Kopi Sachet Mega Mendung.

Menikmati kopi bermotif batik…

CIMAHI, akwnulis.com. Aura rapat yang akan penuh dengan diskusi atau perdebatan teroampang dihadapan. Bahan rapat berseliweran untuk dibaca dan ditelaah oleh masing-masing pihak yang sebenarnya adalah mitra kerja, tetapi kali ini akan saling berdiskusi demi hasilkan suatu solusi dalam bentuk struktur kemampuan keuangan daerah yang mumpuni.

Suasana terlihat lebih formal dan kaku, meskipun sesekali ada celetukan segar yang mewarnai pertemuan, hadirkan senyum dikulum ataupun tertawa sedikit lebar meski suara diminimalkan.

Disinilah raga berjumpa dengan sebuah sajian kopi yang berbeda, sehingga tanpa fikir panjang dikala melihat penampilannya langsung dinamai ‘Kopi sachet mega mendung’……

Setuju nggak namanya itu?”

Terserah pembaca aja deh. Klo mau setuju ya monggo kalaupun tidak juga nggak bakalan dosa, kecuali klo cangkirnya dibawa pulang nggak bilang-bilang maka itu bisa menjadi pidana pencurian dengan pengenaan pasal 362-367 KUHP, apalagi klo dibawa pulangnya selosin hehehehe….

Nama tersebut tidak lepas dari penampilan kopi ini yang menggunakan cangkir khusus bercorak batik khas kebanggaan cirebon yaitu mega mendung. Untuk kopinya memang kopi sachet yang berisi kopi hitam dengan gula terpisah.

Photo : Kosacmedung di pot bunga / dokpri.

Hadirnya kopi sachet mega mendung ini cukup mencuri perhatian peserta rapat, dibuktikan dengan antrian yang cukup ramai untuk menikmati kopi ini dengan melakukan penyeduhan sendiri dengan air panas, gula dan kopi sachet dan gunting serta sendok kecil pengaduk.

Urusan rasa itu adalah hak masing-masing, tetapi sumber hadirnya rasa tentu memberi makna yang berbeda. Begitupun dengan kopi sachet mega mendung ini, rasa kopi sachet tentu biasa, tetapi jadi rasa berbeda karena hadir dalam suasana agak tegang yang butuh sedikit relaksasi ditambah dengan cangkirnya yang khas, maka menjadi unik dan menarik… kata akuh mah, nggak tau kata yang lain.

Tapi itulah makna kehidupan, sajian kopi memiliki aneka dimensi. Bisa dari bahannya, tempat penyajiannya, proses seduhnya, serta suasana sedang apa dimananya… maka tiada bosan jari ini menulis tentang kopi, karena itu tadi…. menikmati kopi bisa dilihat dari aneka dimensi.

Ah udah ah… ntar pembaca bosen.. Selamat ngopi dan lanjutkan rapatnya disini. Sruputtt…. Wassalam (AKW).

Puntang Klasik Kaweni.

Akhirnya menikmati lagi sajian manual brew V60.

Photo : Puntang Klasik Kaweni Manual Brew / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. Semerbak angin pagi menerpa wajah yang sedikit lelah setelah menempuh perjalanan panjang lintas samudera demi kembali bersua dengan keluarga dan tugas negara.

Perjumpaan dengan keluarga kecil di rumah adalah momen bahagia yang tetap harus dijaga, peluk erat anak dan istri mematrikan janji untuk saling menjaga dalam suka dan duka demi cinta abadi. Meskipun harus terpisah sejenak karena senin pagi adalah waktunya mulai bekerja lagi, tapi sore nanti bisa bersua dan bercanda kembali.

Salah satu yang dinanti selain kembali selamat sehat bugar seperti sediakala adalah…. oleh-oleh…. buah tangan tea geuning.

Oleh-oleh, meskipun bukan kewajiban karena kepergian lintas negara adalah dalam rangka dinas. Tetapi kurang afdol rasanya jika tidak ada oleh-oleh yang ditenteng sebagai tanda buah tangan dari negeri seberang. Inipun penuh perjuangan karena ditengah agenda yang bejibun, menyempatkan datang ke tempat oleh-oleh dengan pola belanja impulsif… nggak pake mikir, sesuaikan dengan duit Won di tangan…. ambil2.. pilih2.. bayaar. klo ternyata duit won nya kurang, balikin lagi oleh-oleh yang udah dipilih… alias nggak jadi sebagian hehehehehe….

Photo : Pilihan bean yang ada di Cups Coffee & Kitchen / dokpri.

Jadi….. maafkan jikalau oleh-olehnya hanya kata-kata berbentuk cerita yang seperti tak guna… tapi ini justru bermakna abadi tanpa takut waktu membatasi.

Nah hari ini setelah bersua dengan keluarga dilanjutkan dengan rutinitas di kantor bersama rekan-rekan sepekerjaan maka ada perjumpaan lain yang begitu dinanti…..

Perjumpaan kembali dengan sajian manual brew V60 coffee dengan beannya adalah Puntang Klasik Kaweni…. Yummmy.

Aciditynya yang kuat mengembalikan lagi sebuah harapan dan semangat dalam menjalani kehidupan, Body medium dan aftertaste berry plus citrun menambah sensasi kesegaran…

Selamat beraktifitas kawan. Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
Cups Coffee & Kitchen
Jl. Trunojoyo No.25 Kel. Citarum Kec. Bawet Kota Bandung.

Kopi terakhir di korea.

Menikmati si hitam di injury time.

Photo : Botolnya dibawa pas sarapan / dokpi.

SEOUL, akwnulis.com. Malam menjelang waktu pukul 23.00 wako (waktu korea) dikala raga baru sampai di hotel setelah seharian berjibaku dengan agenda yang padat merayap dari pagi hingga malam. Pakaian jas dasi kemeja lengkap masih melekat di tubuh ini dengan tas punggung yang selalu melekat. Tidak ada keringat yang hadir karena cuaca dingin menahan keluarnya keringat, jadi berjas dasi seharian sambil bertas punggung serta banyak melakukan jalan kakipun tidak masalah, seger seger aja.

Setelah kemarin ngopi ‘pembagian rapat’di Caonan Asan Station dilanjutkan Double espresso-nya di acara sarapan pagi, maka kesempatan terakhir malam ini ingin mencoba kopi yang berbeda, kangen kopi puntang dan gununghalu atau kiwari manglayang dengan metode manual brew V60… tapi nggak ada disini.

Jadi agak nyesel nggak bawa corong V60, filter dan beannya… tapi apa daya, penyesalan itu selalu datang terlambat karena kalau datang diawal rasa sesal itu maka itu namanya Pendahuluan eh.. kata pengantar atau executif summary ya??…. apa sih inih, kok kayak lagi nyusun disertasi.

Maka…. meskipun tas punggung masih melekat dan jas dasi masih erat melingkari leher, maka bersama partner sekamar berjalan kaki keluar hotel mengitari jalan raya blok gangnam kota seoul dengan tujuan mencari kedai kopi yang menyajiKan manual brew..

Alhasil… tiada kedai kopi manual brewnya… Akhirnya mendarat di toko minimarket 24 jamnya korea. Mencari-cari kopi kemasan yang tentu tanpa gula…. banyak pilihan tapi sedih karena kohitala (kopi hitam tanpa gula) tidak tampak di rak minimarket, adanya pasti kopi bergula, kopi berkrimer atau malah air gula berkopi saking manisnya…..

Alhamdulillah, diujung kanan atas bertengger kopi kaleng cold brew… ambiiil… Alhamdulillah

Bayar segera dengan sisa duit won yang ada dan beringsut menuju hotel karena penasaran ingin menikmati cold brew yang ada.

Tidak lupa sebelum dinikmati, maka dokumentasi adalah tindakan pasti. Jejerin di kasur hotel bealaskan selimut.. jepret.. jepret… jadi deh.

Lalu dibuat captionnya yang berbunyi, “Bukan masalah pilih yang mana, tapi bisa #Ngopay itu Bahagia“.

Bener khan?”

Langkah terakhir adalah, buka kemasannya.. dan srupuut… srupuut.. tandaskan..

Nikmat …kannn?”…..

Tuntas minum kopi, mungkin menjadi kopi terakhir di Negeri Ginseng ini, karena besok pagi harus sudah kembali ke tanah air dengan perjalanan selama 7 jam.

Ahnyong asiong
Khamsa hamnida.

Wassalam (AKW).

Sarapan dulu…

Sarapanpun wajib ada kopi xixixixi…

Photo : Dopio di pagi hari / dokpri.

SEOUL, akwnulis.com. Perbedaan waktu 2 jam dengan di rumah ternyata cukup memerlukan penyesuaian yang signifikan. Karena meeting selanjutnya di rencanakan pukul 08.00 wako (waktu korea) maka makan pagi harus jam 06.30 wiko alias jam 04.30 wib…. sahurrr. Tapi ternyata sudah benderang disinihh kawaan…

Turun ke lantai 2 menuju restoran menjadi tujuan utama pagi ini. Ngantuk masih menggelayut tetapi musti dilawan karena agenda kegiatan sudah menghadang di hadapan.

Sebelum nandain tempat duduk, maka mencari segelas kopi adalah keharusan…. culang cileung… tap… ada mesin kopi…. merapaattt.

Photo : Mesin kopi / dokpri.

Mesin kopi merk Toro menyapa dengan senyuman khas nya, yang Pasti pilihan menu nya adalah espresso, dopio dan americano untuk penganut kohitala dan latte serta cappucino yang masih memuja foam susu… langsung ambil cangkir dan dudukan pada tempatnya.

Pijit tombol ‘espresso‘ 2x supaya hadir dopio alias doube espresso dan tunggu hasilnya…. terrrr… currr…. kopi hitam menetes memenuhi cangkir putih yang ciamik. Wangi aroma kopi membangkitkan birahi… eh sensasi kesegaran untuk mendukung agenda hari ini.

Sebagai pendukung dari sisi sajian sarapan pagi maka diperlukan kesegaran dari aneka sayuran yang hadir dengan berbagai pilihan. Ada terong, sayur antanan, brokoli, tomat cery, kol merah dan chiaseed serta kismis plus kuaci… eh kuaci bukan ya?.. atau biji bunga matahari?.. tambah saus salad yang tersedia.

Photo : Sayuran + kopi / dokpri.

Untuk karbohidratnya tentu nasi goreng yang tersedia diambil 2 sendok ditemani scramble, tumis kacang tanah dan potongan ikan laut, cukup untuk menjaga energi hari ini.

Jadi rumusnya banyak ragam tetapi ukurannya icip-icip. Bukan masalah kenyang atau tidak tetapi bagaimana semua sajian rasa bisa dicoba tanpa muncul persepsi berbeda.

Nasi goreng rasanya tetep nasi goreng begitupun sajian lainnya, yang beda adalah suasana dan tentunya suasana hehehehe…… Urusan kohitala telah terwakili oleh double espresso yang dihasilkan mesin kopi.

Akhirnya…. tuntas sudah sarapan beraneka rasa ini.

Photo : Protein & Karbohidrat / dokpri.

Selamat makan dan ngopi pagi ini, sebelum berlanjut meeting dan meeting, dan beredar demi sebuah tugas sekaligus kesempatan meraih pengalaman di sebuah kota besar yang jauh dari tempat tinggal. Wassalam (AKW).

Kopi perdana di Korea

Akhirnya bisa menikmati kopi di Korea.

CHAONAN, akwnulis.com. Perjalanan 2 jam 24 menit menyusuri jalan lebar dengan berbagai pemandangan yang tersaji memberi pengalaman tak bernilai. Diawali melewati jalan besar yang membelah lautan karena incheon adalah sebuah pulau terpisah, dilanjutkan berbagai bangunan tinggi baik komplek pabrik dan perumahan juga bentang alam kehijauan yang cerah di akhir musim gugur tahun ini.

Masih sendirian karena belum bersua dengan delegasi yang telah hadir lebih dulu, insyaalloh ALONE di INCHEON akan berakhir.

Berbincang dengan sang driver, ini adalah momen musim terbaik karena matahari bersinar sepanjang hari dengan suhu sekitar 3° s.d 10° celcius, karena menurut perhitungan prakiraan cuaca di awal desember sudah masuk musim dingin dan suhu bisa sampai minus 20° celcius.

“Kebayang membeku dan meriut”

Perjalanan perdana jalur darat di korea akhirnya harus sampai di tujuan yang telah ditentukan yaitu sebuah tempat meeting yang berada di area stasiun Chaonan Asan yang merupakan ibukota provinsi CengChungnam-do.

Alhamdulillah setelah membayar taksi internasional dengan selembar 100 dollar US dan 40.000 won..
(euleuh di hitung-hitung ternyata mihill… tapi apa daya, demi sebuah janji, maka pengorbanan adalah bagian dari konsekuensi). Juga yang pasti dijamin tidak akan nyasab (kesasar) di negeri orang.

Photo : Berpose di depan stasiun Chaonan Asan / dokpri.

Pertemuan berjalan lancar dan penuh kekeluargaan, delegasi Jawa Barat yang sudah ada di Seoul akhirnya bersua disini bersama daku.. ehm dan tentunya dengan para pejabat di Provinsi Cengchungnam-do plus para pimpinan perusahaan yang membidangi credit guarantee dan start up bidang solar energy.

Laporan resminya entar aja yaa… itu mah bentuknya nota dinas hehehehe.

Sekarang ingin cerita tentang si hitam nikmat.. kohitala. Maklum udah 24 jam nggak jumpa dengan sensasi pahit yang menggoda.

Pas masuk area stasiun sebetulnya sudah ada cafe yang direncanakan dimampiri… tapii… jadwal meeting sudah dekat plus harus berjumpa dulu dengan para bos yang berangkat dari Seoul… urung sudah, tapi tidak uring.

Ternyata… Allah maha tahu isi hati hambanya yang merasa tak berdaya tapi ingin nyeruput kopi apa aja yang penting tanpa gula.

What do you want to drink? Coffee or tea?”

Woaaah senangnya… “Please coffee sir“… akhirnyaa… pucuk dicinta ulam tiba. Sebuah doa berbuah nyata, secangkir kopi hitam tanpa gula hadir dihadapan bersama bahan presentasi mereka, Ahaaay.

Nggak pake basa-basi lagi, disaat para bos masih diskusi, kopinya sudah di tangan untuk dinikmati…. hmmm harummm… kopinya pake mesin, tapi double espresso bisa memenuhi hasrat ngopi kali ini.

Photo : Kopi perdana di Korea / dokpri.

Sruputtt…. segerrr, pahitnya menenangkan. Memberi rasa bahagia dan semangat untuk terus berkarya dan menjelajahi negeri ginseng ini.

Perbincangan berlanjut dengan berbagai pembahasan, diriku terlarut dalam kebersamaan dan tidak lupa sruput kopi yang terus tersedia. Wassalam (AKW).

Alone di Incheon.

Akhirnya menginjakkan kaki di negeri ginseng meskipun sendirian.

Photo : Pesawat Korean Airlines di Incheon Airport / dokpri.

INCHEON, akwnulis.com. Akhirnya setelah perjalanan menembus malam selama kurang lebih 7 jam, maka sang burung baja Korean Arlines mendarat dengan lembut di landasan runway bandara Incheon Korea Selatan.

Sebongkah syukur kembali terucap dalam hati dimana di tahun ini akhirnya bisa nge-cap paspor lagi, dan yang membuat lebih bersyukur adalah hadirnya paspor biru setelah 2014 lalu habis tapi tidak diperpanjang lagi.

Tepat setahun lalu beredar di negeri tetangga yang dekat-dekat saja, salah satu tulisannya nggak jauh-jauh… urusan bikin kopi sambil nyeduh manual pake V60, ini tulisannya : MANUAL BREW DI NEGERI SINGA.

Tiba di Bandara Incheon tentu segera bergerak menyusuri koridor bandara yang cukup panjang. Konsentrasi penuh sambil mengkombinasikan mata antara melihat petunjuk arah yang mayoritas bertuliskan mongul korea juga bahasa inggris dipadupadankan dengan gerakan orang – orang yang pasti nggak bakal kemana-mana… arahnya ke imigrasi terus ambil bagasi atau yang transit dan entah kemana mereka akan pergi.

Photo : Satu sudut Incheon Airport / dokpri.

Seorang diri berjalan mengikuti takdir ini, sambil tak lupa menikmati momen perdana menginjakkan kaki di korea. Proses imigrasi lancar dan cepat, pengambilan bagasipun hanya butuh sedikit kesabaran dan akhirnya tas pink besar hadir menemani kesendirian.

Langkah selanjutnya yang sangat penting adalah menuju toilet untuk segera membasuh raga serta berganti pakaian dengan long jhon lalu dibalut celana hitam dan kemeja pink, tidak lupa berdasi senada dan akhirnya jas hitam melengkapinya… gaya khan?…

Bukan apa-apa, tetapi sebuah persiapan untuk mengikuti meeting sesuai schedulle yang sudah tersusun… eh sikat gigi, gel rambut dan cukur jenggot tidak lupa dilakukan, sehingga keluar toilet dengan tampilan stylish. Bisa menutupi kekhawatiran dan kebingungan yang tersimpan di hati dengan wajah dan penampilan hitam & pink yang rapih… siapa tahu di bandara ketemu sama personil kpop cewek yang lagi hits disini, BLACKPINK heu heu heu heu ngarep

“Gimana caranya menggunakan transportasi di sini?”

Tidak sulit, tinggal cari petugas yang akan memberikan informasi tentang pertanyaan tersebut. Tadinya ingin mencoba menggunakan MRTnya korea atau kereta api expressnya…. tetapi ternyata ke lokasi yang dituju harus berganti 3x kereta dan dari stasiun satu ke stasiun lain akan membingungkan bagi yang pertama kali…. trus nentengin koper pink gede lagi.

-berfikir keras-……

Photo : Kartu Taksi Internasional / dokpri.

Akhirnya karena waktu mepet tinggal 3 jam lagi, diputuskan menggunakan jasa taksi internasional, agak mahal sih tapi apa mau dikata…. ternyata bener adagium ‘

“Waktu adalah Uang“…. lebih mahal tapi pasti apalagi di negeri orang… capcuss

Eh belummm… kita musti nunggu dulu sopir taksinya, namanya Mr Kim… bayarnya nanti pas udah nyampe tujuan dan berdasarkan argo, kaleem……

Hanya sekitar 5 menit menanti, datanglah sang sopir taksi. Tanpa basa basi langsung bergerak menuju arah luar bandara…. pas pintu kaca terbuka dan berada di posisi luar area bandara….. cepppppp…. udara dingin menerpa wajah dan raga…. dingiiiiin…. 4° celcius ternyata… brrrrrrr… dingiin.

Aslinya dingin banget menusuk tulang lho… padahal sudah berpakaian 3 rangkap.. Long jhon + Kemeja pink + Jas serta nggak lupa dasi pink.

Photo : Taksi Internasional di Korea / dokpri.

Perlahan tapi pasti, suhu badan menyesuaikan dan rasa dingin yang menyergap bisa di jalani dengan ikhlas hehehehe…. maksudnya otomatis menyesuaikan.

Menuju taksi dan segera menuju pintu depan sebelah kiri dengan maksud mau duduk di depan untuk menikmati pemandangan. Tiba-tiba… “Nooo… it is my chair!!”

Terlonjak kaget karena sopir taksi langsung menarik gagang pintu belakang dan melarang meraih pintu kiri depan…. ternyata memang pintu kiri depan adalah kursi sopir… khan di korea mobilnya stir kiri… heuheuheu… dasar ndeso.

Dengan senyum dikulum dan pipi sedikit merona menahan malu, masuklah ke dalam taksi dan bersiap menikmati perjalanan selama kurang lebih 2,5 jam dari Bandara Incheon menuju tempat pertemuan di Caosan Asan Station Provinsi Cengchungnam Korea selatan. Berangkaaat, Bismillah (AKW).

V60 Toraja di Djournal Cafe.

Djournal cafe tempat ngopi hilangkan cape.

Photo : V60 Arabica Toraja / dokpri.

TANGERANG akwnulis.com. Secangkir kopi menghadirkan kembali semangat untuk terus bergerak lagi, meski sesaat eh dua hari harus bersabar dengan segala prosedur dan perilaku personal yang beraneka rupa.

Pertemuan dengan sang barista, neng Glesnea di Djournal cafe dilanjutkan dengan memilih beraneka bean yang tersaji untuk nantinya segera diseduh tanpa banyak pancakaki. Agak sedih setelah dipilih ternyata tidak ada bean kopi dari jawa barat, adanya Papua, Kintamani, Mandailing dan Toraja.

Photo : Sang baristi dan pilihan kopi / dokpri.

Ya sudah, pilihannya adalah kopi Toraja yang akan segera di eksekusi dengan metode seduh manual V60.

Dengan perbandingan 1: 15 dan gramasi 16gr serta temperatur air 90° maka menghadirkan sebuah sajian kopi yang segar dan mencerahkan malam ini.

Body medium menuju strong, Acidity medium dan Aftertastenya hadir rasa berry plus tamarind memberikan kesempatan rasa untuk ninggal sesaat di ujung lidah dan memberi kesan memori akan sebuah rasa tersendiri.

Photo : Cafe Djournal SHIA / dokpri.

Waktu menunjukan pukul 21.20 wib di Lantai 1 Dekat gate 8 Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Secangkir kopi toraja ini memberi suasana berbeda, memberi ruang hati semakin lega sebelum sebuah perjalanan panjang akan segera terlaksana. Wassalam (AKW).

***

Lokasi :
Djournal Cafe
Terminal 3 Lt.1
Antara gate 7 & gate 8
Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Indonesia.

Harga :
V60 Kopi Toraja Rp. 40Rb
Aqua botol 600ml Rp. 27Rb
dengan pajak jadi total Rp. 74.199.

***

CANGKEUL – fbs

Edisi menulis singkat berbahasa daerah dulu…

Fikmin # Cangkeul #

Bincurang ngeluk nangkeup harigu, bitis tungkul bari mapay jalur urat varisés. Paduduaan teu lemek teu nyarék. Pabeulit jeung pikiran séwang-sewangan, samutut bin baketut.

Geuning padeukeut lain hartina sapamadegan, tapi bisa waé tojaiyah béda kahayang bénten tujuan.

Bitis luis teu jadi jaminan bakal ngabalad jeung bincurang. Bitis gomplok ukur jadi panyumputan kutu kuar jeung babaturan.

Sanajan dina mangsana kudu leumpang, bitis jeung bincurang kapaksa layeut pakaléng-kaléng. Tapi beungeut teu bisa disumput salindung, haseum alah batan kopi ucing.

Sanajan kitu, ari mangsana rohmat Illahi geus datang ngajorag bumi, cunduk waktu nu geus tangtu teu loba carita duanana jempé, bari mimiti imut sanajan rada karijut.

Teu pira, pédah bincurang jeung bitis sarua ujug-ujug nandangan panyakit cangkeul nu teu bisa dicageurkeun saharita, jigana panyakit lével déwa, antukna daék teu daék kudu silih pencétan bari mimiti muka carita.

Babarengan maca jangjawokan du’a. Biwir samutut leungit saharita, diganti séréngéh baham mersihkeun dosa. Tungtungna dipungkas silih balédog carita, nu dilimpudan ku niat silih hampura, cag. (AKW).

Siang – Malam.

Diskusi terus dijalani, abadikan photo juga harus dilakoni dari siang hingga malam.

Photo : Suasana siang di Kuningan – Jakarta / dokpri.

JAKARTA, akwnulis.com. Sebetulnya nggak sengaja juga bisa mengambil posisi gambar ini, karena posisi meetingnya sebetulnya di gedung eh.. di ruangan yang tidak langsung berbatasan langsung dengan dinding atau kaca luar.

Trus kok bisa ngambil spot photo ini?”

“Konsepnya adalah luckyshot, photo keberuntungan lho”

“Ah kamu mah urusannya beruntung terus!”

Memang begitu kok, termasuk tidur dan bangun pagi, selalu hadir oksigen yang bisa kita hirup dengan sepuasnya dan gratis lagi, bukankah itu keberuntungan?… begitupun bisa ambil photo tadi

Tetapi pas ke toilet pria, ternyata dinding kacanya menyajikan kesempatan berbeda untuk mengabadikan indahnya lanscape kota tanpa banyak filter ataupun aplikasi photo yang bikin manjaaaa, tapi hasilkan photo apa adanya

Anggukan kepala menandakan persetujuan dari diskusi singkat kita. selanjutnya kembali terlarut dalam bahasan meeting yang penting kalau dilihat dari sudut pandang garis miring.

Diskusi terkadang hangat menyengat tapi sesekali bertahan dengan pendapat penting hingga tak bergeming. Itulah indahnya diskusi, berusaha menyamakan frekuensi meskipun masing-masing punya persepsi dan tendensi.

Photo : Suasana malam di kuningan jakarta / dokpri.

Photo kedua diambil dari titik yang sama, ujung kanan kamar mandi pria. Kota Jakarta bertabur gemerlap lampu serta terangnya lampu kendaraan yang sedang bercumbu dengan kemacetan.

Itulah sepenggal kisah kehidupan yang terekam oleh kecanggihan alat dan keisengan memposisikan sudut pengambilan gambar dari siang hingga tiba sang malam.

…..dan langkah selanjutnya adalah membewarakan kepada dunia luar via medsos pribadi yang sudah sesak dengan postingan meskipun minim like apalagi komenan….

“Santai bro, kita khan bukan selebgram”

Itulah cakap terakhir di lantai 12A The H Tower di bilangan Kuningan Jakarta. Karena selanjutnya harus turun membumi dan bergegas memacu kendaraan dalam perjalanan panjang, untuk kembali menemui anak istri yang menanti dengan segala keikhlasan hati. Selamat menikmati malam ini, Wassalam (AKW).

Spadaa Koffie.

Hunting Kopi lagiii…. Spadaaaa

Photo : Dinding pink Spadaa Koffie / dokpri.

BANDUNG,akwnulis.com. Tembok warna pink menyambut kedatangan raga ini dengan sedikit tulisan di sudut kanan. Cukup mengecoh bagi yang baru pertama kali datang, karena kamuflase yang gokil sehingga tingkat kenyasaran yang cukup tinggi.

Diriku sih aman karena sudah tahu, tetapi ketiga rekan yang datang belakangan malah mengetuk pintu kantor PO Bus Kramat jati yang memang tepat berada didepan mata hehehehe… bingung mereka, kok kedai kopinya mirip kantor, padahal itu memang kantor.

Padahal, tinggal menyelinap dibalik tembok pink maka langsung memasuki area cafe kopi yang unik dan nyaman ini.. namanya Spadaa Koffie, berlokasi di Jl. Ternate No.5 Kota Bandung.

“Oalaah keyword ternate itu jalan ternate di Kota Bandung toh, kirain lagi di Malukuuu….”

“Hehehehehe, mainnya masih lokalan, belum antar pulau kawan 🤣😀😀🤣”

Suasana kafe nan unik dan simpel tetapi peraturannya jelas, –No Smoking-, cocok banget buat diriku yang tidak merokok.

Photo : Pesan & bayar disini / dokpri.

Langsung pilih menu kopinya dan yang pertama adalah sajian kopi dengan metode manual brew jatuh pilihan pada Kopi Toba Clove Garden ditemani dengan menu makanan beratnya yaitu Mushroom slider pilihanku dan Bacon pilihan kawan-kawan.

Photo : Mushroom Slider / dokpri.

Jangan khawatir dengan bacon yang mengarah ke daging babi, karena yang dimaksud adalah beef bacon. Meskipun….. awalnya bikin ragu kawan-kawan. Membuat suasana dilematis pas sajian bacon itu hadir, dilema antara pengen segera makan tapi takut nggak halal… sementara mau nanya ke pelayannya nggak enak.

Akhirnya mainin sendok sambil wajah bingung berpandang-pandangan.

Supaya kebekuan dan kebingungan ini tuntas, langsung aja teriak, “Neng, ini baconnya halal?

Langsung dijawab neng Aya sang Baristi, “Halal Om, itu mah beef bacon alias daging sapi”

Ketiga wajah kawanku langsung girang dan hap…. lalu ditangkap.. eh dimakann… karena ternyata sudah pada lapar sangaat… nyam nyam nyam.

Photo : Javanese Coffee Kerinci Banira / dokpri.

Sebagai penutup, diriku memesan Javanese Coffee dengan pilihan beannya Kerinci Banira…. suegerrr tenan.

Selamat ngopay dan makan berat di sini kawan dan dimanapun kawan berada.. sruput.. nyam nyam. Wassalam (AKW).