Misteri Hati *)part 1

Seonggok hati meneguhkan diri.

#sebuahpuisiAkw

Jendela kerelaan menguàp pasrah
Diemban pilu menugas rasa
Dengan sengaja kubertepuk dada
Meraih sesungging pisau yang menajam

Terucap janji kuhunjamkan pada tubuhku
Membelit kulit bertebar perih
Dipaksa untaian tanganku bergerak
Mencari seonggok daging penentu hari

Setelah waktu terus berlari
Tuk kutemui sepotong hati di tubuh ini
Tanganku menjalar di bawah kulit diatas daging
Mengikuti aliran nadi yang bersorak…
Semua hening.

Kuseka keringat pengharapan
Dari kening kebimbangan yang tampan
Tapi tanganku tak temukan sepotong hati
Tinggalkan tubuh beracak jemu.

Tiba-tiba sesuatu menyentuh jiwaku
Menyuruh otak untuk berpaling menatap beku
Sentuh jalinan jiwa dalam ragaku
‘tuk meraih harapan tak hampa di depan mata menyala

Sesaat decit burung menatap
Kuambil leher ini hingga menjerit
Mataku kupungut hingga dapat
Dengan paksa kupasang dalam kelopak kehidupan

Nafasku tertahan….

***
Catatan :
Coretan puisi ini tertuang di hvs biru muda tertanggal 18 sept’2K ka.up 12.000 WIB Edisi Revisi… sebuah coretan pribadi yang pernah terdokumentasi. Berjudul Misteri Hati part 1.

Selamat menikmati. (AKW)

Batik Air Ke Kertajati PP

Sebuah puisi Penerbangan Komersial Perdana dari Husein Ke Kertajati

Sore yang cerah di bandara husein
Batik air bersiap para tamu di absen
Undangan yang hadir 100 persen
Pejabat, ulama, kepala daerah juga beberapa dosen.

Semua duduk di kursi yang tersedia
Termasuk para kuwu dan camat dari majalengka
Pimpinan OPD dan Direksi bersua
Dalam rangka sebuah penerbangan perdana

Batik Air ID 8170 Airbus 320
Bikin semua tamu bertepuk tangan gemuruh
Suasana haru sangat berpengaruh
Gema syukur kalahkan riuh dan gaduh

Menjadi pesawat komersial pertama
Yg berangkat dari Bandung mendarat di Bandara Kebanggaan kita
Bandara Kertajati di Majalengka
Provinsi Jawa Barat Berjaya.

Perjalanan bersejarah ditorehkan
25 menit diangkasa menyenangkan
Pendaratan mulus penuh ketenangan
Tamu undangan kembali bersorak kegirangan.

Semua atas jin Allah Yang Maha Kuasa
Merangkai ihtiar dengan semangat baja
Berpegang tangan kerja bersama
BiJB – Pemprov & Pihak lainnya

Bahu membahu bekerja keras
Untuk wujudkan bejibun tugas
Ngurusin tiket bekerja cerdas
Akhirnya tugas perdana tuntas.

Alhamdulillahrobbil alamin. 250518 (AKW).

Diary Coffee 9

Puisi ke-9 tentang kopi hitam dan kawanannya.

Kopi hitam kembali jadi tulisan
Sajak singkat keseharian
Tak terasa sudah diary ke sembilan
Itu bukti bahwa hidup memang menyenangkan

Jumat pagi beredar di dago atas
Menemui seorang pejabat teras
Berbincang ramai dengan tema tak terbatas
Disajikan kopi hitam bergelas-gelas

Awalnya membahas pengelolaan air minum
Terus berlanjut urusan lebih umum
Ngobrolin juga persiapan shaum
Diakhiri Assalamualaikum

Costarica bean giliran dicoba
Di Noah Barn ini adanya
Sambil jumpa sang kawan lama
Sang motivator kita

Costarica bean pahit terasa
Agak sepet dan ada asamnya
Dipikir-pikir dan dirasa
Java Arabica memang jagonya

Tugas mendadak harus ke bandara
Yang akan beroperasi segera
Sebuah kebanggaan semua
Bandara Kertajati di majalengka

Espresso di Tanamera
Balikin semangat makin membara
Jalani takdir tanpa hura-hura
Srupuuut nikmat tiada tara

Menuju kertajati Majalengka
Kembali mampir di rest area
Espresso single tutup dahaga
Di tambah ayam tak cukup dua.

***

Terbang ke yogyakarta
Dalam rangka mencari makna
Malioboro kembali bersua
Kopling (kopi keliling) menyambut dengan setia

Begitupun di Bakmi Mbah Gito
Kopi tubruk sudah bersalto
Tidak lupa segera ambil photo
Dekat di hati jauh di mato

Begitulah diary pekan hari ini
Selamat memaknai hari
Jangan lupa secangkir kopi
Menemani hari meraih janji.

*)Catatan : Tulisan yang tertuang ini tiada niatan pamer. Tapi hanya mencoba berbagi minum kopi asli, kopi hitam eh item tanpa gula tanpa susu. Juga memang rejekinya, ada aja yang nyuguhin dan mentraktir sehingga kopi hitam terus tersaji. Wassalam (AKW).

Kembang Buruan

Binar, anaking jimat awaking.

Wanci haneut moyan
Ayshaluna ulin di buruan
Dangdak déngdék daun dititénan
Bari teu weléh imut bari nyepeng dahan

Teu aya kasieun
Bisi hileud atawa sireum
Istuning anteng bari teu tiasa balem
Norowéco pepeta jiga nuju syuting pilem

Hatur nuhun Ya Allah Maha Agung
Dititipan murangkalih nu pinuh barokah
Mugi salawasna séhat sholéhah
Nyandak bagja nu pinuh berkah. (AKW).

Diary Coffee 2 – APPSI

Puisi ke-2 seputar Rakernas APPSI tapi tema utama tetaplah.. Kopi :).

Sekuntum mawar merah
Tersenyum merekah
V60 menyeduh hingga terengah
Hasilkan segelas kopi Gayo nan indah

Cold brew Kiwari Farmer beraksi
Selalu teguh munculkan sensasi
Rasa dingin bersaksi
Menemani Rakernas APPSI

Kopi Java Preanger Ahertiani
Memberi rasa wangi membumi
Rasa sweety bercampur rapi
Sajikan minuman segar mewangi

Pejabat dari Sultengpun minta lagi
Setelah cold brew luwak manglayang dinikmati
Java Preanger semua dirasai
Tiga varietas pulangpun menemani

Ibu pejabat Sulselpun tak mau kalah
Cicipi rasa kopi hilangkan lelah
Satu seruput kurangi resah
Ternyata dibalas dengan sepasang coklat besar yang renyah

Pejabat Sultra yang tak terlalu suka
Karena kopinya mesti tetap bergula
Jadi hanya coba sedikit saja
Lumayan agar menjadi pecinta kopi pemula

Masuk lift berbuah berkah
Bertemu bos Steven yang lagi sumringah
Proyek Cisanti makin merekah
Luwak Sukirya datang lebih dari tiga buah

Masih sekuntum mawar merah menemani
Berpadu dengan espresso yang berani
Single shot coba di jabani
Di Trans Luxury Hotel ini terjadi

Tugas L.O akhirnya kelar
Layani tamu Rakernas para bos amtenaar
Termasuk beberapa sosok tenar
Yang mungkin 2019 bersinar

Setelah 3 hari tunaikan tugas
Saat bersama keluarga hilangkan cemas
Tapi panen tomat cheri tak bisa lepas
Digabung dengan kopi segelas
Hasilkan rasa yang bikin gemas.

Cimahi Selatan, 240218. (AKW).

Diary Coffee 1

Sekelumit catatan ngopi dalam minggu-minggu ini.

Capuiku*)

Sebuah perjalanan menapaki hari
Bergerak acak tanpa kendali
Meski urusannya warna warni
Tapi tak lupa dengan diary kopi

Hotel Newton rapat Arsitek
Jadi delegasi Biro Sarek
Ambil kopi tak jelas merek
Ubah sikap jangan saklek

Rooftop D’pavildjoen menjamu sore
Sajikan dopio jangan sok kere
Swafoto sambil teriak, “Horeee!”
Semua hepi yuk mareee…

Cappucino juga tidak lupa
Meskipun hanya hiasan saja
Karena sekarang sudah tanpa gula
Hanya pandang kaca, manis terasa

Libur bersama keluarga
Espresso Tobi’s Estate pembuka
Babycinno tambah dua
Belajar merajut bahagia

Bumi Cemara V60 mewangi
Menyemarakkan sore yang sunyi
Biji puntang digiling berseni
Hasilkan seduhan aroma alami

Dinginnya diatas kota cimahi
Menjadi cerah karena sajian kedua kali
Kalita dan V60 berbagi
Kopi asli makin membumi

Hitam pekat berbuih roso
Yang pasti bukan baso
Juga buihnya bukan dari rinso
Ambroggio tetap nyoba espresso

Sisanya seduh sendiri saja
Biji asli kopi luwak sukirya
Manual brew takaran bersahaja
Hingga akhirnya habis tak bersisa.

Bye frend. Salam kopii. (Akw).

*)Catatan Puisi Aku.

Ngudag Katresna

Ngiringan ngareuah-reuah saémbara ahir taun FBS, dina wanda dalapan rubuhan.

Photo : Ilustrasi Tatangkalan / motlang

Mopoék ngarawu kélong, ngabigeu teu wasa melong. Éra ku rasa parada, isin ku banda teu boga. Sanajan niat mah luhur, geuning ajrih ku kapaur. Katresna ngancik pasini, teu bisa ukur ku surti. Rasa teu cukup ku ngarti, tapi kudu aya bukti. Hanjelu meupeuskeun hulu, poék haté ripuh saku.

Ihtiar muru ka dukun, meuli bikang hayam kalkun. Ceunah sarat méh mangpaat, katresna sugan ngolépat. Anjuk hutang uclak éclok, duit rénten gé dilebok. Nu penting mah jadi ginding, keur nyangreud parawan tingting.

Tapi geuning ukur sugan, implengan jeung kanyataan. Kalkun salosin téh nyamos, hutang raweuy awak hampos. Tukang rénten ngancam nyawa, tatangga ogé sarua. Prung mabur euweuh harepan, nyumput di leuweung tutupan. Nyamuni ngajadi kunti, nguatkeun élmu saépi. Nyébakeun jiwa nu rujit, nyembah sujud ka jin ifrit. Ayeuna kari hanjakal, langgeng jadi jurig tangkal. (Akw).

Catetan : Ieu fiksimini sunda nu di kotrét ku simkuring, dina raraga ngiring ngareuah-reuah saémbara FBS ahir taun.

Rumus : 8 engang, tungtung kalimah murwakanti.

Berkelindan Sunyi 

(Puisi) berbagi rasa berkabut sepi.

Photo : Dokumentasi pribadi

Malam menjelang sunyi, Jengkerikpun diam mematri, Desau daun hanya berani berbisik sesekali, Sementara kamu tetap mengumbar senyum misteri

Perjalananpun sementara terhenti, Terdiam di persimpangan hati, Menanti apa yang akan terjadi, Dengan rasa yang penuh arti

Jangan lengah memegang janji, Karena itulah ujian kualitas diri, Meskipun lupa itu manusiawi, Tapi tidak sesering meremas jemari

Cobalah catat apa yang akan terjadi, Lalu lakukan apa yang ditulis tadi, Meskipun sudah tidak utuh lagi, Hanya waktu yang terpaksa menjadi saksi

Sabar dengan berdetaknya hari, Punguti petuah yang bertabur sepi, Jalinlah menjadi perisai diri, Agar tegar dalam meniti suksesi

Disini merenung sendiri, Sambil membayangkan yang akan terjadi, Meski hanya status penonton sejati, Jadikan suasana segar membumi

Malam masih menjelang sunyi, Detak jantung konsisten teratur berlari, Menyusuri cerita lama yang berseri, Meskipun mungkin tidak terulang lagi.

Gajahenam, 230717 (Akw)

Enggan

(Puisi) hanya enggan yang membelit asa bersahabat dengan prasangka

Photo : Dokumentasi Pribadi

Kepak sayap menggoyah takdir, Muncratkan riak benamkan air,           Sunyi menyita asa penyair,                     Yang hanya mampu sesaat mampir.

Seruling senja semburkan doa,         Berpadu padan dibelah rasa,             Tangguh & rapuh hanya berbatas kata, Tanpa kepastian berbalut hampa

Berujar mengantar uraian makna,  Bersikap lapang meski bukan harapannya,                                                 Tapi tindak harus terlihat nyata,         Dibalik kabut tebal penguasa

Biru langit tinggal kiasan belaka, Menghijau hutan hanya cerita lama, Gambar pemandangan adalah jagoannya, Semua sepakat sawah harus tetap ada

Anak gembala masih ceria,             Meskipun kerbau telah beralih rupa,  Tidak lagi bau dan sering sendawa,  Karena sekarang hanya ada di genggaman mata

Terkadang kenyataan berpihak  ke masa lalu, Membuat yang terlibat terbelit malu, Meskipun tak sedikit yang jadi mau, Padahal ancaman berujung pilu

Santun tergantikan arogansi,                   Rasa sabar tinggal basa-basi,                     Pijit smartphone semua beraksi,          Tetapi bukan untuk berdemonstrasi

Kepak sayap menjauh sunyi,       Menunduk malu menatap bumi,               Ini bukan lagi masalah janji,                    Tapi tepatnya pertaruhan harga diri

Gajahenam230717 (Akw)