MINGGUNYA KESRA JABAR

Dengan Kekompakan jadi Indah.

Apel senin pagi / Dokdin

*MINGGUNYA KESRA JABAR*

Diawali dari penugasan Biro Kesra sebagai petugas Apel senin pagi di lingkup sekretariat daerah dan BPKAD Provinsi Jawa Barat maka kita berbagi tugas baik sebagai pemimpin apel, pembaca pancaprasetia KORPRI juga pembaca Doa.

Awalnya tentu ketegangan melanda, apalagi pembinanya adalah bapak Sekda. Tetapi semua kekhawatiran itu sirna karena ungkapan kalimat dari bapak sekda adalah apresiasi bagi kinerja kita, Biro Kesra yang dianggap ‘rendah hati dan tidak sombong’ namun mampu menunjukan kekompakan dalam pelaksanaan tugas khususnya persentase penyerapan anggaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Terima kasih bagi KELUARGA BESAR BIRO KESRA.

Senin berganti selasa disibukkan dengan kunjungan kedutaan malaysia, tandatangan NPHD, rapat anggaran Bappeda serta monev penerima hibah di pangalengan dan sekitarnya hingga puncaknya persiapan versi sangkuriang hari kamis hingga jumat dini hari dalam rangka melaksanakan kegiatan  NGANJANG KA WARGA edisi Bakti Nagri untuk Pelaku seni budaya kerjasama dengan Kemenko PMK Republik Indonesia.

Alhamdulillah di Jumat pagi yang cerah diawali senam bersama, lalu acara seremoni yang dihadiri oleh Menko PMK, Menteri Kebudayaan, Wakil Menteri Dalam Negeri, Gubernur Jabar – Wagub – Sekda lengkap dengan jajarannya bisa berjalan dengan lancar dan meriah SUKSES TANPA EKSES.

Hatur nuhun tiada hingga Bu Kabag TU, Pak Anton & Pak Aziz yang begadang, Bu Muftia serta pak Agus Ismail, Para Ketua Tim, teman2 tim souvenir tim sagalarupa pokokna mah. Thanks to All. Keluarga Besar Kesra memang Terbaiiiik.

Semoga minggu – minggu selanjutnya kita TETAP dan semakin solid dan BAHAGIA.

Wassalam,
*AKW*

DEFILE – AJOJING & KOPI.

Semua hadirkan kabisa dan ngopi tetep harus bisa.

CIMAHI, akwnulis.com. Keriuhan pagi hari menjelang siang di halaman tengah kantor begitu menyenangkan. Semua terlarut dan menikmati rangkaian acara yang direncanakan, diatur dan dikordinasikan oleh para ASN muda, generasi penerus birokrasi yang sekarang bertugas di Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Sebuah prosesi regenerasi dari generasi ‘kolotnial ke millenial’ secara teknis kegiatan tetapi secara kebijakan dan dukungan keseluruhan tetap diaping dan diawasi oleh para kolotnial.

Pagi hari yang menjadi momentum dimulainya rangkaian acara di lingkup dinas dengan melibatkan seluruh elemen yang ada. Baik berdasarkan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) dan satuan pelayanannya juga di lingkup bidang dan sekretariat. Semua tumpahkan ide kreatifitasnya untuk menjadi bagian baik dari sisi performance kekompakan kelompok ataupun individu dengan batasan waktu yang ketat.

Juga penggunaan aksesoris defile yang tidak berlebihan, apalagi menjadi beban biaya untuk sewa peralatan. Semua berusaha optimal meskipun tetap dibalut dengan kesederhanaan. Karena kembali kepada philosopi kemerdekaan di lingkup dinas, bahwa peringatan kemerdekaan bukan berarti hura-hura tetapi memperingatinya dengan bersama-sama ceria dengan konsep dari kita, oleh kita dan untuk kita.

Judul resminya adalah defile masing-masing dan dipersilahkan menampilkan aneka kreatifitas yang ada tentu dengan batasan waktu yang tertata. Maka berbagai kreatifitas hadir beraneka, dari mulai gerakan baris berbaris yang kompak tapi lucu, marching band, vocal grup, joged bersama, pantun jenaka, yel-yel hingga retsing (kabaret singkat). Semuanya dilakukan dengan gembira, apalagi dikala terjadi kendala membuka konfeti atau ada juga musik pengiring telat hadir, maka tawa membahana menjadi penanda keceriaan.

Sebagai implementasi penilaian yang mengusung tema independensi maka dewan juri diambil dari para expert yang fashionable serta paham tentang rumus baris berbaris. Ada bunda juju perwakilan mitra, ibu Nina pimpinan DWP juga bapak Azis Zulfikar seorang ASN kreatif yang selalu tampil elegan. Inilah yang diembani amanah oleh panitia memberikan penilaian yang akhirnya akan diumumkan pada acara penutupan nanti di akhir bulan agustus 2023.

Ada satu kata yang menjadi kesimpulan setelah semua defile melalukan tugasnya untuk menampilkan kamonesannya yaitu lagu sunda yang lagi hits bingit, yaitu lagu AJOJING. Lagu ceria ini memaksa segera bergoyang dengan ketukan gendang yang khas malah dikolaborasikan dengan musik koplo pantura-an.

Lagu eh musik ini menjadi primadona dalam defile ini, karena ada 4 kontingen menggunakanannya sebagai latar musik dan rata- rata semua bergoyang dengan kapasitas masing-masing. Dari mulai goyang dalam hati, goyang sedikit jari kaki hingga ngarengkenek bergaya jaipong yang pas banget dengan alur musik candu ini gan.

Ajojing ala ala ajojing…..  Ajojing ala – ala ajojing!!”

Maka sesuai arahan pimpinan untuk mentahbiskan AJOJING ini menjadi tema pendukung rangkaian acara memperingati hari kemerdekaan ini diperlukan penelaahan singkat jangan sampai sesat makna dan berakibat sesat rasa.

Berdasarkan KBBI, kata ajojing berarti ‘Dansa dengan cara berjingkrak. Sementara kalau terjemahan bebas lebih cocok sebuah singkatan : Ayo Bergoyang sambil jingkrak (Ajojing). Tapi ada juga seorang kawan membisikkan arti ajojing adalah, “Ayo berjoged… Jing!”

Upss..

Jangan gunakan arti yang terakhir karena sarat makna kata – kata kasar hehehehe. Supaya pikirannya cekas dan fokus maka perlu di doping dengan sajian kopi arabica sunda typica yang diseduh manual dengan corong V60. Sebuah cara menikmati kohitala tentu dengan metode sederhana dan menghasilkan cairan kopi yang apa adanya tapi mampu hadirkan body, acidity dan aftertaste yang berbeda.

Sajian kopi arabica sunda typica diabadikan terlebih dahulu dengan latar belakang sorai – sorai ramai para peserta, panitia, penonton, penggembira dan masing-masing manajer area yang beradu ketangkasan pada rangkaian lomba tradisional yang seru dan penuh canda tawa. Diawali dengan lomba tepung sehingga banyak peserta yamg cemong dan wajah putih, lomba kelereng sendok, balap bakiak dan balap karung berhelm.

Kembali sang pejuang tepung harus ditambah bau amis karena mengikuti lomba memasukkan belut estafet ke dalam botol terus balap makan kerupuk dengan kecap yang enak dan seru hingga akhirnya ditutup dengan lomba pecah balon. Lomba penutup yang dirancang oleh para milenial pengampu acara agar dari mulai lumuran tepung berpadu keringat, bau hanyir belut dan bubuk krupuk berbalut kecap serta jelas cucuran keringat ditutup dengan air segar dari balon yang pecah memberi kesegaran dan gelak tawa. Kalian semua luarrrr biasaa.

Nah urusan sajian kopi, ternyata arabica sunda typica menghadirkan keseimbangan rasa antara body dan acidity di level medium. Sementara aftertaste-nya ada rasa kacang tanah dan selarik lemon yang menyegarkan. Srupuut gan. Trus inget lagi tentang AJOJING, sebagai anak yang lahir dan besar dalam keluarga sunda itu maka makna ajojing adalah berjoged dalam suasana gembira. Baik sendiri ataupun berkelompok dengan iringan musik yang mendayu, bisa ketuk tilu, dangdutan ataupun jedag jedug atau jep ajep. Intinya bergembira dan bergoyang. Tapi tidak salah juga jika buat singkatan lain tentang ajojing ini yaitu : Aplikasi Jaringan Organisasi dan Jaringan Informasi Non Goverment.

Halah maksa pisan, terserah aja ah. Udah kita sruput kopi aja”

Maka sruputan ketiga menutup catatan bahagia sore kali ini. Sebuah acara pembukaan dan lomba-lomba ceria dan bahagia. Have a nice weekend kawan. Wassalam (AKW).

***

Catatan : bagi yang merasa photonya tidak tercantum disampaikan permohonan maaf, tapi kalau mau ya kirim saja photonya. Cekidot.

SENJA PENUH WARNA

Sebuah makna di ujung senja.

Photo : Senja penuh warna / dokpri.

SAGULING, akwnulis.com. Bergerak menuju ke ujung janji sambil menyapa semilir angin sore yang berkejaran dengan senangnya. Betapa sang waktu terkadang sering menggoda antara digunakan untuk keluarga atau ternyata harus bekerja. Tapi itulah dinamika, jalani dan hadapi dengan semangat dan ceria.

Sore hampir tiba dikala raga sudah berada di ujung jalan yang di setting dengan beberapa tenda. Tenda yang mulai diisi oleh berbagai persiapan untuk sebuah kesuksesan acara.

Nah sambil mengisi waktu dan mengamati segala persiapan, saatnya hunting dengan keindahan suasana. Menikmati dan tasyakur dengan lukisan alam ciptaan Allah yang mempesona.

Diawali dengan kemegahan lobby gedung dengan lampu-lampu yang mulai menyala. Dilanjutkan dengan memandang takjub lukisan senja yang hadir tiada tara

Photo : Gedung megah di sore ceria/dokpri.

Bukan hanya warna kuning atau merah saja yang sering menjadi gambaran senja. Tetapi begitu lengkap dengan warna ungu, biru, hitam, putih dan hijau didukung oleh kelengkapan lanscape yang saling menguatkan.

Permukaan air danau memberikan efek pantulan, rumput-rumput tinggi berbaris rapih dalam keteduhan serta gradasi langit yang jarang bisa hadir bareng antara biru muda, biru tua, ungu, merah, putih dan magenta… betapa indahnya ciptaan tuhan. Alhamdulilahirobbil alamin.

Meskipun angin malam mulai menerpa, tetapi raga tak bergeming demi menikmati suasana penuh makna. Menghitung batas warna dengan mata telanjang yang mungkin penuh dosa, tetapi semakin menambah makna betapa manusia itu tiada daya upaya didalam cengkeraman kekuasaan-NYA.

Photo : Senja menggoda / dokpri.

Selamat memaknai suasana sambil ikut mendukung persiapan sebuah acara yang akan terlaksana esok hari penuh warna. Wassalam (AKW).

Bersua dengan Kehijauan.

Photo : Saoropus Androgynus / dokpri.

CIMOHAY, akwnulis.com. Akhir bulan januari yang memaksa tetap berdiam diri. Pertama karena memang masih masa pandemi dan yang kedua memang harus menghemat amunisi. Maka memutar otak agar tetap bisa bereskpresi tanpa perlu banyak keluar anggaran itu ini.

Sejak dini hari ternyata temperatur disini membekukan hati, sehingga niat bersepeda bersama istri terpending belitan hawa dingin yang begitu kuat melingkupi… ah ini mah alasan aja, justifikasi kemalasan ya?….

Bukan kawan, betul memang begitulah kenyataan.

Ah nggak jelas, jikalau jadi bahan debat maka tak akan tuntas penyelesaiannya karena yang dipertahankan hanyalah menghilangkan energi dan kata-kata tanpa ada hasil nyata.

Tapi, jikalau berkemul teruspun tak elok. Karena banyak hal lain yang bisa dikerjakan untuk mengusir kegalauan di akhir bulan.

Meskipun penuh kahoream alias malas bingit bergerak, akhirnya raga dipaksa ikuti jiwa untuk mencari kegiatan yang mungkin menghadirkan semangat untuk berkarya dan mencipta.

Maka…. lawanlah kemalasan dengan bangkit dari gerak tidur-tiduran, jangan lupa bawa hape. Lalu segera berdiri dan cuci muka. Seterusnya beranjak ke halaman belakang dimana banyak aspirasi menulis yang tak lekang oleh kebosanan.

Agar terjadi keseimbangan maka perlu dipilih perwakilan, yaitu wakil dari kaum tumbuh-tumbuhan dan wakil juga dari kaum kehewanan. Dengan catatan memiliki kesamaan dari sisi warna yaitu hijau penanda bergeraknya tahapan kehidupan.

Photo : Papilio Demoleus / dokpri.

Silaturahmi pertama adalah bersua dengan batang hijau dengan bunga kecil merah yang begitu indah. Apalagi jikalau sudah dipetik daun dan batangnya lalu diolah memjadi sayur bening. Betapa nikmatnya dengan nasi panas dan sambel dadak plus kerupuk, apalagi jika di taburi goreng ayam kering dan serundeng. Dijamin nikmat bangeeet…….

Nama latin daun dan bunga merah kecil ini adalah Saoropus Androgynus, gaya khan?…. sementara nama familiarnya adalah daun katuk….

Ohh daun katuk…. biasa itu mah.

Justru dibalik hal yang biasa, banyak makna cerita yang bisa kita ambil hikmahnya. Seperti daun katuk ini, selain rasanya enak juga banyak gunanya termasuk yang paling terkenal adalah khasiatnya untuk menyuburkan dan meningkatkan kualitas air susu bagi ibu menyusui bayinya…. bukan bapaknya yaaa :).

Silaturahmi kedua tidak kalah menghijau dan miliki nama keren juga yaitu Papilio Demoleus. Kayaknya nama cowok, khan ada papi-nya. Tapi ternyata ini berlaku jantan dan betina, eh lagian nggak tahu juga mana yang jantan dan mana yang betina. Inilah wakil hijau dari dunia hewan yang bisa bersua di area taman belakang.

Bentuk tubuhnya lucu dan terlihat menggelembung dibeberapa bagian terutama di bagian kepala. Terlihat lebih besar dari bagian tubuh dan ujungnya. Kaki-kaki terlihat imut meskipun kuat mencengkeram daun yang menjadi pegangan sekaligus makanan kesukaan.

Photo : Papilio Demoleus lagi diatas dahan / dokpri.

Inilah penampilannya, hijau lucu dan menggemaskan tetapi juga rakus jikalau terus dibiarkan. Nama akrab kita yaa… ulat jeruk gundul… asli gundul tanpa bulu-bulu yang menyebabkan kegatalan. Sehingga memegang dengan jaripun tidak menjadi halangan, hanya geli gimana gitu dikala menyentuh kekenyalan badan hijaunya.

Itulah silaturahmi sederhana dikebun belakang bersama tumbuhan dan perwakilan hewan yang menggemaskan. Hadirkan kata-kata dan kalimat indah yang mengubah kemalasan menjadi keceriaan. Selamat mengisi sisa libur mingguan dengan kehangatan keluarga tersayang, Wassalam (AKW).

Masa lalu & Langit biru.

Nikmati pagi yang penuh arti.

Photo : Bermain bola di kaki langit / dokpri.

Langit biru membentang
Menemani langkah dengan riang
Menyambut pagi yang penuh kehangatan
Berbalut semangat dan harapan

Tawa ceria bersama kawan
Tiada beban yang sedang disandang
Kehidupan begitu menyenangkan
Pagi yang terang benderang

Rumput bergoyang terinjak senang
Bola meluncur disambut teriakan
Udara segar mengisi rongga badan
Kuatkan jiwa dan semangat kebersamaan.

***

Kembali jemari terdiam, mata memandang lekat anak-anak bermain bola di ketinggian, tanpa beban, tanpa target juga tidak dibingungkan dengan kepentingan berbagai pihak, itulah kehidupan.

Tak mungkin diri ini kembali ke masa lalu, menjadi bocah kampung yang bebas bermain bola kapanpun (pas ada teman dan waktu luang) di lapangan atau di sawah kering dekat sekolahan. Tapi yang pasti, semangat optimisme masa lalu yang tanpa beban, keceriaan dan kesenangan dalam balutan kebersamaan… itulah yang harus dipertahankan.

Tetap berkobar dalam jiwa berbalut raga, yang sudah beranjak melewati batas usia pemuda serta menjadi keharusan untuk lebih paham lagi tentang arti katadewasa‘.

Selamat berkarya, Wassalam (AKW).

Gairah di Pantai Sanur

Menjejak langkah di pantai Sanur.

Photo pantai & kolam renang di Sanur / dokpri.

Sanur, akwnulis.com. Kecipak air memanjakan pendengaran yang terus terpapar oleh kompleksitas pekerjaan serta berbagai rutintas kehidupan. Bukan suara air sembarangan, karena ini merupakan perpaduan dari suara alami air di pinggir pantai yang mewujud dalam bentuk debur ombak menyentuh karang. Beberapa meter dari suara alami itu, gemericik air menjadi deburan penuh keriangan yang terjadi di kolam renang…. Yups kolam renang pinggir pantai, sungguh menyenangkan.

“Dimana itu mas?”

“Ih kepo”

“Jangan pelit info donk mas, plis plis” suara berharap dengan memelas, meruntuhkan benteng pertahanan keengganan. Munculnya trenyuh berpadu senang karena sudah bikin penasaran seseorang, padahal informasinya juga bukan hal baru. Tetapi itulah kehidupan, sebuah cerita akan berbeda makna apabila disajikan dengan dasar pengalaman dan diramu penuh cinta untuk hasilkan catatan abadi bagi diri, juga mungkin bisa berguna bagi orang lain suatu hari nanti.

‘Oke, balik lagi ke cerita yaa’

“Tempatnya di Pantai Sanur Bali yaa”

“Oh di Bali, ih kamu jalan-jalan melulu, kapan kerjanya?” pertanyaan nyinyir dari seorang kawan yang merupakan kombinasi antara rasa iri dan ‘kabita’(kepengen) langsung bikin makin semangat untuk bercerita lebih banyak. Bukan untuk bikin makin iri tetapi membuka wawasan bahwa di sela-sela bekerja, bisa juga meluangkan sedikit waktu untuk mengintip tempat wisata dan jangan lupa menjadi bahan cerita.

Photo kapal berlabuh di Pantai Sanur / dokpri.

Lha wong klo ngobrol kerjaan, ya sami mawon, gitu-gitu aja. Tinggal bagaimana mengkemas dan memaknai semua gerakan kehidupan menjadi jalinan kalimat penuh makna.

“Kembali ke urusan air di sanur ya guys!”

***

Sebelum sesi pertemuan malam hari, maka jalan sore di pantai menjadi menu wajib. Pantai Sanur yang berpasir putih memiliki daya tarik untuk segera dinikmati. Secara kebetulan penginapan dan acara pertemuan bertempat di Grand Inna Sanur Hotel yang miliki akses langsung ke pantai Sanur. Jadi lebih efektif dan efisien.

Photo pantai sanur sebelum pasang / dokpri.

Pantai Sanur memiliki panjang pantai cukup panjang… “Ih nggak jelas!’ itu pasti respon netizen. Tetapi itulah kenyataannya, pertama melalui jalur search via mang gugel ada yang nyebut panjangnya + 3 km, ada juga yang 9 km, entahlah… lagian penulis pas nyoba jalan, lumayan panjang juga, tetapi menyenangkan, suasana segar nan bersih, klo panas sih udah pasti tetapi dengan semilir angin pantai yang terus mengelus perasaan maka rasa senangnya yang lebih dominan.

Pantainya pun terasa landai karena ada barrier batu karang yang menjadi pelindung dari ganasnya ombak lautan. Sehingga kami bisa bergerak agak ke tengah laut, sekitar 100 meter dari bibir pantai dengan kedalaman air laut hanya mencapai betis.

Photo : mencoba terbang hindari air pasang / mr. Ronni pic.

Beningnya air hampir saja melenakan kami yang terus bergerak ke tengah lautan, sebuah teriakan mengingatkan,

“Awas air pasangg!!”

“Astagfirullahal adzim, lari Mang!!” suaraku berbaur dengan gerakan cepat dari rekan-rekan.

Terengah dan tersengal terasa melegakan setelah sampai di bibir pantai berpasir, meskipun harus merelakan dompet ikut basah karena terendam sedalam pusar.

Smartphone aman karena dipegang dengan tangan dan mengacung menggapai langit.

Alhamdulillahirobil alamin, hampir saja musti berenang di air asin hehehe, padahal niatnya cuma moo berpose di pantai dengan tinggi air sebatas betis, ternyata datangnya air pasang nggak terdeteksi terhalang keceriaan dalam kebersamaan.

***

Esok hari menjadi menu wajib untuk mengabadikan hadirnya sang mentari disaat mulai menyinari bumi, inilah hasilnya :

Photo Sunrise di Pantai Sanur / dokpri.

Semburat keemasan menyapa permukaan air laut di Pantai Sanur, memberi nuansa gairah yang membangkitkan keinginan untuk bahagia. Siluet nyiur melambai memberi harapan bahwa kehidupan adalah perjalanan panjang.

“Info kolam renangnya gimana?”

“Sabarr, tunggu tulisan berikutnya yaa” Hatur nuhun. (AKW).

Ber-Levitasi di Pulau Belitung

Akhirnya sebuah cerita tentang kami, grup dadakan yang senang loncat-loncat meski usia sudah tidak muda tuk wujudkan photo-photo levitasi kami

Demi mewujudkan mimpi bersama untuk dapat menghasilkan photo levitasi terbaik kami, maka disaat yang memungkinkan di sela pekerjaan yang bejibun, kami berusaha membuat photo levitasi terbaik versi kami.

Agar hasil photo levitasi kami tidak terlalu mengecewakan maka lokasi pemotretan harus yang kereen. Meskipun kami kurang berhasil atau tidak berhasil melayang… yaa minimal jump shot di dapat atau paling minimal lokasi dan pemandangan yang ada tidak kalah ciamik.

Baca juga : 

  • Mimpi & persiapan betLevitasi

Maka…… eksotisme Pulau Belitung menjadi pilihan kami yang kebetulan mendapat kesempatan berkunjung ke sini dalam rangka menunaikan pekerjaan. Suatu kebetulan atau keberuntungan?… yang pasti harus disyukuri dan ditafakuri.

Perkenalkan anggota levitasi kami yaitu :
1. Mr P

Anggota kami yang pertama mr P, orangnya humoris dan pantang menyerah, kuat mental diketawain banyak orang tapi tetap cool. Wajah sumringah dan ceria. Berlokasi di pantai putih Pulau Lengkuas Belitung, loncatannya begitu membahagiakan kami.

Akhirnya nyerah setelah 25x loncat, “Nanti dicoba besok setelah tenaganya pulih kembali”, ujar Mr P sambil telentang ngos ngosan di pantai.

Dan…. ternyata kata-katanya menjadi kenyataan. Dengan background replika SD muhammadiyah Gantongnya Andrea Hirata, mr P berhasil loncat dan menghasilkan jump shot ciamik di dekat bendera. Hebaat!!!!

2. Mrs L

Dia anggota baru tetapi cepat belajar, mungkin juga karena tubuhnya ringan sehingga berhasil meloncat meski belum sepenuhnya melayang.
Good job mis!!

3. Mr K

Ini anggota lama dan sudah sehati dengan penulis sehingga cukup lompat sekali sudah berhasil melepas pijakan di pantai.

Tapi ternyata susah juga, semua butuh pengorbanan no pain no gain ceunah dan akhirnya berhasil melayang di atas pasir pantai Lengkuas Belitung.

Selanjutnya posisi hormat bendera berhasil didapatkan di halaman SDnya Laskar Pelangi meski belum sempurna berlevitasi yaa… minimal sudah mendekati.

4. Mr L

Ini sih jump shot, tapi lumayan untuk pemula. Dan ekspresinya sangat cocok seperti yang di kejar monster laut… tulung.. tulung.

5. Mr A

Sebut saja begitu, penulispun harus berpeluh dulu sebelum dapat gerakan loncat yang membanggakan.
Jump shot di pasir putih Pantai Lengkuas Belitung.

(Hampir) levitasi di SDnya Laskar Pelangi, tapi kok jadi bantet yaa?….

Lokasi di Kecamatan Gantong Belitung Timur.
Itulah cerita tim levitasi kami yang bernama PLLAK team, gabungan dari nana-nama depan kami.
Salam melayang

Salam jumpshot

Salam Levitasi
Ciaooo….

@andriekw 

Belitong15160617