DIBATURAN – fbs

Tulisan ringan berbahasa sunda, nggak ngerti ya DM atau japri..

CIBEBER, akwnulis.com. Seiring waktu bergerak menapaki sabtu malam, ternyata dalam 2 minggu ini ada sedikit perbedaan dalam hasil karya sederhana berupa tulisan dan sejumput makna. Terlihat bahwa tulisan yang hadir rutin adalah sebait pantun harian dilengkapi ilustrasi gambar yang mungkin relevan serta ditampilkan di media sosial dalam bentuk postingan reels baik di facebook juga di instagram.

Sementara sebuah janji menggunakan bahasa ibunda yaitu bahasa sunda dalam menuangkan ide dan cerita agak terhenti dalam dua minggu ini. Maka dalam semarak malam minggu ini jemari kembali menari dan berusaha hadirkan cerita singkat 150 kata berbahasa sunda yang lebih dikenal dengan FBS, fiksimini basa sunda.

Inilah ceritanya….

***

FIKMIN # DIBATURAN #

Asa bayeungyang di jero tènda tèh, lalaunan Jang guru Didin kaluar. Leuleumpangan mapay tènda barudak nu geus jarempling, sora kèrèk wè patembalan. Jugana carapèeun geus acara jurit malam.

Nempo ka posko pembina, katingali Guru Dadang keur uplek ngobrol. Tapi rèk ngadeukeutan tèh asa wegah. Mending ngadaweung sorangan bari nempo sungapan Ciawitali nu caina umpal – umpalan.

Pak guru punten diwagel” Sora Jang Dodi mahasiswa magang nu ngiluan perjusami ieu ngagareuwahkeun. “Aya naon Dod?”

Saèna bapak ènggal ka tènda, margi palih kènca bapak aya nu nyarengan” Dodi ngaharèwos, bari ngodeuan tong ningali ka kènca. Tapi kalah ka panasaran, lieuk ka kènca, gebeg. Aya pocong sadua-dua, nyèrèngèh.

Guru Didin tibuburanjat muru ka tonggoh, kana tènda pembina. Bari babacaan sabisa-bisa.

Sup ka tènda pembina, kaciri aya dua urang geus ngaguher. Guru Didin reugreug aya batur. Lalaunan ngagolèr gigireunna. Pas nempo beungeut nu keur kèrek, geuning Jang Dodi jeung babaturanna. “Ari tadi saha?”

***

Seperti biasa jika para pembaca tidak atau kurang paham maknanya karena berbahasa daerah, ataupun memang agak bingung dengan jalan cerita yang singkat ini maka jangan ragu tanyakan saja di kolom komentar atau japri via WA plus DM di Instagram, insyaalloh dilayani dengan segera. Tentu dengan catatan, pertanyaan atau pesan yang relevan.

Selamat bermalam minggu ya, baik yang semarak bersama keluarga tercinta ataupun sendiri menikmati denting waktu yang tak pernah berhenti. Wassalam (AKW).

BERSUA DENGAN PUTRI BERMAHKOTA.

Cerita misteri masa lalu sambil mengisi waktu penerbangan yang ditunda.

KUALANAMU, akwnulis.com. Delay demi delay datang bertubi-tubi sehingga cara terbaik yang harus disiapkan adalah berusaha mengendalikan kesabaran dan memanfaatkan waktu untuk membuat sesuatu yang bermakna. Kekesalan memang sulit dihindarkan tetapi apa mau dikata, pilihan maskapai penerbangan yang katanya sering menerima komplain akhirnya kejadian. Jadi ya sudah terima saja, gitu aja kok repot.

Cara terbaik versi diri ini untuk mengisi waktu penantian yang agak tidak pasti ini adalah menulislah. Maka segera berusaha berkonsentrasi dan mencari tema tulisan yang bisa dituangkan dalam jalinan kata. Inilah ceritanya..

BERSUA DENGAN TUAN PUTRI BERMAHKOTA.

Malam terasa begitu panas suasana di dalam rumahku. Kami berempat duduk bersama dalam acara makan malam memgelilingi meja makan dengan sedikit peluh di wajah masing – masing. Memang musim kering sedang melanda desa kami, tetapi suhu panas malam ini sungguh berbeda, menyiksa.

Setelah makan bersama usai, ayah akhirnya berinisiatif membuka jendela ruang tengah agar ada udara luar yang mungkin bisa membantu mengurangi kegerahan ini. Padahal di tengah rumah, kipas angin berputar – putar dalam mode maksimal demi hasilkan angin kenyamanan.

Aku yang masih bersekolah di kelas 4 sekolah dasar beringsut mengikuti langkah ayahanda yang bergerak membuka pintu depan selain tentunya jendela ruang tengah yang telah terbuka selebar – lebarnya.

Ayo kita diluar saja, lihat bulan purnama nyaris sempurna” Seruan sang ayah langsung disambut dengan kehadiranku yang memang senang sekali bermain di halaman rumah. Biasa bermain sore hari hingga menjelang magrib tiba, lalu pergi ke mesjid besar dekat kantor desa untuk mengaji hingga jadwal shalat isya.

Namun kali ini pengajian ditiadakan karena pak ustad pengajarnya sedang mengunjungi keluarganya yang sakit di luar wilayah kecamatan. Jadi jadwal mengaji di rumah masing – masing.

Bermain – main di halaman rumah dibawah sinar bulan terasa menyenangkan. Apalagi adik kecilku yang masih 4 tahun, ikut bergabung bersama ibunda. Belajar berjalan kesana kemari sambil tertawa – tawa.

Ayah mengambil bola plastik kesukaanku, dan kami bergiliran menjadi penendang bola lalu jadi penjaga gawangnya, seru deh pokoknya.

Hingga pada suatu ketika, ayah menendang bolanya cukup kencang dan bola bergulir melewati semak yang berbatasan dengan jalan setapak di depan rumah. Aku berlari mengejarnya hingga memasuki semak rumput yang cukup tinggi. Terlihat bola plastikku disitu.

Pada saat tangan mungilku menjulur akan.memgambil bola, ada sesuatu yang memandangku dengan tatapan tajam. Dua mata kecil berwarna merah, lalu terlihat seperti berdiri dengan leher mengembang dan sisannya adalah sebuah gulungan indah berwarna perak memantulkan sinar rembulan yang semakin terang. Instingku meminta agar tangan dan badan ini tidak bergerak karena yang berada dihadapanku itu adalah ular sendok yang sedang bersiaga, mungkin terganggu oleh kehadiran bola plastikku.

Aku berhadap – hadapan dengan ular itu, terlihat sepasang matanya memandang waspada. Sama – sama berdiam diri. Aku menahan nafas sekuat mungkin, jikalau harus dilepas maka dilakukan perlahan. Jangan sampai membuat gerakan mengejutkan karena itu akan berakibat fatal. Mulut terkunci tanpa suara sedikitpun.

Ayah yang menyusul karena melihat anaknya terdiam di dekat semak – semak, juga berdiri mematung. Karena ular sendok besar itu bukan binatang sembarangan. Oh ya kawan ular sendok itu adalah sebutan untuk ular kobra lokal yang memiliki ciri bisa menggembukan lehernya sehingga bisa seperti sendok, itulah asal muasal disebut ular sendok. Urusan berbisa, inilah ular yang berbahaya karena bisa yang ada di mulutnya cukup mematikan. Apalagi bagi anak kecil sepertiku.

Aku yang terpaku berusaha menatap kedua mata kecil ular sendok itu. Terlihat kilau warna perak yang membuat ular itu begitu gagah, kokoh dan memiliki aura ketegasan. Tapi yang agak mengernyitkan dahi adalah diatas kepalanya tidak mulus seperti ular – ular biasa, seperti ada bentuk mahkota keemasan yang berkilau ditempa cahaya rembulan.

Tiba – tiba dari sudut matamu terlihat ayahanda yang tadi berdiri perlahan duduk di tanah, tapi matanya tetap waspada menatap ular sendok bermahkota ini. Ular sendok kepala sedikit bergeser dan langsung berhadapan dengan ayahku. Waduh suasana makin tegang, jangan sampai ayanda berkorban mengalihkan perhatian sang ular agar anaknya terhindar dari bahaya tapi berpindah kepada beliau.

Belum selesai pikiran buruk ini berakhir, terlihat ayahanda membungkuk di depan ular bermahkota itu sambil berkata, “Maafkan kami yang telah mengganggu istirahat tuan putri. Ijinkan kami mengambil bola itu dan pergi dari sini”

Ular sendok bermahkota itu terlihat perlahan mengangguk dan bergerak ke samping bola plastik tadi lalu seperti masuk ke dalam lubang yang berada di samping bola plastik itu. Gerakan tubuh gemulainya terlihat begitu indah dan cepat, hingga akhirnya menghilang dari pandangan dan berganti menjadi keheningan.

Ayahanda segera mengambil bola dan mengajakku segera kembali ke rumah, terdengar dari mulut ayahanda gumaman perlahan, “Terima kasih tuan putri.”

Kamipun akhirnya menyudahi bermain di halaman rumah ini dan kembali masuk ke rumah bersama adikku dan ibunda. Ayahanda tidak banyak bicara tetapi terlihat begitu teliti disaat menutup pintu dan jendela sambil sesekali wajahnya melihat ke luar rumah seperti ada sesuatu yang dilihatnya.

Aku beranjak cuci tangan cuci kaki lalu berwudhu untuk dilanjutkan shalat isya dan beranjak tidur di kamarku. Tepatnya di bagian depan rumah mungil kami.

Sementara di kepalaku beraneka reka kata dan kalimat serta memperkirakan sebuah kejadian aneh yang menegangkan ini. Tapi rasa lelah lebih kuat untuk membuat raga ini istirahat dalam buaian mimpi yang tepat.

***

Keesokan harinya adalah hari minggu, hari yang dinanti karena berarti tidak sekolah dan bisa bermain seharian. Indahnya masa anak – anak yang tidak ada beban, hanya tugas sekolah dan turuti kemauan orangtua lalu sisanya adalah bermain dengan teman. Berlarian, main layangan, petak umpet, sorodot gaplok, gatrik, ngurek, berenang di bendungan hingga menyalakan meriam bambu dengan suara yang mencengangkan.

Tapi teringat kejadian tadi malam, tanpa minta ijin kepada ayahanda. Berjalan menuju tempat tadi malam posisi bola plastikku berada dan penasaran ingin melihat lubang tempat masuknya ular sendok bermahkota. Khawatir suatu saat ular itu keluar lagi tanpa aba – aba.

Tapi ternyata di lokasi bola plastik tadi malam, tidak ada lubang sama sekali. Hanya tanah dan rerumputan semak saja. Tidak ada lubang sarang ular, seolah tadi malam ular sendok itu menghilang ditelan bumi begitu saja. Dengan ranting coba ditusuk – tusuk ke tanah, tidak ada tanda – tanda lubang itu berada. Tiba – tiba ada suara yang mengagetkanku dari belakang.

Sudahlah nak, tidak usah dicari. Itu bukan ular biasa” Ayahanda ternyata sudah ada di belakangku. Aku mengangguk dan menggamit tangan ayahku. Lalu berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

***

Itulah sekelumit kisah yang bisa diceritakan kali ini. Disaat tulisan ini selesai bertepatan juga dengan panggilan dari speaker untuk segera memasuki pesawat yang akan membawaku terbang kembali ke Jakarta. Alhamdulillahirobbil alamin. Wassalam (AKW).

MACET PARAH & NULIS FIKMIN – dibejaan.

Macet parah bukan halangan untuk menulis, inilah hasilnya.

CIAWI, akwnulis.com. Sabtu siang akhirnya bisa mendarat dengan nyaman di parkiran depan mesjid keluarga besar Kartadibrata di Ciamis, Alhamdulillahirobil alamin. Sebuah perjalanan santai dalam rangka mengantar ibunda untuk mencari jejak leluhur tepatnya makam ibundanya atau nenekku dari ibu.

Perjalanan keberangkatan relatif lancar sekitar 3 jam 28 menit hingga ke lokasi tetapi perjalanan pulangnya langsung stuck semenjak daerah rajapolah. Buka google map langsung dihadapkan pada rute yang merah membara alias macet parah. Awalnya bergerak perlahan dan akhirnya terdiam menanti mobil depan merayap sesuai urutan.

Ya sudah, sambil menjalani kemacetan ini. Saatnya menulis tentang sesuatu yang bisa dibagi kepada kolega dan kawan – wan di blog pribadi ini. Meskipun tentunya mata tetap waspada mengawasi pergerakan kendaraan di depan sehingga meski terdiam dan tersendat namun tetap bisa bergerak manakala kesempatan itu datang mendekat.

Tulisan kali ini adalah mencurahkan cerita dalam genre fiksimini basa sunda sekaligus mengkampanyekan batasan penulisan fiksimini maksimal 150 kata dalam bentuk cerita fiksimini. Maka langsung saja jemari eh jempol gemukku bergerak lincah diatas virtual keyboard smartphoneku. Memuliskan kata demi kata bahasa sunda untuk menjalin suatu cerita.

Inilah tulisannya….

***

Lain sakali dua kali èta pesen dina WA pinuh kiriman ti manèhna. Sapoè bisa 8 kali ngirim pesen tèh. Shubuh – shubuh aya tausiah, mangsana panon poè meletet aya deui pesen kana tips ngajaga keluarga mèh awèt. Ngadeukeutan tengah poè aya tausiah deui. Ngan lamun geus lohor kakara curhat karungsing kahirupannana.

Nya kusabab baheula boga carita, asa teu wasa mun saukur dibaca. Dibales wè sanajan ukur ku simbol jempol atawa 2 leungeun nutup kawas nu keur sasalaman jaman covid.

Aya ogè nu jadi keuheul tèh, èta tausiah atawa tips kahirupan kulawargi sakinah tèh meunang nyalin ti nu lian jadi lain asli jieunan manèhna. Rumusna RNTB (rajin ngirim tulisan batur). Hiji mangsa mah dibèjaan, “Ceu, saèna mah nu dikintun tèh ulah copas, manawi seratan asli ceuceu atuh

Sapoè eureun teu ngirim pesen dina WA, alhamdulillah mujarab yeuh. Poè kadua, poè katilu gè suwung. Istuning jempling euweuh nu trangting. “Kamana si euceu?” Hatè norowèco.

Saminggu ti harita, aya deui pesen tèh. Tapi lain tausiah, tulisan rèkaan nu maksimal 150 kecap. Basa sundana ngagulur, sakapeung aya lèokan di paragraf pamungkasna. Tapi sapoè ukur ngirim hiji, ceunah mah kudu kitu tidituna.

Bieu nga-WA deui, “Jang, ngaran ceuceu geus diganti, hasil tina putusan pengadilan kamari, janten Fikriani Mintarsih, disingket fikmin.”

****

Tulisan konsep fiksiminiku sudah tuntas, saatnya.memghitung.jumlah kata. “Satu, dua, tiga…. dan seterusnya” eh ternyata 172 kata. Terlalu banyak lebihnya, langsung coba diperpendek lagi yang penting secara esensi ide bisa dipertahankan.

Sambil sesekali kaki menginjak gas atau rem seiring ketersendatan kemacetan yang menyesakkan eh mempegalkan. Baca lagi ulang konsep tulisan tadi dan peras eh pendekkan hingga maksimal 150 kata. Tidak lupa diberi judul yang senada. Inilah jadinya….

FIKMIN # DIBÈJAAN #

Lain sakali dua kali èta pesen dina WA pinuh kiriman ti manèhna. Sapoè bisa 8 kali ngirim pesen tèh. Tausiah, tips kahirupan jeung sajabana.

Nya kusabab karunya, teu wasa mun saukur dibaca. Dibales wè sanajan ukur ku gambar jempol.

Aya ogè nu jadi keuheul tèh, èta tausiah atawa tips kahirupan tèh meunang nyalin ti nu lian jadi lain asli jieunan manèhna. Hiji mangsa mah dibèjaan, “Ceu, saèna mah nu dikintun tèh ulah copas, manawi seratan asli ceuceu atuh”

Sapoè eureun teu ngirim pesen dina WA, alhamdulillah mujarab yeuh. Poè kadua, poè katilu gè suwung. Istuning jempling euweuh nu trangting. “Kamana si euceu?” Hatè norowèco.

Sabulan ti harita, aya deui pesen tèh. Tapi lain tausiah, tulisan rèkaan maksimal 150 kecap. Basana ngagulur, sakapeung aya lèokan di paragraf pamungkasna. Sapoè ukur ngirim hiji.

Bieu nga-WA deui, “Jang, ngaran ceuceu geus diganti, hasil tina putusan pengadilan kamari, janten Fikriani Mintarsih, disingket fikmin.”

***

Itulah sebuah tulisan yang dihasilkan dalam kemacetan ini. Lumayan meskipun mobil beranjak beberapa puluh meter saja, tapi minimal adq tulisan yang bisa dihasilkan dan langsung dibagikan. Happy weekend kawan. Bagi yang terjebak macet dan terdiam dibalik kemudi, anda tidak sendiri. Banyak teman termasuk diriku ini. Wassalam (AKW).

SIBANYO – fbs

Menulis lagi fiksimini basa sunda – gaskeuun Gan.

CIMAHI, akwnulis.com. Libur sabtu minggu sebentar lagi berlalu, melewati tengah malam nanti maka sudah bersua dengan hari senin yang penuh tantangan. Tapi waktu yang berjalan ini perlu diisi dengan sesuatu yang memiliki adti dan besok lusa bisa dinikmati kembali. Yaitu sejumput kisah dengan beraneka makna, tentu  tidak lebih dari 1t0 kata dan ditulis dalam bahasa sunda.

Tema utama adalah tentang pergerakan waktu dan momentum terbaiknya adalah tengah malam. Kembangkan idenya dan campurkan bersama imajinasi kita sehingga akan terwujud menjadi jalinan cerita yang mungkin sama atau mirip dengan cerita lainnya. Tapi yakinlah selama tidak copas dari tulisan lain, meskipun ada kesamaan tetapi ciri khas tulisan orisinil akan hadir dengan sendirinya.

Selamat menikmati tulisan sederhanaku tentang fenomena tengah malam…

FIKMIN # SIBANYO #

Tengah peuting asa bayeungyang, hudang tina kasur muru ka dapur. Nèangan nu tiis, panto kulkas dibuka, geuning pinuh ku sayur atah jeung pais teri.

Tungtungna mah muru galon nu ngagolèr. Aya eusina saeutik. Langsung wè diangkat, diuyup lalaunan, seger.

Seggher nyaa?”

Gebeg tèh, inget papagah nu boga imah. Dipahing pisan tengah peuting kaluar kamar. Tapi ah èta mah ukur nyingsieunan. Leumpang muru ka kamar, ngaliwatan wastafel eureun heula, rèk sibanyo.

Leungeun muka keran wastafel, mencèt botol sabun cair. Sabot kitu, beungeut nyanghareup kana eunteung di wastafel. Kaciri beungeut celong. Tapi pas ditelek-telek, naha beungeut lalaunan ngabodasan jeung jiga nu garetihan.

Awak ngabatu panon molotot, teu walakaya, nyekel wastafel bari nempokeun eunteung. Beungeut geutihan nyurup jadi beungeut awèwè makè karembong beureum. Imut ngagelenyu, ngan sihung kaciri kènca katuhu.

Teu lila aya leungeun kaluar tina eunteung, nyekel kana beuheung. Karasa tiis camèwèk. Awak karasa hampang, peurih, les poèk mongklèng.

***

Demikian tulisan fiksimini berbahasa sundaku yang ke sekian. Jika ada yang roaming tentang judul tulisan sundaku, maka akan dijelaskan bahwa SIBANYO memiliki arti CUCI TANGAN. Jadi cucilah tangan secara merata sesuai aturan maka resiko terkena penyakit dapat dihindarkan. Selamat malam, selamat merajut asa menghadapi senin pagi ceria. Wassalam (AKW).

Momentum PABURANTAK – fbs

Cerita pagi tentang momentum dan selarik senyum.

CIMAHI, akwnulis.com. Minggu pagi dimanfaatkan untuk menggerakkan raga dan melangkahkan kaki agar target 6000 langkah minimal sehari agar terpenuhi. Sekaligus juga memenuhi pesanan anak istri untuk membeli kupat tahu spesial yang menjadi langganan meskipun agak lumayan jaraknya jika ditempuh dengan berjalan.

Tapi justru ini kesempatan atau memontum untuk bergerak, berjalan kaki sekaligus beli kupat tahu dalam waktu yang sama. “Worth it khan?”

Nah membahas momentum, maka menghadirkan ide yang akhirnya bisa menuliskan menjadi sebuah cerita ringan yang mungkin bisa menghibur khalayak pembaca dari websiteku ini.

Momentum adalah besaran vektor yang dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara massa benda dan kecepatannya. Rumusnya adalah p = mv (momentum = massa dikali kecepatan). “Wuih jadi serius yah?”

Tapi bener lho, bahwa momentum itu bisa dilihat dari massa atau bobot beratnya suatu kegiatan yang dilihat dari berbagai sisi baik anggaran, ukuran, banyaknya sumber daya manusia hingga promosi yang luar biasa dikalikan dengan kecepatan fikir untuk memastikan saat yang tepat dalam mengambil tindakan dan keputusan. Sejalan dengan pengertian di KBBI bahwa momentum itu memiliki arti ‘saat yang tepat/kesempatan’.

Dari ide itulah sebuah jalinan kata dapat hadir menjadi cerita, tentu cerita rekaan alias cerita fiksi berbahasa sunda. Selamat membaca…

FIKMIN # PABURANTAK #

Domba hideung sakumaha pamènta geus ditungtun, leungeun kènca ngajingjing buah kiwi ustrali. Rèk mèrè hadiah spèsial poè lahir jikan, poè isuk milad ka 51. Rèk ngareureuwas jikan mèh atoh. Sanajan hargana lumayan, tapi diihtiaran.

Ari kiwi mah meunang meuli tadi isuk, kukumpul tina ladang endog meri. Buah kiwi gè geus lila dipikahayang jikan nepika ngimpi tilu poè tilu peuting. “Kudu kiwi ustrali nya kang.”

Anjog ka imah kadèngè sora jikan di pawon keur masak bari hahariringan dipirig lagu ajojing nu keur piral. Keketeyepan muru panto tukang, domba hideung nuturkeun. Panto dibuka saeutik, ngadeukeutan ti tukangeunna.

Wilujeng milad mamah!” Bari jikan digabrug.

Tuluuung!”

Gubrak, katèl dibalangkeun, cukil dipakè ngababuk. Jikan lumpat gogorowokan. Domba hideung leupas, kiwi paburantak sawarèh pejèt katincak. Di buruan, jikan ngajanteng olohok. Geuning lain rampog nu nangkeup tèh.

Uing ngadeukeutan, jikan nyorongot, “Geus aki-aki mah teu kudu roromantisan lah, tuh udag domba, lebar!”

***

Demikianlah cerita singkat tentang ‘momentum’ ini, dan ada satu lagi pesan yang penting, jangan memberi surprise pasangan mendahului harinya alias mendahului momentumnya, karena hasilnya kurang menyenangkan, percayalah.  Wassalam (AKW).

***

GEUNJLEUNG – fbs

Singkatannya bikin kagèt.

CIMAHI, akwnulis.com. Semilir udara pagi memberi sebuah semangat untuk kembali menulis lagi, apalagi ada ide yang senantiasa menari untuk segera dibumikan dalam tulisan ringan namun bisa menghadirkan sebuah senyuman. I hope like that.

Idenya berasal dari iseng dalam mempersingkat kalimat atau kumpulan kata menjadi lebih pendek dan mudah dihafal serta diingat. Meskipun terkadang memberikan persepsi yang berbeda atau malah jauh dari arti yang sebenarnya.

Ide ini berkaitan dengan nama – nama aplikasi yang hadir atas nama sebuah inovasi. Padahal tidak harus semua inovasi itu palikasi eh aplikasi, tetapi inovasi bisa hadir juga dalam bentuk aksi atau gerakan yang masif dan membumi. Tentu aplikasi perlu dalam rangka akselerasi, tetapi kesepahaman aksi menjadi strategi agar selaras antara gerakan dan pemahaman semua level dengan aplikasi yang tersaji. Dijamin sinergi ini akan berkelanjutan dan abadi.

Maka penulis mencoba menuangkan ide ini lagi – lagi dalam bahasa daerah yaitu bahasa sunda dengan kerangka fiksimini berbahasa sunda. Tentu singkatan sebuah aplikasinyapun berbahasa sunda.

Silahkan…

FIKMIN # GEUNJLEUNG#

Ba’da magrib rèngrèngan inohong parantos caralik dina korsi sèwang-sèwangan, ngaranggè acuk batik panjang sakumaha diserat dina uleman nu disebarkeun 3 dinten kapengker. Pupuhu yayasan ti kabupatèn kota sa jawa barat banten haladir disarengan punakawanna.

Mung nu rada ahèng di lebet rohangan acara, ageung wangunanna ogè tuangeun ngaleuya. Tapi sawaktos-waktos asa kaambeu bau menyan pacampur hangru. Ah babacaan wè satiasa-tiasa.

Dina waktosna acara dikawitan, asa teu sapagodos ningal MC nganggo raksukan drakula. “Naha kieu acara tèh?”

Tapi nu hadir teu tiasa kumaha, mung ngawitan rada geumpeur baca panto lebet nu tohaga ditutup tur dijagi ku para badèga nganggè raksukan prajurit jaman baheula. Padahal dina uleman mah badè gempungan akbar kanggè kamajengan yayasan.

Reup… lampu rohangan pareum. Jempling saharita.

Tapi teu lami payuneun panggung aya cahaya, ngawitan teu jelas, lalaunan nyaangan.

Gebeg!

Aaaaaaaah…” Soanten ibu-ibu nu calik dipayun, reuwas. Teras kapuihan.

Dina panggung ngaradeg inohong yayasan sa jabar banten tingawitan pupuhu, girang serat ogè badèga nganggè acuk bodas kalotor, rambut rewig panjang soca burahay. Pikasieuneun.

Kalawan nyebat Asma Alloh, Aplikasi Yayasan ngangge Akuntansi tur teknologi informasi disingket AYA KUNTI, resmi diterapkeun”


Tok tok tok!

Bray lampu caang baranang, musik disada tarik pisan. Nu kapiuhan garugah, jigrah teras nyarandakan tuangeun nu ngalayah.

***

Demikianlah celoteh kata di pagi buta, melengkapi tulisan terdahulu yang dipastikan memiliki makna. Have a nice weekend guys. Wassalam (AKW).

***

RURUSUHAN – fbs

Teu sami sareng sangkian.

FIKMIN # RURUSUHAN #

Matapoè nembè meletèk waktos juragan gugupay bangun nu sono. Teu nolih kènca katuhu langsung lumpat nepangan, teu sirikna notog-notogkeun maneh. Haruhah harèhoh pas dugi payuneunnana.

Aya pikersaeun naon Agan?

Sanès waleran tina pertarosan nu katingal tina lambeyna, tapi burahay soca sareng tulang raray nu katingal nahan kaambek. Sakedap mah ngaheneng, bilih lepat laku lampah.

Panangan ngeupeul tipepereket, duana. Tapi teu aya soanten nanaon. Jempling, aya ogè sakedik soanten hiliwir angin nu ngalangkung teu tangtos nu dijugjugna.

Papayun-payun tapi teu aya soanten nanaon, katingali rarayna sepa. Soca moncorong beureum teu ngiceup – ngiceup acan.

Punten Gan, punten” Soanten rada ditarikan. Mamanawian kadangueun. Tapi geuning angger dunungan ngabigeu. Raraosan asa ngawitan teu puguh. Dicobi mapatkeun ayat kursi sareng patihah.

Burinyay.. peureum saharita. Pas beunta teu aya sasaha. Ukur aya lamak beureum napel dina sisi tembok. Baseuh tur bau hangru. Diluhur matapoè tungkul, dareuda. (AKW).

SIEUN – fbs

Rasa takut membawa hikmah.

CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah goresan pena digital dalam genre kisah rekaan singkat tentang fragmen kehidupan.

FIKMIN # SIEUN #

Teu pira ukur suku kènca salah nincak, ujug bangkieung awak bayuhyuh nambru ka hareup. Tuur paadu jeung batu, tuluy beuteung jeung pinareup. Tidinya tèh lain eureun tapi ngiluan biwir, irung nepika tarang. Kaca panon ogè kagorès ku tarikna paadu jeung batu nu kuduna jadi titincakeun.

Saheulaanan nangkuban bari muringis, peurih jeung nyeri. Komo ditambahan ku èra mah, beuki nyeuit kana ati. “Astagfirulloh adzim, kunaon Euceu?” Gorowok ibu – ibu pangajian, moro nu keur nangkuban.

Teu lila ibu – ibu nu lian datang, narulungan. Lalaunan Mak Ina hudang. Biwir peurih, monyong jeung karasa nyanyautan.

Euleuh getihan”
“Ènggal nyungkeun ès batu!”
“Èta hapè kadè kakantun”

Mak Ina ngusahakeun nangtung, tapi asa karonèng, les poèk kapiuhan.

Hudang dina ranjang, kaciri barudak jeung salaki di kènca katuhu. Aya ogè tatangga jeung dokter jeung perawat. “Alhamdulillahirobbil alamin.”

Tisaprak harita Mak Ina tara loba ngarasula, ngarahuh komo mairan nu teu perlu. Istuning sholèhah, sieun jeding deui.

***

Catatan : Ini adalah cerita fiksi berbahasa sunda dengan sebutan FBS (fiksimini basa sunda). Ditulis dengan kumpulan kata dan maksimal di 150 kata. Tidak percaya? Silahkan hitung saja kata per katanya. Selamat menghitung. Terima kasih (AKW).

NGANTEUR BUDAK – basa sunda.

Neda maklum kirang gaul..

CIMAHI, akwnulis.com. Tulisan kali ini berbahasa sunda dulu ya, bahasa sunda loma atau bahasa sunda keseharian. Nyanggakeun…

***

NGANTEUR BUDAK

Ba’da shubuh asa hayang gogolèran, kabeneran pan poè saptu mah teu kudu indit ka kantor. Tapi kètang poè saptu minggu ogè ari keur euyeub ku pagawèan mah angger ngantor, sanajan ukur satengah poè.

Golèdag nangkarak bari nguliat, panon mapay lalangit bodas bari ngitung pasagi motifna geuning ngawengku 49 titik tina unggal kotakanna. “Teu percaya?.. ajaran wè ngitung sorangan lur”

Awak asa hampang jeung mimiti tetempoan moèkan, reup sarè teu hararèsè.

Hanjakal geuning kanikmatan hirup ieu teu lila umurna, kudu hudang bari ngarènjag sabab ceuli katuhu katorekan ku gorowok budak cikal, “Abahhhh ka kafè tèa, ulang kalah ka sarèèè….”

Gurubug, langsung diuk dina sisi pangsarèan, ngumpulkeun sukma bayu bari ratug jajantung. “Astagfirulloh Enèng, ulah ngareureuwas kitu”

Hapunten Abahkuuu” Sora halimpu budak bari ngagèlèhè. “Hayu urang ka cafè tèa, pan tos jangji, nganteur wungkul Abah mah”

Teu loba carita sanajan dompèt keur ceurik balilihan da kosongan. Tapi keur budak mah kudu ditagenan. “Tapi naha ka cafè ukur nganteur?, biasana gè bagèan mayar”

Biur numpak motor duaan, meuntasan lembur muru ka kota. 30 menit geus anjog ka nu dituju. Budag jigrah atos amarwata suta, lumpat asup, kukurilingan milihan barang nu lalucu. Uing ngahuleng hareupeun toko anyar di mall, ngaranna KKV (dibaca ka ka fe).

***

Itulah cerita singkat kali ini, Alhamdulillah irit uang, karena si kecil belanja dengan uang THRnya. Wassalam, (AKW).

NGABORÈLAK – fbs

Nyerat deui fiksi mini berbahasa sunda..

FIKMIN # NGABORÈLAK #

Ngawitanna mah mung wartos salangkung ti tatanggi, saurna aya anu tingborèlak dina suhunan. Nu jolna tina tangkal ketapang kancana bodas di buruan pengker.

Teu seueur saur tangtosna kedah saènggalna diroris, bilih leres tangkal tos ngajangkungan, lajeng daun nu murag janten runtah ka buruan tatanggi. Kaleresan samentawis waktos èta bumi tèh teu dieusian, jalaran pun biang hoyong disarengan sabumi. Maklum tos sepuh.

Ènggal ngabujeng ka bumi kosong, muka tulak nganggè kodeu ditambih notifikasi raray. Cetrèk!. Panto payun muka. Mapah rusuh muru ka pengker, tangtos scan barkod deui supados tiasa muka panto tur jandèla.

Gebeg!! Hookeun ningal buruan pengker utamina dina tangkal nu halughug ngajul kalangit. Tingborèlak konèng umyang, enyut mèh dina unggal dahan tur daun. Ngawitanna mah katingal mung hiji, ari pèk tèh rèrèncanganna ratusan. Buluna ngagebay cèlak marahmay, hileud konèng baranahan.

Teu seueur saur, tangkal dituar hileudna nyinglar. Hampura nya, da geuning janten rarenyem. Hileud unggeuk carinakdak.