoga semua baik-baik saja.

Photo : Kopi Tubruk Arabica Cibiuk / dokpri.

GARUT, akwnulis.com. Adzan magrib terasa begitu merdu dan penuh makna, di kala raga dan jiwa begitu membutuhkan kehadirannya. Menjadi penentu berhasil-tidaknya perjuangan menahan rasa menekan segala keinginan dunia dan hindari goda yang senantiasa mengintai di semua suasana…. hingga akhirnya bisa berbuka puasa.

“Berbuka puasa pake apa?”

“Kopi donk”

“Cius?”…

“Ya nggak lah, tentu air putih dan doa berbuka yang lebih utama”

“Nggak berbuka dengan yang manis?

Aku terdiam, lalu spontan menjawab dengan menampilkan sunggingan senyum terbaikku, “Enggak euy, soalnya akyu udah maniiez”…

…. g.u.b.r.a.k ….

Setelah reda dari keterjungkalan perasaan, maka dilanjutkan dengan menikmati secangkir kopi tubruk di cangkir putih dan berhias selada… tentu kopi tanpa gula.

Srupuut…. kopi arabika di salah satu rumah makan Kabupaten Garut ini menjadi pembuka semangat dan mengurangi kegalauan malam ini setelah sehari tadi berkutat dengan kesedihan yang tak bisa… tak bisa dan berat untuk diceritakan.

***

Photo : Mesjid Agung Garut / dokpri.

Tadi pagi, masih bisa menikmati udara segar yang tersaji bebas di alun-alun garut. Memandang bangga, betapa gagahnya mesjid agung garut yang menjadi tempat syiar agama islam sekaligus bangunan strategis di Kota Intan.

Lalu bercengkerama dengan air wudhu dan melaporkan kefanaan diri tanpa tendensi dalam rakaat demi rakaat yang bebas dari intervensi…. Alhamdulillah.

Tuntas dari sana, bergerak mengayun langkah menuju bangunan lain yang tidak kalah indah, kediaman pimpinan Kabupaten Garut, Pendopo Bupati…. langsung mencoba mengabadikan sebuah bangunan bernuansa kayu yang sesekali menjadi tempat berkumpul para petinggi ataupun rakyat garut dalam menyampaikan keinginan ataupun menghadirkan solusi dari beraneka rupa permasalahan.

Photo : Bangunan depan Pendopo Bupati Garut / dokpri.

Giliran mendapat kesempatan memasuki lebih dalam area pendopo, wah nuansa dan rasanya beda lho…. maklum khan baru pertama kali ke sini.. (sama kamuuh…).

“Lha… katanya nggak moo cerita, kok ini panjang lebar” komentar komplen menempel di telinga kanan. Aku terdiam, lupa.

“Tapi tanggung ah… lanjut dikit” jawabku, sambil kembali merangkai angan dan memandang ruang pertemuan dengan nama ‘ruang Pamengkang.’

Penasaran dengan artinya tetapi tidak ada kesempatan menanyakan pada siapa, sehingga akhirnya mbah gugel yang ditanya via jempol menari diatas layar smartphone ini.

Ternyata ada beberapa artikel dan kamus online yang menyajikan pembahasan tentang arti kata ‘Pamengkang‘. Meskipun diriku setuju dengan sebuah penjelasan bahwa pamengkang ini dalam bahasa sunda adalah ‘ruang tunggu sebelum menghadap’…. ini cenderung yang paling cocok.

Karena artikel lainnya bicara tentang nama keris legendaris yang (katanya) bertuah dengan sebutan ‘Keris Pamengkang Jagat’… entahlah.

Serta satu artikel lagi yang menyebutkan arti ‘pamengkang’ ini berasal dari 2 kata dalam bahasa sunda yaitu ‘pameng + kang’ yang artinya ‘Tanggung Kakak‘…. jadi (mungkin), sebuah tempat untuk berhenti sejenak, tapi tanggung, jadi musti diteruskan…. gituuuuu.

“Ohhhh gitu ceritanya… tapi nggak sedih ah.. kok diawal katanya ada kejadian yang menggalaukan jiwa?”

“Sudah cukup, gitu aja ceritanya kawan” Sebuah jawaban penenang suasana, meskipun sebuah beban berat semakin bertambah setelah pertemuan ini. Semoga semua yang terjadi berhikmah berkah. Wassalam (AKW).

Kopi Arabica Sunda Hejo ‘Klasik Bean’

Kopi dalam balutan silaturahmi, kopi asli arabica klasik bean sunda hejo.

Photo : Sajian Kopi Sunda Hejo arabica / dokpri.

CIMAHI, akwnulis.com. Berkah silaturahmi itu salah satunya mendatangkan rejeki yang tidak disangka-sangka sama sekali. Begitupun dengan urusan menikmati kopi, tidak usah khawatir dengan stok yang sudah menipis, karena akan segera terganti.

Yakinlah itu.

Diawali dari sering mengganggu dengan share link tulisan blogku yang mayoritas berisi cerita tentang kopay (kopi) & ngojay (berenang) via japri kontak whatsapp kepada kolega, saudara dan teman-teman yang sudah ada di kontak smartphoneku… tentu semuanya sudah kenal duluan.

Tujuannya sangat sederhana, belajar memerangi hoax atau berita bohong/tidak jelas dengan membuat tulisan sendiri di blog dilengkapi photo hasil jepretan Smartphoneku.. sehingga hadir sebuah tulisan singkat dan ringan, …..mungkin nggak penting juga, tapi yang utama adalah…. diriku bisa bertanggungjawab atas apa yang di tulis dan dibagikan linknya kepada orang lain.

Gitu dulu yaach... oh satu lagi, rutin menulispun bisa menjaga otak tetap berfikir dan raga bergerak sehingga menghindarkan dari berbagai penyakit khususnya penyakit kepikunan lho.

Plus tulisan-tulisan ini bisa jadi warisan bagi anak cucu dan generasi selanjutnya.

Setuju khan?…. setuju aja, biar cepet.

***

Kembali ke hikmah silaturahmi tentang hadirnya rejeki, maka dalam pertulisan ini akan dibahas tulisan dengan tema ‘rejeki kopi’…....

Begini ceritanya… monggo… cekidot.

Photo : Kopi Arabica sunda hejo & prosesi V60 / dokpri.

** Rejeki Kopi **

Penulis mengenal beliau beberapa tahun lalu, sebagai pejabat di bidang audit dan pernah berinteraksi beberapa kali. Lalu sang waktu berlalu, tahun demi tahun berjalan tanpa menoleh ke belakang……. dan setahun terakhir berkomunikasi lagi karena memang nomor kontak WAnya masih tersimpan.

Komunikasinya bukan urusan dinas, tetapi mengomentari artikel di blogku yang dominan urusan kopi dan kopi dan kopi…. dan kopi.

“Kenapa sihh nulis kopi?”

Bentaar…..

“Emmmmm….. tema tentang kopi itu universal dan sangat luas, sehingga bisa dikaitkan dengan berbagai hal. Juga emang seneng kopi dan intensif sejak 2 tahun lalu”

Wadaw jawabannyaah….

Ternyata….. sekarang beliau sekarang mendapat amanah tugas di Kota Intan Garut, dan…….. yang cocok pisan adalah… sama-sama penyuka eh penikmat kopi.

“Mau nyoba kopi sunda hejo?, minta alamat lengkapnya”

Photo : Kiriman Kopi Sunda Hejo dan kawan-kawannya / dokpri.

Pesan via WA dari beliau, dijawab segera dengan memberi alamat lengkap…. ta-daaaa

Sehari kemudian sebuah dus besar JNE datang ke rumah dan diterima istri tercinta.

Awalnya bingung juga, tiba-tiba ada paket. Tetapi pas inget penawaran beliau, kayaknya kiriman kopi nich
.. Alhamdulillahirobbil alamin.

“Udah buka aja say, itu kiriman dari Pak bos,…. teman di Garut”

***

Malam hari baru tiba di rumah, dan setelah mandi serta tarawih… teringat untuk mencoba kopi kiriman beliau.

Melewati dus merah dan penasaran lihat isinya…. wadduh kok banyak banget ya?…

Kebayang nggak fren…. isi utamanya adalah sebungkus kopi arabica sunda hejo klasik bean, sebungkus kopi robusta dan sebotol kopi cold brew IPQ coffee... ditambah dengan beraneka makanan ringan oleh-oleh khas garut seperti kerupuk cungur, kripik bawang, dodol piknik original dan campur, dorokdok, kerupuk kulit, rangginang, roti bagelen plus baso aci instan….

Jadi prinsipnya adalah… kopinya ada, ditemani balad-baladnya banyak bingit…. bikin meriah.

Photo : Aneka kopi Klasik Bean Sunda hejo / dokpri.

Maka perjalanan di saat pengiriman, sang kopi tidak merasa kesepian, tetapi bersendagurau dengan kawan-kawan oleh-oleh keringan lainnya. Membawa kehangatan dan kebersamaan hingga tiba di tempat tujuan.

Alhamdulillah, hatur nuhun Pak Is atas kirimannya. Semoga kebaikan ini tergantikan dengan rejeki yang lebih banyak dan penuh berkah… serta suatu saat bisa kongkow bareng di Rumah Kopi Rancasalak 771 Kadungora Garut, bercengkerama sambil menikmati racikan manual brew di situ, Insyaalloh.

***

Prosesi yang pertama adalah manual brew pake V60 Arabica Sunda Hejo klasik bean semi wash dengan komposisi 1 : 15, menggunakan air panas bersuhu 90° celcius..

cuuurrr…. pelan tapi pasti.. menetes di tabung server.

Setelah tertampung semua, dituangkan ke gelas kaca mini merk duralex (gelas kesayangan… cuman itu yang dipunyai hehehehe).

Srupuut……

Uenaaak euy… rasa kopinya yang khas dan segar menyeruak di rongga mulut, seluruh lidah dan menyebar ke aneka arah sambil yang pasti meluncur ke lambung untuk berkumpul dan berproses.

Kopi arabica ini di roasting pada tanggal 30 april 2019 lalu… berarti 12 hari lalu, … pas banget tuh. Bisa munculkan rasa dan karakter kopi yang sebenarnya.

Aroma harum menyeruak indera penciumanku, acidity medium dengan rasa buah-buahan… berefek zegaar.. eh zegaaar… eh segaaar.

Body medium dan ada sedikit after taste ninggal di belakang lidah dengan menyisakan sejumput rasa lemon dan tamarind…. yang bikin asyik adalah rasa segarnya spesial sehingga tak perlu berlama-lama 200 ml yang tersajipun tandas di seruput tanpa syarat.

Yang robusta besok lagi ah nyeduhnya, sekarang udah hampir tengah malam….. udah ngantuk moo bobo dulu, bersiap menjalani puasa di esok hari.

Xie xie, merci beaucoup Pak Bos, Pak Is…

Mantabs kiriman kopinya, Haturnuhun, Wassalam (AKW).

Kopi & Ramadhan

Perjalanan menikmati kopi di bulan penuh bonus pahala dari Illahi Robbi…

Photo : Espresso with flower / dokpri.

CIUMBULEUIT, akwnulis.com. Bulan Ramadhan yang penuh rahmat serta double-triple bonus pahala dibandingkan 11 bulan lainnya plus grand prize Lailatul qodar adalah momen tahunan yang sangat penting dan jangan dilewatkan. Karena belum tentu di tahun depan bisa berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan… (klo doa dan harapan pastinya pengen panjang umur dan setiap tahun bisa bersua dengan bulan ramadhan ini, panjang usia berkah dan bahagia tea geuning).

Meskipun tantangan dan godaan untuk bisa melaksanakan aneka ibadah dengan baik itu berrrat bangeet…. setelah sahur bawaannya ngantuuuk, padahal sebaiknya shalat shubuh lanjut tadarus.

Trus masuk kantor, maka bergumul dengan rutinitas pekerjaan yang tiada henti. Termasuk dinas luar yang cukup menguras stamina. Meskipun selama jam kerja dipersingkat, dari jam 07.30 dan jam pulang kantor pukul 14.30 wib, kenyataannya ternyata tiba di rumah jam 21.00 wib atau malah tengah malam karena harus mengikuti jadwal agenda tarling (taraweh keliling) di luar kota.

Tapi itulah indahnya kehidupan, bagaimana kita mampu mengatur ritme waktu yang ada dan menyeimbangkan prioritas ibadah di bulan penuh berkah dengan beban tugas pekerjaan yang tak kenal ini bulan mei atau bulan ramadhan. Jadi, seni mengatur waktu dan mengatur diri yang menjadi strategi.

“Trus gimana cara ngatur urusan prosesi kopi?”

Sebuah pertanyaan sederhana yang memiliki esensi dasar, di mana selama ini keberadaan kopi menjadi mood booster sekaligus alat diplomasi yang efektif di jam kerja ataupun di luar jam kerja.

Photo : Salah satu sajian bukber / dokpri.

Permasalahan yang muncul adalah, di bulan ramadhan ini nggak bisa nyeduh kopi siang hari dan disajikan dengan prosesi v60 dan basa basi. Atau ngajak kongkow dan ngopi di siang hari karena akan menjadi pembatal bagi ibadah puasa yang sedang di jalani.

Ini kembali kepada rumus seni menyesuaikan, jadi ngopinya tentu setelah berbuka puasa dan lebih banyak dilakukan sendiri di rumah… eh bersama anak cantik yang selalu nempel jikalau tahu ayahnya di rumah, seperti yang tertuang dalam tulisan ‘Kopi Arabica Bali Banyuatis. Ada juga prosesi kopi yang dibuat di rumah, tetapi tidak sempet ditulis.. eh kopinya keburu diminum sampai habiiss….. maklum puasaa.

Photo : Meeting dilanjut bukber / dokpri.

Nah klo diluar rumah, tetep rumusnya adalah dalam balutan semangat bekerja. Tetapi meetingnya digeser mendekati waktu berbuka puasa, yaa mulai sekitar jam 16.00 wib dan berakhir sesaat sebelum adzan magrib berkumandang.

Soalnya klo setelah adzan masih membahas urusan kerjaan, yakinlah akan bercampur dengan pembahasan korma, kolak, bubur kacang, kolang kaling, bubur lemu, bala-bala, gehu, pacar cina, agar-agar, puding dan sebangsanya… dijamin tidak efektif.

Setelah tuntas shalat magrib, baru makan berat dan dikala adzan isya berkumandang, meeting bubar. Diriku bergeser ke lokasi mesjid tempat taraweh keliling.

“Lho kok bisa?”
“Bisa masbro, cari tempat meetingnya berupa kedai atau resto yang dekat dengan lokasi tarling, berees dech”
“Pinter juga kamu”
“Alhamdulillahirobbil alamin”

Apalagi di bulan ramadhan ini, mentraktir berbuka puasa itu besar banget pahalanya…. so jangan segan mentraktir berbuka puasa…. seperti yang kemarin kami rasakan.. rapatnya lancar, bukbernya seru, makanan dan minumannya ajiib dan… dibayarin pula. Hatur nuhun bu Ev dan mr Dan.

Photo : Mesjid yang bersiap menerima jemaah shalat tarawih / dokpri.

Jadi kuncinya adalah sebuah seni menyesuaikan, serta tenang dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan meeting ditempat tertentu.

Selamat menunaikan ibadah puasa, sambil menjalani dan menyelesaikan tugas-tugas negara. Wassalam (AKW).

***