KOPI & SORE di Km88

Catatan rehat sore.

SUKATANI, akwnulis.com. Menyore dalam sebuah perjalanan kehidupan tentu diperlukan sebuah rehat yang singkat tapi nikmat. Setelah berjibaku dengan tugas, kertas dan berkas maka perlu sesaat istirahat berkualitas tanpa hilangkan makna dari sebuah hakikat kualitas. Maka pilihan utamanya adalah mencari waktu dan tempat istirahat yang tepat.

Begitupun cerita menyore kali ini, atau mlipir sore setelah seharian mendengarkan arahan, paparan dan tanya jawab berhubungan dengan penggunaan uang negara yang berkutat di antara tiga besar yakni perjadin, honor narsum dan paket meeting. Maka sebuah komitmen kehati-hatian dan  hitam putih aturan menjadi hal utama yang menjadi pegangan. Review pengawas sebagai awalan menguatkan konsepsi perencanaan tahun depan agar lebih sempurna dalam ketepatan guna dan sasaran.

Maka rehat sore sejenak menjadi obat mujarab yang menenangkan. Tentu dengan pilihan menu yang tepat dengan harapan, harga dan pemandangan. Pilihannya sederhana, sebuah tempat yang bisa memenuhi hasrat nongkrong  dan lengkap dengan sajian kohitala meskipun dengan metode tubruk ala – ala, yang penting terhindari dari gula.

Sebuah kios kopi menjadi pilihan tepat, karena posisi penjuru dan berada di depan mesjid BSI yang bersih dan elegan. Tanpa basa-basi maka pilihan pertama untuk memesan kopi hitam tanpa gula menjadi prioritas, ya memang dapetnya kopi gunting tapi kelihatannya sedikit meyakinkan.

Lalu sebagai pelengkap tak lupa gorengannya yaitu gehu dan sejumput  cengek sebagai penggugah kepedasan yang menambah semangat dan kesegaran.

Maka sebagai sebuah kenangan, segelas kopi berlatar belakang mentari sore serta mesjid BSI menjadi catatan penting dalam menyore kali ini.

Oh ya posisi menyore kali ini berada di rest area Km88 Tol Cipularang arah Bamdung ya guys. Pokoknya klo berkesempatan menyore disini,  bisa dicoba spot kios ini. Karena selain kopi dan gorengan juga tersedia aneka minuman termasuk mie rebus dan mie goreng aneka varian plus leupeut dan lontong sebagai teman atau pengganti nasi.

Sruput dulu guys lalu mengunyah gehu dan memotret momentum sore yang menyenangkan. Lagian menyore nggak bisa lama-lama karena dibatasi mentari yang tenggelam di peraduan menuju malam untuk berganti peran dengan rembulan. Plus hadirnya panggilan shalat magrib via adzan yang berkumandang. Wassalam (AKW).

Safar di Al Safar

Menjalani hari sambil mentadaburi…

Photo : Kaligrafi Basmalah yang berkilau sempurna / dokpri.

PURWAKARTA, akwnulis.com. Semburat mentari mulai merambah permukaan bumi, memberi sebuah kehangatan abadi. Gemericik air mancur tumpah di kolam menambah semarak kehidupan. Pagi yang penuh harapan.

Diatas kolam air mancur, berdiri menjulang sebuah dinding atau menara yach?…. meruncing diujung atas, dibuat untuk menyambut isyarat langit yang selalu melimpahi.

Bangunan utama disampingnya seperti sebuah markas futuristik dengan balutan sains yang kental dan terasa misterius.

Bangunan apakah ini?”

“Ini adalah mesjid Al Safar, mesjid yang dibangun di rest area km88 Tol Cipularang arah Jakarta yang merupakan salah satu desain dari Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat saat ini.”

Ohhh……..

Photo : Ornamen menjulang diatas kolam / dokpri.

Sebelum bergegas masuk, tentu wajib membasuh hati dan pikiran dengan segarnya air pegunungan yang disalurkan teratur di kamar mandi serta kamar wudhu mesjid ini.

Setelah melewati pintu masuk, suasana lapang menyambut. Desain futuristiknya menyebar di seantero sudut masjid, memberi ketenangan dan kenyamanan yang berbeda. Selain desain bangunan yang indah juga akses untuk difabel dibuat sedemikian rupa, sehingga akses berwudhu, toilet hingga tempat sholat di lantai mezanine sudah tersedia jalur khusus kursi roda, kereen pisaaan.

Photo : Suasana dalam Mesjid Al Safar / dokpri.

Segera, lapor kepada Allah SWT melalui 2 rakaat tahiyatul masjid maka dilanjutkan dengan menikmati sudut-sudut mesjid Al Safar ini. Berharap detail menikmati, tetapi karena posisi kamipun safar alias sebagai musafir, maka tidak bisa berlama waktu berdiam disini karena ada tugas yang harus dikerjakan di ibukota negara.

Mihrab tempat imam berpadu dengan tulisan kaligrafi lafad Allah dan Rasulullah digantungkan tepat ditengah berpadu serasi bersama kaligrafi ‘Basmallah‘ yang tegak sempurna berkilau tertimpa cahaya seakan terbuat dari lempengan emas logam mulia (Atau memang dibuat dari logam emas yach???).

Photo : Mesjid Al safar dari arah kolam air mancur / dokpri.

Sebelum pamit dari rumah-MU, tak lepas mata ini menikmati keindahan detail mesjid ini. Termasuk sentuhan teknologi yang tersemat sempurna kabel-kabel tersembunyi tetapi jelas laksanakan fungsi.

Sound system memang tidak sempat dinikmati karena ini pagi hari, tetapi beberapa televisi yang dipasang di dinding kanan kiri agak ke tengah mesjid, disambungkan dengan camera cctv otomatis sehingga bisa menampilkan suasana mesjid dan jamaah secara realtime menjadikan kesan tersendiri. Selain dari sisi pengawasan keamanan juga bisa jadi hiburan jemaah dikala mendengarkan ceramah, …...nggak cepet ngantuk nundutan, tapi bisa lihat layar televisi dan…. mungkin lihat jemaah lain ngantuk ngantuk hehehe.

Photo : Mihrab yang memantul di lantai pualam / dokpri.

Itulah sekilas pengamatan diri terhadap Mesjid Al Safar ini. Mesjid yang megah dan indah, dibangun oleh PT Jasa Marga diatas lahan 6000 meter persegi dan bisa menampung hingga 12.000 jemaah.

Esok lusa kami akan mampir lagi, sekarang bergerak meninggalkan mesjid ini, menuju ibukota dalam rangka meraih asa, ibadah dalam bentuk bekerja. Wassalam (AKW).