Bersua tak sengaja sepulang dari shalat jumat. Terlihat si hitam sedang santai sambil menjilati badannya dengan tenang tidak pusing memikirkan dampak kebijakan perang dagang Donald Trumph yang membuka perlawanan terbuka China termasuk dampak langsung terhadap ekspor indonesia.
Si kucing hitam tidak terganggu meneruskan aktifitas jilat menjilatinnya. Sesekali wajahnya melihat ke sumber suara termasuk matanya memandang kamera hape ini. Sebuah sikap waspada atau memang si kucing ini golongan KSK (kucing sadar kamera).
Namun perjumpaan dengan kucing hitam ini tak bisa lama, cukup 19 detik saja di vedio yang tersimpan rapih pada memori hape. Selamat melanjutkan kehidupan ya kucing hitam.
Aktifitasnya dan jilatan santainya seolah berucap, “Hidup ini santai kawaan….”
KUNINGAN, akwnulis.id. Menggerakkan kaki menuju mesjid menjadi rutinitas harian diawali dini hari yakni menuju mesjid untuk menunaikan ibadah shalat shubuh dan dilanjut kajian jika hari sabtu serta hari minggu.
Di kaki mungil ini bertengger eh di kaki yang agak besar ini dilengkapi dengan sendal jepit sederhana yang ternyata memiliki pengalaman luar biasa..
Sendal jepit karet yang terkenal dan mudah didapatkan dimana-mana yaitu merk swallow sehingga jarang juga disebut sendal jepit tetapi, “Mana swallow saya ya?”
Meskipun ada juga sendal jepit yang harganya diatas 100ribuan seperti merk konichiwa, havaianas dan merk lainnya. Tapi yang dibahas sekarang adalah sendal jepit sebangsa swallow yang bisa ditebus dengan harga belasan ribu rupiah saja.
Ternyata sendal jepit ini bisa memberi kedamaian dan ketenangan bathin yang hakiki dikala kita menunaikan shalat berjamaah di mesjid lho, “Mengapa begitu?”
Sebuah tanya yang tidak sulit jawabannya, “Silahkan coba saja.”
Tapi ya udah daripada malah berandai-andai dan berfikir yang tidak – tidak, maka inilah penjelasanku. Jawabannya sederhana kok, tingkat keikhlasan kita terdukung oleh kehadiran sendal jepit ini karena dengan harga belasan ribu manakala kita keluar mesjid mau pulang ke rumah dan ternyata sendal jepit sudah raib karena ada yang memakainya lebih dulu. Kita tinggal istigfar dan berjalan nyeker tanpa alas kaki ke rumah. Hati – hati kaki kacugak ya.
(Kacugak : kaki terluka karena menginjak benda kecil tajam)
Pengalaman pribadi kehilangan sepasang sendal jepit sudah biasa, jadi nilai ikhlas terjaga disaat sandal jepit raihdi depan mata. Beda kalau yang hilang adalah sendal bermerk seperti aigner, hermes, luis Vuiton, YSL atau juga sendal merk scatcher, nike, adidad dan lainnya maka ujian rasa ikhlas ini cukup menantang… eh bukan ikhlas karena hilang saja. Tapi disaat shalatpun bisa tidak khusuk karena pikiran masih tentang sendal mahal dan khawatir terhadap gestur orang yang mungkin saja akan mengambilnya.
Padahal nilai khusuk dalam sebuah shalat itu sulit sekali, jangan sampai pikiran dan hati terganggu dengan setitik rasa ingat tentang sandal takut hilang…. maka sendal jepitlah pilihannya.
Alhamdulillah selama ini tidak pernah ada yang mengambil alias mencurinya. Tetapi kebanyakan tukar tambah karena banyak yang menggunakan sendal jepit merk dan warna yang sama. Jadi pas keluar mesjid, sendal jepitnya tetap berwarna hijau putih, hanya saja ukurannya jadi besar dan agak bladus. Ya sudah ikhlaskan saja. Ternyata besoknya shalat kembali di mesjid area kantor ternyata sendal jepitky balik lagi hehehehe.. berarti teman sejawat yang menggunakannya sementara.
Demikianlah cerita keikhlasan dan sandal jepit yang ternyata memiliki keeratan hubungan dan saling menguatkan, apalagi ditambah dengan menyeruput kohitala (kopi hitam tanpa gula) dengan metode manual brew V60, hadirkan rasa original tanpa embel – embel kepentingan. Hanya rasa asli yang bakal tersaji.
Selamat menjalani hari dan membiasakan memakai sendal jepit sehari-hari. Terutama dikala adzan memanggil dan shalat berjamaah di mesjid menjadi kewajiban. Wassalam(AKW).
Cerita bermula dari rasa kesal yang membuncah melihat bapak – bapak dan pemuda serta beberapa anak sibuk dengan kongkur, sebuah sebutan untuk memancing ikan berjamaah di satu kolam yang sudah disepakati bersama. Ya sebutannya kongkur, raga ini belum tahu pasti asal muasal istilah tersebut tetapi menjadi pelafalan umum dan semua yakin dengan pengertian dan pemahaman yang sama.
“Mengapa dikau kesal adinda?” Sebuah tanya menyeruak dan langsung fokus padaku. Seorang santri kecil yang sedang belajar agama. Sejenak terdiam tetapi selanjutnya jawaban lantang hadir untuk meraih keadilan, “Bukan tidak suka aktifitasnya, tetapi teriakan dan celoteh serta sumpah serapahnya yang mengganggu konsentrasi kami membaca dan menghafal kitab sapinah dan jurumiah. Padahal sebentar lagi Imtihan Guru”
Guruku, Ustad Saemul tersenyum. Wajahnya yang teduh dan kharismatik memberikan rasa damai padaku, kepada kami pada santri cilik yang berkumpul dihadapannya dalam formasi sorogan kitab kuning. Beliau berkata, “Bersabar dan bertawakal saja, kita doakan mereka tersadar untuk tidak terlalu ribut sehingga tidak mengganggu kita”
“Iya pak Kiai, maafkan kami” “Iya tidak apa-apa, ayo kita kumpul lagi dan membahas hadits pendek dan artinya”
Tapi esok harinya setelah diperhatikan secara seksama, kegiatan kongkur terus berlanjut seakan mengejar jadwal jangan jeda konkur sepanjang bulan ramadhan. Jam 07.00 wib sudah hampir sepertiganya hadir di pinggir kolam dan bersiap ‘menyelamatkan ikan yang tenggelam’. Teriakan dan gaya ngobrolnya yang keras, agak mengganggu suasana pagii di pesantren asrama laki-laki. Tapi itulah kenyataannya.
Hanya saja hari ini berbeda, disaat mulai menaiki jalan menanjak dan cukup ekstrim maka tiada kata seindah doa kepada Allah Subhananu Wataala agar dilancarkan dan dimudahkan dalam pekerjaan juga kehidupan pribadi. Perbedaannya adalah para pemain ini dalam aktifitas kongkur ini terlihat merokok padahal jelas – jelas ini bulan ramadhan dan diwajibkan berpuasa. Maka jiwa mudaku berontak melihat fenomena merokok siang hari tersebut, mengingarkan untuk jadwal shaum harus segera diikuti.
Tapi langkah kaki mungil ini terdiam sesaat, mempertimbangkan kemungkinan yang terjadi. Apalah daya badan anak kecil ini dihadapan orang – orang dewasa yang terlihat begitu kuat dan garang. “Perlu cari strategi yang tepat”.
Maka segera pergi ke belakang kobong (asrama santri) menuju area rahasia. Menyibakkan beberapa daun pisang kering dan segera diambillah lodong, sebuah meriam bambu lengkap dengan amunisinya. Ada botol plastik kecil berisi cairan minyak tanah, satu botol berisi air dan satu botol berisi pecahan karbit siap pakai.
Dhuaar…
Meriam bambu dipikul karena ukurannya lumayan sambil menenteng peralatan. Menuju lokasi yang tepat di dekat kolam yang masih banyak semak – semaknya. Lalu meriam bambu di pasang dalam posisi yang tepat dengan perhitungan akurat menuju sasaran di kolam. Tapi tetap tersembunyi dari pandangan para pemancing tersebut.
Setelah dirasa semua siap, maka mulai mengamati sasaran. Ternyata beberapa peserta kongkur sedang menikmati bekal makan siang, padahal ini bulan ramadhan. Semakin bergemeretaklah gigi ini dan menahan rasa kesal yang begitu dalam kepada orang – orang yang tidak berpuasa padahal diyakini mereka beragama islam. Tanpa fikir panjang, langsung saja racikan air dan minyak tanah menjadi adonan pembuka. Terakhir pecahan karbit sebagai pembangkit tenaga dorong.
Setelah terlihat bahwa racikan bahan peledak sederhana ini sudah memanas dan tepat moncongnya menuju sasaran. Maka langkah terbaik adalah menyalakan api pada posisi cairan dalam lodong sudah mendidih.
Tep… Dhuaaaar…
Suara membahana memekakkan telinga, seiring dengan lidah api keluar dari moncong meriam bambu ini. Suara yang menggelegar membuat para pemancing terjengkang kaget. Ada 2 orang yang tigejebur.. eh loncat ke kolam karena rasa kaget yang tidak tertahan. Sisanya terjengkang ke belakang. Ikan di kolampun berloncatan, menyambut kegembiraan dan keseruan.
Dirikupun merasa senang, karena bisa memberikan pengalaman tak terlupakan dari para pemancing yang tidak berpuasa ini. Meskipun mereka ternyata masih melanjutkan aktifitas di pinggir kolamnya. Tapi minimal sebuah peringatan hadir tanpa diduga dengan perantara tangan mungil ini.
Tidak hanya di sekitar kolam pancing yang heboh, tapi juga di asrama atau di kobong. Beberapa senior santri berlarian menuju sumber suara. Tetapi tidak ditemukan siapa – siapa, hanya meriam bambu yang hampir belah saja yang ada. Sementara raga mungil ini sudah menghilang dengan menggunakan ilmu lanvkah seribu dan berdiam di tempat aman. Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Bercerita tentang apa yang dirasa dan apa yang dilihat dengan kondisi apa adanya, tentu dilengkapi video atau tepatnya potongan – potongan video yang diambil dengan smartphone kesayangan seolah menjadi antiklimaks dimana dihadapkan dengan kepentingan pasar online yang memiliki ekspektasi berbeda. Sehingga mempengaruhi mental dan pikiran untuk banyak mempertimbangkan tanpa ada tindakan yang biasanya berjalan tanpa beban.
Padahal kegiatan membuat video dan ditayangkan di channel youtube @andriekw ini lebih kepada penyeimbang rutinitas dan menjaga kewarasan dalam bertubi-tubinya tugas yang tentu sulit dibendung karena memang beban pekerjaan yang lumayan. Menikmati momen untuk melakukan editing sederhana, merekam suara hingga menghiasnya menggunakan aplikasi edit video yang dikuasai serta akhirnya upload di channel youtube dan sesekali di share juga linknya kepada kawan, mitra dan kerabat yang ada di daftar kontak.
Sekaligus juga menitipkan file video di platform youtube yang bisa diakses kapan saja, selama nama akun dan paswordnya masih hafal hehehehe. Maka memori video di smartphone bisa dihapus dan memberi kesegaran baru terhadap kinerja smartphone yang terlihat begitu berat menanggung beban memori yang bertambah terus tanpa bisa melakukan penolakan.
Americano di tempat tersembunyi / Dokpri.
Maka tarik nafaslah sejenak dan mencoba menenangkan rasa dengan sebuah sruputan bersahaja dari secangkir kopi tanpa gula yang hadir di tempat berbeda. Biarkan pikiran tenang beberapa saat tanpa memikirkan urusan lain kecuali “me & time“…. ya sesaat saja, 5 – 10 menit cukup kok. Jangan kelamaan, waktu berjalan terus.
Coba flashback dan meniti memori kembali tentang perjalanan awal membuat postingan youtube ini. Telusuri saja dan ikuti aliran kenangannya, maka sebuah simpulan datang perlahan tapi pasti dan semangat berkreasi kembali hadir tanpa perlu dipanggil lagi. Itulah yang dipahami oleh diri ini sebagai tahapan kontemplasi.
Jadi kelanjutannya adalah teruskan kembali jemari lincah mengedit dan menghias serta akhirnya upload dan video – video bisa melengkapi koleksi channel youtube kesagangan ini. Meskipun perlahan tapi pasti tentu kita berusaha untuk mencoba membuat video dan di upload dengan kualitas dan kekuatan cerita yang ‘mungkin’ itu adalah harapan pasar.
Kerja – Ngopi – Snack / Dokpri.
Selamat berkreasi di jumat pagi ini kawan. Demikian curhat pagi ini, Semangat. Wassalam(AKW).