Sebuah catatan singkat tentang pentingnya memilih prinsip kehidupan.
Pengkuh / Dokpri.
CIMAHI, akwnulis.com. Semangat pagi hari kali ini tergugah untuk menulis sesuatu yang menjadi sebuah pegangan bagi seseorang dalam menjalani kehidupan ini, yaitu prinsip hidup. Bagaimana seseorang menjalani kehidupan tentu memiliki tujuan dan dalam meraih tujuan masing – masing individu memiliki prinsip.
Tulisan singkat bergaya fiksi dalam bahasa sunda itu mengulas tentang seseorang yang memegang teguh prinsip lehidupan versi dirinya. Yang bersangkutan meyakini bahwa prinsip dalam kehidupan yang dianutnya adalah pilihan terbaik. Sementara dari sudut pandang orang lain mungkin saja berbeda.
Inilah ceritanya…
***
FIKMIN # PENGKUH #
Mang Parman keur atoh sabab jang Ibro geus boga gawè jadi pagawè alfamart. Budak lalaki nunggal. Teu sirikna dibeja-beja ka tatangga. Malah mah numpeng sagala. Jang Ibro ginding makè seragam beureum bulao.
Tapi geuning teu lana Jang Ibro nyekel gawèna. Ayeuna geus cinutrung deui di juru stanplat, ngadon markiran mobil èlf nu naèk turunkeun penumpang.
Mang Parman ambek, sumawonna Bi Kayah, indungna. “Dasar budak bangkawarah, hèsè nèangan gawè tèh” Jang Ibro salsè wè cingogo nyoo rokrak jeung taneuh ngebul, sugan wè meunang undur-undur.
Jang Ibro tanggah bari ngawaler tatag, “Justru ieu tèh sakumaha amanah Apa, Ibro tèh kedah gaduh pamadegan. Saatos dicobian kamari janten padamel, geuning seueur aturan. Ibro mutuskeun badè fokus waè janten pangangguran.”
Mang Parman ngelepek, jikanna rawah riwih. Jang Ibro pengkuh kana prinsipna.
***
Begitulah sebuah cerita singkat dengan genre fiksimini sudah hadir pagi ini. Mengulas tentang perilaku anak muda yang bernama Ibro dengan keteguhannya (PENGKUH) dalam memegang prinsip hidupnya. Tidak peduli apakah baik dan buruk dampaknya, yang penting pegang prinsip dulu hehehehe.
Hikmah tulisan pagi ini adalah memegang teguh prinsip kehidupan itu penting, namun lebih penting menentukan dulu prinsip apa yang akan, sedang kita pegang teguh. Selamat pagi semua, selamat hari jumat penuh nikmat. Wassalam(AKW).
Sebuah catatan pribadi dalam momen festival literasi nasional.
Flyer dengan editan wajah super maksi / Dokpri.
BRAGA, akwnulis.com. Sebuah prinsip hidup yang selalu dipegang adalah manusia merencanakan tapi Allah yang menentukan. Tetapi dalam proses menjalaninya terkadang perlu ditambah dengan semangat ihtiar dan sedikit pemaksaan sehingga semua bisa berjalan, tentu atas ijin Tuhan. Inilah yang terjadi pada raga ini, jikalau berbicara perencanaan maka diundang menjadi bagian acara perhelatan nasional yang dibesut Perpustakaan Nasional adalah sebuah kebanggaan. Jauh – jauh hari sudah di plot bahwa pada tanggal 6 September 2023 mendapatkan amanah untuk menyampaikan materi terkait fiksimini dengan tema masalah – masalah sosial dalam kerangka workshop yang diakhir acara harus menghasilkan sesuatu, suatu tulisan fiksimini dari masing-masing peserta.
Awalnya agak gamang diminta mengampu workshop ini, apalagi ada nama – nama penulis beken disana. Ada Gol A Gong Duta Baca Nasional dan tentu penggiat sastra yang sudah malang melintang juga kang maman suherman yang sudah tidak diragukan lagi kelihaiannya merangkai kata serta bejibun buku yang dihasilkannya. Juga para narasumber lainnya yang juga halalebring, sementara diriku mah baru bisa bikin buku pribadi 3 buah itupun 1 novel dan 2 buku kumpulan fiksimini basa sunda plus 6 buah buku antologi.
Tapi bu Anita Owners Bitread Publishing justru menantang dengan memberikan ruang untuk berbagi tips dalam membuat tulisan fiksmini ini dalam helaran writing festival dari Perpustakaan Nasional yang selama ini dilakukan di jakarta. Hal yang menjadi catatan, katanya. Karena sebagai birokrat yang berkutat dengan rutinitas ternyata masih sempat membuahkan karya tulisan yang mengandung aneka makna.. wow tersanjung 5.
Acara Pembukaan Perpusnas Writers Festival 2023 / Dokpri.
Nah yang menjadi cerita takdir tadi adalah kondisi tubuh. H-1 kondisi badan drop banget, panas demam tinggi, batuk pilek dan suara hampir hilang. Bingung khan, apalagi esok hari diberi kesempatan untuk berbagi dalam sebuah workshop fiksimini bertema permasalahan sosial termasuk ikut dulu acara pembukaan. Suaraa.. gimana ini nanti paparan?… kondisi demam dan bapil sudah mulai mereda tapi suara… semoga.
Maka pilihannya adalah sepulang dari kantor, mandi air panas dan makan malam. Tanpa banyak basa-basi minum obat dan beranjak tidur. Ternyata kawan, takdir berbeda. Sepanjang malam tidak bisa memejamkan mata. Kantuk jauh sekali dari kantung mata. Entah apa yang terjadi. Kelopak mata ditutup tapi pikiran kemana – mana. Aslinya sampai ingin menangis dan marah – marah nggak jelas atas kondisi ini. Namun tetap saja hingga mentari pagi menyinari bumi kembali, kedua mata ini belum terlelap sedetikpun. Tentu dampaknya jelas, rasa pusing di kepala kanan begitu kuat menyerang. Juga berjalan kaki terasa seperti sedang melayang. Apalagi suara, belum kembali seperti biasa.
Sajikan materi dengan suara seksi / Dokpri.
Namun janji adalah janji, janji adalah amanah yang harus dituntaskan. Atas dukungan teman – teman dinsos (bu Rachmi, Bintang, rafli dan faisal), istri, anak dan keluarga maka diawali menghadiri acara pembukaan acara Perpusnas Writers Festival 2023 sebagai pembuka hajatan nasional yang dinanti oleh banyak pihak. Apalagi tahun ini penyelenggaraannya di Kota Bandung, dengan 2 venue yang luar biasa. Museum Konferensi Asia Afrika dan De Majestic Braga, kedua lokasi adalah gedung heritage bersejarah bukan hanya indonesia tapi level dunia.
Setelah mengikuti acara pembukaan secara resmi oleh bapak Kepala Perpustakaan Nasional maka tiba disaat yang dinanti, mengampu workshop yang sudah terjadwal pasti. Ditemani moderator yang full senyum dan baik hati, Kang Adew Habtsa serta para peserta yang begitu antusias dengan beragam latar belakang. Ada siswa siswi sekolah menengah atas, duta baca, guru SMA, guru SMP dan Guru SD serta bapak dan ibu para penggiat literasi.
Bismillah we… prung ah.
Photo bersama & berbagi / Dokpri.
Alhamdulillah, 2 jam bersama di salah satu ruang bersejarah di museum KAA bisa dilewati meskipun suara terdengar begitu seksi. Interaksi dan diskusi menjadi kunci, saling berbagi adalah hal yang hakiki. Tantangan menulis fiksimini disambut atusiasme dan bisa dituntaskan dalam waktu yang tersedia. Jika ada kekurangan dari sisi makna dan kelebihan dalam hitungan kata yang dipatok 150 kata, itulah tantangannya. Tetapi keberanian menulis itulah yang ditularkan dengan menggunakan media fiksimini yang cukup singkat namun sarat makna.
Seiring para peserta membuat tulisan fiksimininya, terasa tidak afdol kalau pemateri inipun tidak melakukan hal yang sama, membuat fiksimini berbahasa sunda bertema masalah sosial. Ini dia tulisannya :
FIKMIN # RUNGSING#
Gulinggasahan sapeupeuting, teu bisa peureum sakerejep kerejep acan. Panon mah bisa dipeureumkeun tapi uteuk ngacacang cus cos kaditu kadieu, teu puguh rampa samar kahayang. Hayang ceurik, tapi piraku awak badag sora handaruan, ngadon lèwèh ku sabab teu bisa sarè.
Kaluar ti pangkèng ninyuh entèh, aya jeruk dua siki, dikeremus. Seger. Tapi angger sirah dungdeng. Asup deui ka pangkèng, ngajaran digolèrkeun. Sugan les peureum, tapi teu bisa, angger kawas tadi. Awak lungsè, lieur, teu bisa sarè.
Keur guling gasahan, karèungèu di buruan aya nu ngawangkong. Lalaunan muka hordèng, noong. Geuning 3an marakè stelan hideung – hideung. Tuluy nu saurang kaciri malèdogkeun bungkusan ka tèras imah. Hatè tagiwur bisi bom atawa barang nu pimatakkeun. Tapi geus kitu simpè.
Fiksimini ini mengusung tema universal yang bisa menjadi muara atau malah asal mula permasalahan sosial yaitu terkait dengan uang. Uang seringnya membutakan mata hati seseorang, uangpun bisa mengubah perilaku seseorang. Dalam tulisan ini, sebuah suasana menjadi baik-baik saja setelah berjumpa dengan uang dadakan, tidak melihat dampak atau konsekuensi yang akan dihadapi.
Ah itulah indahnya cerita fiksi, bisa dinikmati guliran kata yang sering membuncah tiada henti. Berbahagia dan bersyukurlah karena diberi berkah dari Allah SWT untuk dimampukan menulis cerita fiksi dan menikmatinya dalam setiap jalinan kata.
Itulah sebuah momentum rencana yang tersusun jauh – jauh hari hampir berantakan karena si suara sementara menghilang plus kondisi badan yang rapuh karena semalaman sang kantuk menjauh. Tapi dengan dukungan semuanya akhirnya bisa dilalui dengan sebaik-baijnya.
Selamat jam segini kawan, eh masih malam ya?… semangaaat. Wassalam(AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Perjalanan panjang menikmati tarian kata dan liukan kalimat selama itu terus dijaga semampu diri. Dengan meluangkan waktu menulis apapun yang mampu dituangkan serta disimpan di jagad online yaitu di blog pribadiku ini. Lalu dengan kekuatan media sosial, link tulisannya tersebar meskipun hanya terbatas dari sebagian kontak di hape, ataupun yang kepo melalui status WA yang hanya berumur 24 jam saja.
Alhamdulillah tulisanku yang ringan, pendek dan singkat.. eh sama ya. Ini bisa terus mewarnai jaringan silaturahmi dan juga (mungkin) menjaga literasi pribadi untuk terus berkarya meski tekanan dan tantangan kesibukan adalah sebuah cengkeraman penghalang yang harus dilawan, dihadapi dan ditaklukan.
“Selanjutnya adalah apakah sudah dibuat buku, dikumpulkan dan dicetak tentu dengan cover yang bagus dan dapat dinikmati secara khusus?”
Pertanyaan inilah yang menggugah jari jemari yang lentik eh bulet ini untuk menuliskan barisan kata agar semua menjadi terang benderang.
1. BUKU YANG SUDAH DIHASILKAN
Jika melihat dari sisi produk yang dihasilkan hingga tulisan ini dibaca oleh para penikmat kata yang budiman, baru 3 buah buku yang dihasilkan secara pribadi dan semuanya bergenre fiksi atau cerita rekaan saja (di klaimnya). Meskipun tentu ide ceritanya berhubungan erat dengan pengalaman pribadi dalam menjalani kehidupan yang penuh berkah ini.
Sementara untuk buku keroyokan antologi ada 6 – 7 judul buku yang akan dibahas kemudian. Kembali ke buku murni ciptaan sendiri, inilah daftar buku hasil karya andriekw, sebagai berikut :
1. BELAHAN JIWA 2. ITIKURIH 3. LALANDONG
Yuk kita bedah satu – satu guys.
Novel Belahan Jiwa / Dokpri.
Buku pertama berjudul BELAHAN JIWA adalah sebuah buku dalam bentuk novel yang berisi tentang sebagian perjalanan hidupku mengawal dan menemani almarhumah istri menjalani pengobatan selama 5 tahun kurang 1 bulan sebagai survivor kanker payudara hingga akhirnya kembali ke haribaan illlahi pada bulan oktober 2014 lalu.
Buku pertama ini disusun dengan pendekatan kenekatan tapi terus berihtiar meskipun dengan segala kekurangan. Akhirnya hadirlah buku novel yang menjadi tonggak awal kehadiran buku fiksiku. Alhamdulillah.
Buku ITIKURIH / Dokpri.
Buku kedua berjudul ITIKURIH, adalah kumpulan tulisan rekaan yang super pendek yaitu maksimal 150 kata sudah menjadi sebuah jalinan cerita dan ditulis dalam bahasa sunda atau lebih terkenal dengan sebutan FBS yaitu fiksimini basa sunda. Di buku pertama kumpulan fiksimini sundaku ini terdapat 101 tulisan singkat yang mungkin bisa memberi senyum dan manfaat.
Buku LALANDONG / Dokpri.
Buku ketiga berjudul LALANDONG, masih sebuah buku kumpulan fiksimini basa sunda berjumlah 114 cerita fiksi singkat dengan membahas tentang keseharian menggunakan bahasa sunda yang digunakan sehari-hari. Judul ‘lalandong’ memiliki arti berobat atau pengobatan. Maksudnya adalah dengan membaca buku ini dan menikmati isi ceritanya menghasilkan senyuman dan keceriaan sehingga mengobati suasana jiwa yang sedang galau dan muram.
2. BAGAIMANA CARA MENIKMATINYA? (MEMBACANYA).
Produk buku yang sudah dihasilkan tentu bertujuan menyampaikan ide gagasan atau minimal informasi yang menghibur dan menenangkan. Memberi semangat bagi pembaca dan sekaligus menambah wawasan dalam mensyukuri nikmat dunia. Plus untuk buku yang kedua dan ketiga memiliki ide dan semangat untuk melestarikan budaya daerah yaitu bahasa, khususnya bahasa sunda.
a. VERSI BUKU CETAK Untuk versi cetak maka dipastikan harus hadir bentuk buku cetak yang bisa dipegang, diraba dan dibuka – buka, maaf bukan dicelupin (itu sih iklan snack). Memang versi cetak tidak ada di Toko buku besar, tetapi sekarang dengan hadirnya BITREAD, siapapun bisa menerbitkan buku tampa khawatir dengan biaya yang besar.
Jadi tingal klik DISINI, ikuti langkah – langkahnya dan ditunggu beberapa hari maka versi cetaknya akan dikirimkan ke alamat kita.
b. VERSI E-BOOK Untuk yang ingin membaca dengan membeli ebooknya bisa dilakukan dengan 2 cara : 1) Melalui website Bitread ada tombol ‘keranjang gramedia’ 2) Langsung ke alamat Gramedia ebook dan search ‘andrie kustria wardana’ atau supaya praktis klik saja DISINI. untuk memperlancar proses membacanya diperlukan instalasi aplikasi GRAMEDIA EBOOK dan ikuti langkah – langkahnya. Harga ebooknya lebih murah dibanding versi cetak dan pembayarannya bisa melalui mobile banking atau aplikasi DANA, OVO dan sejenisnya.
c. VERSI RANDOM Nah untuk pilihan ini tergantung selera, kalau mau berbentuk buku ya silahkan pesan. Penikmat ebook juga tinggal doenolad aplikasi dan beli buku onlinenya. Untuk yang penyuka tulisan yang bisa dibaca gratisan, tinggal pantengan eh ikuti aja blogku ini www.akwnulis.com
Itulah informasi yang bisa diberikan bagi siapapun yang ingin atau penasaran dengan buah karyaku yang baru sedikit ini.
Selanjutnya ada beberapa buku yang dibuat keroyokan atau sekedar sebagai kontributor cerita saja yang besok lusa akan kita bahas. Selamat weekend kawanku. Wassalam(AKW).
LEUWIGAJAH, akwnulis.com. Selamat malam para pembaca setia di tulisan singkatku ini yang berkutat antara cerita kopi dan fiksimini. Tulisan sederhana yang orisinil karena hadir dari persentuhan antara kulit jempol dan tuts keyboard virtual di smartphone ini seiring ide dalam otak bergerak menjadi kata dan kalimat.
Idenya hadir karena tadi siang memang menjadi imam shalat dhuhur di mesjid kantor dan kebetulan cincin bacan menemani jemari di tangan kiri, tepatnya bertengger di jari manis dan agak longgar karena memang hasil pemberian. Akibatnya shalat menjadi penuh konsentrasi karena takut pas tangan diangkat, cincin terbang dan menimbulkan akibat.
Alhamdulillah, shalat dhuhur lancar hingga tuntas. Tapi ide ini terus bertengger di benak dan harus di eksekusi menjadi jalinan kata yang tepat sebelum idenya menghilang ditelan kesibukan yang tiada akhir. Selamat membaca.
FIKMIN # NGACLENG #
Anjog ka jero masjid, beungeut masih baseuh ku cai wudu. “Mangga mang, ngaimaman” Teu loba carita Mang Uca maju ka hareup gigireun mimbar. Nangtung ajeg, ngarènghap sakedap, “Allooohu Akbar” Takbirotul ihrom lancar.
Bacaan fatihah jeung kulhu ngagorolang na jero hatè, sabab ieu mah solat lohor. Giliran ruku ogè antarè. Dina mangsa i’tidal aya kajadian.
Bacan jeung baturna / Doklang.
“Samiallohu liman hamidah!” Sora tarik bari leungeun kaluhur nepi ka puhu ceuli, rada ditanagaan. Cleng cleng cleng! Karasa aya nu lèsot tina curuk, jariji jeung jajangkung.
“Adaaw” “Prang….”
Dua sora nu teu pati dipadulikeun, tuluy waè anteng ngaimaman padahal kadèngè aya ma’mum ngagorowok, “Subhanalloh.. Subhanalloh.”
Bèrès salam ngalieuk katukang, ngagebeg. Jang ibro keur diriung, tarangna getihan. Gigireunna kaca masigit peupeus patulayah. Teu lila sakabèh panon ngalieuk, nempo ka imam solat nu teu boga rarasaan. Mang Uca ngaheneng, sabot kitu inget kana ali bacan meunang nginjeum. Geuning lain dina ramo deui tapi tinggalolèr dina karpèt masigit, satilu – tilu.
***
Itulah kotretan kali ini, hati lebih tenang karena ide sudah tertuang. Menambah khazanah catatan pribadiku dan semoga memberi senyum bagi pembaca budimanku. Wassalam(AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Minggu pagi dimanfaatkan untuk menggerakkan raga dan melangkahkan kaki agar target 6000 langkah minimal sehari agar terpenuhi. Sekaligus juga memenuhi pesanan anak istri untuk membeli kupat tahu spesial yang menjadi langganan meskipun agak lumayan jaraknya jika ditempuh dengan berjalan.
Tapi justru ini kesempatan atau memontum untuk bergerak, berjalan kaki sekaligus beli kupat tahu dalam waktu yang sama. “Worth it khan?”
Nah membahas momentum, maka menghadirkan ide yang akhirnya bisa menuliskan menjadi sebuah cerita ringan yang mungkin bisa menghibur khalayak pembaca dari websiteku ini.
Momentum adalah besaran vektor yang dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara massa benda dan kecepatannya. Rumusnya adalah p = mv (momentum = massa dikali kecepatan). “Wuih jadi serius yah?”
Tapi bener lho, bahwa momentum itu bisa dilihat dari massa atau bobot beratnya suatu kegiatan yang dilihat dari berbagai sisi baik anggaran, ukuran, banyaknya sumber daya manusia hingga promosi yang luar biasa dikalikan dengan kecepatan fikir untuk memastikan saat yang tepat dalam mengambil tindakan dan keputusan. Sejalan dengan pengertian di KBBI bahwa momentum itu memiliki arti ‘saat yang tepat/kesempatan’.
Dari ide itulah sebuah jalinan kata dapat hadir menjadi cerita, tentu cerita rekaan alias cerita fiksi berbahasa sunda. Selamat membaca…
FIKMIN # PABURANTAK #
Domba hideung sakumaha pamènta geus ditungtun, leungeun kènca ngajingjing buah kiwi ustrali. Rèk mèrè hadiah spèsial poè lahir jikan, poè isuk milad ka 51. Rèk ngareureuwas jikan mèh atoh. Sanajan hargana lumayan, tapi diihtiaran.
Ari kiwi mah meunang meuli tadi isuk, kukumpul tina ladang endog meri. Buah kiwi gè geus lila dipikahayang jikan nepika ngimpi tilu poè tilu peuting. “Kudu kiwi ustrali nya kang.”
Anjog ka imah kadèngè sora jikan di pawon keur masak bari hahariringan dipirig lagu ajojing nu keur piral. Keketeyepan muru panto tukang, domba hideung nuturkeun. Panto dibuka saeutik, ngadeukeutan ti tukangeunna.
“Wilujeng milad mamah!” Bari jikan digabrug.
“Tuluuung!”
Gubrak, katèl dibalangkeun, cukil dipakè ngababuk. Jikan lumpat gogorowokan. Domba hideung leupas, kiwi paburantak sawarèh pejèt katincak. Di buruan, jikan ngajanteng olohok. Geuning lain rampog nu nangkeup tèh.
Uing ngadeukeutan, jikan nyorongot, “Geus aki-aki mah teu kudu roromantisan lah, tuh udag domba, lebar!”
***
Demikianlah cerita singkat tentang ‘momentum’ ini, dan ada satu lagi pesan yang penting, jangan memberi surprise pasangan mendahului harinya alias mendahului momentumnya, karena hasilnya kurang menyenangkan, percayalah. Wassalam(AKW).
Gempungan pasosonten, Jang Ulis kerung macoco kana layar lèptop, ramona mencètan kibod pikeun nyatet sagala rupi kecap nu kadangu. Ki Lurah nu janten pupuhu gempungan katingal rada teu raos manah. Sagala rupi didugikeun anapon nu sanès padamelan.
Rèngrèngan Kadus nu tadina ngadugikeun pamendakna ngadadak rèpèh. Sapalih tungkul margi biantara Ki Lurah asa sanès ngabahas bagbagan pasualan dèsa. Tapi langkung seueur urusan pribadi nu langkung paos dibadantenkeun diluar gempungan ieu.
Ulis mah teu seueur saur, teras wè ngetik dina lèptop. Tring! Aya WA lebet, dirèrèt geuning ti bojona, “Akang nuju naon?’
Ulis teu wantun nyepeng hapè margi nuju gempungan, bilih diseuseulan pupuhu. Tapi teu ngawaler WA bojo ogè tiasa janten masalah ageung. Dicobi dina lèptop ngangge WA wèb, ‘Hapunten nuju gempungan, geulis’
Teu lami, Ki Lurah lirèn cumarios. Hadirin nahan rènghap. Ki lurah ningal ka katuhu, melong raray Ulis bari ngiceupan, “Nembè nga WA?” Ulis ngembang kadu.
CIMAHI, akwnulis.com. Semilir udara pagi memberi sebuah semangat untuk kembali menulis lagi, apalagi ada ide yang senantiasa menari untuk segera dibumikan dalam tulisan ringan namun bisa menghadirkan sebuah senyuman. I hope like that.
Idenya berasal dari iseng dalam mempersingkat kalimat atau kumpulan kata menjadi lebih pendek dan mudah dihafal serta diingat. Meskipun terkadang memberikan persepsi yang berbeda atau malah jauh dari arti yang sebenarnya.
Ide ini berkaitan dengan nama – nama aplikasi yang hadir atas nama sebuah inovasi. Padahal tidak harus semua inovasi itu palikasi eh aplikasi, tetapi inovasi bisa hadir juga dalam bentuk aksi atau gerakan yang masif dan membumi. Tentu aplikasi perlu dalam rangka akselerasi, tetapi kesepahaman aksi menjadi strategi agar selaras antara gerakan dan pemahaman semua level dengan aplikasi yang tersaji. Dijamin sinergi ini akan berkelanjutan dan abadi.
Maka penulis mencoba menuangkan ide ini lagi – lagi dalam bahasa daerah yaitu bahasa sunda dengan kerangka fiksimini berbahasa sunda. Tentu singkatan sebuah aplikasinyapun berbahasa sunda.
Silahkan…
FIKMIN # GEUNJLEUNG#
Ba’da magrib rèngrèngan inohong parantos caralik dina korsi sèwang-sèwangan, ngaranggè acuk batik panjang sakumaha diserat dina uleman nu disebarkeun 3 dinten kapengker. Pupuhu yayasan ti kabupatèn kota sa jawa barat banten haladir disarengan punakawanna.
Ilustrasi oleh AKW by canva.
Mung nu rada ahèng di lebet rohangan acara, ageung wangunanna ogè tuangeun ngaleuya. Tapi sawaktos-waktos asa kaambeu bau menyan pacampur hangru. Ah babacaan wè satiasa-tiasa.
Dina waktosna acara dikawitan, asa teu sapagodos ningal MC nganggo raksukan drakula. “Naha kieu acara tèh?”
Tapi nu hadir teu tiasa kumaha, mung ngawitan rada geumpeur baca panto lebet nu tohaga ditutup tur dijagi ku para badèga nganggè raksukan prajurit jaman baheula. Padahal dina uleman mah badè gempungan akbar kanggè kamajengan yayasan.
Reup… lampu rohangan pareum. Jempling saharita.
Tapi teu lami payuneun panggung aya cahaya, ngawitan teu jelas, lalaunan nyaangan.
Gebeg!
“Aaaaaaaah…” Soanten ibu-ibu nu calik dipayun, reuwas. Teras kapuihan.
Dina panggung ngaradeg inohong yayasan sa jabar banten tingawitan pupuhu, girang serat ogè badèga nganggè acuk bodas kalotor, rambut rewig panjang soca burahay. Pikasieuneun.
“Kalawan nyebat Asma Alloh, Aplikasi Yayasan ngangge Akuntansi tur teknologi informasi disingket AYA KUNTI, resmi diterapkeun”
Tok tok tok!
Bray lampu caang baranang, musik disada tarik pisan. Nu kapiuhan garugah, jigrah teras nyarandakan tuangeun nu ngalayah.
***
Demikianlah celoteh kata di pagi buta, melengkapi tulisan terdahulu yang dipastikan memiliki makna. Have a nice weekend guys. Wassalam(AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Hari jumat pagi yang begitu segar dengan sentuhan lembut angin tipis memberi inspirasi menulis tentang sesuatu. Tanpa perlu basa basi dan lawan kemalasan menulis dengan membiarkan jemari menari di keyboard virtual smartphoneku ini. Maka hadirlah kembali tulisan singkat berbahasa sunda, silahkan :
FIKMIN # SALSE #
Mimitina mah hudang sarè tèh asa salsè, hapè jempè. Padahal biasana ba’da shubuh geus trang tring sora pesen nu asup. Ninyuh cikopi dibaturan gorèng ulèn jeung bala-bala, nikmat pisan.
Mandi, neukteukan kuku, nepika nyisir ngagolep beulah tengah, hapè jempling. Dirèrèt hapè hurung sakumaha ilaharna. Geus saged, hapè dibawa, ngiclik ka garasi rèk ngaluarkeun motor si kukut tèa.
Bari ngahaneutan motor, hapè dicoo. Aman teu aya nanaon. Tapi… diilikan tèh aya tanda perboden leutik dina layar luhur. Gebeg, boa bèak pulsa mumul kuota. Langsung dipencèt nomer hapè jikan…
Tuut.. tuuut.
“Pulsa anjeun teu cekap kanggo nelepon!” Èta waleranna, diterjemahkeun kana basa sunda.
Langsung kèsang tiis renung dina tarang, jajantung jadi gancang jeung pipikiran cus cos kaditu kadieu.
Motor dipareuman, lumpat ka gang tukangeun imah. Rèk meuli pulsa jeung kuota di kios Bi Asih. Hanjakal nutup kènèh, digedor suwung jelema. Tungtungna mah nyanghunjar bari cirambay, duit 10 rebu dikeukeuweuk maturan.
****
Itulah tulisan singkat 150 kata tentang sebuah fenomena. Bagi yang penasaran tentang cerita tersebut atau ingin menambah dan juga menentang kejadian itu, tentu dipersilahkan karena ini hanya cerita fiksi reka saja meskipun diangkat dari ide keseharian. Isi di kolom komentar atau japri seperti biasa. Selamat bekerja di hari jumat minggu ini, semangaat. Wassalam(AKW).
CIMAHI, akwnulis.com. Tulisan kali ini berbahasa sunda dulu ya, bahasa sunda loma atau bahasa sunda keseharian. Nyanggakeun…
***
NGANTEUR BUDAK
Ba’da shubuh asa hayang gogolèran, kabeneran pan poè saptu mah teu kudu indit ka kantor. Tapi kètang poè saptu minggu ogè ari keur euyeub ku pagawèan mah angger ngantor, sanajan ukur satengah poè.
Golèdag nangkarak bari nguliat, panon mapay lalangit bodas bari ngitung pasagi motifna geuning ngawengku 49 titik tina unggal kotakanna. “Teu percaya?.. ajaran wè ngitung sorangan lur”
Awak asa hampang jeung mimiti tetempoan moèkan, reup sarè teu hararèsè.
Hanjakal geuning kanikmatan hirup ieu teu lila umurna, kudu hudang bari ngarènjag sabab ceuli katuhu katorekan ku gorowok budak cikal, “Abahhhh ka kafè tèa, ulang kalah ka sarèèè….”
Gurubug, langsung diuk dina sisi pangsarèan, ngumpulkeun sukma bayu bari ratug jajantung. “Astagfirulloh Enèng, ulah ngareureuwas kitu”
“Hapunten Abahkuuu” Sora halimpu budak bari ngagèlèhè. “Hayu urang ka cafè tèa, pan tos jangji, nganteur wungkul Abah mah”
Teu loba carita sanajan dompèt keur ceurik balilihan da kosongan. Tapi keur budak mah kudu ditagenan. “Tapi naha ka cafè ukur nganteur?, biasana gè bagèan mayar”
Hasil ti ka kafe / Doklang.
Biur numpak motor duaan, meuntasan lembur muru ka kota. 30 menit geus anjog ka nu dituju. Budag jigrah atos amarwata suta, lumpat asup, kukurilingan milihan barang nu lalucu. Uing ngahuleng hareupeun toko anyar di mall, ngaranna KKV (dibaca ka ka fe).
***
Itulah cerita singkat kali ini, Alhamdulillah irit uang, karena si kecil belanja dengan uang THRnya. Wassalam, (AKW).
Ngawitanna mah mung wartos salangkung ti tatanggi, saurna aya anu tingborèlak dina suhunan. Nu jolna tina tangkal ketapang kancana bodas di buruan pengker.
Teu seueur saur tangtosna kedah saènggalna diroris, bilih leres tangkal tos ngajangkungan, lajeng daun nu murag janten runtah ka buruan tatanggi. Kaleresan samentawis waktos èta bumi tèh teu dieusian, jalaran pun biang hoyong disarengan sabumi. Maklum tos sepuh.
Ènggal ngabujeng ka bumi kosong, muka tulak nganggè kodeu ditambih notifikasi raray. Cetrèk!. Panto payun muka. Mapah rusuh muru ka pengker, tangtos scan barkod deui supados tiasa muka panto tur jandèla.
Rèrèncanganna seueur / doklang.
Gebeg!! Hookeun ningal buruan pengker utamina dina tangkal nu halughug ngajul kalangit. Tingborèlak konèng umyang, enyut mèh dina unggal dahan tur daun. Ngawitanna mah katingal mung hiji, ari pèk tèh rèrèncanganna ratusan. Buluna ngagebay cèlak marahmay, hileud konèng baranahan.
Teu seueur saur, tangkal dituar hileudna nyinglar. Hampura nya, da geuning janten rarenyem. Hileud unggeuk carinakdak.