FENOMENA DI JALAN TOL

Beredar di jalan tol dan menemukan sesuatu.

PADALEUNYI, akwnulis.id. Minggu – minggu ini begitu akrab dengan yang namanya jalan tol. Terutama ruas jalan tol padalarang – cileunyi, ruas tol cisumdawu dan ruas tol jakarta cikampek karena begitu bejibun penugasan yang harus dihadiri diberbagai daerah di jawa barat dan jakarta. Mulai dari bolak balik ke Indramayu dengan islamic centernya, ke Sukabumi dengan mesjid raudatul irfannya. Ke garut rapat kerja pusdai jabar dan ke purwakarta dalam berbagai tugas yang ada. Plus UI depok dengan pertemuannya.

Tentu orang lain akan melihat dengan perspektif masing – masing. Ada yang memandang dengan kagum serta timbul keinginan ingin seperti kita yang selalu beredar kesana kemari, atau malah iri karena punya kesempatan ini?…  ah tidak usah dipikirkan, jalani saja. Ada juga yang memandang biasa karena memang tugasnya mengharuskan berkeliling di daerah provinsi jawa barat.

Yang pasti secara pribadi, penulis menikmati dan mensyukuri semua penugasan ini dan berusaha dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Serta ada satu hal yang dilakukan seperti sepele bin sederhana. Tetapi melengkapi tentang bagaimana memaknai perjalanan kehidupan ini.

Bagaimana caranya?”
“Gampang kok, tinggal perhatikan sekeliling. Ambil photo dan atau video lalu buat caption yang santai dan jujur apa adanya”

Ada lagi pertanyaan, “Seperti apa contohnya om?”

Ini ada 2 contoh momen – momen di jalan tol yang bisa dicapture dan dituliskan atau dihadirkan pada dimensi media sosial yang kebetulan hadir di depan mata dan bisa dengan segera diambil photo juga videonya.

1. PERAHU DIATAS TRONTON
Pertama adalah momen dijalan tol melihat perahu nelayan yang nongkrong diatas bagasi tronton. Secara kebetulan sudah ada di depan kami, maka segera diambil gambar dan jangan lupa disave di arsip online sekaligus dipamerkan yakni posting di medsos pribadi. Mau di facebook, instagram dan tiktok itu terserah saja. Yang pasti arsip photo online ini sudah tersebar dan menjadi milik dunia.

Makna sederhana yang didapat adalah ini momen langka karena biasanya perahu nelayan ini ada di pantai dan di laut sedang membersamai nelayan mencari ikan. Mungkin sedang dalam perbaikan sehingga harus diangkut ke kota menuju ‘dokter perahu’ karena ada penyakit atau masalah yang harus disembuhkan. Atau mungkin gabutnya sang perahu sehingga ingin jalan – jalan ke kota dalam rangka ‘hiling‘ dan melihat suasana berbeda, entahlah.

Itu adalah capture momen yang pertama.

2. MOBIL KONTROVERSI
Momen kedua yang bisa diabadikan adalah sebuah peristiwa kontroversi disaat dari arah kiri ada mobil hitam yang berkelebat cepat menyalip langsung berada di depan. Awalnya ada sedikit emosi yang tersulut untuk mengejar dan menyalipnya, tetapi setelah disadari bahwa itulah suasana di jalanan, ya sudah biarkan saja. Toh bedanya hanya 2 – 3 menit saja. Lagian belum tentu menuju arah yang sama, kenapa harus dipermasalahkan.

Tapi rasa penasaran masih ada dan dilihat bahwa mobil hitam tersebut adalah bermerk Honda karena terlihat jelas H-nya. Tetapi pas membaca nomor polisi, disinilah hadir kontroversi, karena nomor polisi khususnya angka huruf akhrnya bukan HND tetapi BMW. Jelas sekali itu jenis mobil yang berbeda. Maka atas nama kontroversi tersebut, dikejarlah mobil hitam honda jenis HRV ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Maafkan nopolnya ditulis disini ya, D 1902 BMW. Jelaskan kontroversinya. Jadi inget ada sebuah cerita pengendara motor Honda dicegat polisi karena jaketnya SuZuki, tapi pengendara tersebut tak kalah gertak kepada petugas polisi tersebut karena kontroversi juga, “Apa kontroversinya?”

Bapak petugas tidak sesuai, pakaian polisi ternyata balpoinnya merk PILOT!!”

***

Itulah 2 fenomena eh keadaan di jalan tol yang bisa didokunentasikan dan dikomentari. Sehingga perjalanan ke sana kemari via ruas – ruas jalan tol ini tidak hanya dijalani dengan mengantuk, mengobrol atau diam tanpa kata. Tetapi bisa mendapatkan pengalaman berbeda yang bisa diabadikan.

Kalau bicara ideal, di jalan tol bisa dilakukan berbagai aktifitas pekerjaan dari mulai meeting online via zoom, memeriksa surat dan mendisposisi surat serta koreksi online melalui aplikasi kantor. Tetapi disaat mobil bergerak lincah karena dikejar waktu yang mepet, maka bukan surat – surat yang tuntas dikerjakan tetapi pusing yang menjalar dan akhirnya bisa juga malah muntah. Nggak mau khan turun dari kendaraan untuk sebuah acara tetapi ternyata pusing, letih dengan wajah pucat pasi memutih.

Maka pilihannya adalah lihat sekeliling, abadikan hal – hal yang bisa kita lihat. Narasikan dan bagikan di media sosial. Selamat beraktifitas dan beredar kawan. Wassalam (AKW).

PROTES SANTRI KECIL

Cerita protes di masa kecil.

*PROTES SANTRI KECIL*

Cerita bermula dari rasa kesal yang membuncah melihat bapak – bapak dan pemuda serta beberapa anak sibuk dengan kongkur, sebuah sebutan untuk memancing ikan berjamaah di satu kolam yang sudah disepakati bersama. Ya sebutannya kongkur, raga ini belum tahu pasti asal muasal istilah tersebut tetapi menjadi pelafalan umum dan semua yakin dengan pengertian dan pemahaman yang sama.

Mengapa dikau kesal adinda?”
Sebuah tanya menyeruak dan langsung fokus padaku. Seorang santri kecil yang sedang belajar agama. Sejenak terdiam tetapi selanjutnya jawaban lantang hadir untuk meraih keadilan, “Bukan tidak suka aktifitasnya, tetapi teriakan dan celoteh serta sumpah serapahnya yang mengganggu konsentrasi kami membaca dan menghafal kitab sapinah dan jurumiah. Padahal sebentar lagi Imtihan Guru”

Guruku, Ustad Saemul tersenyum. Wajahnya yang teduh dan kharismatik memberikan rasa damai padaku, kepada kami pada santri cilik yang berkumpul dihadapannya dalam formasi sorogan kitab kuning. Beliau berkata, “Bersabar dan bertawakal saja, kita doakan mereka tersadar untuk tidak terlalu ribut sehingga tidak mengganggu kita”

Iya pak Kiai, maafkan kami”
“Iya tidak apa-apa, ayo kita kumpul lagi dan membahas hadits pendek dan artinya”

Tapi esok harinya setelah diperhatikan secara seksama, kegiatan kongkur terus berlanjut seakan mengejar jadwal jangan jeda konkur sepanjang bulan ramadhan. Jam 07.00 wib sudah hampir sepertiganya hadir di pinggir kolam dan bersiap ‘menyelamatkan ikan yang tenggelam’. Teriakan dan gaya ngobrolnya yang keras, agak mengganggu suasana pagii di pesantren asrama laki-laki. Tapi itulah kenyataannya.

Hanya saja hari ini berbeda, disaat mulai menaiki jalan menanjak dan cukup ekstrim maka tiada kata seindah doa kepada Allah Subhananu Wataala agar dilancarkan dan dimudahkan dalam pekerjaan juga kehidupan pribadi. Perbedaannya adalah para pemain ini dalam aktifitas kongkur ini terlihat merokok padahal jelas – jelas ini bulan ramadhan dan diwajibkan berpuasa. Maka jiwa mudaku berontak melihat fenomena merokok siang hari tersebut, mengingarkan untuk jadwal shaum harus segera diikuti.

Tapi langkah kaki mungil ini terdiam sesaat, mempertimbangkan kemungkinan yang terjadi. Apalah daya badan anak kecil ini dihadapan orang – orang dewasa yang terlihat begitu kuat dan garang. “Perlu cari strategi yang tepat”.

Maka segera pergi ke belakang kobong (asrama santri) menuju area rahasia. Menyibakkan beberapa daun pisang kering dan segera diambillah lodong, sebuah meriam bambu lengkap dengan amunisinya. Ada botol plastik kecil berisi cairan minyak tanah, satu botol berisi air dan satu botol berisi pecahan karbit siap pakai.

Meriam bambu dipikul karena ukurannya lumayan sambil menenteng peralatan. Menuju lokasi yang tepat di dekat kolam yang masih banyak semak – semaknya. Lalu meriam bambu di pasang dalam posisi yang tepat dengan perhitungan akurat menuju sasaran di kolam.  Tapi tetap tersembunyi dari pandangan para pemancing tersebut.

Setelah dirasa semua siap, maka mulai mengamati sasaran. Ternyata beberapa peserta kongkur sedang menikmati bekal makan siang, padahal ini bulan ramadhan. Semakin bergemeretaklah gigi ini dan menahan rasa kesal yang begitu dalam kepada orang – orang yang tidak berpuasa padahal diyakini mereka beragama islam. Tanpa fikir panjang, langsung saja racikan air dan minyak tanah menjadi adonan pembuka. Terakhir pecahan karbit sebagai pembangkit tenaga dorong.

Setelah terlihat bahwa racikan bahan peledak sederhana ini sudah memanas dan tepat moncongnya menuju sasaran. Maka langkah terbaik adalah menyalakan api pada posisi cairan dalam lodong sudah mendidih.

Tep… Dhuaaaar…

Suara membahana memekakkan telinga, seiring dengan lidah api keluar dari moncong meriam bambu ini. Suara yang menggelegar membuat para pemancing terjengkang kaget. Ada 2 orang yang tigejebur.. eh loncat ke kolam karena rasa kaget yang tidak tertahan. Sisanya terjengkang ke belakang. Ikan di kolampun berloncatan, menyambut kegembiraan dan keseruan.

Dirikupun merasa senang, karena bisa memberikan pengalaman tak terlupakan dari para pemancing yang tidak berpuasa ini. Meskipun mereka ternyata masih melanjutkan aktifitas di pinggir kolamnya. Tapi minimal sebuah peringatan hadir tanpa diduga dengan perantara tangan mungil ini.

Tidak hanya di sekitar kolam pancing yang heboh, tapi juga di asrama atau di kobong. Beberapa senior santri berlarian menuju sumber suara. Tetapi tidak ditemukan siapa – siapa, hanya meriam bambu yang hampir belah saja yang ada. Sementara raga mungil ini sudah menghilang dengan menggunakan ilmu lanvkah seribu dan berdiam di tempat aman. Wassalam (AKW).

MISTERI DI KAMAR MANDI

Sebuah cerita di awal penugasan baru.

BANDUNG, akwnulis.com. Hari ketiga bertugas di kantor baru ternyata selain berkenalan dengan para pegawai juga mulai berkenalan dengan suasana berbeda yang menambah khazanah pengalaman pribadi untuk penugasan eselon III yang ke-3 ini.

Ruangannya cukup besar dan dilengkapi dengan kamar mandi didalam sehingga tidak perlu lari ke kamar mandi kantor yang terletak di belakang belum lagi jika harus antri karena ternyata yang kebelet itu bersamaan dan berombongan. “Berabe khan?”

Maka dimanfaatkanlah kamar mandi di dalam ini dengan baik, jadi sering kencing saja. Kalau buang air besar jarang karena memang jadwalnya sudah tetap menjadi satu paket sebelum mandi pagi di rumah.

Karena memang jumlah pegawainya terbatas, jadi mudah untuk menghafalnya. Dalam hitungan tiga hari sudah terekam wajah – wajahnya di memori. Lain cerita dengan namanya, jikalau tertukar itu sih biasa. Bisa diselesaikan dengan canda dan tawa. Maklum orang baru, itu sebagai kalimat pendukung pembenarannya.

Nah, terkait perkenalan dengan dunia yang lain adalah terjadi di hari ke empat. Pada saat di pagi hari membuka ruang kerja, lalu duduk di kursi kerja sambil memeriksa surat – surat. Terasa ada suasana berbeda. Penasaran, mulai berdiri dan mengelilingi kursi tamu, tapi tidak ada apa-apa. Ya sudah duduk kembali menuntaskan surat – surat yang menumpuk.

Tapi serasa ada bebauan berbeda melewati hidung ini” begitu gumam dalam hati. Penasaran, berdiri dan berkeliling di ruangan, siapa tahu ada bangkai tikus yang mungkin mati tersembunyi. Namun tak ada tanda – tanda itu. Perlahan mendekati pintu kamar mandi, lalu di buka. Sekalian mau buang air kencing.

Ternyata…. dihadapkan dengan seonggok rejeki. Numpuk di lobang wc dan tidak disiram. Terlihat masih rapih sempurna. Tanpa berfikir panjang segera dibersihan dengan berpuluh siraman gayung air dan memijit tombol flush berulang kali. Muka memerah menahan amarah, berarti ada seseorang yang memiliki kunci akses ke ruang kerjaku ini dan meninggalkan tanda alias nyirian dengan seonggok tadi.

Tuntas dibersihkan menuju keluar ruang kerja, memanggil kasubag TU dan seluruh pegawai serta OB dan satpam. Tanpa basa basi langsung ditanyakan, “SIAPA YANG BEABE DI RUANG SAYA??!!!”

Semua terdiam, menunduk dan sebagian bingung.  2 kali berteriak tetap tidak ada yang mengaku. Ya sudah mungkin mereka sungkam mengaku di depan umum. Tapi saat itu juga saya minta kunci akses ke ruang kerja saya untuk dikumpulkan termasuk kunci duplikatnya. Ada 2 duplikat, 1 kunci di OB dan 1 buah dari satpam. Semua saya ambil dan simpan di ruang kerja.

Hati cukup tenang, minimal mulai saat ini tidak ada yang bisa akses sembunyi – sembunyi ke ruang saya dan nebeng ke kamar mandi. Hari itu sorenya pulang ke rumah dengan tenang.

Esok hari kembali hadir di kantor pukul 06.55 wib dan disambut senyum sapa OB dan satpam yang bertugas. Tentu jawaban senyumanpun menjadi wajib. Pagi ya indah di tempat kerja baru.

Menebar senyum kepada pegawai sambil berkeliling hingga akhirnya memasuki ruang kerja. Anak kunci pintu diputar dan pintu ruangan terbuka. Tapi ternyata bau kemarin langsung menyengat hidung. Tanpa basa basi segera menuju kamar mandi, membuka pintu dan terperangah.

Seonggok kotoran kembali memenuhi lobang kloset dan terlihat masih baru. Tanpa banyak tanya kembali disiram dan di bersihkan. Tentu dengan membaca doa – doa ya g hafal di dalam hati. Setelah semua bersih, bergegas keluar kamar mandi dan duduk di kursi kerja, terdiam.

Sudah jelas ruangan terkunci, juga semua kunci termasuk kunci cadangan dan duplikat sudah dikumpulkan. Berarti sudah tidak ada yang bisa akses masuk ke kamar mandi di ruang kerja ini. Aneh.

Sementara di diamkan dulu saja, kita lihat esok hari. Siapa tahu ada 1 orang pegawai yang masih menyembunyikan kunci cadangan dan bisa akses masuk di pagi hari sebelum semuanya masuk kantor. Berarti cenderung dari anggota satpam atau office boy. Eits jangan salah sangka dan berburuk sangka dulu, kita cari bukti yang valid. Suasana kantor dalam momen perkenalan program kegiatan berlangsung dan berjalan dengan tenang.

Esok hari datang ke kantor pagi hari, masuk ruangan dan membuka pintu kamar mandi, ternyata tumpukan kotoran segar itu ada lagi. Siram dan bersihkan dan diamkan.

Lusapun masih terjadi, mulai rasa bingung berubah jadi rasa aneh dan tanda tanya besar, “Siapa yang selalu BAB ini?.”

Akhirnya jawabannya hadir di hari kamis bada magrib. Secara kebetulan harus kerja lembur sehingga tetap berada di kantor untuk menuntaskan pekerjaan.

Kamis pagi menjadi sebuah rutinitas aneh karena harus kembali menyiram seonggok kotoran di toilet ruang kerja. Padahal semua akses terkunci. Tapi ya sudah berusaha ikhlas saja. Mau bagaimana lagi.

Nah pas jam 17.45 wib sebelum adzan magrib, suasana sudah meredup karena menjelang senja. Posisi sedang didalam ruangan, di kursi ketja dengan memeriksa berbagai dokumen yang berserakan di meja kerja. Tiba – tiba suara notifikasi blackberry berbunyi dan berkedip, “biip.. biip”.. ada pesan masuk.

Pesan dari kepala satpam, isinya : “Maaf bapak, ijin menyampaikan informasi. Ada yang masuk ke ruang kerja bapak, perempuan bergaun putih panjang. Tidak sempat kami larang karena tiba-tiba sudah di depan pintu ruang kerja bapak”

Wajah menegang dan tangan yang memegang ballpoin ikut diam, bola mata memandang lekat ke pintu masuk yang tepat berada di depanku. Karena memang posisi sedang berada di dalam ruangan. Tapi tidak ada pintu yang terbuka apalagi ada seseorang yang masuk. Coba baca lagi pesan di blackberry, tetap tulisannya tidak berubah.

Namun beberapa saat kemudian tiba – tiba pintu kamar mandi terbuka sendiri lalu menutup perlahan.   Sesaat sepi, lalu terdengar suara showernya yang mengeluarkan air serta diakhiri suara flush dari toilet. Kembali sepi seiring kymandan adzan magrib dari mesjid sebelah kantor.

Beberapa menit terdiam tanpa bisa bergerak, namun hati dikuatkan dengan membaca doa – doa pendek yang dkuasai.  Nafas masih terengah tetapi raga dipaksakan berdiri. Lalu berisaha bergerak melangkah ke kamar mandi. Segera buka pintu kamar mandi dan…..

Kamar mandi kosong, tetapi percikan air ada dimana-mana. Lalu terlihat di toilet ada lagi kotoran seperti hari – hari sebelumnya. Padahal tadi ba’da asyar menggunakan kamar mandi. Semuanya bersih dan tak ada kotoran. Tanpa banyak bicara segera kotoran tersebut dibersihkan lalu berwudhu di pancuran dan menutup pintu kamar mandi perlahan.

Menggelar sajadah di ruangan untuk menunaikan shalat magrib. Namun sebelumnya sebuah ucap disampaikan cukup lantang, “Silahkan jika mau menggunakan kamar mandi dan buang air besar, tapi jangan lupa dibersihkan”

Cetrek!
Pintu kamar mandi sedikit terbuka lalu menutup kembali. Lalu hening.

***

Semenjak kejadian malam jumat itu, tidak ada lagi kejadian tentang kotoran yang tertinggal di lobang wc. Tetapi jika di kamar mandi basah karena seperti bekas dipakai, dimaklumi saja.

Itulah sebuah cerita yang mengiringi penugasanku di masa terdahulu, tepatnya 11 tahun yang lalu. Wassalam (AKW).

BERSUA DENGAN PUTRI BERMAHKOTA.

Cerita misteri masa lalu sambil mengisi waktu penerbangan yang ditunda.

KUALANAMU, akwnulis.com. Delay demi delay datang bertubi-tubi sehingga cara terbaik yang harus disiapkan adalah berusaha mengendalikan kesabaran dan memanfaatkan waktu untuk membuat sesuatu yang bermakna. Kekesalan memang sulit dihindarkan tetapi apa mau dikata, pilihan maskapai penerbangan yang katanya sering menerima komplain akhirnya kejadian. Jadi ya sudah terima saja, gitu aja kok repot.

Cara terbaik versi diri ini untuk mengisi waktu penantian yang agak tidak pasti ini adalah menulislah. Maka segera berusaha berkonsentrasi dan mencari tema tulisan yang bisa dituangkan dalam jalinan kata. Inilah ceritanya..

BERSUA DENGAN TUAN PUTRI BERMAHKOTA.

Malam terasa begitu panas suasana di dalam rumahku. Kami berempat duduk bersama dalam acara makan malam memgelilingi meja makan dengan sedikit peluh di wajah masing – masing. Memang musim kering sedang melanda desa kami, tetapi suhu panas malam ini sungguh berbeda, menyiksa.

Setelah makan bersama usai, ayah akhirnya berinisiatif membuka jendela ruang tengah agar ada udara luar yang mungkin bisa membantu mengurangi kegerahan ini. Padahal di tengah rumah, kipas angin berputar – putar dalam mode maksimal demi hasilkan angin kenyamanan.

Aku yang masih bersekolah di kelas 4 sekolah dasar beringsut mengikuti langkah ayahanda yang bergerak membuka pintu depan selain tentunya jendela ruang tengah yang telah terbuka selebar – lebarnya.

Ayo kita diluar saja, lihat bulan purnama nyaris sempurna” Seruan sang ayah langsung disambut dengan kehadiranku yang memang senang sekali bermain di halaman rumah. Biasa bermain sore hari hingga menjelang magrib tiba, lalu pergi ke mesjid besar dekat kantor desa untuk mengaji hingga jadwal shalat isya.

Namun kali ini pengajian ditiadakan karena pak ustad pengajarnya sedang mengunjungi keluarganya yang sakit di luar wilayah kecamatan. Jadi jadwal mengaji di rumah masing – masing.

Bermain – main di halaman rumah dibawah sinar bulan terasa menyenangkan. Apalagi adik kecilku yang masih 4 tahun, ikut bergabung bersama ibunda. Belajar berjalan kesana kemari sambil tertawa – tawa.

Ayah mengambil bola plastik kesukaanku, dan kami bergiliran menjadi penendang bola lalu jadi penjaga gawangnya, seru deh pokoknya.

Hingga pada suatu ketika, ayah menendang bolanya cukup kencang dan bola bergulir melewati semak yang berbatasan dengan jalan setapak di depan rumah. Aku berlari mengejarnya hingga memasuki semak rumput yang cukup tinggi. Terlihat bola plastikku disitu.

Pada saat tangan mungilku menjulur akan.memgambil bola, ada sesuatu yang memandangku dengan tatapan tajam. Dua mata kecil berwarna merah, lalu terlihat seperti berdiri dengan leher mengembang dan sisannya adalah sebuah gulungan indah berwarna perak memantulkan sinar rembulan yang semakin terang. Instingku meminta agar tangan dan badan ini tidak bergerak karena yang berada dihadapanku itu adalah ular sendok yang sedang bersiaga, mungkin terganggu oleh kehadiran bola plastikku.

Aku berhadap – hadapan dengan ular itu, terlihat sepasang matanya memandang waspada. Sama – sama berdiam diri. Aku menahan nafas sekuat mungkin, jikalau harus dilepas maka dilakukan perlahan. Jangan sampai membuat gerakan mengejutkan karena itu akan berakibat fatal. Mulut terkunci tanpa suara sedikitpun.

Ayah yang menyusul karena melihat anaknya terdiam di dekat semak – semak, juga berdiri mematung. Karena ular sendok besar itu bukan binatang sembarangan. Oh ya kawan ular sendok itu adalah sebutan untuk ular kobra lokal yang memiliki ciri bisa menggembukan lehernya sehingga bisa seperti sendok, itulah asal muasal disebut ular sendok. Urusan berbisa, inilah ular yang berbahaya karena bisa yang ada di mulutnya cukup mematikan. Apalagi bagi anak kecil sepertiku.

Aku yang terpaku berusaha menatap kedua mata kecil ular sendok itu. Terlihat kilau warna perak yang membuat ular itu begitu gagah, kokoh dan memiliki aura ketegasan. Tapi yang agak mengernyitkan dahi adalah diatas kepalanya tidak mulus seperti ular – ular biasa, seperti ada bentuk mahkota keemasan yang berkilau ditempa cahaya rembulan.

Tiba – tiba dari sudut matamu terlihat ayahanda yang tadi berdiri perlahan duduk di tanah, tapi matanya tetap waspada menatap ular sendok bermahkota ini. Ular sendok kepala sedikit bergeser dan langsung berhadapan dengan ayahku. Waduh suasana makin tegang, jangan sampai ayanda berkorban mengalihkan perhatian sang ular agar anaknya terhindar dari bahaya tapi berpindah kepada beliau.

Belum selesai pikiran buruk ini berakhir, terlihat ayahanda membungkuk di depan ular bermahkota itu sambil berkata, “Maafkan kami yang telah mengganggu istirahat tuan putri. Ijinkan kami mengambil bola itu dan pergi dari sini”

Ular sendok bermahkota itu terlihat perlahan mengangguk dan bergerak ke samping bola plastik tadi lalu seperti masuk ke dalam lubang yang berada di samping bola plastik itu. Gerakan tubuh gemulainya terlihat begitu indah dan cepat, hingga akhirnya menghilang dari pandangan dan berganti menjadi keheningan.

Ayahanda segera mengambil bola dan mengajakku segera kembali ke rumah, terdengar dari mulut ayahanda gumaman perlahan, “Terima kasih tuan putri.”

Kamipun akhirnya menyudahi bermain di halaman rumah ini dan kembali masuk ke rumah bersama adikku dan ibunda. Ayahanda tidak banyak bicara tetapi terlihat begitu teliti disaat menutup pintu dan jendela sambil sesekali wajahnya melihat ke luar rumah seperti ada sesuatu yang dilihatnya.

Aku beranjak cuci tangan cuci kaki lalu berwudhu untuk dilanjutkan shalat isya dan beranjak tidur di kamarku. Tepatnya di bagian depan rumah mungil kami.

Sementara di kepalaku beraneka reka kata dan kalimat serta memperkirakan sebuah kejadian aneh yang menegangkan ini. Tapi rasa lelah lebih kuat untuk membuat raga ini istirahat dalam buaian mimpi yang tepat.

***

Keesokan harinya adalah hari minggu, hari yang dinanti karena berarti tidak sekolah dan bisa bermain seharian. Indahnya masa anak – anak yang tidak ada beban, hanya tugas sekolah dan turuti kemauan orangtua lalu sisanya adalah bermain dengan teman. Berlarian, main layangan, petak umpet, sorodot gaplok, gatrik, ngurek, berenang di bendungan hingga menyalakan meriam bambu dengan suara yang mencengangkan.

Tapi teringat kejadian tadi malam, tanpa minta ijin kepada ayahanda. Berjalan menuju tempat tadi malam posisi bola plastikku berada dan penasaran ingin melihat lubang tempat masuknya ular sendok bermahkota. Khawatir suatu saat ular itu keluar lagi tanpa aba – aba.

Tapi ternyata di lokasi bola plastik tadi malam, tidak ada lubang sama sekali. Hanya tanah dan rerumputan semak saja. Tidak ada lubang sarang ular, seolah tadi malam ular sendok itu menghilang ditelan bumi begitu saja. Dengan ranting coba ditusuk – tusuk ke tanah, tidak ada tanda – tanda lubang itu berada. Tiba – tiba ada suara yang mengagetkanku dari belakang.

Sudahlah nak, tidak usah dicari. Itu bukan ular biasa” Ayahanda ternyata sudah ada di belakangku. Aku mengangguk dan menggamit tangan ayahku. Lalu berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

***

Itulah sekelumit kisah yang bisa diceritakan kali ini. Disaat tulisan ini selesai bertepatan juga dengan panggilan dari speaker untuk segera memasuki pesawat yang akan membawaku terbang kembali ke Jakarta. Alhamdulillahirobbil alamin. Wassalam (AKW).

Momentum PABURANTAK – fbs

Cerita pagi tentang momentum dan selarik senyum.

CIMAHI, akwnulis.com. Minggu pagi dimanfaatkan untuk menggerakkan raga dan melangkahkan kaki agar target 6000 langkah minimal sehari agar terpenuhi. Sekaligus juga memenuhi pesanan anak istri untuk membeli kupat tahu spesial yang menjadi langganan meskipun agak lumayan jaraknya jika ditempuh dengan berjalan.

Tapi justru ini kesempatan atau memontum untuk bergerak, berjalan kaki sekaligus beli kupat tahu dalam waktu yang sama. “Worth it khan?”

Nah membahas momentum, maka menghadirkan ide yang akhirnya bisa menuliskan menjadi sebuah cerita ringan yang mungkin bisa menghibur khalayak pembaca dari websiteku ini.

Momentum adalah besaran vektor yang dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara massa benda dan kecepatannya. Rumusnya adalah p = mv (momentum = massa dikali kecepatan). “Wuih jadi serius yah?”

Tapi bener lho, bahwa momentum itu bisa dilihat dari massa atau bobot beratnya suatu kegiatan yang dilihat dari berbagai sisi baik anggaran, ukuran, banyaknya sumber daya manusia hingga promosi yang luar biasa dikalikan dengan kecepatan fikir untuk memastikan saat yang tepat dalam mengambil tindakan dan keputusan. Sejalan dengan pengertian di KBBI bahwa momentum itu memiliki arti ‘saat yang tepat/kesempatan’.

Dari ide itulah sebuah jalinan kata dapat hadir menjadi cerita, tentu cerita rekaan alias cerita fiksi berbahasa sunda. Selamat membaca…

FIKMIN # PABURANTAK #

Domba hideung sakumaha pamènta geus ditungtun, leungeun kènca ngajingjing buah kiwi ustrali. Rèk mèrè hadiah spèsial poè lahir jikan, poè isuk milad ka 51. Rèk ngareureuwas jikan mèh atoh. Sanajan hargana lumayan, tapi diihtiaran.

Ari kiwi mah meunang meuli tadi isuk, kukumpul tina ladang endog meri. Buah kiwi gè geus lila dipikahayang jikan nepika ngimpi tilu poè tilu peuting. “Kudu kiwi ustrali nya kang.”

Anjog ka imah kadèngè sora jikan di pawon keur masak bari hahariringan dipirig lagu ajojing nu keur piral. Keketeyepan muru panto tukang, domba hideung nuturkeun. Panto dibuka saeutik, ngadeukeutan ti tukangeunna.

Wilujeng milad mamah!” Bari jikan digabrug.

Tuluuung!”

Gubrak, katèl dibalangkeun, cukil dipakè ngababuk. Jikan lumpat gogorowokan. Domba hideung leupas, kiwi paburantak sawarèh pejèt katincak. Di buruan, jikan ngajanteng olohok. Geuning lain rampog nu nangkeup tèh.

Uing ngadeukeutan, jikan nyorongot, “Geus aki-aki mah teu kudu roromantisan lah, tuh udag domba, lebar!”

***

Demikianlah cerita singkat tentang ‘momentum’ ini, dan ada satu lagi pesan yang penting, jangan memberi surprise pasangan mendahului harinya alias mendahului momentumnya, karena hasilnya kurang menyenangkan, percayalah.  Wassalam (AKW).

***

KETUKAN TENGAH MALAM.

Sepi dan gelap hadirkan cerita singkat.

KUNINGAN, akwnulis.com. Pelan tapi pasti suara lirih dan ketukan teratur terdengar di pintu kamarku. Tapi tidak terlalu dipedulikan karena mungkin itu adalah bagian kecil dari mimpiku malam ini. Biarkan saja ah.

Tok tok tok!’

Namun ketukan itu kembali hadir seiring berjalannya waktu yang merambati tengah malam menuju dini hari. Aku terus terang terganggu, namun tetap saja diyakini bahwa ini hanya khayalan semata.

Kang… kaaang”

Walah, ternyata panggilan suara itu terdengar nyata. Suara serak tapi bernada. Berasal dari pintu luar kamar tidur utama. Dalam kemalasan maka perlahan memicingkan mata dan berusaha melihat keadaan sekeliling khususnya sumber suara.

Tapi…. ternyata semua gelap gulita. Hanya kehitaman dan sunyi yang menyergap rasa. Ada desir angin yang membuat kebekuan raga, sembari tak tahu dari mana sumbernya.

Suasana hening, raga terdiam. Konsentrasi, sambil memperkirakan posisi yang sebenarnya. Sehingga bisa diperkirakan posisi pintu kamar yang seharusnya.

Ketukan tadi telah hilang, termasuk suara panggilan. Sepi menyelimuti suasana tengah malam, hanya jangkrik yang setia bernyanyi di kejauhan.

Perlahan tapi pasti, kesadaran kembali pulih dan mampu memposisikan keadaan.  Berarti sedang tidur di ranjang dan pintu kamar berada di depan sebelah kiri dekat lemari besar kayu jati andalan.

Tak lupa komat kamit membaca doa yang bisa hafal, tentu baca dalam hati agar tidak menimbulkan kegaduhan. Beringsut turun dari ranjang dengan tangan keduanya ke samping dan ke depan khawatir menabrak sesuatu di tengah gulita yang mulai sedikit menakutkan.

Tok tok tok!’

Jantung hampir copot mendengar ketukan di pintu ternyata ada lagi. Seolah suaranya menggema dan menggetarkan hati, membuat ciut dan harus berhati-hati. Tapi ada hikmahnya juga, menjadi petunjuk arah untuk bergerak menggapai pintu.

Teringat akan smartphone, yang ada fitur flashlightnya, tapi ternyata tidak berdaya karena disimpan di ruang tamu sambil di charge. Wah gawat.

Kaki perlahan melangkah sambil telapak tangan menyasar dinding tembok. Permukaan lemari hingga akhirnya mendekati pintu kamar. Agak ragu untuk memutar anak kunci yang menempel di pintu. Tapi rasa penasaran semakin meningkat, siapa tahu diluar sana memang ada yang membutuhkan pertolongan.

Ayat kursi dan falaq binnas terus dibaca berulang dalam hati. Doa abadi penguat hati. Perlahan tapi pasti, anak kunci diputar ke kiri.

Cetrèk!

Pintu kamar pelan – pelan dibuka. Kegelapan kembali menyeruak dan menyambut raga. Mata dibelalakkan agar bisa menembus kegelapan. Namun ternyata semua gulita, sepi dan rasa dingin menyapa.

Kok nggak ada siapa-siapa ya,?” Bicara sendiri tapi dalam hati. Ada sedikit pergerakan di kuduk sehungga beberapa bulu berdiri. Pertanda ada rasa takut tapi juga penasaran, siapa yang iseng tengah malam begini.

Tiba – tiba mata melihat kilatan cahaya dan siluet gerakan seseorang secara acak di dapur belakang. Bergerak mendekat…. degup jantung bergerak cepat.

***

Ternyata ibu mertua yang sedang mencari sesuatu di laci dapur dengan bantuan cahaya dari senter hape, “Cari apa mah?”

Ibu mertua sedikit terkejut, tapi terlihat wajahnya senang. “Cari lilin, tapi lupa simpannya. Listrik mati kayaknya token listrik habis”

Siyaaap Mah” sebuah jawaban yang bikin plong semua. Hanya dengan gerakan jemari di aplikasi Mbanking, token listrik bisa dibeli dan langsung diisi. Alhamdulillah, lampu – lampu nyala kembali. Wassalam (AKW).

***

#Ceritaliburlebaran
#ceritamudik

Perkenalan dengan dia.

Akhirnya tahu juga namanya…

BANDUNG, akwnulis.com. Dikala mata itu terpejam agak lama maka sosok dia ada, tetapi dikala membuka mata semua musnah tinggal suasana biasa yang apa adanya. “Mengapa begini?” Sebuah tanya menggantung di ujung dada. Memaksa untuk mencari jawaban yang diterima oleh keraguan yang akhirnya mengaburkan harapan.

Tapi rasa penasaran masih ada, sehingga setiap ada kesempatan memejamkan mata agak lama mencoba untuk melihat kembali dan bersua dengan sosoknya.

Ternyata dia ada, kembali hadir tanpa perlu berkata-kata. Hadir rasa senang dikala jumpa, tetapi kembali rasa khawatir mendera karena takut ini adalah perjumpaan terakhir kalinya.

Benar saja, dikala mata kembali membuka dan bercengkerama dengan dunia, dia hilang begitu saja. Coba dipejamkan sesaat, ternyata tidak ada, karena godaan terang benderangnya dunia begitu kuat menarik asa dan menyandera jiwa rapuh merana yang butuh sandaran kepastian dalam dinamika kehidupan nyata.

Siang beranjak sore hingga malam memyentuh batas kehidupan. Mata lelah mencoba terpejam dengan harapan bertemu lagi dengan dia. Tapi harapan tinggal harapan, karena dia tidak ada, entah kemana. Mata terpejam langsung dihiasi aneka drama mimpi yang tidak berkesudahan dan akhirnya tuntas oleh kumandang adzan shubuh yang dilafalkan dengan lantang.

Ternyata, di pagi hari yang cerah, pejaman mata agak lama, dia hadir dan langsung menyapa, “Apa kabar dunia?”

Sesaat terhenyak dan hampir membuka mata, andaikan terbuka maka akan hilang lagi sosoknya dan menunggu di waktu lain yang tiada batasnya.

Dengan sedikit ragu, “Bbbaa..ik, siapa namamu?” Getar suara jawabanku terasa mengodam dada dan menegangkan rasa. Kenapa harus gugup, dia bukan siapa-siapa.

Hening sejenak.

Tapi tak berapa lama, ada senyuman yang hadir meskipun sekilas. Sambil perlahan memudar, dia menjawab, “Namaku GELAP dan sesekali dipanggil GULITA”. Wassalam (AKW).

TEU PIRA – fbs.

Mung jejedudan wungkul, tapi…

Photo : Sketsa menahan sakit / dokrpi.

Fikmin # TEU PIRA #

*)Sebuah tulisan fiksi berbahasa sunda, terinspirasi dari rasa sakit yang begitu menyiksa.

TEU PIRA (TIDAK SEBERAPA)

Teu pira da ngan saukur, tapi geuning geus karasa nyayautan mah teu bisa ditulung batur.

Teu pira kabeuki tèh ngaheumheum sangu, karasa amis disela huntu. Unggal poè nu aya di pawon ukur sangu jeung uyah beuleum. Teu ngarasula nampi kana qodarna, sawarèh di dahar sèsana dibaheum.

Teu pira tadi beurang aya kurubuk dina beuteung, pas inget boga kèrèwèd pamèrè juragan lebè. Buru-buru dibersihan, diteukteukan laleutik, digalokeun jeung cèngèk ogè sèsa uyah beuleum.

Teu pira dikosrang kosrèng nyieun sangu gorèng, seungit kacida matak bangir irung pèsèk. Pinikmateun geus aya dina tikoro, dahar ngeunah lain kokoro.

Teu pira, karèk gè tilu huap. Aya gajih kèrèwèd asup kana liang huntu nu geus lila mèlènģè. Jeduddd…… aduuuuh anjrit, baham calangap, panon cirambay.

Teu pira ukur nyeri huntu, tapi geuning bisa ngeureunkeun waktu, ngahuleng jiga bueuk dibabuk batu, geus teu kapikir deui nyatu, nu penting mah geura cageur teu judad jedud kawas gunung bitu. (AKW).

***

Warna Warni.

Belajar menikmati hari dalam suasana warna warni.

BANDUNG, akwnulis.com. Manakala warna berpadu maka hadirlah sebuah sensasi rasa yang penuh dinamika. Begitupun kehidupan, warna warni kejadian silih berganti setiap waktu. Senang, ceria, atraktif, tertawa lalu sedih, murung, pendiam, dan menangis serta berbagai sikap diri yang senantiasa berbeda karena suasana.

Jadi…….. nikmatilah aneka warna kehidupan yang bervariasi. Kecil kemungkinan kita bahagia seumur hidup, pasti ada sedihnya karena Allah SWT menciptakan suasana kehidupan ini berpasang-pasangan untuk memberi kesempatan kepada hambanya agar senantiasa bersyukur dikala bahagia dan bersabar disaat derita dan kesedihan mendera.

Begitupun dalam ilustrasi warna, tidak elok dipandang jikalau hanya warna hijau atau merah saja yang ada, tetapi dengan gabungan warna lainnya hadirkan nuansa penuh dinamika.

Apalagi aneka warnanya itu adalah suguhan makanan yang harus segera dinikmati…. itu mah insyaalloh bahagia dan tak kuat menahan diri untuk menyantapnya, Bismillah.

Selamat Berlibur di hari selasa kawan (buat yang libur).. yang tidak libur karena tugas…. semangaaat.. termasuk istriku……. insyalloh dianter kok hehehe.

Itulah cerita warna yang terlintas di benak pagi ini, Wassalam (AKW).

Coklat Kopi

Selamat menyoklat di hari ini.

BANDUNG, akwnulis.com. Terkadang sebuah ungkapan yang hadir bertentangan dengan referensi di otak yang menguasai segala kosakata, tapi itulah indahnya bahasa yang tertuang dalam kucuran kata serta air terjun kalimat yang deras membasuh dahaga kekeringan asa. Selanjutnya mengalir membentuk aliran sungai cerita dan bermuara menjadi kumpulan buku cetak ataupun e-book serta mengisi relung arsip keniscayaan yang tidak hanya hadir secara kasat mata di hadapan dunia tetapi tersembunyi pada labirin cloud computing yang sementara disebut sebagai unlimited space…. besok lusa pasti ada batasnya karena itu buatan manusia, percayalah.

Maka jangan bingung membaca kalimat ini : .…Coklat itu antara kopi dan meja….,

jangan memaksa berfikir bahwa coklat itu adalah minuman coklat panas yang tersaji di cangkir saja, tetapi coklat juga adalah warna yang bisa menjadi bagian terpisah dari cairan penuh rasa… meskipun ada juga cairan coklat yang ternyata bukan coklat, seperti cikolomberan (air kotor di selokan – bhs sunda).

Coba lihat lagi photo diatas, warna meja dan warna permukaan kopinya juga coklat… eh bener khan?

Jadi kalimat tadi bisa menjadi relevan…. oke guys?..

Klo masih belum paham, santuy aja. pemahaman nggak serta merta, ada tahapan proses kok. Selamat bersenin pagi ceria, Cemunguuuut. Wassalam (AKW).