
KUNINGAN, akwnulis.id. Menggerakkan kaki menuju mesjid menjadi rutinitas harian diawali dini hari yakni menuju mesjid untuk menunaikan ibadah shalat shubuh dan dilanjut kajian jika hari sabtu serta hari minggu.
Di kaki mungil ini bertengger eh di kaki yang agak besar ini dilengkapi dengan sendal jepit sederhana yang ternyata memiliki pengalaman luar biasa..
Sendal jepit karet yang terkenal dan mudah didapatkan dimana-mana yaitu merk swallow sehingga jarang juga disebut sendal jepit tetapi, “Mana swallow saya ya?”
Meskipun ada juga sendal jepit yang harganya diatas 100ribuan seperti merk konichiwa, havaianas dan merk lainnya. Tapi yang dibahas sekarang adalah sendal jepit sebangsa swallow yang bisa ditebus dengan harga belasan ribu rupiah saja.
Ternyata sendal jepit ini bisa memberi kedamaian dan ketenangan bathin yang hakiki dikala kita menunaikan shalat berjamaah di mesjid lho, “Mengapa begitu?”
Sebuah tanya yang tidak sulit jawabannya, “Silahkan coba saja.”
Tapi ya udah daripada malah berandai-andai dan berfikir yang tidak – tidak, maka inilah penjelasanku. Jawabannya sederhana kok, tingkat keikhlasan kita terdukung oleh kehadiran sendal jepit ini karena dengan harga belasan ribu manakala kita keluar mesjid mau pulang ke rumah dan ternyata sendal jepit sudah raib karena ada yang memakainya lebih dulu. Kita tinggal istigfar dan berjalan nyeker tanpa alas kaki ke rumah. Hati – hati kaki kacugak ya.
(Kacugak : kaki terluka karena menginjak benda kecil tajam)

Pengalaman pribadi kehilangan sepasang sendal jepit sudah biasa, jadi nilai ikhlas terjaga disaat sandal jepit raihdi depan mata. Beda kalau yang hilang adalah sendal bermerk seperti aigner, hermes, luis Vuiton, YSL atau juga sendal merk scatcher, nike, adidad dan lainnya maka ujian rasa ikhlas ini cukup menantang… eh bukan ikhlas karena hilang saja. Tapi disaat shalatpun bisa tidak khusuk karena pikiran masih tentang sendal mahal dan khawatir terhadap gestur orang yang mungkin saja akan mengambilnya.
Padahal nilai khusuk dalam sebuah shalat itu sulit sekali, jangan sampai pikiran dan hati terganggu dengan setitik rasa ingat tentang sandal takut hilang…. maka sendal jepitlah pilihannya.
Alhamdulillah selama ini tidak pernah ada yang mengambil alias mencurinya. Tetapi kebanyakan tukar tambah karena banyak yang menggunakan sendal jepit merk dan warna yang sama. Jadi pas keluar mesjid, sendal jepitnya tetap berwarna hijau putih, hanya saja ukurannya jadi besar dan agak bladus. Ya sudah ikhlaskan saja. Ternyata besoknya shalat kembali di mesjid area kantor ternyata sendal jepitky balik lagi hehehehe.. berarti teman sejawat yang menggunakannya sementara.
Demikianlah cerita keikhlasan dan sandal jepit yang ternyata memiliki keeratan hubungan dan saling menguatkan, apalagi ditambah dengan menyeruput kohitala (kopi hitam tanpa gula) dengan metode manual brew V60, hadirkan rasa original tanpa embel – embel kepentingan. Hanya rasa asli yang bakal tersaji.
Selamat menjalani hari dan membiasakan memakai sendal jepit sehari-hari. Terutama dikala adzan memanggil dan shalat berjamaah di mesjid menjadi kewajiban. Wassalam (AKW).