EKOR CICAK CABANG DUA

Jarang juga nemu kayak gini.

CIMAHI, Akwnulis.id. Sebuah ritual mandi di sore hari adalah hal biasa, termasuk di minggu sore ini. Perbedaannya adalah untuk anak semata wayangku ditambah dengan jadwal keramas karena rambut indah panjangnya perlu dirawat dan dibersihkan secara berkala. Tapi teriakannya sore ini membuat keterkejutan.

Toloooong, ada cicakkk!!!!!…..”

Berhamburanlah orang rumah mendekati sumber suara. Meskipun tentu sedikit tersenyum simpul karena binatang cicak bukanlah binatang yang notabene menakutkan ataupun berbahaya karena memiliki bisa atau racun yang berakibat kesakitan ataupun malah dapat menimbulkan kematian.

Empat orang dan empat jari telunjuk mengarah ke jendela kaca diatas kamar mandi. Terlihat seekor cicak berwarna gelap menempel di dinding kayu. Sekilas terlihat seperti cicak biasa, namun setelah di dekati dan dilihat lebih cermat, ternyata ekorny bercabang dua. Aneh juga.

Hati-hati Aa, jangan ditangkap pakai tangan. Takutnya ekornya bisa mematuk”

Sebuah pendapat singkat dari adiknya papah mertua, atau bibi dalam arti sebenarnya. Bukan bibi sebutan untuk pembantu. Meskipun pendapatnya agak lebay karena mengaitkan tentang ekor bercabang ini dengan kemungkinan memiliki fungsi lain, agak bergetar juga. Jangan.. jangan memang begitu.

Sebuah angan jadi ingat beberapa film alien dan terbayang sosok cicak yang lucu dan terlihat lemah ternyata adalah alien kecil yang sedang menyamar dan berada dalam kehidupan sehari-hari manusia untuk bersiap melakukan invasi pada saatnya yang tepat… wadduh, pikiran ekstrim begini harus dibuang, membuat jiwa tidak sehat dan pikiran tidak tenang.

Bermodalkan sapu lidi ukuran medium dan tangan kosong, perlahan mendekati cicak yang sedang berdiam. Tentu bergerak secara perlahan-lahan. Tepat pada posisi yang sudah dekat dan berada dalam jangkauan, hap… tangan kanan bergerak. Ternyata kalah cepat, cicak ekor bercabang sudah bergerak menghindar, namun karena di dinding kayu berpernis, cicak tergelincir dan oromatis terjatuh ke lantai.

Disinilah keberuntungannya, kami langsung memburu dimana cicak tersebut jatuh. Benar saja, cicak masih terdiam karena (mungkin) efek posisi jatuh yang tidak tepat. Maka sebelum cicak pulih dan bergerak, jemari tangan kanan sudah menangkapnya dan sedikit meronta, namun apa daya. Cengkeraman jemari lebih kuat menahannya.

Tanpa banyak pembahasan, langkah pertama pegang erat dan photo sebagai bagian dari. Eviden kegiatan percicakan sore ini.

Selanjutnya langkah kedua adalah studi literatur versi mbah google dan ternyata ditemukan dua fakta menarik yakni :
a. Terdapat beberapa tulisan yang mengaitkan dengan mitos yang berkembang turun temurun bahwa jika ditemukan seekor cicak berekor cabang dua adalah berkaitan dengan keberuntungan, kekayaan, keselamatan, akan ada pernikahan hingga akan kedatangan tamu dan sekaligus juga sebuah peringatan berhati-hati dalam pengambilan sebuah keputusan.
b. Ternyata kehadiran cicak berekor cabang dua ini bernilai ekonomi tinggi sehingga terdapat iklan penjualan cicak hidup berekor cabang dua di market place dengan banderol harga fantastis, 10 juta rupiah untuk 1 ekor cicak berekor cabang dua.

Jadi sebuah kejadian inipun tak lupa didokumentasikan sambil dipegang erat dengan jemari tangan. Geli sih, tapi memang untuk menghasilkan dokumentasi yang bagus itu perlu sebuah perjuangan.

Setelah tuntas didokumentasikan akhirnya sang cicak disimpan di halaman luar dan biarkan kembali menyatu dengan alam. Namun ada satu hal yang menambah pengetahuan bahwa bukan hanya lidah yang bercabang seperti lidah hewan melata tapi juga ada binatang yang berekor cabang dua. Selamat memaknai pencabangan ini, yang penting jika dikaitkan dengan urusan pikiran maka dibolehkan bercabang tapi tetap untuk sebuah penyelesaian harus fokus sesuai prioritas dan tujuan yang akan dicapai.

Selamat malam kawan, Wassalam (AKW).

Kopi Buntut Bajing dkk.

Sruput kopi dan nikmati temannya…

Photo : Kopi & singkong / dokpri.

CIKOLE, akwnulis.com. Silaturahmi itu menghadirkan rejeki. Bersua dalam ikatan janji akhirnya dapat berbagi informasi dan juga sajian secangkir kopi yang memiliki banyak arti.

Kali ini silaturahmi dengan salah satu pejabat di dinas peternakan provinsi jawa barat yang senantiasa humble dan ramah serta menyambut hangat kedatangan kami di sela-sela fungsi pekerjaan beliau yang bejibun.

Tema diskusinya tidak jauh-jauh dari pekerjaan dimana peran kemitraan yang menjadi ujung tombak pembicaraan. Menyambungkan tugas pokok dan fungsi dalam semangat kolaborasi, meskipun baru sebatas menautkan ide, tetapi yakinlah bahwa untuk mampu berlari kencang diperlukan satu langkah awal yang mungkin mengayun perlahan.

Urusan kerjaan mah ntar aja dibahas di nota dinas dan aplikasi kinerja onlen ya. Disini mah moo bahas kopi yang tersaji dan dokumentasi tentang si kohitala yang senantiasa memiliki aneka cerita.

Photo : Kopi & Ketan bakar / dokpri.

Kopi yang disajikan adalah kopi java preanger ciwidey yang diproses melalui mesin kopi sederhana dengan komposisi yang menitikberatkan kesederhanaan dan kecepatan sehingga hadirlah sajian kopi panas tanpa gula dengan ukuran rasa lite.

Rasanya bisa dinikmati oleh berbagai kalangan dan jikalau masih perlu rasa manis…. tatap wajah ku… ahaay pede ya. Yaa klo merasa kurang manis, ya minta gula atuh.

Yang keren adalah lalawuh… eh teman-teman untuk sruput kopinya. Diawali dengan roti koboy alias singkong kukus, dilamjutkan denganketan bakar lengkap dengan bumbu. Baru aja mencapek eh memamah biak, datang lagi colenak (dicocol enak) sebuah snack tradisional yang ngangenin suasana masa kecil di kampung halaman. Tape singkong diguyur cairan gula merah dan kelapa, nikmat pisan… sambil tak lupa minta tambahan kopinya untuk terus disruput.

Photo : Kopi, Colenak dan Buntut Bajing / dokpri.

dan… sebagai pelengkap dokumentasi akhir, tak lupa sesi photo sajian kopi ditemani oleh sepiring colenak dan latar belakang tanaman buntut bajing (ekor musang) berwarna hijau menggemaskan.

Jangan marah yaa para pembaca, buntut bajing yang dimaksud adalah nama tanaman hias yaaa… jadi Kopi buntut bajing adalah kopi yang di photo bersama tanaman hias buntut bajing hehehehe…. bukan memaksa tetapi maksakeun.

Akhirnya alarm kekenyangan yang mengingatkan sruputan kopi beserta teman-temannya hari ini. Nggak kebayang di perut campuraduk, saling mempengaruhi rasa dan kepentingan.

Fabiayyi alaa irobbikuma tukadziban…

Alhamdulillah semuanya enak. Hatur nuhun Pak Panca dan Pak Ahmad atas penyambutan dan suguhannya. Selamat beraktifitas di hari Senin ini ya Guys, Wassalam (AKW).