REM & CHARGER

analog sederhana dari ke-kepo-an.

BANDUNG, akwnulis.id. Perjalanan harian menapaki kehidupan terus berlanjut. Begitupun pengalaman kehidupan semakin bertambah seiring perpindahan tugas yang terjadi. Maka tombol adaptasi kembali di aktifkan, dan harus cepat mengamati pola serta sikap dan perilaku plus mengelola harapan dari banyak pihak sambil meluangkan waktu untuk ‘belanja masalah‘.

Ada salah satu yang menarik dalam pengalaman alih tugas ini adalah berkesempatan menggunakan kendaraan listrik yang canggih. Sebuah pengalaman yang luar biasa bagi seorang pegawai yang selama ini begitu akrab dengan kendaraan bermotor dengan bahan bakar pertalite, pertamax ataupun bio solar dan dexlite. Disaat masuk kabin tentu excited alias colohok melihat panel dashboard yang futuristik. Maka satu kata yang utama adalah, “Alhamdulillahiroobil alamin”…

Maka dengan segala ke-kepo-an itu, pasti culang cileung dan penasaran. Hanya saja tidak bisa dieksplorasi semua karena ternyata amanah tugas berbanding dengan beban pekerjaan yang cukup menggerus waktu menyita saat sehingga 24 jam sehari adalah sebuah medan perjuangan yang harus di-menej dengan efektif dan efisien. Tentu selain waktu tidur dan waktu keluarga maka sisanya adalah saatnya bekerja.

Nah sambil berjibaku dengan segala perubahan yang ada, teman baru ruangan baru, suasana baru dan jelas tantangan berbeda. Ada hal yang menggelitik hati dari panel dashboard mobil listrik ini, Hyundai Ioniq 5. Yaitu panel paling kanan yang menunjukan posisi PWR dan CHG. Indikator tersebut jika diamati lebih seksama adalah memperlihatkan sebuah teknologi yang memungkinkan kendaraan listrik yang sedang bergerak itu tidak hanya menghabiskan daya batere yang tersedia tetapi juga berkemampuan menyimpan atau menghasilkan listrik itu sendiri (charging) pada saat kendaraan sedang melaju.

Pikiran sederhana ini menjadi tergelitik untuk menulis dan mengamati hal ini karena jika kita menginjak gas sekuat tenaga maka panel PWR (power) naik dengan indikator biru dan itu artinya batere sedang digunakan untuk membuat kendaraan ini melaju di jalanan. Tetapi di saat kaki melepas pedal gas, maka terjadi proses CHG (charging) atau pengecasan untuk menghasilkan daya listrik meskipun sedikit. Jika ingin chargingnya maksimal tinggal di injak pedal rem secara terukur maka proses charging semakin maksimal. Itu ditandai dengan panel membiru lebih banyak di posisi display CHG. Ini yang luar biasa, karena otak ini langsung menghubungkan dengan analogi aktifitas sehari – hari dengan membuat persamaan.

Persamaan yang dimaksud adalah batere yang tersimpan sebagai energi & tenaga, batere yang digunakan adalah gabungan semangat, amarah dan nafsu serta ego. Sementara melepas pedal rem dan menginjak rem adalah bentuk sabar dan kedewasaan sehingga bisa mengisi kembali tenaga dengan sentuhan emosi positif dan hasilkan tenaga tambahan agar kita semakin lama bisa bertahan.

Artinya kendaraan listrik ini menggunakan prinsip sederhana namun hakiki dalam kehidupan yaitu mengaplikasikan modelling sabar dan kedewasaan untuk menghasilkan energi dan tenaga positif meskipun kendaraan atau keadaan kehidupan sedang bekerja keras dan melaju kencang untuk meraih target yang sudah ditetapkan.

Maafkan jika analogi ini mungkin salah, tetapi minimal ke-kepo-an ini berbuah berkah. Bahwa di satu sisi kita bersyukur dengan hadirnya teknologi di mobil listrik ini, disisi lain banyak nilai yang perlu dimaknai, ditafakuri dan tentu disyukuri seeta dinikmati. Selamat menjalani hari – hari ke depan yang penuh dinamika. Jangan lupa selain gaspool, ada juga momentum angkat gas dan lakukan pengereman secara akurat karena Rakib & Atid tak pernah berhenti mencatat. Happy weekend sahabat, WassalamualaikumWrWbr. (AKW).

NgeTEH PAGI

Yuk ah, NgeTEH dulu.

KBB, akwnulis.com. Cangkir bening kosong dan sebekong seduhan teh panas siap minum menemani kebersamaan pagi ini. “Bersama siapa kakak?”

Ah sebuah tanya menggelitik jiwa, bersama suasana sudah cukup menjawab pertanyaan kepo tadi.

Sudahlah tidak usah banyak bertanya, biarkanlah siapapun menjalani kehidupan. Tidak perlu menghakimi nilai-nilai kehidupan orang lain dengan nilai standar kehidupan kita. Masing-masing berbeda kawan.

Jadi biarkan diriku ini menyeruput teh panas sendirian sambil bersyukur atas nikmat kehidupan ini. Tidak perlu bertanya juga jikalau ternyata take awaynya banyak, untuk siapa aja ya? Apa aja isinya…… biarkan semua berjalan sebagaimana mestinya.

Tapi ternyata rasa penasaran dan ingin memaksakan standar nilai kepada orang lain itu seolah candu, jadi kembali hadir pertanyaan beruntun yang secara santun harus diberi jawaban.

Sabar, karena sabar itu nggak ada batasnya.

Begitulah sebuah fragmen pagi tidak lepas dari pengendalian diri dan sabar.

Maka kembali dituangkanlah teh panas ke cangkir untuk selanjutnya di sruput penuh kenikmatan. Segaaar….

Meskipun jangan lupa kawan, protokol kesehatan tetap menjadi pedoman. Jangan lupa gunakan hand sanitizer, tetap berdoa dan jaga jarak dengan pengunjung ataupun pegawai yang ada. Kalau masker ya musti dibuka dulu, lha gimana nyruput teh nya atuh, nyimpen maskernya hati-hati.

Bukan cerewet kawan, tetapi iktiar pencegahan adalah tugas kita semua.

Kenikmatan teh panas pagi ini sebenarnya menyisakan kesempatan untuk direfill satu kali lagi, lumayan sebekong lagi. Tetapi dengan berat hari kesempatan ini dilewatkan karena masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Besok lusa bisa dilanjutkan tentu tidak sendirian, bersama istri dan anak kesayangan.

Itulah cerita ngeteh pagi yang terasa begitu berarti. Selamat menikmati sisa wiken kawan, bersiap menghadapi esok hari yang menjadi rutinitas hakiki. Tetap semangat tapi juga hati-hati, Wassalam (AKW).