KOPI GUNUNGHALU HONEY ANAEROB

Kembali menikmati Kohitala… Srupuut.

CIMAHI, akwnulis.com. Bodinya begitu lembut menyentuh mulut, sementara acidity mediumnya menemani malam sabtu ini menjadi lebih segar. After tastenya jelas tegas rasa berry mendominasi, ditambah dengan manisnya gula merah alami yang menyentuh hati.

Kopi arabica gununghalu honey anaerob yang hadir pagi ini begitu menyenangkan. Memberi kembali sensasi aneka rasa dari sebuah sajian kohitala. Kopi hitam tanpa gula. Menggunakan metode seduh manual V60 sederhana, dengan takaran kira-kira 15 sd 17 gram dan menggunakan air panas dari dispenser saja karena sudah tak sabar ingin meneguk rasanya. Alhamdulillah sesuai ekspektasi dan harapan.

Makasih pak Kabid PPUP Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat yang memberikan kesempatan untuk menikmati beraneka biji kopi dan sekaligus dibawa pulang untuk diseduh sendiri di kala suasana hati sedang sepi. Nuhun juga Teh Rini Mayasari, silaturahminya ikut tersambung dengan pergerakan biji kopi arabica gununghalu honey anaerob ini. Srupuuut… eh belum, berdoa dulu atuh. Karena rasa syukur itu adalah kewajiban, termasuk rasa syukur spesial diberi sama Allah kesempatan untuk bisa menikmati sajian kopi hitam tanpa gula yang memiliki aneka rasa. Tidak semua orang lho bisa merasakan nikmatnya. Cenderung akan bilang, “Kopinya pahit ih” atau “Kok asem ya kopinya?” dan berbagai komentar lainnya.

Padahal dibalik kepahitan kopi tersimpan rahasian besar rasa jika kopinya memang bibit yang baik, diolah dengan baik hingga akhirnya diroasting dan diseduh dengan baik hingga hadir untuk bersua dengan indera perasa kita dalam tema ngopi suruput bray gaskeuun…

Kembali ke sajian kopi yang sudah hadir di depan mata, maka perlahan tapi pasti di sruput saja, biarkan cairannya bergerak bebas di mukut dan menyentuh lidah termasuk bagian belakangnya. Tahan sedikit baru biarkan meluncur menuju lambung via tenggorokan untuk proses berikutnya.

Happy weekend kawan, Wassalam (AKW).

KOPI & PROFESIONALISME

Sajian Kopi Sumba & arabica Gununghalu natural anaerob sebagai obat penahan lelah.

BANDUNG, akwnulis.com. Hari jumat ini ternyata menumpuk aneka tugas dan pekerjaan, sementara kondisi phisik sebetulnya masih kelelahan karena baru landing tengah malam di bandara cengkareng jakarta dan perjalanan ke bandung tersendat oleh perbaikan jalan di sepanjang jalan tol cikampek setelah turun tol layang hingga memasuki tol cipularang, ditambah dengan ke kantor dulu di bandung dan baru menuju cimahi, tepat pukul 04.00 wib baru bisa masuk ke rumah dan bersua air hangat plus say hello sama keluarga.

Tapi pagi tetap harus ngantor karena tugas kedinasan menanti. Itulah makna profesionalisme, lelah itu manusiawi tapi janji dan sumpah sebagai abdi negara adalah bagian dari pengabdian diri. Jadi ngantuk dan terlelap terpaksa di manage di sela – sela tugas yang bejibun. Tampilkan wajah wibawa meskipun guratan lelah tak bisa disembunyikan dari wajah dewasa ini, ahay dewasa cuy.

Hayu semangaaat….

Meeting pagi membahas manajemen resiko dengan sesekali kantuk dan heuay.. eh menguap…  dan dijeda shalat jum’at, disinilah rasa kelelahan itu begitu kuat mencengkeram sehingga hanya terdengar salam pembuka “Assalamualaikum Wr Wbr…” dan tiba-tiba sudah Iqomah…. cepat sekali khutbah jumat kali ini.

Padahal sebelum shalat jumat sudah di booster oleh seduhan kopi Sumba oleh-oleh bu Okti yang dinikmati bersama dengan seduhan manual Teh Santi sang Baristi TUpim. Rasanya cenderung body flat meskipun labelnya arabica tetapi karena sudah berbentuk bubuk halus maka sulit untuk memilih rasa yang spesifiknya, lalu ada sentuhan rasa rempah yang sulit didefinisikan, mirip aroma kapulaga atau kayu manis tapi takut salah, ya sudah nikmati saja.. eh ternyata pas khutbah jumat tetap terlelap.

Maka sesi siang dengan meeting yang berkejaran ini perlu di doping lagi. Sekarang giliran Ucup Sang Barista yang beraksi, dengan pilihannya adalah kopi arabica Gununghalu natural anaerob yang juga kiriman dari pak Bos Priyo Dinas Perkebunan, nuhun mas Yo.

Karena masih berbentuk biji, maka prosesi penggrinderan memberi sensasi berbeda. Suara grinder menghancurkan biji menjadi musik tersendiri, begitupun aroma harum yang mendamaikan sesuai ruangan adalah salah satu berkah kehidupan. Apalagi pas penyeduhan, aroma semakin kuat menggoda indera penciuman, segaar.

Nggak pake lama, langsung disruput saja sambil menunggu rekan-rekan untuk kumpul rapat sesi pertama. Rasanya santuy dengan body dan acidity medium serta aftertaste lemon dan kacang tanah. Cukup menyegarkan dan memberi ketenangan meskipun rasa kantuk tetap hadir meskioun bisa tertahan.

Alhamdulillah hingga magrib menjelang, 4 agenda rapat bisa dituntaskan. Meskipun tentu ada kekuranglengkapan, tapi minimal persiapan kegiatan dengan dana APBN sudah mulai tergambar. Lalu aplikasi SURABI juga bisa mulai diinput dan antisipasi, termasuk pembahasan tentang usulan Inovasi daerah serta terakhir adalah kaitan persiapan agenda sabtu minggu yang juga butuh koordinasi dan pengertian.

Ah udah ah jangan ngobrolin kerjaan, sekarang mari lanjutkan menyeruput kohitala arabica gununghalu anaerob yang masih tersisa. Nikmat nian kawan, sesaat rasa kantuk dan lelah teralihkan. Tapi jangan lupa, harus segera pulang agar bisa bercengkerama dengan anak istri yang telah 3 hari ditinggalkan demi tugas lintas pulau. Wassalam (AKW).