Rosemary Coffee.

Menikmati siang bersama rosemary coffee..

Photo : Rosemary & coffee / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Semilir angin siang hari memberikan sejumput kesegaran yang membelai jiwa sehingga lebih tenang dari rasa was was tentang beraneka masalah kehidupan.

Ragapun menggeliat senang karena pegal dan lelah bisa hilang sekejap jikalau jiwa yang galau kembali riang.

Tetapi, bagaimana caranya?”

Sebuah tanya yang bisa dijawab dengan berbagai ihtiar cara dan usaha, karena masing-masing individu berbeda.

Aku mah dengan kopi juga sudah lumayan bisa menghibur lara dan duka…. awwww… leeebaay.

Kali ini sebuah sajian kopi dengan pola seduh air dingin yaitu cold brew yang ditampilkan bersama pohon rosemary yang punya kegunaan mengusir nyamuk lho guys… tapi bukan berarti pohonnya dipegang dan dipake buat ngobrak ngabrik nyamuk yaaa.. ciat ciat gaya pendekar silat. Dipastikan nyamuk bubar dari tempatnya dan menghindari jangkauan pukulan kita, sambil tertawa-tawa melihat kita sibuk sendiri.

Tapi pohon ini mengeluarkan aroma yang tidak enak buat nyamuk sehingga si nyamuk menghindarinya… malah pengen memastikan lho, pengen nangkep nyamuk dan langsung ditanya, “Gimana baunya sekitar pohon rosemary ini?

Tapi belum ada nyamuk yang bisa jawab, karena rata-rata sudah nempel ditangan dengan keadaan sudah tiada nyawa… kacian hik hiks hiks…..

Ah udah ah, nah kembali ke kopinya… ini nggak pake nyeduh lagi karena sebenernya ngabisin stok, yaitu CBC coffee, cold brew cikalapa kopiiii….. yang penasaran, bisa klik tulisan daku terdahulu, COLD BREW KALAPA.

Sebuah sajian kopi dingin tanpa gula tetapi terasa manis menyegarkan karena dibuat dari perpaduan bubuk kopi arabica dengan air kelapa muda segar yang terpilih…. ahaay terpilih, kayak kepala daerah aja….

Kebetulan stok satu lagi setelah dikirim dari kolega di subang beberapa waktu lalu.

Mantabs nggak kawan?…”

Menyeruput kopi dingin di udara siang yang panas sambil terlindungi dari nyamuk-nyamuk kebun yang haus darah maniezkuuuh….. itulah suasana yang menyenangkan kali ini. Sebuah sajian kopi memang selalu memberi sejuta arti.

Begitupun bagi raga ini, bikin seger dan menjalani hari dengan hepi. Bagi jiwa, menulis tentang kopi menjadi penyeimbang dari gejolak aneka keinginan yang datang berganti tiada henti. Have a nice weekend guys, Wassalam (AKW).

***

Catatan :

Jangan tertipu dengan judul, karena terkadang sering kita men-judge sebuah artikel hanya karena judulnya yang dianggap tidak sesuai dengan isi.

Biarkan judul menjadi penghibur bagi dahaga baca untuk sajian artikel yang pendek tapi miliki aneka makna.

Kopi Harmoni.

Ngopay dan sedikit bersantay… sebelum kembali berjibaku dengan segala macam kerjaan.

Photo : Ngopay & Nonton Ngojay / dokpri.

GARUT, akwnulis.com. Pembahasan angka-angka prediksi tahun depan terus bergulir hingga tadi malam. Tak kalah dengan waktu yang semakin larut, pembahasan terus berlanjut. Terkadang hadir sebuah tanya, “Ngapain siih sampe.malem-malem begini bahas kerjaan?”

Tiada jawaban yang lugas, karena semuanya hadir dalam momentum yang pas. Tugas harus tuntas dalam waktu yang terbatas, jadi…. lanjuttt di gasss…..

Meskipun kekuatan phisik dan otak ada batasnya, …. jadi ada saatnya harus rehat sejenak menarik nafas dalam tenang tanpa ditekan oleh beban tugas yang ternyata tak pernah ada habisnya…. ya begitu resiko bekerja bro…. berbahagialah, diluar sana banyak orang yang memdambakan posisi kita, tapi mereka tidak bisa… jadi mari kita bekerja bersungguh-sungguh meskipun tidak lupa sedikit rilex adalah keharusann juga.

Caranya?”

Aku sih gampang, keluar ruang rapat, menuju coffeeshop dan pesanlah sajian kopi hitam tanpa gula (kohitala)…. lalu cari spot skitar coffeeshop. Bisa nongkrong di bar atau di meja yang tersedia. Tapi pilihan kali ini berbeda, ngopinya dipinggir kolam renang yang diclaim airnya hangat… yaa hangat-hangat aiir kuku dech.

Jadilah rehat yang berkualitas, lumayan bisa mengurangi beban otak yang dibanjiri variasi angka realita dan forecasting setahun kedepan. Kopi yang dibuat dengan tubrukan perlahan ini adalah arabica garut (ceunah kata pelayannya)… lumayan acidity khas garutnya hadir…. srupuuuut.

Setelah itu beranjak menuju kamar dan menyempatkan mandi sebelum rebahan hingga tertidur hingga hari pagi.

Photo : Ngopi & Meeting / dokpri.

Esok hari diawali sarapan dan basa-basi, maka dimulailah meeting finalisasi. Pertemuan tertinggi bagi lembaga ini, mengusung tema optimis realistis maka angka yang disajikan naik turun tipis-tipis. Tidak lupa kopi arabica wine papandayan mendampingi dalam cangkir putih bersih berseri.

Selamat berdiskusi angka prediksi dengan berbagai asumsi, yang pasti akhirnya semua harus diputuskan dalam bentuk legalisasi. Wassalam (AKW).

Lalandong – fbs

Haté marojéngja, kedah kumaha?

GARUT, akwnulis.com. Indung peuting maturan raga nu marojéngja, baluweng teu puguh rasa. Pakasaban teu bisa jadi alesan, urusan kulawarga ogé lain caturkeuneun. Kabéh ngaguluyur sakumaha ilaharna. “Tapi naha haté bet tagiwur teu puguh rasa?”

Ningali buku tabungan jeung sertifikat geus lumayan ngahunyud minuhan brankas, kitu deui mobil jeung motor pasesedek di garasi.

Jikan jeung budak kukurilingan mapay nagara-nagara sabudereun dunya, unggal usik laporan dina médsos séwang-séwangan. Sabulan katukang di wilayah asia, ayeuna keur anteng di dataran éropa. Tapi keukeuh ieu haté teu puguh rasa.

Tungtungna buru-buru balik ka lembur, sumujud ka indung bapa. Ménta panghampura ogé pituduh supaya haté jadi tingtrim jeung daria.

“Jang, wayahna ulah loba ngarahul, geus ayeuna mah gawé sing junun sanajan hirup ngontrak bari sagawé-gawé, sabar jeung tawakal”

“Sumuhun Ema, Nuhun” waleran dareuda, teras amit mundur muru kana motor bari teu hilap ngahurungkeun aplikasi, sugan waé aya nu order.

Ayeuna haté tenang da geuning hirup mah ukur pupulasan. (AKW).

Kucing & Aturan.

Pengumuman pagi ini hadirkan inspirasi.

BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah pengumuman yang menggelitik tertempel di tembok yang baru saja di cat. Sebuah tanda dilarang masuk yang bisa menyebabkan pembacanya terhenti sejenak, membaca dengan seksama.

Lalu termenung, baca lagi takut salah. Tulisannya tidak ada yang salah, tetapi kok ada yang kurang pas yach?….

Ya udah nggak apa-apa, mungkin sebuah niat sudah terlaksana. Sebuah tindak telah hadir untuk merespon sebuah issue yang sedang menghangat dan mengganggu stabilitas sehingga perlu hadir sebuah peringatan yang tegas.

Semoga peringatan ini efektif dan di mengerti oleh berbagai pihak.

“Iya om, aku mengerti,….Meooong”

Suara lembut di samping kaki kanan, membuyarkan lamunan. Senyuman lucu dari si kucing belang menyadarkan kenyataan, bahwa kemengertian adalah sebuah hal relatif…

“Tapi kenapa matamu memerah dan sedih?” sebuah tanya meluncur tanpa bisa ditahan.

“Biasa om, terkadang perubahan itu butuh pengorbanan… meoong” sebuah jawaban singkat hadir tanpa jeda.

Dilanjutkan gerakan badan menjauh sambil mengibaskan ekornya, menuruni tangga untuk menjalani takdirnya. Meninggalkan raga yang tertegun kehilangan kata, di pagi yang seharusnya ceria. Wassalam (AKW).

Catatan : Hanya coretan kata-kata minifiksi, karena inspirasi terkadang datang tanpa diskusi.

Halimun Kohitala.

Menjalani hari dengan sepenuh hati, hadirlah Kopi…

Photo : Kohitala Halimun / dokpri.

Bandung, akwnulis.com. Sebuah pagi membentuk cerita sendiri, seiring waktu membulatkan harapan dalam ke-duapuluhempat-an jam yang nggak mau diganggu gugat, tapi apa yang menjadi ciri?

Kembali kepada satu nilai tentang yang terkadang terkubur oleh emosi, terjebak labirin egois diri dan akhirnya berkelindan dengan ambisi, yaitu nilai syukur dan tasyakur diri.

“Ah memang mudah dikata, menjadi retorika, padahal berbeda dalam implementasinya”

Jadi, kembali ke masing-masing hati nurani, “Apa tujuan hidup di dunia ini?”

Pertanyaan yang dipandang berat oleh sebagian besar pihak padahal memang semua hal pasti ada tujuannya, jadi tidak usah terhenyak dengan pertanyaan tersebut, “Bener khannn?”

“Trus gimana jawabnya”

Sebenernya gampang, sedikit konsentrasi, pejamkan mata, luangkan waktu beberapa detik untuk bersyukur dalam ucap dzikir sederhana, “Alhamdulilahi robbil alamin”

Pas buka mata, ehhh… sudah ada Kang Adit nawarin kopi di pagi yang menghangat ini.

Mangga pak, Kohitala ala halimun…”

Ah senangnyaa….. Maksudnya kopi yang tersaji diseduh pake manual brew oleh Tim Kang Adit dan disajikan di ruangan Halimun Gedung sate.

Alhamdulillah, Hatur nuhun”

“Sami-sami”

Sruputan pertama begitu menggoda, selanjutnya srupuut lagi atuh… mungpung panasnya terjaga.

Suasana pagi yang dijejali aneka tugas di hari ini, langsung segar dan menambah motivasi, apalagi setelah sruputan terakhir, motivasi makin menjadi…. untuk ngopi lagi hihihihi….

Catatan : Ini bukan cerita pagi ini, tapi kemarin dan kemarin dikala hari kerja yang penuh derita.. upss.. penuh tugas yang mendera.

Selamat wikend, selamat ngopi dan bercengkerama dengan keluarga tercinta. Wassalam (AKW).

Americano Costa Coffee.

Mengumpulkan stamina dan ‘pangacian’ dalam sepi di Costa Coffee.

Photo : Sajian Americano / dokpri.

TANGERANG, akwnulis.com. Berdiam diri dan menyendiri setelah menjalani 2 hari yang penuh sensasi adalah berkah tersendiri. Sambil menunggu si burung besi yang akan membawa pergi, perlu kiranya me-merenahkan (istirahat sejenak) diri dalam sepi.

Tadi menikmati Kopi Toraja di Djournal cafe,…...nikmatt. Tetapi banyak orang, jadi agak mengganggu kesendirian….. aneh khan?…

Jangan bingung, terkadang seseorang yang agak lelah dengan tekanan kehidupan akan butuh sesaat menyendiri dalam dunianya sendiri sebelum kembali menapaki perjalanan hidup yang membentang menanti aksi.

Maka… mlipirlah mencari tempat ngopi yang agak sepi sehingga bisa sesaat menghilang dari kenyataan dan berkutat dalam dunia kesendirian… lokasinya dicari di lantai 2 dan diujung terdapat pilihan tempat yang pas yaitu Costa Coffee. Setelah berada di depan sang barista maka pesanlah kohitala dalam bentuk americano, lalu duduk di kursi ujung yang cukup temaram serta relatif sepi.

Photo : Cafe Costa Coffee / dokpri.

Ahh…. punggung bersandar di dinding yang empuk, terasa nyaman dan menenangkan. sejenak mata terpejam, konsentrasi berada di satu titik. Perlahan tapi pasti aliran darah kembali menemukan jalurnya tersendiri, mengalir di jalur nadi dan arteri yang menjadi jalur vital tubuh untuk tetap berkreasi.

Bukan apa-apa, sebentar lagi perjalanan panjang akan dihadapi, 7 jam berada di pesawat adalah tantangan selanjutnya. Setelah dari 1 hari lalu berjibaku dengan waktu maka sebentar lagi, tantangan baru akan hadir dihadapanku. Semangaat…

“Silahkan Americanonya kakak!”

Sebuah kalimat singkat yang mengembalikan lamunan ini kembali ke dunia nyata, mata terbuka dan sedikit senyum dihadirkan tanpa cela, sambil berucap, “Terima kasih, amsa hamnidaa”… ups belum waktunya hehehehe.

Alhamdulillah waktu 35 menit sebelum memasuki pesawat Korean Airlinespun bisa dimanfaatkan untuk menyandarkan harapan dan memgurangi kelelahan phisik serta beban pikiran tanpa diganggu oleh orang-orang sekitar.

Memejamkan mata bukan tidur sebenarnya, tetapi mengistirahatkan kelopak mata serta membiarkan pikiran tenang tanpa banyak melihat dunia adalah obat mujarab dalam memgembalikan konsentrasi dan stamina. Selamat berkarya kawan, Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
Costa Coffee
Lantai 2 Terminal 3
Bandara Soekarno-Hatta
Harga total Rp 38.160, termasuk pajak & pelayanan.

V60 Toraja di Djournal Cafe.

Djournal cafe tempat ngopi hilangkan cape.

Photo : V60 Arabica Toraja / dokpri.

TANGERANG akwnulis.com. Secangkir kopi menghadirkan kembali semangat untuk terus bergerak lagi, meski sesaat eh dua hari harus bersabar dengan segala prosedur dan perilaku personal yang beraneka rupa.

Pertemuan dengan sang barista, neng Glesnea di Djournal cafe dilanjutkan dengan memilih beraneka bean yang tersaji untuk nantinya segera diseduh tanpa banyak pancakaki. Agak sedih setelah dipilih ternyata tidak ada bean kopi dari jawa barat, adanya Papua, Kintamani, Mandailing dan Toraja.

Photo : Sang baristi dan pilihan kopi / dokpri.

Ya sudah, pilihannya adalah kopi Toraja yang akan segera di eksekusi dengan metode seduh manual V60.

Dengan perbandingan 1: 15 dan gramasi 16gr serta temperatur air 90° maka menghadirkan sebuah sajian kopi yang segar dan mencerahkan malam ini.

Body medium menuju strong, Acidity medium dan Aftertastenya hadir rasa berry plus tamarind memberikan kesempatan rasa untuk ninggal sesaat di ujung lidah dan memberi kesan memori akan sebuah rasa tersendiri.

Photo : Cafe Djournal SHIA / dokpri.

Waktu menunjukan pukul 21.20 wib di Lantai 1 Dekat gate 8 Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Secangkir kopi toraja ini memberi suasana berbeda, memberi ruang hati semakin lega sebelum sebuah perjalanan panjang akan segera terlaksana. Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
Djournal Cafe
Terminal 3 Lt.1
Antara gate 7 & gate 8
Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Indonesia.

Harga :
V60 Kopi Toraja Rp. 40Rb
Aqua botol 600ml Rp. 27Rb
dengan pajak jadi total Rp. 74.199.

***

Sarapan 3 menu.

Biar hati galau, makanan tetap disikat tuntas.

Photo : Sarapan 3 menu.

JAKARTA akwnulis.com. Kesabaran berbuah berkah, itulah perjalanan kehidupan yang senantiasa berganti arah, karena yang abadi itu adalah perubahan.

Tidak ada manusia yang bisa menolak perubahan, terutama kaum hawa yang sibuk membelanjakan uangnya untuk atas nama serum anti aging dan sebangsanya juga perawatan dengan berbagai metode yang ada. Hati-hati jangan sampai terjebak terhadap perangkap takdir, takdir itu untuk dijalani, disyukuri dan ditafakuri bukan dilawan dengan sekuat tenaga dan dompet yang berisi.

Perawatan tubuh dan wajah tidak masalah selama niat awalnya adalah menjaga dan memperindah ciptaan Allah. Bukan hanya kaum hawa, para lelaki metroseksual juga melakukannya. Tidak ada yang salah, tapi terpenting adalah luruskan niat pada arah yang sesungguhnya.

Kembali ke cerita sabar yang sudah tertuang di curhat onlenku yaitu
MENANTI JANJI,maka sambil menunggu kepastian mari gunakan waktu yang ada untuk kebaikan, niscaya sabar dan berkah akan selalu berdampingan.

dan…. pagi ini sambil hati deg-degan maka dicoba dilarikan perhatian penuh kekhawatiran yang sudah bertahan 20 jam ini ke arah sajian sarapan yang telah terhidang di hadapan.

Trio breakfast telah hadir menghibur diri untuk mengurangi ketegangan. Disebut trio karena memang ada 3, yaitu bubur ayam + salad + secangkir kopi yang masih panas…. yummmy.

Photo : Secangkir kopi & panggilan diri / dokpri.

Fabiayyi Ala irobbikuma tukadziban... wajib bersyukur setiap waktu guys. Jangankan makanan enak seperti ini, tarikan nafas yang normal karena hadirnya oksigen yang melimpah ruah ini adalah sebagian kecil rahmat dan rejeki dari Allah Swt.

Pertama di makan perlahan bubur ayam dengan menggunakan aliran ‘bubur diaduk‘ dilanjutkan dengan salad lengkap dengan thousand islandnya dan ditutup dengan sajian kopi hotel yang panas mengepul… nikmaat.

Kopi hotel sebagai penutup ritual sarapan pagi ini dan menjadi penghibur penting bagi hati yang masih eh sedang galau karena menunggu kepastian. Selamat Sarapan kawan, Wassalam (AKW).

Menanti Janji

Belajar jurus ‘Menyepi dalam Keramaian’.

Photo : Suasana malam di Jakarta / dokpri.

JAKARTA, akwnulis.com. Menanti bukan berarti tanpa arti, tetapi bernilai tentang makna kesabaran yang hakiki. Apalagi jika sudah dilakukan ikhtiar tiada henti, maka menanti adalah sebuah seni, seni merenungi perjalanan diri dalam takdir yang sudah pasti.

“Bukankah hidup inipun adalah menanti?.. menanti antrian sambil memupuk amal sebagai bekal hidup yang sebenarnya di akherat nanti”

Terdiam sejenak dan hening menghampiri… maaf bukan pak Hening tetapi suasana tenang yang mendamaikan hati dalam sepi.

“Memang disitu sepi?”

Pertanyaan kepo yang ada benarnya, boro-boro sepi karena banyak orang yang sedang mengantri dan berbicara dengan bahasa masing-masing, termasuk dengan bahasa hati.

Patut dijelaskan disini bahwa makna sepi ini adalah persepsi. Karena sepi kali ini adalah sebuah pengejawantahan jurus masa silam yaitu ‘sepi dalam keramaian’ atau bertapa dalam keramaian…

“Bisa gitu?”

“Susah tahu, karena menurut pengertian KBBI bahwa bertapa itu adalah mengasingkan diri dari keramaian dunia dengan menahan hawa nafsu (makan, minum, tidur, birahi) untuk mencari ketenangan batin.”

Jadi yang dilakukan sekarang adalah ‘bertapa 4.0‘. Berusaha mengasingkan diri dari dunia sekitar, dunia sendiri dan fokus serta konsentrasi sehingga seakan hanya ada diri ini ditemani gadget kesayangan dan….. tetep inget urusan duniawi… tidak lupa sambil ngetik ide-ide yang dituangkan di dalam blog pribadi, sambil jangan lupa satu telinga diaktifkan, siapa tahu ada panggilan dari petugas yang sedari pagi melayani para pengantri.

“Ohhh main HP, pasti bakalan cuek yah sama dunia sekitar heuheuheu… gaya lo pake istilah -bertapa 4.0- huhuy”

“Hahahaha… 😀😁😀😁😀”

Perlahan-lahan hening kembali.

***

Mister akawenulisdotcom, ditunggu di loket 212!”

“Wuih langsung namanya dipanggil, kereen”

“Keren atuh da akuh yang mengarang dan menulisnya!”

“Ah sialan, kirain beneran”

Panggilan itulah yang mengakhiri penantian selama 2 hari ini. Sehingga dari terang berganti malam, dilanjutkan dari gulita diganti siang nan ceria… dan akhirnya semuanya tuntas pada waktunya.

Photo : Di Jakarta siang menjelang / dokpri.

Jadi nikmatilah penantian dengan tetap berbaik sangka. Menit dan jam yang seakan terasa lama adalah misteri dunia, karena sebenarnya semua sama bahwa 1 jam adalah 60 menit saja. Tetapi emosi dan rasa bisa membuat waktu begitu lama atau bisa juga begitu cepat melewati hari-hari kita.

Selamat berkarya meskipun penantian mendera, jangan biarkan raga dan jiwa terjebak antrian dunia, tapi bebaskan dalam kreasi imaginasi yang tiada batas nan pasti.

Wassalam, Jakarta awal nopember. (AKW).