
CIREBON, akwnulis.com. Panas terasa begitu menyengat kulit disaat keluar dari kendaraan dan menuju tempat yang terlihat sepi. Wajar sepi karena ini berada di bulan ramadhan, tentunya umat muslim sedang berpuasa. Agak ragu juga, tapi teriakan tadi ke tukang parkir diberi jawaban pasti, “Rumah makannya buka pak, dari pintu sebelah sana” tangannya menunjuk ke pintu kaca di samping kiri.
Ya sudah maka bergeraklah perlahan dan berfikir mungkin sengaja masuk dari sini agar tidak terlalu twrlihat dari luar. Gagang pintu dipegang dan didorong kedalam.
Kreeek…. bray…
Wajah terbelalak karena ternyata didalam banyak orang. Tentu sambil menikmati sajian makanan nasi jamblang yang khas. Tempatnya memang sejuk karena ada AC di beberapa titik tetapi para penyantap makanan terlihat bercucuran keringat. Kayaknya gara-gara sambal khasnya disini. Tapi tidak bisa protes karena dari paras mukanya dipastikan berwajah oriental dan berhusnudzon bahwa mereka adalah nonis (non islam) yang sedang makan siang. Meskipun air liur tak bisa boong minimal bisa mengendalikan diri dan cukup membungkusnya untuk dimakan nanti sehabis adzan magrib berkumandang.
Sing kuat jang.
Antriannya memang sedikit sehingga leluasa untuk memilih menu favorit. Tapi primadonanya mrmang ini dia si hitam enak yakni ‘balakutak hideung’. Sebuah menu makanan yang khas cirebon dimana balakutak atau sotong dengan dimasak bersama tinta hitamnya menghadirkan aroma khas tiada duanya. Pokoknya dijamin rnak. Maka segera diambil beberapa balakutak hideung ini untuk dibungkus plastik demi keutuhan nusa dan bangsa… eh kenapa jadi kesinih. Maklum lagi shaum ya.

Penasaran dengan sebutan balakutak maka segera jemari menari di layar smartphone dengan kata kunci ‘balakutak‘ dengan harapan ada pembahasan atau tulisan tentang asal usul sebutan ini. Ternyata tidak ada atau belum ada artikel tentang balalutak ini. Apalagi yang membahas secara etimologi dimana bala kutak berasal dari kata bala dan kata kutak… nggak mungkin ya?..
Ya sudah we dibungkus dan dibawa pulang meninggalkan kota cirebon untuk kembali ke kediaman di kawasan bandung coret dengan kecepatan normal melewati tol cipali – cisumdawu – cipularang.
Yang pasti sebuah keyakinan bahwa balakutak itu adalah kuliner khas wilayah cirebon yang memberikan sensasi spesial karena senada eh sewarna dengan kohitala, kopi hitam tanpa gula. Jika kohitala tetap nikmat karena kepahitannya maka balakutak meskipun hitam karena dimasak dengan tintanya tetapi menghasilkan rasa yang khas dan tak cukup satu centong nasi untuk menemaninya.
Tak percaya, maka perlu dicoba. Jika beredar di wilayah cirebon sempatkanlah mampir di nasi jamblang yang tersebar di seantero cirebon. Pilihlah sajian balakutak. Karena sedang berpuasa, bungkus saja dan bawa pulang. Kecuali beredar di cirebonnya sampai magrib maka berbukalah dengan balakutak dan tahu gejrot…. eh jangan ketang, berbuka dengan kurma dan air putih atau potongan buah dulu yach.
Selamat menjalani shaum menapaki hari ke 15 ramadhan. Wassalam (AKW).