BERPISAH

Alhamdulillah, Akhirnya terbebas sudah..

KOPO, akwnulis.com. Perjalanan pagi sedikit berdebar mengingat akan ada keputusan besar yang ditentukan berdasarkan kondisinya, dilengkapi standar keilmuan dan pengalaman yang mumpuni. Tapi tetap terselip rasa khawatir andaikan putusan yang hadir jauh dari keinginan dan harapan. Namun itulah makna kehidupan, dimana harapan dan kenyataan tidak selalu seiring sejalan. Minimal adalah kita senantiasa tidak kehilangan harapan, berikhtiar optimis dalam segala hal.

Diawali dengan registerasi lalu antri untuk mendapatkan tindakan dan perhatian, diskusi santaipun berjalan dengan terapis yang bermasker double sebagai standar prokes yang dijalankan. Di lantai 3 RS Immanuel Bandung.

Masuk registerasi kedua dan beranjak ke lantai 1 untuk photo rontgen, sebuah pelayanan prima hadir dari Pak Amar, seorang ambulatory*) yang baik hati dan menjadi sahabat baru selama 3 bulan ini. Lancar sudah berphoto di ruang rontgen ini, meskipun ukuran photonya nggak bisa milih karena sudah ditentukan dan hasilnya adalah photo klise besar dan nggak berwarna, cuma hitam putih aja. Tapi tetap diterima karena itu syaratnya untuk kontrol ke dokter spesialis orthopedi.

*)Ambulatory adalah istilah yang digunakan untuk petugas yang melayani pasien rawat jalan, jadi pelayanan khusus dari mulai turun dari kendaraan di lobi hingga diantar ke tempat pendaftaran, rontgent hingga ke poliklinik.

Nah istilah bahasa inggris juga menyebutkan bahwa ‘ambulatory care’ artinya rawat jalan.

Tadinya kirain orangnya disebut ambulator, eh ternyata artinya beda lagi… ya udah ah.

Kembali ke lantai 3, getar khawatir melingkupi diri. Tertatih dengan kruk tongkat penyangga di tangan sebelah kiri, memasuki lift dan tetap optimis bahwa putusannya nanti dari dokter yang terbaik harus diterima dengan keikhlasan.

Bapak AndrieKW, silahkan ke ruang dokter” Suara perawat memanggil, maka raga ini bergegas. Dokter Alvin, seorang dokter muda yang berdedikasi, menyambut dengan wajah cerah dan senyum merekah meskipun tertutup masker di hampir separuh wajah.

Mempersilahkan duduk dan menunjukan hasil rontgent beberapa saat lalu, “Ini hasil photo rontgent terakhir pak, kalus sudah terbentuk di sisi kanan dan kiri tulang yang patah, serta kondisi tulang yang semakin membaik, bapak boleh lepas tongkat penyangga, Congratulation”

Alhamdulillahirobbil alamin” Sebuah ungkapan bahagia setelah 3 bulan terbatas bergerak karena harus berkursi roda dan kruk penyangga, hari ini kembali normal meskipun tetap harus ekstra hati-hati dan bertahap.

HORE…

HORE…

Tanpa banyak kata segera beranjak pergi dan hindari menggunakan tongkat penyangga. Tapi nggak ditinggal di rumah sakit tongkatnya, karena harus dikembalikan kepada pemiliknya.

Lalu kursi roda yang setia di bagasi mobilpun harus berakhir tugasnya, setelah sekian purnama menemani menjadi sahabat karib, hari ini harus rela berpisah dan kembali ke markasnya di Museum Sribaduga.

Meskipun harus tetap menggesek ATM untuk proses registrasi-terapi-rontgentphotograpy-kontrolisasi tetapi keputusan yang dinanti meringankan suasana hati. Lepas tongkat dan kembali normal sabihara bihari.

Goodbye kursi roda, dadah tongkat kruk penyangga. Tugasmu sudah tuntas menemani hari-hariku dalam menjalani kejadian patah kaki ini. Tak usah bertemu di lain hari, tetapi menjadi memori yang abadi. Wassalam (AKW).

NGOPAY & NGASUH

Ramadhan dan penyembuhan plus ngopay…

CIMAHI, akwnulis.com. Shalat tarawih tuntas dilengkapi dengan 3 rakaat witir, peluh mengucur dan hawa terasa panas. Padahal gerakan dilakukan secara perlahan, apalagi pada saat i’tidal menuju sujud dan dari posisi duduk untuk kembali berdiri. Tangan kanan dipastikan memegang kursi yang setia menemani, membantu menahan raga yang semakin berisi, berisi lemak tentunya hehehehe.

Kenapa sampe nahan pake kursi begitu?”

Yup, kondisi ini sebuah proses penyembuhan setelah kecelakaan kecil akibat loncatin pot mini dan salah mendarat, ternyata berakibat patah salah satu tulang telapak kaki dengan posisi meruncing, baca PATAH MERUNCING.

Ditambah lagi dengan stop berolahraga hampir 3 bulan, sementara makan enak jalan terus. Tak terasa ‘penggemukan’ berhasil. Meningkat berat badan 6 kg melengkapi 1 kuintal yang sudah ada. Maka program diet menjadi prioritas utama, tentu setelah intruksi dokter berdasarkan kondisi yang ada.

Nah, dikala beranjak ke ruang tengah disuguhkan dengan atraksi kucing gemoy sedang latihan loncat di pintu kulkas, sungguh menggemaskan. Anak kesayangan juga tertawa-tawa melihat tingkah kucing yang seolah ingin unjuk kabisa (kemampuan).

Tapi sebelum bermain dengan kucing kesayangan maka buat kohitala (kopi hitam tanpa gula) seolah menjadi kewajiban. Mengalahkan sajian kolak, cingcau dan kolang-kaling yang cemberut di meja karena belum disentuh siapa-siapa.

Apa mau dikata, kohitala tetap utama. Proses manual brew dengan corong v60 segera dilakukan, tak lupa grinder kasar dulu bean yang ada dengan ukuran ala-ala.

Tuntas lakukan prosesi kopi, maka sruputan perdana memberikan kesegaran alami. Meskipun perbandingan air diperbanyak, agar tidak terlalu nendang rasanya tetapi aroma natural kopi tetap hadir meskipun hanya selarik rasa saja… srupuut… nikmaat.

Tiba-tiba ada ide, “Gimana kalau sambil ngasuh anak dan main sama kucing sambil tetap ngopay?”

Raga beranjak dan menyimpan secangkir kopi di lantai, pake gelas kecil tentunya. Dilengkapi ketukan tangan dan suara mengeong dari mulut ini, perlahan tapi pasti mahluk berbulu putih kuning dan coklat mendatangi dan mengendus gelas kopi.

Jangan-jangan kucing ini suka kopi”

Tapi hanya mengendus saja, setelah itu bergerak pergi dan kembali bermain dengan dunianya.

Maka raga ini beranjak ke meja makan untuk menikmati kohitala buatan sendiri ini sekaligus menahan diri dari godaan pastel, risoles serta kolak yang seakan memanggil penuh kemesraan.

Eh nggak berapa lama, ternyata si kucing ikut loncat ke pangkuan dan berusaha mengendus kembali gelas kopi mini ini. Maka sambil ngopay kohitala, ternyata sekaligus ‘ngasuh’ kucing juga.

Tring!…. Muncul ide untuk jadi bahan konten youtube, maka video pendek-pendek yang dibantu merekam oleh anak tersayang akhirnya menghasilkan video, Alhamdulillah.

Selamat menikmati dan mengisi waktu bulan shaum dengan berbagai amalan penuh bonus pahala, juga jangan lupa tetap ngopay dan bercengkerama dengan anak istri dan binatang kesayangan semua. Wassalam. AKW.

KOPI APRESIATIF

Sruput kopi sambil diskusi bersama para peserta yang penuh motivasi.

SOREANG, akwnulis.com. Pagi sedikit sendu di lobi hotel Grand Sunshine, menemani sebuah perjumpaan virtual yang penuh harapan. Duduk menghadap kolam renang meskipun dibatasi kaca besar, namun deburan air dan teriak kesegaran menjadi sebuah hiburan.

Mengapa penuh harapan?”

Karena diskusi virtual kali ini membuka sebuah cakrawala dan momentum untuk gerak bersama sebagai sesama penulis dalam kelembagaan atau kumpulan penulis dengan nama APRESIATIF (Asosiasi Aparatur Penulis Penggerak Literasi Kreatif) dibawah lindungan organisasi KORPRI JABAR.

Nggak ngerti ah, maksudnya gimana?”

Yach, ini mah harus ngopi dulu, supaya kembali segar untuk menapaki kehidupan. Let’s go..

Tangan kanan otomatis menggapai dan menggupay, memanggil sang pelayan yang tergopoh mendatangi bersama daftar menu di tangan.

Pesen kopi bergambar hati kang!”
“Mangga”

Pelayanan prima euy, tapi itulah bentuk hospitality dari sebuah hotel yang menghasilkan rasa nyaman plus betah berlama-lama duduk di lobi sambil diskusi virtual bersama yang diselenggarakan oleh BPSDM Provinsi Jawa Barat.

Trus dapet tugas musti sharing tentang cara menulis, jadi ya sudah saya coba aja deh. Meskipun hanya secuil pengalaman, tapi mungkin bisa ikut menjadi sejumput api penghasil bara yang membantu hadirnya gemuruh api semangat menulis menjadi berkobar untuk kebanggaan bersama.

Jadi, menulis itu garis besarnya ada dua guys. Pertama TERPAKSA dan kedua adalah KEINGINAN. Eh kebalik ya?…. iya yang pertama adalah keinginan donk, ingin nulis tapi gimana caranya?..

Paling utama adalah Niat dulu ya.. bismillahirrohmaniirohim.

Lalu tulislah sesuatu, dan jangan khawatir dengan salah dan benar, tulis saja dulu.

Yang kedua, tulis lagi dan baca ulang 2x khawatir typo. Lalu upload di medsos kita, di blog gratisan atau dimanapun. Nanti jelas ada wadahnya yaitu di prajaberdaya BPSDM Prov Jabar, tunggu tanggal mainnya… sekarang mah daftar yuk rame-rame.

Sudah?….” kalau sudah, biarkan secara alami mengalir dalam ranah kehidupan dan menjadi bagian legacy pribadi dimasa depan. Jikalau ternyata menjadi pencerahan bagi sidang pembaca lainnya, itulah berkah lanjutan dari Allah SWT.

Klo versi TERPAKSA, itu cenderung menulis yang resmi dan karya ilmiah, atau laporan, sambutan dan nota dinas karena ada tuntutan tugas atau perintah atasan. Ini relatif terukur karena ada pedoman tata naskah dinas atau standar penulisan. Tinggal ikuti SOPnya. Apalagi bagi para pejabat fungsional, menulis karya ilmiah dan jurnal itu berhubungan dengan hajat hidup keberlanjutan bulanan.

Jadi ayo semangat menulis meskipun awalnya keterpaksaan dan bukan keinginan.

Seiring tulisan singkat ini berakhir, hadirlah kopi bergambar hati yang melengkapi kenyamanan kali ini. Diskusi penuh sensasi dan berbagi inspirasi bersama insan peserta webinar yang penuh motivasi. Sruputtt… Alhamdulillah. Wassalam (AKW).

PECINTA KOPI – asal muasal

Belajar mencintai dan menikmati…

LEUWIPANJANG, akwnulis.com. Sebuah sebutan semakin sering terdengar dan menjadi hal biasa manakala ada komentar dan pendapat yang menyebut tentang ‘pecinta kopi’.

Cinta atau love memiliki sejarah panjang, tentu hadir seiring adanya mahluk manusia dimuka bumi ini. Jika wikipedia membagi menjadi 4 istilah yaitu eros, philia, agape dan storge. Dimana eros lebih cenderung bentuk cinta yaitu romantisme, asmara, dan hawa nafsu. Maka philia adalah rasa sayang yang hadir bagi keluarga dan teman-teman. Pada saat rasa cinta ini hadir untuk keluarga dan tuhan, maka sebutannya adalah agape. Lalu dikala cinta ini fokus pada patriotisme, nasionalisme dan narsisme itu disebut storge.

Walah jadi serius ya?…. gpp atuh mungpung masih pagi.

Lalu klo pencinta kopi masuk kemana?”

Nah kalau melihat empat istilah tersebut lebih cenderung ke eros dan philia, karena rasa keinginan ngopi yang menggebu ini terbit dari rasa kasih sayang kepada sang istri yang juga coffeelover, dimana prinsip penulis simpel, kesenangan istri adalah hobby suami, titik.

Sebelum menikah tidak terlalu fokus dan menyukai kopi. Tetapi pas momentum pertemuan pertama dengan istri di salah satu cafe kopi di bandung utara dan juga langsung minum kopi… waktu itu belum kohitala (kopi hitam tanpa gula) tapi kopi bergula… nikmat pisan.. sruput… kenalan, dilanjutkan dengan diskusi tanpa tendensi, bubar kembali ke dunia masing-masing. Tetapi 1,5 bulan kemudian dilakukan prosesi lamaran dan alhamdulillah bisa bersama-sama meraih keluarga samawa, Amin Yaa Robbal alamin.

Menukil buku The Art of Loving, maka Erich Fromm menyebutkan 4 gejala terkait cinta yaitu : care, responsibility, respect and knowledge akan muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai.

Keempat prinsip ini yang bergerak seiring rasa sayang sama istri juga menemukan kenikmatan bersama kopi. Ternyata menemukan sesuatu yang menggebu disaat menikmati kopi tanpa gula dengan metode giling dan seduh sederhana. Karena sensasi rasa di lidah ternyata bervariasa juga yang diwakili oleh 3 istilah yaitu BAAT (body, acidity & after taste)… makin cinta deh sama istri dan kopi.

Maka istilah KOHITALA (kopi hitam tanpa gula) menjadi penciptaan sederhana. Bukan klaim ini mah, mungkin aja sudah ada yang menggunakan singkatan ini sebelumnya. Tapi kalau belum, ya di klaim aja atuh sebagai pencetus singkatan ini. Bismillah.

Sebuah konsistensi dimulai dengan menuangkan dalam tulisan berbagai aktifitas me-ngopi ini dan semuanya didasari dari pengalaman pribadi bersama kopi. Kohitala dengan manual brew V60 adalah andalan, tetapi sesekali menikmati hadirnya sedikit campuran seperti susu ataupun coklat juga sejumput gula jikalau dirasakan perlu untuk mengalihkan rasa amis (hanyir, bhs sunda) pada sajian kopi telur.

Kopi telur?”

Iya kopi telur, kopi hitam dicampur telur bebek mentah, eh nanti aja ceritanya ya… sabbb bar.

Maka istilah pecinta kopi ini baru sebatas penikmat kopi dan menuangkan dalam kata plus kalimat di blog pribadi ini, lalu video singkatnya di channel youtube @andrie kw serta next time kita susun buku tentang kopi dengan alternatif judul ‘Coffee & Me.’

Sah khan jadi pecinta kopi sekaligus pecinta istri….. hehehe?”

Jadi, lets go, “Apakah sudah ngopi pagi ini?”

Sruput, Alhamdulillah. (AKW).

Kong Djie Coffee – Karawang Belitung

Kopi hitam dari sebrang, dinikmati di karawang.

KARAWANG, akwnulis.com. Sebuah langkah menggerakkan raga ini, untuk mencari sesuap nasi eh segelas kopi yang berada di sekitar acara tetapi tentu memiliki ‘sesuatu’ untuk dinikmati bersama.

Maka mbah google dan getok tular serta interogasi singkat kepada mitra yang berada di karawang melengkapi pencarian ini. Meskipun akhirnya harus kompromi dengan rute arah pulang karena ternyata tugas lain menunggu kehadiran, agar catatan ‘tiada kesan tanpa kehadiranmu’ tidak terjadi.

Google map mengarahkan ke area Grand Taruma dan disitulah kami bersua dengan warung kopi eh kedai kopi atau lebih tepatnya cafe dech, karena terletak di sebuah ruko yang strategis. Nama cafenya ‘KONG DJIE COFFEE’.

Maka, nongki dan ngopi dulu kitaaah….

Sambil sedikit terkesima oleh tempat kopi dari almunium atau stainless kali ya… yang berjajar sesuai ketinggian, tatap mata beredar dan tangan berusaha mengendalikan layar smartphone untuk mendokumentasikan kenyataan. Tentu secara etika meminta ijin sang barista eh teteh dan aa yang melayani untuk di rekam.

Mereka setuju dan tentu senang karena cafenya akan semakin viral. Inilah jaman dokumentasi digital, dimana semua informasi berbentuk gambar dan video begitu mudah didapatkan. Jadi siap – siap viral ya guys.

Pilihan menu utama adalah kohitala, kopi hitam tanpa gula dan disini kopi hitam adalah menu utama, hitam sehitam-hitamnya yang disajikan dengan gelas kaca dilengkapi sendok kecil dan segelas kecil gula putih yang disajikan terpisah. Tetapi sesuai prinsip kohitala, maka gula putih hanya pemanis dokumentasi saja.

Menu tambahannya adalah es coklat yang juga ‘katanya’ khas rasanya, rasa coklat hehehehehe..

Udah ah, balik lagi ke kopi. Pas disruput serasa kenal ini rasanya, pahit flat tanpa rasa asam tetapi keharuman kopinya mengingatkan sebuah perjalanan tahun – tahun lalu ke kepulauan belitung…. iya bener ini rasa kopi belitung. Maka bergegas mencari tulisan – tulisanku yang lalu dikala beredar di pulau belitung, ini dia linknya :

1. Berburu Sunset di Pulau Belitung
2. Ber-Levitasi di Pulau Belitong
3. Rumah keong di Belitong

Srupuut… kepahitan merata memenuhi mulut yang sedikit ternganga, memberi sensasi berbeda dan kesegaran di dalam dada. Nikmaat.

Jadi bagi penikmat kopi ataupun penongkrong sejati, jangan lewatkan kesempatan ini. Jika lihat di google, ada beberapa tempat Kopi Kong Djie ini, tidak hanya di Karawang tapi tersebar banyak… tinggal milih aja yang terdekat.

Nah iseng nanya ke tetehnya, “Apa bedanya wadah-wadah stainless ini dengan tinggi variasi ini?”

Isinya sama om, kopi siap untuk disajikan, bedanya hanya ukuran saja”

Ternyata sesederhana itu jawabannya, padahal jelas kehadiran empat wadah  stainless tersebut memberi daya tarik tersendiri sebagai salah satu penciri dari cafe kopi ini. Have a nice day, dan selamat beredar di karawang dan sekitarnya kawan. Wassalam (AKW)

MOKA & KOPI

Menikmati cafelatte bersama mojang jajaka.

JAKARTA, akwnulis.com. Sebuah obrolan singkat dengan Mojang Jajaka Jabar 2021 asal Kota Cirebon dan Kota Depok yang bersua di JCC ajang Inacraft 2022 memberikan sebuah perenungan.

Mengapa Mojang Jajaka Jabar ada di main stage Dekranasda Provinsi Jawa Barat?”

Tentu mereka adalah duta Jawa barat di bidang pariwisata dan kebudayaan sekaligus ekonomi kreatif dan hadir di ajang Inacraft 2022 ini sebagai bagian kolaborasi Disparbud dalam lintas instansi, swasta, media, industri, UMKM, masyarakat untuk mensukseskan program jabar juara.

Duh jadi serius gini tulisannya, bentar bentar… kita sruput dulu sajian kopi cafelatte jabaranonya.

Basa basi tentu menjadi awal diskusi, dilanjutkan dengan bahasan berbeda sambil tetap memperhatikan flow pengunjung yang datang silih berganti pada main stage ini.

Apa yang dirasakan setelah menjadi finalis mojang jajaka jabar 2021?”

Keduanya berpandangan, tetapi satu persatu memberi jawaban yang tune-nya sama. Bahwa dengan menjadi finalis, maka membuka peluang untuk lebih mengembangkan diri dan tentunya menentukan arah masa depan.

Diskusi singkat ini bermakna dalam, karena setelah mereka berkontestansi dalam ajang mojang jajaka maka yang terpenting adalah didapatkan PELUANG, untuk mengembangkan diri, meluaskan jaringan sekaligus mengumpulkan hasil finansial.

Tetapi jangan lupa, PELUANG harus ditindaklanjuti dengan IHTIAR untuk menangkap momentum ini dengan KERJA KERAS dan perjuangan agar bisa meraih impian.

Terpancar semangat optimisme dan keinginan yang menyala-nyala untuk wujudkan mimpi dengan memanfaatkan peluang yang membentang di depan mata. Selamat berjuang para millenial kebanggaan. Wassalam (AKW).

PARASÈA

Geuning kitu.. Èong

LIANG MÈONG, akwnulis.com.Méooooong… ngéooooong, méééééong.. whaaaaong” sora ucing paséa patémbalan, rungseb kana ceuli, ngagéréan teu katahan.  Méré lolongkrang kana jajantung sina ratug, neken angen dongkap amarah. Rék peureum pasosoré balik capé digawé, diganggu ku ucing gétréng nu parebut pamor dina suhunan bari disada teu eureun-eureun.

Mééééooong, grrrrmmm…. méooong” Ucing bikang beuki séah, masang kuda-kuda. Bulu narangtung ceulina rancung, panon melong bangun nu ngitung. Ucing jalu nu bulu hiris mah uang éong bari nyérépét muru ka bikang, ari nu hideung meles mah camperego, panon gular giler.

Amarah geus ngabudah, raga teu tahan, jiwa baruntak. Ucup ngajleng tina dipan, najong panto hareup, langsung luncat kana suhunan. Taki-taki bari nyanggéréng, huntu ranggéténg sihung ngajentul, langsung babaung.

Auuuuuuuuuuu….”

Ucing nu keur paséa jep jempling, papelong-pelong, tuluy narangtung maké dua suku.  Pacantél, tuluy indit lalaunan ninggalkeun uing bari pakaléng-kaléng. Kadéngé samar-samar nu bikang disada, “Hayu urang ngalih amengna akang-akang, di dieu mah paur, aya anjing ageung.” Cag. (AKW).

PANDA LATTE

Menikmati panda diatas kopi…

KBB, akwnulis.com. Menyempatkan diri untuk sekedar mampir dan memilih menu di kedai kopi atau restoran yang ready menu kopi adalah hiburan diri yang hakiki. Apalagi jikalau waktunya tepat, bisa janji ketemuan sama istri tercinta yang sibuk bekerja, itu luar biasa.

Waktu yang terbatas menjadi berkualitas, karena suasana berbeda jikalau dibandingkan bersua di rumah dikala badan dan pikiran sudah terforsir untuk bekerja yang tiada habisnya, maka diskusi pillow talk juga akhirnya ditutup dengan ketiduran salah satunya, eh penulis yang suka ketiduran duluan.

Maka nongki berdua ini menjadi momen berharga, sambil tentunya memilih menu kopi apa yang bisa menemani dan memberikan nilai rasa berbeda.

Tak berapa lama pelayan mendatangi dengan wajah sumringah sambil menyerahkan buku menunya. Dibuka-buka sebentar, ternyata pilihan manual brewnya nggak ada. Maka pilihannya pada kopi mesin, eh maksudnya biji kopi yang diproses dengan mesin kopi. Pilihannya ya espresso, latte, americano, dopio, picollo cappucino deh….

Kang, pesen latte aja tapi yang gambarnya lucu”
Pelayan tersenyum penuh arti dan ngangguk-ngangguk.

Istriku tertawa karena mungkin aneh, pesen kopi bukan karena jenis dan rasa, tapi malah urusan gambar di permukaan kopinya.

Tapi nggak salah khan?, ya suka-suka yang pesen aja” jawabanku yang membuat siang itu menjadi ceria.

Sebenernya sederhana guys, karena makna menikmati sajian kopi itu sangat luas. Umumnya adalah rasa, lalu rasa dan rasa hehehehe… padahal sajian kopi itu seni, tidak hanya rasa, tapi keberanian menampilkannya, kemampuan membuat gambar di foamnya, cara penyeduhannya yang banyak aturan kalau manual brew, keberanian menggabungkan dengan bahan lain tetapi citarasa kopinya tetap terjaga, juga mesin kopinya seperti apa, beannya apa dan dari mana juga di blend atau mandiri…. ah banyak pokoknya faktor penentunya. Termasuk siapa dan bagaimana tampilan, kemampuan dan keramahan baristanya.

Nah kali ini dalam suasana santai tapi waktu yang terbatas, cukup diwakili dengan request bikin latte yang gambarnya lucu, “Simpel khan?”

Tak terasa waktu berjalan begitu singkat, tiba-tiba sang pelayan sudah datang membawa sajian latte pesanan tadi, daan…. tadaaaa…

Yang hadir secangkir latte bergambar panda guys, berarti kita kasih nama ‘Panda latte’. Jadi penasaran, “Kang, kenapa milih gambar lucunya panda?”

Sang pelayan tersenyum, lalu bilang, “Barista yang buatnya kakak, cuman saya bilang tamunya minta latte yang bergambar lucu”… lalu pelayanna nambahin, “Sebelum bikin lukisan latte, sang baristanya liat kakak dulu baru beraksi”

Wkwkwkwwkwkwk” Istriku tertawa renyah dan begitu senangnya sampai pelayan bingung. Diriku tersenyum juga dan tak banyak nanya lagi, langsung sruput panda latte, ternyata enak rasanya, Alhamdulillah.

Itulah cerita tentang kopi eh menikmati kopi kali ini, Wassalam. (AKW).

Di operasi – fbs

Carita pondok minggon ieu…

BANDUNG, akwnulis.com. Teu pira ukur ngajlengan pot kembang leutik, suku kènca geus dua bulan teu walakaya. Pas kajadian mah teu dirasa, kalah ka ngadon indit nedunan tugas ti dunungan, muru kuya di ujung gentèng.

Sampean uing / dokpri.

Balikna suku bareuh nyanyautan, teu loba tatamba tapi dipariksa ku dokter di rumah sakit, di mimitian ku poto rontgen.

Tah ieu gambarna jang, potong tulangna jeung seukeut kaditu kadieu, wayahna kudu gancang dioprasi” Sora dokter handaruan, panon olohok nempokeun gambar, teu lila titingalian karonèng, poèk wèh.

Pas hudang geus ngagolèr dina dipan, di riung ku lobaan. Aya nu nyekel ragaji, ogè palu jeung triplèk, kaciri beungeutna galeumpeur.

Uing rikat luncat, lumpat notog-notogkeun manèh bari gogorowokan, “Naha teu bèbèja rèk ngoprasi tèèèh!!!”

Nu keur ngariung ngembang kadu, salah saurang nyarios, “Kunaon si aa èta, teu pupuguh hudang, lumpat bari gogorowokan, boa boa…”

“Keun wè, ayeuna mah urang nungguan nasib Jang Ibro nu keur dipariksa” Sora mandor bangunan neger-negerkeun manèh, sanggeus tadi aya musibah wangunan runtuh di ruang administrasi nu keur di omèan ku pagawèna.

Uing humarurung di peuntaseun rumah sakit, ngalungsar bari ngararasakeun suku nu beuki nyanyautan. (AKW).

Menikmati (Ka)Mojang di JEMMA CAFE

Ternyata nikmat (ka) mojang coffee teh…

GARUT, akwnulis.com. Sore hari yang sendu menemani kami berkeliling di garut kota. Mulai dari sekitar pendopo hingga lingkar luar ke daerah sukaregang, tetapi belum berjumpa tempat yang cocok untuk ngopi sore yang menggugah selera.

Maka kemudi berputar kembali membawa moncong kendaraan berbalik arah menuju jalan veteran sesuai dengan arahan seorang millenial yang kebetulan ikut dalam rombongan.

Di sekitar jalan veteran ada tempat kongkow aku bersama besty dan bisa nambah kenalan baru” serunya penuh semangat.

Maka kami berempat generasi kolonial menyesuaikan dengan situasi dan tanpa basa basi ikut melihat kanan kiri demi memburu lokasi cafe agar tidak terlewati. Musti muter lagi kalau kelewat, entar malah malas dan ujung-ujungnya nggak jadi.

Atuh sayang udah jauh – jauh dari bandung ternyata hanya meraih pengalaman hampa, tanpa ada kenikmatan sruputan kopi lokal yang punya rasa spesial.

Nah itu cafenya” seru sang millenial. Langsung diikuti gerakan kepala dan mata para kolonial. Iya benerrr, kuy ah…

Tempatnya strategis di dekat Markas Polisi Militer Garut, dan ternyata setelah masuk ke dalam bukan hanya lantai 1, tetapi sampai lantai 3 dan cukup nyaman untuk ngedate… pacalaaan… ahhh jadi inget masa muda. Kopi adalah pelengkap, bukan hal utama kalau datang ke kafe. Tapi sekarang beda, sruput kopi yang utama.

Yuk ah turun lagi lantai satu dan segera pesan.. kopi yang ready untuk manual brew V60 ada 2 pilihan. Satu arabica kamojang dan satu lagi arabica kerinci. Tapi tentu yang harus dinikmati adalah arabica kamojang dulu ya guys.

Sang barista begitu atraktif menyambut kami dan segera menyambut pesanan manual brew dengan bersegera mempersiapkan peralatan perangnya…. lets go seduh seduh.

Tanpa perlu berlama – lama, tersajilah kopi hitam tanpa gula dengan gelas keramik berwarna krem bersalur hijau…. srupuut.

Hmmm nikmaat… aciditynya medium dengan body menengah yang menyegarkan sementara aftertastenya tetap mengusung fruity dan sedikit tamarind, pokoknya menyegarkan deh… jadi pengn nambah dech.

Tidak salah ini pilihan millenial kita, thank Zie. Makasih juga Om Yud dan Mr Baping. Wassalam (AKW).