NENGOK ‘ABAH EMAK’ DI TELUK JAMBE

Sebuah kunjungan sarat makna.

KARAWANG, akwnulis.com. Cuaca panas di daerah Teluk Jambe Karaeang menyambut raga ini sesaat keluar dari kendaraan. Selanjutnya senyuman dari rekan mitra kerja di satuan pelayanan lansia Karawang membersamai kehadiran kami di tanah singaperbangsa ini dengan senyum tulus kekeluargaan dipimpin kepala satuan pelayanannya yang tinggi besar dan santun, bapak Harry.

Tanpa banyak basa – basi langkah langsung terayun menjelajahi areal satuan pelayanan lansia dengan satu tujuan utama, menemui Abah dan Emak.

Memangnya orangtuamu disini dirawat?”

Sebuah pertanyaan menyeruak tapi tidak harus reaktif dijawab. Biarkan sang waktu membuka pemahaman dan menghasilkan pemaknaan tentang arti sebutan abah dan emak ini.

Dalam terminologi bahasa sunda, istilah abah emak ini adalah sebutan anak kepada orangtua ataupun sebutan yang sopan dan hormat kepada orangtua lainnya. Jadi bukan ayah dan ibu kandung kami yang ada disini, tetapi para lansia telantar yang dirawat dan dilayani disatuan pelayanan ini. Secara jumlah terdapat 66 orang yang terdiri dari 36 orang emak dan 30 orang abah.

Mereka ditempatkan di wisma yang terpisah dan menempati tempat tidur masing – masing, meskipun secara kondisi memang kecenderungannya terutama para emak lansia disini kondisinya renta dan butuh perhatian ekstra. Juga masing – masing memiliki kisah pilu yang seringkali membuat trenyuh para perawatnya. Ada beberapa emak yang cukup ‘cangker‘ (jasmani kuat) namun sisanya lebih akrab di bed masing – masing karena kondisi raga terbatas juga ada yang ditempatkan di dekat kamar mandi karena hobinya mandi hingga 15 kali sehari, untung saja persediaan air disini cukup memadai.

Sementara para abah relatif lebih sehat dan terlihat beraktifitas normal meskupun sebagian kecil ada yang tergolek lemah di bed masing – masing. Jumlah abah atau klien lansia lami – laki adalah 30 orang.

Disaat masing – masing didatangi dan disalami, terlihat wajah wajah emak dan abah yang begitu senang didatangi seakan ditengok oleh anaknya yang selama ini hilang atau malah menelantarkan orang tuanya. Ada emak yang memeluk erat sambil berucap tak jelas, tapi yang pasti ada isak tangis yang membuat mata ini ijut sembab, mungkin dia kangen berat sama keluarganya. Ada juga yang langsung menengadahkan tangan sambil bilang nggak punya duit dan belum makan, padahal dari perawat membisiki bahwa emak ini baru selesai makan.

Tetapi latar belakangnya emak ini adalah pengemis tua telantar yang terjaring razia oleh petugas dan akhirnya diantarkan oleh pemerintah kabupaten ke panti lansia ini.

Banyak lagi cerita lainnya hadir dari mulut renta mereka, meskipun terbata tetapi intinya adalah berharap perhatian dan jangan ditinggalkan karena mereka sudah tidak punya siapa – siapa. Sementara melihat para perawat, para pekerja sosial dan petugas lainnya begitu sigap dan akrab dalam memberikan pelayanan seolah seperti merawat orangtuanya sendiri sangat patut diberikan acungan jempol dan penghormatan. 

Sebuah bentuk pekerjaan yang perlu keikhlasan dan dedikasi tinggi karena tidak mengenal hari libur, untuk selalu merawat abah emak dengan ikhlas dan penuh ketelatenan.

Ada satu emak yang memeluk dengan erat tak mau melepas, karena teringat anak semata wayangnya yang entah dimana dan dibayangkan sudah sebesar raga ini. Ada juga yang minta tolong tagihkan utang ke seseorang, padahal itu adalah ingatan terakhirnya 10 tahun silam tetapi karena demensia, seolah itu baru saja terjadi kepadanya.

Ah kadang mata ini tak kuasa menjaga air mata, menghadapi kenyataan kehidupan yang begitu berbeda. Semoga hadirnya rekan – rekan yang ikhlas merawat mereka bukan hanya tentang hadirnya negara dalam merawat rakyatnya yang telantar dan menua tetapi juga memberi harapan kedamaian pada lansia abah emak telantar ini dalam menjalani sisa – sisa umur kehidupannya.

Itulah secuil hikmah kunjungan kami ke satuan pelayanan lansia dibawah koordinasi UPTD PPS Griya Lansia yang berkantor pusat di daerah Ciparay kabupaten bandung yang memiliki satuan pelayanan di Karawang, Garut dan di Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Satu hal lagi yang terpenting adalah jagalah orangtua kita, minimal jika tidak langsung merawat karena waktu dan jarak maka sempatkanlah rutin berkomunikasi via telepon atau videocall untuk memantau kondisi orangtua kita yang merupakan ‘jimat’ bagi anak menantunya. Tapi tetap secara berkala sempatkanlah menengok dan memohon doa terbaik untuk meniti kehidupan ini serta kesiapan kita berinvestasi akherat.

Bagi para pembaca yang ingin berbagi maka bisa DM di instagram dengan alamat @rslugriyalansia.dinsosjabar atau datang langsung ke lokasi Griya Lansia Ciparay dan satuan pelayanan lainnya. Untuk di karawang terletak di jalan rayaTeluk Jambe nomor 129  Kabupaten Karawang. Wassalam (AKW).

SINYAL HADÈ – fbs

Cerita singkat bahasa sunda antara emak – emak, sinyal dan menara.

KUNINGAN, akwnulis.com. Sebuah ide menulis itu memang ajaib, bisa hadir tiba – tiba tanpa ada tanda – tanda. Maka tindakan terpenting adalah segera tangkap idenya dan langsung eksekusi dengan kumpulkan kata – kata dan diurutkan sesuai tema. Jika sudah berurutan dan bertautan biasanya kata itu bergerak dan mengalir menjadi jalinan kalimat yang menyenangkan.

Kali inipun sama, ide hadir disaat melihat beberapa emak – emak begitu serius dengan layar hapènya dan terlihat wajahnya kesal karena proses videocallnya tidak lancar. Gambarnya ada tapi suara tiada, atau sebaliknya suara hadir tetapi gambarnya hancur sampai titik nadir. Sementara disekitarnya terlihat antene atau menara BTS berdiri gagah menjulang.

BTS itu bukan grup band korea Beyond the Scene ya atau yang awalnya adalah bangtan boys grup band asal korea selatan yang terdiri dari J-hope, RM, Jin, V, Junhook, Jimin, Suga. Tetapi Base Transciever Station yaitu infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara perangkat komunikasi dengan jaringan operator.

Maka hadirlah tulisan singkat berbahasa sunda dengan tema atau ide dasar tentang emak – emak, hapè dan antene BTS dengan setting di halaman rumah, adegan berlanjut dengan dialog emak – emak dan suaminya yang mencoba konunikasi via videocall dengan anaknya di benua yang berbeda. Singkat cerita tentu happy ending menjadi penutupnya. Untuk yang penasaran, silahkan membaca dan menikmatinya.

***

FIKMIN # SINYAL HADÈ #

Bi Icih ulak ilik kana hapè bari rada berengut, “Kunaon gambar videona butut ieu tèh?”

Mang Aja melongkeun bari ucang anggè. Bi Icih jejebris bari leuleumpangan di buruan. Hapè mah keukeuh dicekel ku leungeun, bari dipelong.

Nyai… nyaii, kumaha di dinya?”
Dina hapè kaciri beungeut Nèng Konah kunyam kunyeum ngan hanjakal euweuh soraan.

Bangkawarah hapè tèh, geuning euweuh soraan” Bi Icih ambek teu sirikna hayang ngababètkeun hapè, tapi lebar da mahal hargana.

Abah ulah cicing waè, bantuan jikan keur riweuh tèh!!” Murang maring ka salaki, nu keur melongkeun dina bangbarung.

Kadieu geulis, sinyalna saè geura” Mang Aja nyalukan. Bi Icih ngadeukeutan bari jamotrot. Gèk diuk dina lahunan salakina.

Hapè disambungkeun deui, vicol ka arab. Teu lila nyambung, kaciri bengeut anakna bèngras jeung ngoncrang sorana. “Sinyalna alus didieu mah” Bi Icih ngagorowok bari nyarandè.

Pasti atuh, da antèneuna gè hurung tur badag” Mang Aja mairan bari peureum beunta.

***

Itulah tulisan singkat kali ini. Jika ada yang masih ‘roaming‘ dengan bahasa sunda. Maka seperti biasa, isi pertanyaan di komentar atau DM via instagram dan twitter dengan nama akun @andriekw plus bisa juga japri ya. Selamat menikmati longweekend minggu ini dan akan berakhir sesaat lagi. Semangat baru menghadapi senin esok hari. Wassalam (AKW).

Catatan : Mohon maaf gambar ilustrasinya bukan emak – emak, ternyata di dokumen photo pribadi yang ada hanya bapak – bapak berkumpul di sekitar menara BTS serta seorang pemuda sedang menelepon sambil duduk cingogo.

Masker & Kopi Sultan.

Matching-in masker dan Sruput Kopi Sultan…

Photo : Masker dan baju versi biru / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Perjalanan panjang di masa pandemi tidak menutup diri untuk menikmati sajian dan sensasi beraneka macam kopi. Meskipun rasa takut masih menggelayuti, tetapi bergerak tipis-tipis mencari sensasi kopi bisa meningkatkan imun karena menjaga bahagia.

Meskipun begitu protokol kesehatan yang paling utama. Makser… eh masker wajib digunakan, malah double jikalau harus (terpaksa) rapat dengan jumlah peserta lebih dari 7 orang (sesuai surat edaran pak bos)… masker sekali pakai dan masker modis.. itu tuh masker kain yang warnanya senada dengan seragam yang dipakai di hari tersebut.

Ih centil kamu khan bapak-bapak, ngapain maen matching matchingan… klo perempuan atau ibu-ibu wajar” Celoteh seorang pegawai perempuan melihat kecocokan antara masker dengan seragam.

Tak usah dijawab kawan, senyumin aja. Tak akan menang jikalau berdebat dengan kaum emak-emak. Biarkan celotehnya menjadi penghias rasa di hari yang penuh dinamika.

Photo : Masker dan batik, matching khan? / dokpri.

Lagian klo matching antara masker dan seragam nambah pede lho. Trus lebih aman kalau di double dan lebih modis pas di photo… asyik jadi rajin photo lho.. alasannya adalah untuk pelaporan kinerja harian sekaligus menyalurkan bakat narsis yang terpendam sekian ratus purnama plus waapada agar terhindar dari paparan virus corona sang virus seribu rupa.

Hand sanitizer dan spray anti kuman-bakteri-virus menjadi kawan setia yang waspada disamping tas punggung yang selalu menemani kemanapun pergi. Itulah salah satu sikap adaptasi kebiasaan bauuu…. eh baruuu.

Kali inipun bukan menyengaja datang demi kopi, tetapi undangan meetingnya ternyata ditempat yang bisa menyajikan kopi. Kebetulan banget khan?.. Alhamdulillah.

Setelah diskusi singkat dalam prosesi pemesanan, maka diskusi berlanjut dengan penuh keakraban meskipun tetap jaga jarak dan jaga perasaan, apalagi jaga hari hehehehe.

Nah, lagi rame diskusi. Tiba-tiba pelayan datang dengan membawa teko berlapis emas (ahaay lebay, tekonya kayak dilapis emas) dan tinggi menjulang dengan 4 gelas kaca mini plus satu mangkuk kurma. Ini dia sajian yang tadi dipesan, Qahwa Qurma Qoffee… Q semua, Maksudnya Qahwa Kurma Coffee.

Photo : Kopi Sultan nich / dokpri.

Kopi sultan nich, andaikan memang teko tingginya dari emas beneran. Pasti mahal harga sajiannya.

Tanpa mau menyiakan waktu percuma di sela diskusi, tangan langsung bergerak meraih gagang teko keemasan dan menuangkan cairan kopi yang ternyata tidak berwarna hitam kawan tetapi seperti air keruh putih kecoklatmudaan. Nggak usah khawatir, cobain aja dulu bray….

Srupuuut…..’

Emmm….

Rasanya mirip jamuuu, kopinya hampir nggak kerasa, tapi hangatnya sih bisa nyaingin KOJAMTAGUL. Lebih mirip sebagai minuman herbal dibanding minuman kopi inih mah…. tapi karena ini adalah pengalaman, maka tuangkan lagi… tuangkan lagi… sruput dan sruput hingga akhirnya jatah ber-empat orang bisa habis sendirian…. dasar rwO6.

Untuk rasa manisnya ternyata sambil makan buah kurma yang tersaji juga di mangkuk kaca. Jadi sruput carian qahwa kurma Coffeenya sambil kunyah buah kurmanya, gitcu.

Jangan lupa buka dulu maskernya dan simpan dengan hati-hati. Simpan di amplop atau di plastik dan dilipat maskernya baru di sakuan... disimpen dalam saku, ntar kelar minum kopinya yaa… pake lagi maskernyaaaa.

Rasa hangat rempahnya setelah disruput berkali-kali, maka kemungkinan hasil identifikasi lidah pribadi adalah daun sirih dan atau kapulaga…. ditanya ke pelayan tentang bahan dasarnya.. hanya gelengan kepala yang didapatkannya.. ya sudah gapapa.

Akhirnya karena yang lainnya tidak mau mencoba… ya sudah daku habiskan saja… srupuuuut. Kopi ala timur tengah ini masuk ke raga dan memberikan sensasi berharga serta pengalaman yang tiada tara. Selamat mencoba meskipun rasa yang hadir diluar ekspektasi kira.

Makasih Pak T dan om P atas undangan meetingnya….

Ambil hikmah keanehan rasa dan pengalaman ngopi dengan teko emas yang khas hehehehehe. Wassalam (AKW).