Jalan Kaki & Luar Negeri

Berjalankakilah maka akan bahagia..

BANDUNG. akwnulis.com. Sebuah prinsip penting dalam kehidupan ini adalah tentang tema keberuntungan. Banyak pendapat dan istilah dari keberuntungan ini. Secara kasat mata sering kita mendapati rekan kerja atau teman juga ibu-ibu tetangga yang rutin mendapat hadiah doorprize dalam even – even yang diselenggarakan di level RW atau juga level provinsi di gedung sate. Dari mulai mejikom hingga ipad yang berharga belasan juta atau kendaraan roda empat.

Pernah di beberapa even yang ada undian doorprizenya penulis ikut menunggu hingga akhir acara berharap mendapatkan salah satu doorprize yang berharga. Ternyata di akhir acara nomor yang dipegang tidak ada yang disebut dan kembali dengan tangan hampa. Ada selarik sedih dalam hati, tapi itu tadi yang namanya undian ya bukan untuk semua orang yang hadir dan datang.

Akhirnya muncul kesadaran bahwa bukan keberuntungan seperti ini yang menaungi takdir penulis sehingga sudahlah kita tidak perlu terlalu berharap dengan hadiah ‘ hadiah doorprize tersebut. Tapi rasa penasaran tentang makna keberuntungan terus bergaung.

Keberuntungan dalam bahasa sansakerta disebut Adhya dan dalam bahasa italia adalah Fortuna, weleh jadi inget merk pedagang baso malang di kota kembang. Enak pisan tauu…

Nah bagi penulis sendiri memaknai keberuntungan ini sekaligus memiliki padanan arti bagi sebagian pihak tentang makna kesuksesan. Keberuntungan adalah bertemunya kesiapan dengan kesempatan. “Setuju nggak netizen?”

Seperti perbincangan di awal tentang rutin dapat doorprize tentu diawali dengan kesiapan untuk memegang tiket undiannya, kehadiran secara phisik disana dan akhirnya pas diumumkan yang keluar adalah nomor undian yang dipegangnya. Andaikan dia tidak siap alias tidak pegang tiket dan tidak ditempat maka kesempatan itu akan terlewat. Begitupun dengan kejadian – kejadian lainnya.

Satu hal yang penulis pahami bahwa sebenarnya dalam rangkaian kehidupan ini tidak ada yang disebut kebetulan semata. Karena semua sudah menjadi takdir dan tercatat di buku kehidupan masing – masing. Hanya saja manusia diberi pembatasan dan ketidaktahuan oleh Allah SWT, sehingga setelah melewati peristiwa dalam kehidupannya tersebut, apakah bersyukur dengan momentum keberuntungan ini atau biasa saja, atau yang paling parah adalah merasa keberuntungan ini hadir dari dirinya.

Tidak kawan, semua sudah ada catatan langitnya. Tapi kita manusia diberi keterbatasan untuk tahu masa depan sebagai bagian dari ujian bersyukur atau tidak terhadap nikmat berkehidupan.

Satu hal yang ingin penulis bagi dari bejibun momen keberuntungan yang dirasakan adalah peristiwa akhir tahun lalu. Cerita diawali dari kecelakaan sederhana atau seolah sederhana karena tergesa mau apel pagi dan meloncati pot kembang tapi mendarat kurang tepat sehingga menjadikan salah satu tulang telapak kaki patah runcing menyilang. Cerita lengkapnya bisa di-kepo-in di tulisan ini : Patah Tulang Menyilang – akwnulis.com

Dampak dari kejadian tersebut adalah masa recovery yang panjang, jika ditotalkan dari 3 bulan full double kruk penyangga dan ke kamar mandi serta aktifitas ganti perban dikawal terus ibu negaraku (baca istriku) dilanjutkan 7 bulan dengan satu kruk penyangga dan terapi ke rumah sakit 3x seminggu hingga tak terasa satu tahun berlalu.

Ada hal yang cukup berat dari semua aktifitas yaitu olahraga dan levitasi. Olahraga seperti futsal, bulutangkis, lari dan loncat serta panjat tebing harus berhenti termasuk mengendarai motor kopling dan mobil type manual. Olahraga yang dibolehkan adalah berjalan kaki dan berenang, titik. Inilah penyesuaian yang penuh tantangan. Termasuk berpose levitasi harus berhenti karena diperlukan minimal 5 hingga 10 kali loncat untuk mendapatkan gambar terbaik. Sebenernya photo levitasi bisa diakali dengan aplkasi photographi tapi kepuasan diri untuk menghasilkan photo secara natural dan nyata tanpa editan memberikan kepuasan tersendiri. Ini dia beberapa cerita levitasiku : AKW & LEVITASI.

Maka selanjutnya berjalan kaki rutin menjadi kewajiban. Target minimal 6000 langkah langsung dicanangkan meskipun perlu penyesuaian karena kemampuan kaki kiri tidak bisa langsung diforsir dengan normal. Ya perlahan tapi pasti saja. Karena jika berjalan kaki salah melangkah dan bisa berakibat cidera kembali. Otomatis harus bersiap kembali dengan operasi…. hiiiy takuut. Cukup dioperasi sekali saja.

Maka 6 bulan berlalu dan kebiasaan berjalan kaki ini menjadi bagian keseharianku. Selain melatih kekuatan kaki yang pernah cidera sekaligus menyeimbangkan kembali eh berusaha menurunkan kembali berat badan yang bertambah tak terkendali selama perawatan patah kaki.

Setahun berlalu dan kebiasaan ini menjadi menyatu dengan rutinitas sehari-hari. Terasa ada yang kurang jika 6000 langkah belum terlewati. Semua cerita ini ternyata adalah bagian penting dari keberuntungan penulis dan masuk kepada bab KESIAPAN.

Bab KESEMPATAN hadir di akhir tahun 2023, dimana sebuah penugasan hadir untuk mendampingi pimpinan melakukan perjalanan dinas lintas benua dan menapaki sebuah kota benua Australia tepatnya di Kota Melbourne Victoria State.

Mengapa dimaknai KEBERUNTUNGAN?”

Pertama, kesempatan itu hadir disaat raga sudah dikabarkan membaik dan bisa melakukan aktifitas normal meskipun tidak boleh terlalu diforsir.

Kedua, kesempatan dinas ke luar negeri tentu tidak semua ASN bisa melaksanakannya. Tentu dengan berusaha melakukan tugas dinas dan semaksimal mungkin memanfaatkan waktu untuk pertemuan – pertemuan multi pihak.

Ketiga, ternyata kota melbourne adalah perpaduan kota modern dengan arsitektur campuran dengan masa lalu dan memiliki sadana infrastruktur yang begitu ramah terhadap pejalan kaki. Istilahnya jalan kaki kemanapun tidak akan titajong, tijongjolong, tikosewad dan tikusruk*) karena trotoarnya lebar, rata dan penanda yang mudah dipahami.

*)semuanya berarti terjatuh atau terjerembabbhs Sunda.

Keempat, suhu udara begitu bersahabat dan cenderung dingin seperti di lembang sehingga jalan kaki hingga 12.000 langkahpun relatif tidak sampai bercucuran keringat.

Kelima, dengan berjalan kaki bisa menikmati detail suasana kota meskipun agenda yang bejibun dan tetap berusaha menyempatkan untuk menikmati secangkir dua cangkir kopi.

NGOPI DI MELBOURNE

Itulah sekelumit kisahku tentang tema keberuntungan. Buat dan ciptakan kebiasaan – kebiasaan yang baik serta selalu bersyukur atas segala kenikmatan hidup yang Allah SWT berikan. Selamat berlibur kawan, Happy Idul Adha. Wassalam (AKW).

***

JUMAAHAN – fbs

Sebuah cerita dikala jumatan (bhs sunda)

BANDUNG, akwnulis.com. Setelah sekian purnama berkutat dengan kesibukan dunia, kali ini tiba saatnya untuk kembali bercerita dalam genre bahasa sunda yaitu fiksimini.

Sebuah tulisan singkat dengan maksimal 150 kata sudah menjadi satu cerita dan idenya hadir disaat shalat jumat kemarin siang, akibat kaki kesemutan (singsireumeun). Selamat membaca…. eh klo nggak ngerti karena berbahasa sunda, japri aja yaa…

Silahkaan……..

FIKMIN # JUMAAHAN #

Nyabak cai pancuran pas wudhu meuni waas tur nikmat, karasa tengtrem hatè. Angin ngahiliwir di lembur singkur Dusun Cibapang Kuningan. Bus ka masigit geus rempeg ma’mum, dariuk tartib nungguan imam ngamimitian prak prakan solat jumat.

Gèk diuk sila gigireun Uwa guru, karasa meuni merenah, nikmat pisan jumaahan di lembur, tiis tur tingtrim. Teu kudu lila mimiti lelenggutan.

Allohuakbar alllohuakbar…” Sora iqomah ngagareuwahkeun, carita keur sosonoan di Linggarjati, leungit saharita. Panon beunta, langsung gura giru nangtung nurutan jamaah lianna.

Pas geus nangtung, geuning karasa bitis kènca katuhu loncèr euweuh tulangan. Awak badag ngagubrag, ninggang pun Uwa nu teu walakaya.

Lalaunan nangtung deui bari ngusapan bitis nu singsireumeun, Takbirotul ihrom ngudag Imam nu rèk ruku. Uwa Guru gigireun molotot nahan kanyeri.

Ba’da jumaah ngagandong Uwa guru bari èra parada. Muru ka ahli tulang keur ngubaran nu misalah sapuratina. Hampura. (AKW).

Catatan Pagi 121118

Perjalanan pagi yang butuh kesabaran tinggi.

Senin pagi menjelang disambut kemacetan dimulai dari pintu gerbang perumahan, rrruar biasa. Padahal waktu tepat menunjukan pukul 05.46 wib.

Kelihatannya hampir semua orang yang beraktifitas pagi ini memiliki pemikiran yang sama dengan kepentingan berbeda-beda, “Berangkat pagi-pagi supaya nggak kena macet”

Jadinya, sebuah janjian hakiki yang tidak terkomunikasi satu sama lain, berkumpullah pada beberapa titik jalan tertentu yang memang menyempit karena ada aktifitas.

Pertama, jalan keluar kantung-kantung perumahan dimana bersua antara para penghuni komplek perumahan dengan para pejuang pagi.

Kedua, pasar pagi. Tanpa perlu dijelaskan, semua paham kenapa pasar pagi jadi lokasi macet di pagi hari. Pasar agak tumpah ke jalan, orang-orang banyak berhenti dari kendaraan, ya sudah bottle neck.

Ketiga, jalanan depan sekolah. Sabar ya, para pengantar anak-anak tercinta ataupun siswa-siswi itu sendiri mulau masuk sekolah.

Keempat, perempatan atau bunderan yang menjadi titik pertemuan gelombang pemberangkat pagi dari berbagai lokasi, bersatu di bunderan atau bersilangan di perempatan. Ini mah momen dimana kesabaran dan keberanian dipertaruhkan. Sabar terus nggak dikasih jalan, nyuruduk maksa sok berani juga berbahaya, jadi fleksibilitas dan waspada yang menjadi kunci utama.

Kelima, depan pom bensin. Disinipun harus bersabar karena ternyata banyak para pejuang pagi yang musti minum bahan bakar dulu karena kendaraannya haus. Jelas keluar masuk bikin tersendat.

Keenam, perilaku. Nah ini PR kita semua. Bagaimana perilaku berkendara yang sopan, teratur serta berperikendaraanan. Kita tahan sikap slonong boy, grasa grusu, emosional, klakson terus dipijit, apalagi meludahi orang saking sebelnya pas pake helm full face…. atuh lamokot olangan.

Ketujuh, paras cantik. Ternyata inipun menimbulkan kemacetan pagi ini. Paras cantik di angkot dengan duduk paling belakang, sehingga jelas terlihat dari luar. Dua orang pejuang pagi bermotor, terjungkal karena kurang konsentrasi.

“Lho kenapa?”

Ternyata disaat angkot melaju, kedua pemotor ini yang kemungkinan jomlo atau memang seneng lihat yang bening-bening terpana melihat bidadari di angkot. Disaat angkot berhenti karena akan menaikkan penumpang lain, kedua pemotor ini bukan injak rem. Tapi ngeloyor sambil wajah terus melekat ke kaca belakang angkot.

Jedduk!!!

Keduanya nambrak bemper belakang angkot dan terjungkal. Sementara angkot ngeloyor jalan tanpa cidera, kedua pemotor ini terjatuh dengan 2 rasa sakit, sakit kebentur juga sakit karena malu.

Akibatnya kemacetan mengular karena tertahan 2 motor yang terjungkal bersilangan ditambah pemotor lainnya pada berhenti untuk ngambil photo kejadian plus selpi, lalu segera diunggah di medsos masing-masing.

Keenam, ....monggo dilanjut…

***

Ah siluet pagi memang menyajikan bermacam tafsir imaji, tapi kembali kesabaran diuji agar bisa menjalani hari penuh arti. Wassalam (AKW).