Happy Eid Mubarrak 1439 H

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1439 H. Mohon maaf lahir dan bathin.

Adzan magrib sore ini merupakan akhir dari bulan Ramadhan 1439 Hijriyah dan berganti menjadi 1 syawal 1439 H, karena sebagaimana dipahami bahwa kalender penanggalan islam menggunakan patokan terbitnya malam diawali adzan magrib (qomariyah).

Inilah buka puasa terakhir, penutup perjuangan, ibadah dan berbagai laku bajik yang diganjar berlipat-lipat pahala oleh Allah SWT. Termasuk yang sangat dinanti oleh umat islam dimanapun berada adalah mendapatkan rejeki lailatul qodar yang datang di malam ganjil minggu terakhir ramadhan.

Sebuah tradisi bermaaf-maafan dan ucapan selamat idul fitri begitu ramai sekarang, meskipun bukan lisan yang terucap tetapi tulisan dan photo yang mewakili kehendak telah memenuhi kontak aplikasi whatsapp plus telegram dan FB sementara via sms masih ada satu dua.

Ada yang ngirim ucapan sebelum tiba hari lebaran karena khawatir crash klo bareng2 kirim message sebelum atau sesudah idul fitri.… jiga jaman baheula. Ada juga pas hari H.

Tulisan dan photo beredar cepat tanpa batas wilayah, menyasar ke segenap penjuru dunia.

Sekarang mah infrastruktur telekomunikasi nasional kayaknya udah bisa handle service dari seluruh masyarakat indonesia sehingga bisa layani semaksimal mungkin.

Dengan rangkaian kata puitis mendayu-dayu juga yang simpel ringkas tapi paten… daaaan ada juga yang buru-buru atawa kurang konsentrasi…. ngirim ucapan orang lain.. copas gitu. Mungkin maksudnya baik, tapi lupa nama pengirimnya nggak diedit…. jadi salah dech… plus sedikit malu hehehehe.

Diriku juga nggak mau ketinggalan, kolaborasi sama istri bikin ucapan selamat idul fitri donk… manfaatin kemajuan teknologi dengan beragam aplikasi…. cekidottt.

Kami sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri

1 Syawal 1439 Hijriyah.

Taqobalallahu Minna Waminkum.

*Andriekw-Mia & Binar*

Wassalam.

Binar Time

Saatnya ngasuh anak yang berkualitas.

Photo : Pose gaul ngikutin gaya anak/dokpri

Libur menjelang Idul Fitri 1439 H tahun ini memang spesial, begitu panjang dan bisa dimanfaatkan untuk banyak hal. Tetapi satu hal yang prioritas adalah menjaga kedekatan dengan ananda Ayshaluna Binar Wardana sekaligus ibunya… pasti atuh ibunya.. kumaha siiih.

Trus bukan berarti ibadah bulan ramadhannya terabaikan.. itu mah nggak usah dibahas disini. Biarkan daku dan Allah SWT aja yang tahu….

Photo : Ikutan pake aplikasi kekinian, binar dan anak kakak/dokpri.

Daan….. dikarenakan ibunya masih bekerja meskipun libur panjang sudah dimulai termasuk musti gawe di wikend (maklum tenaga medis), praktis kehadiranku buat ngasuh si kecil jadi maksimal.

Ternyata ayahnya ada di rumah itu ngebuat Binar manja bingiit… nggak mau ditinggal barang sedetik, kencing ke kamar mandi aja susah. Apalagi ditinggal mandi… gedor-gedor pintu kamar mandi sambil nangis teriak sekencang-kencangnya,

“Ayaaaah…!!!”
“Ayaaaahhh..!!!.”

Pokoknya nggak mau jauh-jauh dari ayah. Makan minta disuapin, jalan-jalan, nonton tayangan ‘pudding toys, mickey mouse, omar hana, donald duck hingga HI5’ …. joget2, loncat2 dan berlari kesana kemari….

“Ternyata mirip kelakuanku di masa kecil hehehe”… Aku tersenyum sendiri, teringat cerita ibunda dan bapak tercinta yang dulu begitu sabar dan telaten merawat dan mengurus serta menjags anak laki-lakinya yang nggak mau diem serta banyak ‘kamonesan.”

Sekarang giliranku mengasuh dan mengurus anak yang begitu aktif, lincah sekaligus mudah mewek klo keinginannya tidak dipenuhi…. alias sudah paham memanfaatkan senjata ‘nangis’nya untuk mencapai tujuan.

Tindakan tegas melarang anak untuk lakukan sesuatu menghadapi tantangan serius karena berada di rumah mertua, perlu strategi khusus.

Jadilah ayahnya kelinci percobaan anak umur 2 tahun 3 bulan ini. Dari mulai didandanin pake kacamata mainan, topi mainan, di ulas lipstik hingga belepotan hingga disapu blas-on pink yang membuat pipi merona heu heu heu…

Alhamdulillah waktu libur ini begitu berkualitas…

*)Maaf photo berlipstik cemongnya tidak ditampilkan. Khawatir ada cowok yang seneng, soalnya jadi cantik bingit… ahaaay. Wassalam (AKW).

Cerita Ramadhan – Mancing yuk.

Menunggu waktu berbuka puasa dengan berbagai aktifitas yang menyenangkan, salah satunya mancing lho… mancing sesuatu.

Photo : Kolam pemancingan dilihat dari tempat persembunyian/dokpri.

Menanti berbuka puasa setelah shalat asyar dikenal dengan istilah ngabuburit… malah dipanjangin kata kitu menjadi ‘Ngabubur beurit’ (membuat bubur tikus), nggak ada korelasinya bukan?… tapi sebagian besar aku dan teman2 di kampung ini meng-amini kepanjangan kata tersebut. Pemahaman kolektif tentang arti nggak nyambung tapi sepakat…

Ngabuburit ini beragam aktifitas beraneka kegiatan, yang ideal ya.. Tadarus, pengajian, ngikutin taklim, pesantren kilat dan kegiatan keagamaan lainnya. Tetapi bagi aku yang menyenangkan adalah main… main dan main…. bisa petak umpet, kucing-kucingan, sondah, sorodot gaplok, rerebonan, gatrik, perepet jengkol jajahean hingga main lodong sang meriam bambu… eh nggak lupa juga main layangan, nyalain petasan dengan berbagai varian seperti petasan cecengekan, petasan banting, mercon, petasan buntut beurit (ekor tikus) hingga petasan segeda kepalan tangan anak-anak. Terkadang juga ikutan mancing serta berenang di sungai… pokoknya menyenangkan dech.

Oh iya kadang juga terinspirasi oleh buku Enid blyton ‘5 Sekawan’ dan acara Pramuka, maka kami berlima menjadi detektif cilik yang melakukan acara ‘mencari jejak’ menelusuri perkampungan, sawah, sungai dan kebun hingga pinggir hutan sekitar rumah… sambil tidak lupa mengumpulkan tambahan buat berbuka puasa seperti tomat, bonteng eh mentimun, jambu air, jambu batu, pepaya serta terkadang dapet belut ataupun ikan kehkel.

Ada yang menjadi George, Julian, Dick & Anne serta yang apes berperan jadi Timmy si anjing setia. Berjalan bersama dengan mengendap dan waspada, mata fokus untuk mengamati hal yang mencurigakan ataupun buah-buahan ranum nan masak yang siap petik. Pemeran Timmy yang bawa tas untuk menampung hasil para detektif cilik.

Bukan mencuri lho, karena ngambil buahnya di kebun paman dan ua ataupun kebun sendiri. Klo belut biasanya sambil bawa alat pancing khusus dan aktifitasnya disebut ‘ngurek.’

***

Hari ini off dulu jadi detektif karena kawan-kawan banyak yang berhalangan. Agus dan yayan lagi bantuin ortunya di warung, opik ngejar target ngarit (menyabit rumput) untuk domba kesayangan, dan Deni Adut serta Cacan kayaknya nggak enak body… akhirnya mondar mandir sendiri sambil berpikir keras, “Ngapain ya?”

Berjalan di halaman rumah, trus keluar menuju kebun diatas bukit. Naik ke dahan jambu klutuk sambil melihat suasana. Tadaaa…. disebelah selatan berjajar kolam ikan besar dan tepat di dekat rumah Pa Hamzah, orang-orang sedang asyik ‘kongkur‘… itu sebutan untuk mancing bareng2 di satu kolam. Terlihat wajah-wajah serius yang memandang lurus ke arah kolam, melihat ‘Kukumbul‘ (apa ya bahasa indonesianya??)… penanda bahwa alat pancing itu disambar ikan atau tidak… heningg dan tegaang.

Tring…… aku ada ide.

***

Segera ke kamar dan membuka laci meja belajar… ahaa masih ada stok petasan sebesar ibu jari. Trus ke warung beli kertas pahpir atau papir yang buat linting tembakau dan dinyalakan jadi rokok kretek dadakan. Nggak lupa juga korek apa gas. Trus ambil kertas bekas kalender untuk dibentuk jadi sesuatu.

Berjalan riang menuju lokasi pemancingan. Sambil membawa perahu kertas yang telah dipasang petasan dengan sumbunya yang dibungkus kertas pahpir… tujuannya untuk memperlambat sumbu petasannya terbakar.

Tiba di pinggir kolam.. pelan-pelan mencari tepian yang tidak ada pemancing. Sehingga tidak mengganggu para pemancing yang sedang konsentrasi dengan ‘kukumbul‘ masing-masing. Lagian mereka nggal ngerasa keganggu kok, lha wong cuman anak kecil yang ikutan nimbrung sambil main kapal kertas di pinggir kolam.

Setelah puas bermain kapal kertas, misi dimulai. Dengan gerakan rapih tersembunyi, ujung kertas papir dinyalain pake korek gas. Trus perahu kertas di simpan ke air kolam dan dibuat ombak dengan tangan sehingga pelan tapi pasti perahu kertas bergerak ke tengah kolam…..

Jengjreng…..

Aku beringsut perlahan seolah sudah bosan bermain di pinggir kolam yang sunyi padahal banyak orang. Maklum memancing di bulan ramadhan khan nggak bisa sambil merokok dan cemal cemil hehehe….

Mundur perlahan.. mundur… mundur dan pergi meninggalkan area kolam seolah bosan dengan permainan… menuju bukit kecil dekat kebun yang lokasinya lebih tinggi dari kolam, padahal perasaan tegang takut petasan yang tersembunyi di tengah perahu kertas keburu meledak.

Seperti yang diperkirakan… para pemancing cuek bebek dengan kehadiran dan kepergianku… betul2 konsentrasi. Sesekali terdengar umpatan karena umpannya habis ikannya nggak ada. Tapi di seberangnya tersenyum karena kailnya disantap ikan mas atau gurame…. ditarik seeeeeet pancingannya dan diangkat ikan yang meronta di atas air tersangkut kail, ada juga yang baru nglempar mata pancing ehhh… langsung disambar ikan…. istilah singkatnya ‘Clom Giriwil’.

Ikan yang didapat, dilepas dari mata kail dan akhirnya berpindah ke korang (tempat ikan) yang dibawa masing-masing.

***

Tepat 4 menit setelah itu…. Duaarrrrrrrrrrrrrr!!!!!……… Suara petasan ditengah kolam membuyarkan konsentrasi.

“Wadaaaw….”
“Naon etaa?”

“Koplxxxk….!!!@#$%!!….”

Gujubar…!!!!

Ada yang melompat ke belakang ada juga yang harus terjatuh ke kolam karena reaksi kekagetannya.

Aku terdiam di ketinggian, sambil senyum dikulum, “Proyek tuntas tas tas….” dengan badan tetap merunduk terhalang semak, hawatir membuat para pemancing sadar bahwa aku adalah pembuat keonaran.

Lembayung sore menemani para pemancing yang mulai berkemas dan tak sedikit yang masih menggerutu. Akupun pulang dengan cerita ngabuburit yang menegangkan dalam proyek perahu kertas kesayangan… met berbuka puasa kawaan.

Wassalam (AKW).

Cerita Ramadhan – CENSi

Cerita Ramadhanku, nostalgia masa yang menyenangkan.

Sahur hari ketiga baru saja tuntas, aku masih bersandar di kursi tuang makan sambil meringis. Apa pasal?… karena terlalu semangat makan minum di kala sahur? Akibatnya kekenyangan. Perut kembung karena kepenuhan hingga terasa air minum yang masuk masih ada di tenggorokan.

Padahal makan sahurnya tidak banyak, hanya nasi, indomie goreng, perkedel kentang, daging rendang, tumis buncis, tahu goreng ditutup sama popmie dan segelas susu murni serta dua gelas air putih… eh lupa kurma 7 butir.

“Klo kekenyangan pas buka puasa sih wajar anak-anak, tapi klo kekenyangan sahur mah, teungteuingeun” Ujar ibunda sambil tersenyum penuh arti.

Aku mah diem aja sambil nahan rasa bunghak dan agak pengen muntah. Soalnya takut nggak kuat sampai magrib, padahal khan target tahun ini harus tuntas hingga 30 hari shaumnya, atau disebutnya cacap (b.sunda)

Obat kamerkaan (kekenyangan) ternyata sederhana yaitu terapi CENSi alias Centong Nasi. Caranya, aku tidur telentang dengan kepala diganjal bantal. Baju bagian atas dibuka, trus ayah ngurut dari mulai dada hingga ke perut dengan menggunakan centong nasi sambil baca doa…. juga agak neken tuh centong nasi ke perut.

Tring!…

Tak pakai hitungan menit, perut terasa enakan, nafas tidak tersengal dan rasa ingin muntahpun hilang.. alhamdulillah, terapi centong nasi berhasiiiil..

“Makasih ayaah”, Aku peluk ayahku lalu menyambar peci dan sarung serta sajadah. Bergegas menuju mesjid yang baru saja tuntas mengumandangkan adzan shubuh.

Sambil berjalan menuju mesjid, terang bintang dan rembulan masih setia menemani. Bintangpun berterima kasih kepada kegelapan, karena dengan adanya gelap maka sinarnya semakin cemerlang.(AKW).

***

Catetan : Ilustrasi photo diatas adalah centong nasi plastik, sebenernya pas baheula kejadian yang digunakannya centong kayu. Berhubung belum pulang kampung jadi ilustrasi centongnya seadanya. Maaf yaa.

Ahlan Wasahlan 1 Muharram

Émut harita jaman beunceuh, diajar sapinah bari ngalong di kobong.

Pisaminggueun bulan rayagung rék lekasan, geus tatan-tatan ngécéng awi tali unggal balik ngaji, diajar sapinah jeung nahu sorop. Awi tali dina dapuran deukeut imah Wa Ustad. Dicirian mana nu rék dipénta keur nyieun oncor nu panghadéna. Minyak tanah meunang kukumpul tina sésa lampu téplok jeung ngabahékeun tina kompor ema geus aya lima dési. Lamakna sayagi meunang ménta ti Wa Atang jait.

Photo : Masjid Jami Cipari Kuningan / Dokpri

Ayeuna wanci bada lohor, oncor madé-in simuing geus ngajajar di gigir kobong, salosin. Awi konéng matak sieup ditambah rarangkén pucuk jeruk purut. Seger katingalina seungit kaambeuna. Teu butuh waktu lila, sakiceup dua kiceup oncor téh pindah leungeun digantian ku rupa-rupa. Aya nu méré béas dua canggeum, cau sasikat, tomat hejo sakérésék ogé céngék tilu rawu. Atoh pisan, da teu niat dagang, ngan pédah babaturan sok barutuh jadi wé dipangnyieunkeun.

Photo : Di pakarangan masjid agung Kota Makasar / doknyal.

Lumayan keur nambahan eusi dapur ema. Nu hiji disésakeun da uing gé hayang ngilu ngabring ngurilingan lembur bari nyambat asma pangéran, Allahu Akbar.

Photo Mesjis Muhammad CengHo di Kabupaten Gowa / doknyal.

Ba’da isya uing geus saged mawa oncor muru ka lapang hareupeun masid. Barudak loba bari marawa oncor séwang-séwangan. Aya ogé nu mawa dogdog tatabeuhan, dimimitian ku du’a basmalah, tuluy nyundut lamak babarengan. Hurung ngempur nyaangan beungeut polos santri kalong jeung santri mukim. Rék pawey mapay jalan nguriling lembur.

Ngabagéakeun taun anyar, Bismillah.

Allohumma soli ala sayidina muhammaddin… Waala alihi wasohbihi azmain…..

Ahlan wasahlan sasih muharram.

Wilujeng mapag mangsa tur nincak 1 Muharram 1439 hijriyah. Urang niatkeun kahoyong tur kiatkeun ihtiar regepkeun ibadah pikeun ngawujud janten golongan manusa anu taqwa. Amiin. (Akw).