Douwe Egbert & Gula Cair.

Ikutan dan nikmati tapi hati-hati.

Photo : Bersiap ujian / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Keseriusan dalam mengisi ujian dan keriuhan di kepala masing-masing peserta meramaikan jagad kompetisi sehat kali ini. Semua berusaha mengeluarkan kemampuan terbaiknya plus adaptasi dengan peralatan yang disediakan panicia…. eh panitia.

Tata tertibnya membuat kangen pergi ke bandara kawan, karena semua peralatan elektronik dan peralatan penyimpanan eksternal harus ditanggalkan termasuk jam tangan canggih yang selalu terkoneksi dengan smartphone kita. Untung aja daleman nggak disuruh dicopot juga hehehehe.

Samrtphone, flashdisk, jam tangan, tablet atau tab, laptop apalagi PC harus dititip di panitia. Praktis hanya bawa otak, otot dan kumpulan perasaan yang tidak karuan. Apalagi digunakan metal detektor, serasa mau naik pesawat dan pergi terbang ke suatu tempat…. ah kangen yach, semoga pandemi covid-19 ini segera berakhir.

Allohumma inni Audzubuka Minal Baroosi Waljunuuni Walzuzami Wassayyidil Askoom

Photo : Espresso dari DE / dokpri.

Proses ujiannya menjadi menantang, karena konsentrasi menjadi super penting, fokus terhadap satu hal, suara arahan panitia dan apa yang ditampilkan di layar di depan peserta. Lalu laptop yang disediakan panitia sudah standby bersiap menjadi tempat penuangan ide gagasan dan mimpi yang akan diwujudkan dalam kerangka wewenang jabatan.

Cemunguut kakak….

Disinilah raga dan jiwa ini bersua dengan mesin kopi Douwe Egbert pada saat jam istirahat. Mesin kopi yang terlihat tangguh dan gagah dengan pilihan sajian lengkap meskipun tidak semuanya akan dinikmati…. kembung atuh kalau semua di coba mah.

Photo : Douwe Egbert coffee machine / dokpri.

Pastinya espresso dan americano yang dipijit berulang kali, capucinno dan latte hanya coba sesekali, agak takut soalnya ada susu….. suka pengen terus kalau ada susu… gemes soalnya :).

Jadi lengkap sudah, tantangan dan fasilitas yang mumpuni, memberi kesempatan terbuka untuk meng-eksplore diri. Hadirkan kemampuan dan kebisaan secara elegan hingga akhirnya diukur oleh deretan angka yang singkat namun penuh makna.

Catatan penting : harus hati-hati dikala akan menikmati sajian kopi dan masih membutuhkan manisnya gula. Bukan apa-apa, selain gula putih dalan bentuk sachet terdapat juga gula cair….. upss…. ternyata bukaaannnn gula cair, itu adalah hand sanitizer… sebuah bentuk adaptasi kebiasaan baru d masa pandemi corona ini.

Tapiiii….. karena posisinya deket mesin kopi, ini bisa salah menuangkan… meskipuuun…… eh tapi jadi penasaran, gimana rasanya kopi espresso ditambah gula cair hand sanitizer hehehehehe.

Selamat berkarya di jumat ceria. Wassalam (AKW).

Turbulensi Kopi.

Biarkan turun naik & naik turun yang penting sruput dulu.

Photo : Ngopay & Ngojay di Intercontinental / dokpri.

DAGO, akwnulis.com. Semilir angin pagi menyambut raga yang galau karena didera dengan bertubi tekanan luar dalam. Tahapan perjalanan rollercoaster mengemuka dalam minggu-minggu ini.

Siapa suruh keluar zona nyaman, dan tertarik dengan tantangan”

Sebuah pendapat terngiang ringan di telinga kanan, seakan menegaskan bahwa turbulensi rasa dan angin puting beliung kenyataan ini memberi berjuta makna.

Hidup itu tidak selamanya datar kawan, adakalanya menanjak dengan drastis lalu terjerembab karena tidak pas dikala memilih pijakan. Adapula yang sudah berulangkali terjerembab dan kembali bangkit untuk meraih cita-cita yang penuh tanda tanya.

Jadi, dikala diharuskan lakukan sesuatu dalam waktu yang terbatas, maka tidak banyak galau, tetapi segera bergerak. Ikuti ritmenya dan nikmati alunan ketidakrutinannya sehingga akhirnya terasa melodi turbulensi bisa membuat senyum dikala ramai dan terbahak manakala sepi.

Memang pasti ada jetlag karena sudah sangat jarang melakukan pendadakan, tapi ibarat bersepeda meskipun sudah lama jarang menaikinya, masih bisa menjalaninya… menikmati meskipun sedikit oleng ke kanan dan ke kiri.

Sebagai pelengkap menapaki turbulensi hati maka perlu ada penyeimbang yang mengembalikan kekisruhan otak dan nurani agar kembali damai seperti hari-hari yang telah terlewati.

Caranya sederhana, ingat tagline awal corat coretku ini yaitu ‘ngopay dan ngojay‘…. aktifitas yang berbeda tetapi ada kemiripan tulisan dan pelafalan….. yang artinya ‘minum kopi dan berenang’…..

Jadi dikala kesempatan itu datang, ambil secepat kilat dan biarkan suasana turbulensi musnah berganti kesegaran raga dan hilangkan dahaga. “Nggak percaya?… monggo di coba“.

Photo : Infinity pool at Intercontinental Hotel Dago Pakar / dokpri.

Sruput secangkir kopi double espresso sambil menikmati keindahan infinity pool yang dikelilingi kehijauan alami, memberikan ketenangan yang hakiki. Melepaskan dari kegalauan, dan mengembalikan percaya diri bahwa perjalanan ini memang betul terjadi.

Selamat bertasbih dengan untaian hari, jalani ketidakpastian dengan sepenuh arti dan biarkan semesta yang memetakan arah takdir hingga pada saatnya tentu akan hadir. Wassalam (AKW).

Makanan & Tulisan.

Makan sambil nulis atau nulis tentang makanan?..

CIMAHI, akwnulis.com. Ide menulis adalah berkah, karena belum tentu setiap orang mendapatkannya dan bisa menuangkan dalam jalinan kata yang saling bertaut hingga hasilkan suatu makna dalam kesederhanaan cerita.

Menulis memang identik dengan rangkaian kata, tetapi menulis tidak harus terjebak dengan jalinan kata panjang yang sulit terlaksana, 3 hingga 5 paragrafpun sudah bisa menjadi batasan minimal untuk menyampaikan gagasan atau sebuah cerita super singkat yang bisa di share ke teman-teman via media sosial atau mengisi kolom blog pribadi yang semangatnya ODOA (One Day One Article)…. hehehehe… idealnya di temenin dengan aktifitas ODOJ (One Day One Juz)… tapi ternyata beraaaat kawan… kecuali pas bulan ramadhan lalu.

Dalam beberapa minggu terakhir tepatnya sebulan lalu, penulis lagi gandrung dengan aplikasi pengolah-pengedit photo dan video dengan menambahkan caption kata-kata. Ternyata menyenangkan, meskipun cukup menyita waktu ‘menulisku‘…. yaa karena dilakukan diluar jam kerja yang biasanya dipakai untuk mengkotret cerita singkat, dan di upload-publish di blog ini.

Nah, yang menjadi objek utama dari sisi gambar, penulis lebih cenderung memilih gambar makanan sehari-hari yang cenderung makanan tradisional. Lalu ditambah dengan captionnya yang relatif nyambung dan informatif. Maka lahirlah berbagai gambar dihiasi kata-kata yang bisa dilihat hasilnya di IG akwnulis.

Pertama diwakili dengan hadirnya kumpulan rawit alias cengek dengan caption ‘Habis cengek terbitlah seuhah‘ dilanjutkan dengan makanan Cuanki ladha, menu maksi sederhana, sajian Lobster, jengkol, toge, sate, kupat tahu, mie kocok hingga pencok kacang panjang.

Ternyata, photo makanan tersebut bisa juga menggambarkan suasana hati lho guys. Seperti cuanki ladha dan mie kocok itu cocok banget mengubah mood sedih jadi kenyang…. (lha bukannya jadi senang?)… minimal kesedihan berkurang kalau perut kenyang hehehehe.

Goreng jengkol dan pencok kacang panjang plus sambel dadak adalah menu favorit penghabis nasi sebakul, inipun sama bisa menghilangkan kegalauan dan menghadirkan kekenyangan…. hahahaha… makan mulu sih yang dibahas.

Ya udah ah, serius dulu ah. Selamat menjalani hari senin pagi dengan hati berseri. Wassalam (AKW).

Senyum Singa.

Sebuah senyum yang berbeda….

Photo : Senyum singa / source : IG wildandwilder diedit.

DAGO, akwnulis.com. Hadirnya gigi diantara keramahan wajah menjadi prasyarat sebuah senyuman tanpa tekanan. Senyum ikhlas dan seimbang terlihat dari ikuran yang pas antara tarikan ke kanan dan tarikan ke kiri, juga batas atas batas bawah.

Gigipun hadir tidak harus terlihat semua, tetapi cukup menghadirkan jajaran gigi depan yang (mungkin) menawan.

Tetapi ternyata ada juga senyuman seimbang yang beraura menegangkan. Bukannya rasa senang yang didapat tetapi dedg degan nggak karuan pas melihat senyumannya.

Deretan giginya bersih dan lengkap, tetapi terlihat seperti siap menangkap. Begitupun sorot mata yang tajam, ternyata membuat hati ini terancam.

Nggak percaya?…. Silahkan lihat photo senyuman di awal tulisan ini, monggo

Mayoritas berpendapat setelah melihat gambar tersebut di IG akwnulisdan di FB selaras dengan pikiran penulis, senyum garang yang menegangkan hehehehe.

Pertama yang senyumnya dulu, siapakah?…. Singaaa. Yup jadi melihat senyuman tidak hanya bibirnya saja, tetapi siapa yang senyumnya, karena jika dihadapan kita seekor singa tersenyum menyeringai, itu bukan maksudnya menghormati kita tapi…. bersiap untuk menyantap menu makanan lezat yang hadir dihadapannya.

Kedua dimana dulu tempat seseorang eh seseekor itu tersenyum lepas. Karena senyuman di alam bebas dengan senyuman khusus yang diberikan kepada kita, memiliki arti yang berbeda.

Terakhir yang patut kita yakini adalah, sebuah senyuman yang kita hadirkan adalah sebuah senyum yang merupakan bagian dari ibadah sesuai tuntutan hadist, tentunya diberikan dengan tulus ikhlas.

Duka ari senyuman seekor singa mah, Waalohualam bissawab, Hatur nuhun, Wassalam (AKW).

Rindu bersandar.

Mencari sandaran & pegangan….

Photo : Lagi mikir / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Sejumput rindu bersandar dan bersenandung di bahu, memberikan kedamaian meskipun nirharapan. Itulah salah satu fragmen kehidupan.

Mengapa kamu perlu bersandar di bahu seseorang sebelum bersenandung?, padahal bahumupun lebar tak kurang suatu apapun

Sebuah tanya yang dijawab dengan senyuman, dilengkapi dua kedip mata kanan yang bisa menyelesaikan semua permasalahan.

Bukan bahunya sebetulnya yang diperlukan, tetapi sebuah simbol kerapuhan yang harus dipertontonkan sehingga pilihan terakhir adalah bersandar pada bahu seseorang, yang ternyata sebenarnya lebih rapuh dari yang bersandàr.

Yang bikin keren adalah, keduanya tidak menyadari itu. Sehingga dapat ditarik garis merah persoalan bahwa kerapuhan bisa disandari kerapuhan yang lain asalkan masing-masing tidak paham dengan kenyataan.

Jadi sebuah istilah ‘Ketidaktahuan adalah berkah’ memang sedang berjalan disini.

Kesimpulan lainnya adalah, manakala sebuah kerapuhan bersua dengan kerapuhan lain maka mungkin saja terjadi simbiosis mutualisme yang berakhir dengan semangat saling menguatkan dan berusaha bangkit kembali dalam keterpurukan ini…. ataau saling merapuhkan dan akhirnya luruh menjadi puing-puing ketiadaan.

Photo : Awas jatuh, ayo pegangan / dokpri.

Itulah kehidupan, banyak makna yang mendalam dari seluruh kejadian. Semua kejadian dan kenyataan tidak ada yang terjadi begitu saja, tetapi skenarios super rumit tersebut sudah disiapkan jauh jauh hari oleh Allah Sang Maha Pencipta langit dan bumi beserta isinya.

Mari berjuang bersama dan memberi sandaran kepada yang sedang merana, meskipun kita sebenarnya sedang butuh sandaran juga.

Selamat weekend kawan, jangan lupa memberi sesaat kesempatan untuk seseorang yang perlu sandaran, meskipun sebenarnya kitapun perlu dukungan. Dengan begitu semoga jiwa kita tetap tegar dan fokus dengan segala beban dan tantangan. Wassalam (AKW).

Air mata

Hapuslah dengan senyuman…

BANDUNG, akwnulis.com. Uraian kalimat yang disampaikan begitu panjang dan tanpa jeda, meskipun dari sisi nada terkadang melemah menahan duka dan beban yang dirasa.

Akhirnya ada juga masa dimana kalimat dan kata terhenti karena mulut tercekat oleh perasaan dan menahan diri agar air mata tidak tumpah di hadapan khalayak warga.

Jikalau hanya berdua, mungkin lelehan airmata adalah salah satu cara membersihkan penglihatan dan mengurangi beban stok air mata yang tersimpan diantara kulit dan tulang kenyataan. Tetapi dihadapan banyak orang, air mata tertumpah malah menghadirkan ketidakberdayaan dan bukan dukungan yang datang tetapi tatapan sinis dan dianggap lemah mental…. mungkinn…

Bisa saja ada satu dua pihak yang merengkuh luruh untuk membantu saudaranya yang sedang jatuh. Membantu kembali berdiri tegak dengan sokongan ikhlas yang penuh pengertian.

Sebuah kata yang menjadi utama adalah sikap kita menghadapi dilema. Tahanlah airmata tertumpah dihadapan banyak manusia, simpan untuk nanti dikala bersimpuh di malam hari, sambil bernunajat kepada Robbul Izzati.

Kesedihan bukan akhir dari segalanya, karena kesedihan adalah pelengkap dari kebahagiaan yang setia mendampinginya. Berbahagialah kita yang masih bisa merasakan sedih, karena dengan merasakan sedih kita akan tahu betapa bahagianya merasakan bahagia.

Seiring uraian kata selanjutnya, ketegaran mulai terasa. Menampilkan secercah harapan diantara puing asa yang tertunda. Biarkan kesedihan itu ada, tetapi semangat bangkit kembali adalah yang paling utama.

Sebuah pantun semoga bisa mewakili keadaannya :

Berhimpun di meja menyantap ikan,
Langsung berkeringat berebut suapan’

‘Biarpun kenyataan masih menyedihkan,
Tapi semua tetap semangat untuk perbaikan’

Selamat beraktifitas di jumat sore ini kawan, Wassalam (AKW).

290515ku.

Tak perlu kata tetapi tindakan nyata.

CIMAHI, akwnulis.com. Waktu 5 tahun memang baru seumur jagung dalam perjalanan kehidupan membangun sebuah tali cinta kasih pernikahan, tetapi inilah fase pertama yang fundamental dalam membangun mahligai kebersamaan dalam kehidupan dunia akherat.

Insyaalloh dengan fondasi kuat maka perjalanan selanjutnya tidak akan terasa berat tapi akan semakin erat dan melengkapi kekurangan dengan penuh semangat.

Tiada kata seindah doa, dan tiada kalimah semenarik amanah. Maka biarkanlah bunga mawar dan bunga kapas ditemani baby breathe dan canvas mini mewakili segunung rasa syukur dan terbentang kasih sayang abadi sepanjang masa.

290520, Wassalam (AKW)

TEU PIRA – fbs.

Mung jejedudan wungkul, tapi…

Photo : Sketsa menahan sakit / dokrpi.

Fikmin # TEU PIRA #

*)Sebuah tulisan fiksi berbahasa sunda, terinspirasi dari rasa sakit yang begitu menyiksa.

TEU PIRA (TIDAK SEBERAPA)

Teu pira da ngan saukur, tapi geuning geus karasa nyayautan mah teu bisa ditulung batur.

Teu pira kabeuki tèh ngaheumheum sangu, karasa amis disela huntu. Unggal poè nu aya di pawon ukur sangu jeung uyah beuleum. Teu ngarasula nampi kana qodarna, sawarèh di dahar sèsana dibaheum.

Teu pira tadi beurang aya kurubuk dina beuteung, pas inget boga kèrèwèd pamèrè juragan lebè. Buru-buru dibersihan, diteukteukan laleutik, digalokeun jeung cèngèk ogè sèsa uyah beuleum.

Teu pira dikosrang kosrèng nyieun sangu gorèng, seungit kacida matak bangir irung pèsèk. Pinikmateun geus aya dina tikoro, dahar ngeunah lain kokoro.

Teu pira, karèk gè tilu huap. Aya gajih kèrèwèd asup kana liang huntu nu geus lila mèlènģè. Jeduddd…… aduuuuh anjrit, baham calangap, panon cirambay.

Teu pira ukur nyeri huntu, tapi geuning bisa ngeureunkeun waktu, ngahuleng jiga bueuk dibabuk batu, geus teu kapikir deui nyatu, nu penting mah geura cageur teu judad jedud kawas gunung bitu. (AKW).

***

Jamu Herbal Rempah dkk.

Minuman tradisional penjaga imun tubuh, imun kuat tapi imin dan iman harus lebih kuat.

Photo : Jamu berlima sedang bersama / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Nah siang kemarin sudah hadir dihadapanku 5 botol minuman kesehatan alami yang terdiri dari 3 botol jamu rempah herbal dan 2 botol jamu kunyit asam. Packing yang rapih serta terlihat segar di siang hari, ternyata menggoda juga di siang hari bulan ramadhan ini….

Dari dua jenis minuman sehat alami yang tersaji ini di klaim oleh sang pembuat betul-betul menggunakan bahan-bahan alami terbaik… insyaalloh percaya apalagi ini bulan puasa, berbohong khan merusak pahala.

Jadi klo nggak bulan puasa boleh bo’ong?”

Ah dasar kamu mah, tetep aja nggak boleh, cuman di bulan puasa lebih dahsyat akibatnya karena merusak nilai pahala”

“Iyaa A ustad hehehehe”

Photo : 3 sekawan jamu / dokpri.

Jamu rempah herbalnya memang kumplit dengan bahan-bahan yang terdiri dari kunyit, gula aren, temulawak, jahe, sereh, kayu manis dan air.

Sementara Jamu kunyit asem udah jelas bahannya kunyit dan asam kandis.. bukan bahan lain yang mengandung rasa asem. Nah dua-duanya punya bahan yang sama yaitu air…. lhaaa iya atuh, masa nggak pake air, gimana minumnya?.. ntar seret di tenggorokan atuh kang.

Tidak lupa ditambah gula aren kualitas tinggi agar rasa yang dihasilkan tidak getir dan pahit seperti ditinggal menikah oleh mantan gebetan…. halaah apalagi nich, maksudnya supaya segmentasi penikmat jamu ini tidak hanya kalangan penggila jamu saja tetapi juga bisa buat anak-anak, remaja dan mudamudi yang tertarik menikmati minuman tradisional alami ini.

Kenapa jadi suka jamu kang, kopinya berhenti?”

Photo : Wedang jahe, ini mah bonus / dokpri.

Ih kepo amat, ya suka-suka aku aja, mau seneng kopi, mau seneng jamu ya bebas-bebas aja…. eh tapi ingat diriku ya, nggak boleh menggerutu. Sang penanya pasti pihak yang penasaran karena selama ini objek tulisannya adalah #ngopay alias sruput kopi manual dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan ala-ala.

Itulah kehidupan, sebuah tema blog yang telah dipublikasikan harus dipertanggungjawabkan. Yaa memang taglinenya ‘ngopay dan ngojay‘, tetapi di moment shaum ini ada sedikit geser variasi konten tulisan dengan hal lain diluar tema kopi kopi kohitala kotala dan sebagainya, insyaalloh pasca idul fitri besok akan kembali menulis artikel bertema kopi.

Kali ini kosentrasi dulu untuk menuntaskan tulisan ini, yaitu jamu rempah dan jamu kunyit asam yang memiliki fungsi guna sebagai penambah stamina dan imun tubuh. Sebuah kegunaan minuman alami yang begitu penting di masa pandemi covid19 ini.

Harganya 20ribu/botol dan variannya adalah Jamu Rempah herbal, Jamu Kunyit Asam, Jamu Jahe dan bisa juga request jamu lain, seperti jamu buyung upik… ahaay serasa masa kecil… kecuali jamu cepat kaya untuk sementara belum diproduksi. Pembuatnya seorang ibu tangguh yang di support anaknya seorang pemuda kreatif dan brilian yang membantu ibunya disela-sela usahanya yang spesifik berkaitan dengan printer 3D (halah sotoy, ini hasil cerita dari ibunya....)

Photo : Jamu Kunyit Asam / dokpri.

Jadi cekidot, minum jamu yuk guys… Srupuuut… suegerrr… insyaalloh sehat bugar dan imun terjaga sehingga bisa melawan atau menangkal penyakit khususnya Covid19….Alhamdulillah, Selamat berpuasa di hari terakhir bulan ramadhan tahun ini, semoga masih diberi kesempatan jumpa di tahun depan, Wassalam (AKW).

***