CISUMDAWU, akwnulis.com. Semburatmu membuatku terpaku, padahal sebentar lagi akan bersiap menghilang di mahligai ufuk barat atas nama siklus tugas kehidupan. Namun ternyata cengkeraman sinar kuning keemasan dan oranye begitu melekat dalam pandangan dan perasaan orang sekitar.
Pertemuan kita beberapa minggu ini begitu intens karena ternyata harus menyore dikala lalu lintas bergerak menuju tempat berbeda, kehangatanmu ada. Sebuah kehangatan hakiki yang menyilaukan sekaligus memberikan kenyamanan dalam mengubah galau menjadi cingcai dan menghapus pesimisme menjadi optimisme.
Mentari senja kemarin lalu atau selumbari bersua di atas jembatan atau tepatnya jalan layang paspati Kota Bandung. Disaat kemacetan menjadi biasa, disitulah kesempatan mengabadikan rasa menjadi terbuka. Berbekal jari jemari dan ponsel hape yang ada maka dihasilkan sebuah gambar sederhana namun bermakna, karena disitu dapat dilihat bahwa semburat mentari sorè menghasilan elegi yang tak lekang oleh janji meskipun terkadang membersitkan serpihan sepi.
Mentari senja di Cisumdawu / Dokpri.
Begitupun dengan hari ini, disaat tadi pagi pergi menuju kertajati dan dilanjutkan memenuhi undangan di kediaman bapak bupati. Pada saat kembali ke tempat awal dimana selama ini ditinggali bukan di jembatan layang paspati tetapi pada ruas jalan tol Cisumdawu yang akhirnya bergabung dengan ruas tol padaleunyi.
Di tol Cisumdawu sore tadi, semburat hangatmu kembali menemani membawa semangat untuk tetap bersahaja dan berbagi ceria apalagi sebentar lagi berjumpa dengan keluarga setelah hari minggu terpotong oleh sebuah agenda luar kota. Maka dengan berbagai upaya mengabadikan momentum bersamamu sang pemancar sinar keemasan yang begitu perkasa.
Meskipun hanya bermodal kamera bawaan di hape saja tapi dengan ihtiar maksimal dan semangat menggebu maka puluhan jepretan momentum pendar cahayamu terus dibidik dan dijepret. Ya hasilnya banyak yang blur karena kendaraan terus bergerak sementara fokus lensa kamera terbatas. Tapi itu bukan halangan, terus saja dicoba dan akhirnya ada sebuah photo cahaya mentari senja di jalan tol cisumdawu.
Mentari sore tepat di atas tol Cisumdawu / Dokpri.
Mentari tepat berada dihadapan seolah menyambut kepulangan kami menuju puncak harapan. Hangatnya cahaya sore sekaligus menyilaukan mata yang tak bisa terus terbuka tetapi sesekali berkedip agar memastikan fungsi matanya tetap terjaga.
Terima kasih semburatmu membersamai kami dalam kehangatan sore baik sore hari yang lalu juga hari ini seiring kepulangan raga ini dari majalengka berjibaku dalam judul tugas dan pekerjaan yang dituntaskan di hari minggu ceria. Wassalam(AKW).
Akhirnya Ngopay Ngojay terlaksana di kaki gunung… Segerr.
Coffee Drip Jenawi Aggramanis / Dokpri.
KARANGANYAR, akwnulis.com. Selamat bersua kembali dengan celoteh ringanku dalam bentuk tulisan sederhana namun bermakna. Tentu untuk tema tidak jauh – jauh dengan urusan si hitam nikmat yakni kopi. Karena konsistensi adalah janji, meskipun cukup janji kepada diri sendiri tapi marilah kita jaga sehingga tetap bertahan menulis dengan tema ini.
Meskipun kenyataannya tidak bisa menulis 100% tentang kopi, ada juga kerandoman trma lainnya khususnya penulisan cerita fiksi bahasa sunda yang tidak terlalu menyita halaman tulisan, karena cukup dengan 150 kata dan sudah membangun satu cerita maka tuntas sudah penulisannya yang disebut efbe-es FBS fiksmini basa sunda. Tantangannya adalah mencari kata dalam bahasa sunda untuk dikaitkan dengan kata lain sehingga menjadi bangunan cerita utuh yang tertata.
Nah kembali lagi ke tema tulisanku sebenarnya bukan hanya kopi tapi juga berkaitan dengan kolam renang atau berenang sehingga jika digabung dalam bahasa sunda menjadi tema yang murwakanti atau akhirannnya senada, yaitu NGOPAY & NGOJAY (menikmati kopi & berenang / kolam renang).
Beberapa tulisan terdahulu lebih banyak menuliskan secara terpisah. Jadi hanya membahas tema kopi saja atau bahas tentang berenang dan kolam renang saja. Ada 2 tulisan yang menggabungkan NGOPAY & NGOJAY, mayoritasnya ngopi di pinggir kolam renang.
“Jadi sekarang mau nulis bertema ngopay & ngojay?”
Benar sekali, tulisan kali ini bertema lengkap renang NGOPAY & NGOJAY ditambah kejutan lainnya adalah di tempat yang eksotis dan berlatar belakang momentum keindahan alam yang tiada tara. “Pasti penasaran deh!”
Maka perburuan momentum ini menjadi menantang, karena tentu dihadapkan dengan kondisi waktu yang terbatas. Disebut terbatas karena ada unsur alam yang bergerak dan tak pernah mau berhenti seperti takdir sang waktu. Bergerak terus dan bergerak terus.
“Apakah itu?” “Jadi penasaran”
Inilah jawabannya, jengjreeeng.
“Sudah kelihatan khan?”
Ngopay Ngojay & Gn Lawu / Dokpri.
Berbicara keindahan itu adalah relatif tapi saya yakin sidang pembaca akan menyebut ini pemandangan indah dan memenuhi syarat sebagai tulisan bertema NGOPAY & NGOJAY. tentu karena senua unsurnya terpenuhi.
Pertama, NGOPAY atau ngopi sudah diwakili oleh sebejana kopi seduhan drip manual dengan kopi lokal arabica Jenawi anggramanis. Kopi ini sudah dipersiapkan dari pagi sekitar jam 06.00 wib dengan berharap bahwa tidak ada kabut yang menghalangi pandangan di dataran tinggi tawangmangu ini. Tepat pukul 06.17 wib bergegas ke luar area tenda tempat merebahkan diri tadi malam menuju lokasi kolam renang dengan sudut yang pas untuk memastikan pengambilan gambar yang tepat. Apalagi selain target kopi dan kolam renang juga elemen pentingnya adalah kehadiran sang mentari di balik punggung gunung Lawu yang terkenal.
KEDUA adalah SUNRISE. Disaat mentari merayap perlahan dan pasti melewati punggung gunung Lawu maka momentum itu hadir untuk diabadikan. Tidak lupa refleksi semburat warna keemasan harus terpantul di permukaan kolam renang yang menjadi hamparan kaca bening menenangkan.
Cetrek! Cetrek!
Alhamdulillahirobbil alamin, sebuah capture photo dengan smartphoneku bisa menangkap momen ini secara lengkap. Memang tidak sempurna jika dibandingkan kamera DSLR, tapi sebagai dokumentasi pribadi ini sangat berarti. Dimana selanjutnya akan dibagikan di media sosial demi menghadirkan eksistensi.
Rasa syukur adalah utama, karena atas ijin Allah SWT sebuah momentum takdir ini tercipta. Dimampukan untuk membidik momen photo secara lengkap yakni NGOPAY, NGOJAY, SUNRISE, REFLEKSI dan GUNUNG.
Selamat sruput ngopat di hari ini ditemani kehangatan sentuhan mentari yang terus meninggi. Segelah sruput kohitalanya dilanjutkan dengan aktifitas penting. Apalagi lambaian dari riak kolam renang membuat raga ini tidak bisa menolak untuk segera bercumbu dengan kesegaran pagi di kawasan Glamping Atsiri RAI. Wassalam (AKW).
Mengejar mentari di sungai maetapura sambil tak lupa ngopi kohitala.
Perahu berangkat di sungai martapura / Dokpri.
BANJARMASIN, akwnulis.com. Dini hari raga ini sudah terjaga di kamar hotel. Mata terbuka menatap langit kamar yang seolah tetsenyum dan memberi informasi bahwa petualangan seru akan segera terlaksana yaitu menikmati suasana pasar terapung yang menjadi ikon pariwisata di kalimantan selatan sekaligus geliat ekonomi masyarakat tradisional yang sarat dengan kearifan lokal. Tangan kanan meraih smartphone yang tergeletak di meja kecil sebelah kanan, pukul 03.25 wita, itu yang tertera.
Tanpa banyak berfikir panjang, segera raga terbangun dari peraduan dan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh wajah dan memberi kesegaran. Lalu smartphone di isi daya dulu serta powerbank sebagai batere cadangan juga dicolokan dayanya ke listrik agar tenang dalam mengikuti perjalanan kali ini yang jelas perlu dokumentasi photo video dengan smartphone yang full batere.
Sambil menonton televisi dan berselancar di laptop tak terasa pukul 04.30 wita sudah tiba. Sesuai dengan petunjuk tadi malam bahwa direncanakan shalat shubuh diperjalanan maka peralatan shalat sudah masuk tas ransel, maka segera keluar kamar dan menuju lobi hotel dimana ternyata susah terdapat beberapa orang yang sedang bersiap – siap untuk berangkat.
Melewati bawah jembatan / Dokpri.
Tak dinyata ada perubahan rencana, keberangkatan dilaksanakan setelah shalat shubuh karena tidak dimungkinkan shalat shubuh di perjalanan. Ya sudah segera kembali ke kamar, menanti adzan shubuh menggema dan segera menunaikan shalat. Setelah semua tuntas akhirnya kembali ke lobi hotel dan diatur oleh petugas hotel dan guide lokal bergerak menuju halaman hotel dan ada gerbang khusus dari hotel yang langsung akses ke pinggir sungai. Termasuk perjalanan ke pasar terapung inipun adalah salah satu fasilitas hotel yang menjadi daya tarik utama para penginapnya.
Nama hotelnya adalah Swiss bell Hotel Banjarmasin yang terletak di Jl. Pangeran Antasari No. 86A Kelayan Luar Kecamatan Banjarmasin tengah. Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Ternyata di sungai sudah ramai dengan perahu – perahu bermotor yang akan menjemput para penumpang. “Mana pasar terapungnya?” Sebuah tanya menyeruak di hati karena dalam temaram gelap ini tidak terlibat hilir mudik ibu – ibu di atas sampan dengan aneka dagangannya. Tanpa banyak tanya segera memasuki perahu yang sudah ditentukan dengan kapasitas 20 sampai 25 orang.
Semarak pagi dari tengah sungai / Dokpri.
Pada saat perahu motor bergerak meninggalkan sungai di depan hotel. Barulah ada penjelasan dari guide bapak Subaemi bahwa perjalanan kita dengan memggunakan perahu bermotor ini sekitar 1 jam 45 menit menuju lokasi pasar terapung tersebut.
“Woah lama ternyata” seru seorang peserta. Tapi bapak guide yang baik hati menenangkan dengan memberikan informasi bahwa membelah sungai ini akan disuguhi suasana yang spesial dan luar biasa karena akan melewati berbagai taburan cahaya kota di kanan kiri jalan serta melewati beberapa jembatan dan juga akan menikmati indahnya mentari pagi di perjalanan nanti.
Diri ini tidak banyak bicara tetapi lebih berucap syukur karena kesempatan seperti ini tidak hadir begitu saja. Apalagi diperlukan perjalanan panjang mulai dari naik bus ke bandara soekarnohatta melewati kota jakarta lalu terbang dengan pesawat ke bandara syamsudin noor di banjarbaru. Itu belum selesai, masih dilanjutkan dengan perjalanan mobil sekitar 45 menit menuju tempat hotel menginap. Jadi mari kita nikmati dan syukuri.
Sunrise di sungai martapura / Dokpri.
Benar saja pergerakan perabu motor ini menyuguhkan suasana berbeda. Dimhlai taburan cahaya lampu hingga melewati alun – alun dengan patung bekantan besar yang terang benderang serta berbagai bangunan yang terasa berbeda jika dilihat dari arah sungai. Setelah itu memasuki daerah rumah penduduk, terlihat jelas aktifitas pagi khususnya di beberapa mesjid yang penuh dengan aneka kegiatan. Sehingga waktu 1 jam tidak terlalu terasa, meskipun mulut jangan terlalu sering dibuka, takutnya masuk angin hehehehehe.
Sebagai antisipasi pribadi tentunya yang pertama adalah sebelum keluar kamar sudah memakan roti dulu bekal tadi malam. Lalu menyeduh kopi manual dengan metode drip bag karena jika dengan corong V60 agak ribet. Alhamdulillah dengan tumbler warna putih merchandise dari PT BPR Karya Utama Jabar, kopi hitam tanpa gula sudah aman di tas gendong, siap kapanpun dinikmati.
Kenikmatan selanjutnya adalah perlahan tapi pasti, perahu bergerak membelah air sungai yang memantulkan warna kuning orange serta biru. Wah mentari mulai hadir menyinari bumi. Begitu indah dipandang dan terasa mendamaikan. Sunrise on the river ceunah kata orang jaksel mah.
Ngopi kohitala di atas perahu / Dokpri.
Sungguh menakjubkan pemandangannya kawan, cahaya keemasan hadir di permukaan sumgai begitupun disaat menatap batas horison, sinar yang sebenarnya perlahan tapi pasti menghangatkan dengan penuh keberkahan. Merekah indah dan mendamaikan, sungguh suatu momen langka yang kembali harus ditafakuri dan disyukuri.
Lalu melengkapi kebahagiaan ini adalah dengan hati-hati mengeluarkan perbekalan kohitala hangat yang perlahan tapi pasti disiapkan diatas atap perahu. Tentu selanjutnya dinikmati bersama antara penulis, pelihat dan juga bapak suhaemi sang guide yang selanjutnya lebih akrab disebut bapak sashimi. Ah ada ada aja.
Kopi manual yang dibuat dengan drip bagnya tentu kopi jawa barat. Masih panas pada saat dituangkan di gelas kecil dan sewaktu disruput begitu pas di lidah dan melengkapi kenikmatan pagi ini di atas sungai martapura yang merupakan anak sungai barito kalimantan selatan ini. Selanjutnya perjalanan masih diteruskan sekitar 45 menitan lagi menuju Pasar Terapung Lok Baintan. Wassalam(AKW).
SURAKARTA, akwnulis.com. Perjalanan menikmati kopi dalam berbagai kesempatan yang sudah tertuang dalam blog ini ternyata sudah berhitung tahunan dengan segala dinamika, warna, suasana, tempat, baristanya semakin melengkapi sebuah warisan diri yang tertuang dalam jalinan kata serta dilengkapi poto pendukung yang menjadi penegas dari semua jalinan cerita.
Seiring waktu ternyata kesempatan menikmati kopi hitam tanpa gula ini terus bergulir dan terbuka. Jadi jika sebagian kawan berpendapat bahwa kemanapun harus bisa bersua dan ngopi kohitala. Kenyataannya tidak begitu. Menikmati kopi ini lebih kepada mengikuti aliran takdir saja, tidak memaksakan dimanapun harus ngopi tapi disaat memang mendapat pengalaman baru tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kopi maka sajikanlah dalam tulisan atau dokumentasi video melalui channel youtube kesayangan.
Pitik Goreng Jangkep / Dokpri.
Nah yang menariknya adalah kemanapun bergerak dan menjelajahi bumi ini, baik dengan judul kedinasan ataupun keperluan keluarga dan juga urusan pribadi, ternyata kesempatan bertemu kopi dalam aneka bentuknya itu seolah sudah diarahkan alami. Meminjam istilah Prof Johannes Surya adalah ‘MESTAKUNG‘ yaitu seMESTA menduKUNG.
Maka semangat konsistensi menulis dan membuat video youtube dipertahankan meskipun tentu dilakukan di waktu luang dan berusaha untuk tidak mengambil jam dinas ataupun jam bercengkerama dengan keluarga.
Selad Tomat Kaliyan Keju / Dokpri.
Pada tulisan kali inipun tidak mengkhususkan ingin menikmati kopi di tempat yang spesial, tetapi kenyataannya memang itu yang terbuka di depan mata. Maka bersyukurlah, jalani, nikmati dan tulis sesuai dengan kata hati.
Tulisan kali ini adalah MENIKMATI KOPI DI TEMPAT MAKAN SANG RAJA. Wuih mantaabs khan?….
Jadi tulisan ini hadir setelah menikmati makan dan minum di tempat para raja – raja Surakarta di masa lalu tepatnya di Pura Mangkunegaran Surakarta. Salah satu yang dipilih tentu yang ada kopinya, itu lagi itu lagi. Ya gepepe atuh, khan setiap orang berhak menulis sesuatu dengan berpegang pada prinsip konsistensi tema serta keberlanjutan. Jadi wajar kalau menulis lebih menyoroti tentang sajian kopi ataupun yang berkopi.
Kopi Kelapa Lemon / Dokpri.
Tempatnya berada di dalam komplek kerajaan Pura Mangkunegaran Kota Surakarta, nama restorannya adalah PRACIMA TN MANGKUNEGARAN. Restoran ini menjadi sangat spesial karena menyajikan originalitas baik sajian menu makanan dan minuman serta suasana masa lalu plus yang menarik adalah menjaga tatakrama keraton yang begitu ketat aturan. Semua itu dibalut dengan manajemen modern yang terbuka dengan mengawinkan teknologi dan kemajuan media sosial dengan nilai masa lalu yang memiliki kekhususan.
Jadi yang kepo dan ingin tahu tentang restoran ini tinggal buka instagram, searching ‘Pracima’ lalu klik link untuk info pemesanan dan interaksi awal langsung terjadi. Menariknya adalah pembatasan pengunjung yang akan masuk ke restoran dengan dibagi jam masuk plus pembatasan maksimal 90 menit berada di restorannya serta standar pakaian yang digunakanpun spesifik seperti tidak bercelana atau rok pendek, tidak menggunakan sandal serta tidak menggunakan batik motif tertentu.
Minuman Pare Anom / Dokpri.
Kondisi riilnya yang dilihat langsung oleh penulis adalah sebuah kompromi tapi adab tetap dipegang. Pada saat pengunjung termasuk anak-anak bercelana pendek maka diwajibkan menggunakan kain agar menutupi bagian kaki, tanpa kecuali. Jadi bukan berarti yang rok mini serta merta ditolak. Sementara untuk yang langsung datang tanpa reservasi disarankan JANGAN. Karena pasti ditolak. Pertimbangan pengelola sederhana, restorannya memiliki kapasitas tertentu dan itu sudah sesuai dengan pesanan secara online.
“Eh kok jadi membahas urusan restorannya ya?” “Ya nggak apa-apa, karena pada akhirnya sajian kopi adalah bagian penting dalam prosesi makan minum ini.“
Air mancur Pracima tuin / Dokpri.
Pada saat menu tersaji, pilihan kopinya sedehana sekali. Yakni americano, cappucino dan cafelatte. Sebuah pilihan yang agak menyesakkan bagi pecinta manual brew karena jelas eksplorasi terhadap biji kopi akan terlumat oleh mesin kopi dan akan hadir sajian kopi yang super mirip dengan sajian kopi ditempat lainnya. Maka diskusi terjadi, lalu ada penawaran kopi kelapa lemon. Lupa nama di menunya. Pokoknya campuran kopi, air kelapa dan lemon.
Wah ini menarik. Pesan satu ditambah dengan menu minuman asli yang tercantum adalah PARE ANOM, yaitu sajian minuman perasan jeruk baby dan jeruk lemon, syrup dan kolang-kaling yang tersaji dingin serta dihias dengan sate kolang-kaling diatasnya.
Sajian kopi kelapa lemon dinginnya begitu menyegarkan. Rasa kopi tetap hadir meskipun terbatas ditemani manis alami dari air kelapa muda plus asamnya lemon melengkapi nikmatnya suasana serasa menjadi raja penguasa keraton yang sedang menikmati makan sore bersama kolega atau keluarga. Makanan utamanya adalah PITIK GORENG JANGKEP dan sebagai pembuka dipilih SELADA TOMAT KALIYAN KEJU serta ditutup dengan minuman PARE ANOM yang segar dan ceria.
Pendopo pembuka / Dokpri.
Tuntas sudah menjadi eh merasakan suasana makan minum raja Pura Mangkunegaran selama 90 menit direstoran. Dilanjutkan mengabadikan taman pracima yang luar biasa. Air mancur warna warni, gedung restoran pracima yang bertabur cahaya serta gazebo pembuka yang juga tak kalah mengesankan telah memberi nilai lebih dari pengalam ngopi di kota solo ini. Selamat menghadapi tugas bekerja di esok hari, senin pagi. Wassalam(AKW).
BANDUNG, akwnulis.com. Perjalanan pagi yang menyenangkan menuju arah dataran tinggi Bandung utara, tepatnya sebuah kawasan resort yang cukup sering didatangi baik urusan pekerjaan atau sekedar nongkrong dan ngopi di cafe CUPBa dengan produk spesialnya yaitu cold brew 3 bln dan 6 bulannya. Rasanya spesial, asem kecut, manis agak nyereng… apa ya nyereng itu bahasa sunda, dalam bahasa indonesianya adalah rasa yang menyengat manakala meminum minuman, biasanya yang bersoda. Nah ini kopi tanpa soda tapi tetap miliki rasa sengatan yang unik.
Akses jalan menuju gapura / Dokpri.
Tapi tulisan kali ini adalah momen ngopi disini tapi kopinya berbeda. Kopi hasil racikan sendiri di rumah dengan metode manual brew V60 dan biji kopinya adalah arabica wanasuka dari seribukopi roastery bapak ampi Cimahi. Dibawa di botol dan tak lupa membawa gelas kaca mini phirex kesayangan. Setiba di lokasi langsung mengarah ke atas kiri, tepatnya ke Pasar Kebun. Sebuah nama untuk kawasan belanja alami dan nongkrong di weekend kalau nggak salah. Setelah berkeliling sedikit lalu mendaki dengan tangga besi hingga mencapai halaman belakang hotel yang sekarang sudah punya ornamen baru yaitu gapura ukir dengan gaya bali.
Ingatan ini segera melesat ke pulau dewata Bali. Perjalanan 2 jam dari kota Denpasar menuju kabupaten Karang Asem dengan mobil rental. Berhenti di area parkir dan dila jutkan dengan shuttle dituntaskan berjalan kaki sekitar 9 menit hingga tiba di area pura lempuyangan. Weits perjuangan belum tuntas, undakan anak tangga menjadi tantangan pamungkas hingga akhirnya mencapai titik gerbang Gates of heaven yang viral itu tuh. Berlatar belakang gunung Agung yang megah, pasti epic deh hasil photonya.
Ngopi di Gapura / Dokpri.
Tapi khan nggak mungkin tiap minggu atau sebulan sekali ke bali atuh, jebol kantong dan ngak bekerja ini teh?… mah kalau bicara kemiripan tentang gerbang ini terdapat juga bentuk gapura ini di area candi kleco karang anyar jawa tengah. Minimal kalau mau kesini dari bandung bisa tancap gas pake mobil, bis atau juga touring motor via jalan darat. Inipun posisinya berada di dataran tinggi gunung lawu dan diberi nama candi cetho dimana cetho itu artinya jelas. Jelas melihat pemandangan dari dataran tinggi.
Terlepas dari itu semua, kehadiran gapura ukir beton ini menambah kelengkapan titik intagramble yang akan menghiasi halaman media sosial pengunjung, penginap dan pelewat. Maka sebagai pengopi perlu diabadikan momentum menikmati sajian kopi disini. Tentu sambil duduk dan ditemani semilir angin pagi yang mendamaikan hati.
Zumba dulu / Dokpri.
Ternyata pagi ini menikmati esensi ngopi ada 2, yaitu menikmati kopi dan mengopi suasana pagi. Sebuah saat dimana mengembalikan mood dan membuahkan semangat untuk terus bekerja dan bekerja tapi tetap tidak lupa memaknai dan mensyukuri semua kenyataan yang ada.
Kopi disruput sambil duduk dilanjutkan ikut bergerak badan sedikit dengan musik zumba yang energic, apalagi iringan musiknya dengan musik jedak jeduk kekinian seperti kolaborasi ikan dalam kolam, flowernya Ji sung hingga lagu hits domba kuring. Hayu joged sedikit kawaaaan…
Ngopi di pinggir kolam / Dokpri.
Sebagai penutup sesi ngopi pagi ini maka dengan terpaksa meninggalkan gelanggang zumba dan melangkah menuju lokasi pertemuan dimana akan mendampingi pimpinan memaparkan inovasi gerakan pengelolaan aset dengan jargon ASAFUNYA, asetnya ada fungsinya nyata. Agak malas pergi menjauh dari haru biru musik yang menyenangkan ini, tapi apa mau dikata, keputusan harus dilakukan.
Ternyata ada sedikit perubahan rencana, disaat melewati area kolam renang dan melibat stok kopi siap minum ini masih ada setengah botol, kenapa tidak mari dinikmati dipinggir kolam renang ini. Segera menuju kursi santainya, siapkan gelas dan botol kopinya, tuangkan dengan seksama. Santai dulu guys, nangkarak sambil sruput kopi, nikmat pisan… Alhamdulillah.
Kopi & Presentasi / Dokpri.
Dan… ngopi terakhir sesi kali ini adalah dikala persiapan untuk mengikuti tahapan presentasi. Ngopi di meja peserta disamping pak bos yang sedang bersiap untuk tampil sebagai panelis selanjutnya. Selamat memaknai rangkaian hari kerja dan ngopay jangan lufaa… eh lupa. Wassalam (AKW).
SUMEDANG. akwnulis.com. Disaat perut mulai keroncongan maka disitulah mata segera beredar dan otomatis kepala bergerak celingukan atau menoleh ke kanan dan ke kiri secara perlahan untuk mencari sasaran yaitu pedagang makanan yang tepat untuk menghentikan nyanyian perut yang kian menggila.
Apalagi sudah ada rencana untuk menikmati sajian kopi manual brew yang sengaja dibuat sendiri dan dibawa dari rumah karena khawatir di tempat tujuan akan kesulitan mencari kopi manual yang diseduh dengan filter V60. Kalau bekal khan aman ya friend, tinggal cari titik lokasi yang tepat, buka kopi yang dibawa dan bersiap diambil gambarnya oleh seseorang yang baik hati membantu. Tapi jika tidak ada maka berswaphoto saja, tinggal paskan saja gambarnya. Cetrek, selesai.
Mesjid Agung Sumedang / Dokpri.
Disaat mata beredar mencari pedagang, pandangan tertuju pada monumen Lingga yang berada tepat di tengah alun-alun Kota Sumedang. Bergeser sedikit memandang ke arah kiri terlihat mesjid agung sumedang yang penuh nilai sejarah. Nah diantara monumen dan mesjid agung itulah terlihat berkumpul orang – orang dengan berbagai aktifitas. Diyakini disitu pasti ada pedagang makanan. Tinggal makanan atau jajanan apa yang akan dipilih.
Maka sekarang kedua kaki bergerak melangkah menuju satu posisi pedagang yang sedang sibuk mengolah dagangannya. Pilihannya langsung jatuh pada pedagang bandros.
“Temen temen tahu tentang bandros khan?”
“Tahuuu!!” “Eh bandross”
Monumen Lingga Sumedang / Dokpri.
Bandros adalah kue tradisional khas sunda yang terbuat dari campuran tepung beras, daun suji, santan dan kelapa parut sehingga rasa original yang dihasilkan adalah asin gurih. Ada juga varian dengan taburan gula pasir, tapi penulis lebih senang dengan bandros rasa original.
Tanpa banyak basa-basi segera meminta bandros tersebut, lalu pedagangnya memberikannya dengan bonus kantung kresek. Tak lupa 1 lembar 20 ribuan diserahkan kepada mamang pedagangnya. Mamang pedagang dan penulispun tersenyum, sebuah senyuman pagi yang penuh keakraban.
Dituangkan dulu kopinya / Dokpri.
Maka sarapan pagi segera dilakoni dan bandros sekantong kresek ludes hanya bersisa kertas sebagai alasnya saja. Mungkinkah ini yang disebut kelaparan atau memang kemaruk hehehehe.
Barulah setelah selesai prosesi sarapan pagi dengan bandrosi dimulailah agenda ngopi dengan 2 tempat yang berbeda.
Pertama adalah didekat monumen Lingga yang berada tepat di tengah – tengah alun – alun sumedang ini. Monumen Lingga adalah bangunan cagar budaya yang dibangun pada masa hindia belanda untuk mengenang jasa dari bupati sumedang Pangeran Aria Suria Atmaja (1883 – 1919). Maka segera berpose dan sruput cold brew yang latar belakangnya bangunan bersejarah ini. Cetrek.
Ngopi dulu / Dokpri.
Kedua adalah berlokasi di dekat museum prabu geusan ulun, tepatnya di depan Gedung negara Sumedang yang merupakan rumah dinas bapak Bupati Sumedang yang saat ini dijabat oleh Bapak Donny Ahmad Munir. Sebuah tempat yang kebetulan juga penulis pernah menjadi penghuni salah satu bagian dari kawasan gedung negara ini di akhir tahun 2000.
Tulisan lengkapnya tentang memori di gedung negara bisa di klik di GEDUNG NEGARA & AKU.
Rekan penulis berpose dulu / Dokpri.
Maka kali ini biar teman penulis saja yang menjadi modelnya, langsung sruput kopi tapi mohon maaf jika harus minum sambil berdiri. Mohon maklum buru – buru karena ternyata sang waktu tak bisa kompromi dengan janji. Sruput sruput cetrek langsung pergi. Selamat hari jumat pagi. Wassalam (AKW).
Kumpulan pengalaman rasa kohitala ditambah lemon dan ups… gula.
Cat with Lemonade coffee / Dokpri.
CIMAHI, akwnulis.com. Sebuah penamaan dari produk yang dijual memiliki berbagai nama yang berbeda padahal bahan dasarnya sama atau relatif mirip dan identik. Tapi itulah sebuah makna kreatifitas dan hak dari sang pembuat atau peracik atau bisa juga owner dari sebuah usaha yang menghasilkan suatu produk. Tidak jauh – jauh diskusi perbedaan nama ini tentu berhubungan dengan sajian kopi atau tepatnya varian kopi yang bermacam-macam sebutan padahal itu – itu juga.
Dalam tulisan kali ini tentu berusaha menghadirkan kenyataan yang dirasakan oleh penulis dari sajian produk varian kopi yang ada. Jadi level enak atau rasa segar mungkin berbeda bagi setiap individu, tapi itulah hak penulis untuk menceritakan apa adanya. Kali ini adalah produk varian kopi yang disajikan dingin dengan campuran lemon dan ternyata tetap butuh sentuhan sirup gula meskipun hanya setetes dua tetes tapi ternyata memang itu resepnya. Ini dia tulisannya, silahkan :
1. Lemcoff Pertemuan pertama dengan sajian lemcoff ini sudah sekitar 1 tahun lalu tepatnya di bulan maret 2022 dimana seorang kawan memesan pada saat meeting di sebuah cafe di Cimahi selatan yaitu Cafe OTUTU. Sajiannya simpel dan memang tersaji dingin dengan mengunakan es batu dan jelas hasil kocokan antara espresso tambah lemon serta sirup gula. Rasanya menyegarkan, pahitnya tertutupi rasa manis asam segar dari lemon. Tapi buatku memang terlalu manis karena memang standarnya kopi hitam tanpa gula (kohitala) saja yaitu manual brew V60 dengan beannya adalah arabica manglayang.
Lemcoff ini adalah singkatan dari Lemon dan coffee, gulanya nggak disebut tapi tetap melengkapi sajian kopi dingin ini. Ini tulisanku di awal tahun 2022, MENIKMATI LEMCOFF.
Sparkling Lemon Coffee / Dokpri.
2. Sparkling lemon coffee Nah yang kedua adalah sebuah sajian kopi dengan lemon dan sirup gula plus soda jikalau menilik namanya. Tetapi hasil koordinasi dan lobi dengan sang barista maka opsi soda bisa dihilangkan. Ternyata tidak menghilangkan kenikmatan yang ada, apalagi 3 helai daun mint menyempurnakan sajian lemon kopi kali ini.
Sparkling lemon coffee ini ditemukan di sebuah cafe kopi di daerah kuningan kota tepatnya di jalan Cijoho dengan nama cafenya adalah DOMO coffee. Sebuah nama dari basa jepang yang artinya rumah.
Urusan rasanya menyegarkan dan jelas cukup manis karena menggunakan sirup gula, dan lebih aman ke lambung karena tanpa soda. Sebab soda tidak bisa membersihkan dosa.
Es Komon / Dokpri.
3. Es Komon Nah yang ketiga adalah sajian kopi lemon di salah satu cafe di Kota Cimahi tepatnya di BIABY COFFEE. diberi nama Komon adalah singkatan juga yaitu dari Kopi lemon hehehehe, sama aja ternyata artinya.
Opsi sajiannya ada yang kopi dan lemon tambah sirup gula dan ada yang ditambah sirup leci. Tapi bisa juga order tanpa sirup gula, maka yang hadir adalah kopi dingin yang pahit dan asem tapi tetap menyegarkan karena disajikan dalam kondisi dingin.
Lemonade coldbrew / Dokpri.
4. Lemonade Coldbrew Sajian kopi dan lemon yang keempat adalah lemonade coldbrew yang dikemas dengan botol dan tutupnya yang unik tentu dengan rasa yang menyegarkan tetapi tetap tidak lepas dari sirup gula meskipun dalam takaran terbatas. Termasuk nuga sudah dibuat dengan kemasan baru yaitu kemasan kaleng yang praktis. Tetapi penulis lebih suka dengan model botol yang bertutup khas dengan ikatan tali rami sebagai pengencang tutupnya.
Lemonade coldbrew ini adalah andalan dari sebuah cafe brnuansa hitam dan gelap di daerah ruko pancawarna Kotabaru Parahyangan yaitu Cafe KUROCOFFEE. Kuro coffee sendiri berasal dari bahasa jepang yang artinya kuro itu hitam jadi kuro koffie adalah kopi hitam.
Terdapat juga pilihan yaitu espresso dan lemon tambah gula di kocok semangat dengan berjugling lalu disajikan di gelas kaca sungguh enak juga rasanya. Namanya lupa euy, tapi yang pasti jangan banyak – banyak karena ada unsur gulanya.
Mandarin Americano / Dokpri.
5. Mandarin Americano Berbeda juga nama sanian kopi dan lemon di Cafe Jurnal Risa jalan Braga Bandung. Ini jeruknya memggunakan jeruk mandarin campurannya ditambah irisan jeruk mandarin yang dibakar dan diletakkan diatas kopi jeruknya.
Rasanya menyegarkan dan tentu menyenangkan. Apalagi bosa menikmati lalu lalang orang yang bergerak di sekitar jalan braga kota bandung dengan segala aktifitasnya, bisa menerbitka inspirasi dan kesempatan untuk menumpabkan ekspresi.
Red Sparrow / Dokpri.
6. Red Sparrow Nah kalau ini adalah penamaan bagi kopi lemon dari sebuah cafe yang lagi happening di Cimahi Selatan yaitu INARA Coffee. Lokasinya agak tersembunyi tapi cukup ramai karena tempatnya nyaman dan parkir kendaraan yang memadai.
Hadir di tempat ini bersama ibu negara dan anak semata wayang untuk menikmati kebersamaan di hari libur sekaligus menikmati sajian manual brew V60nya dengan beannya arabica puntang. Nah sebagai pengeimbang maka dipesanlah kopi lemon dengan nama lucu ini. Srupuut.
Begitulah kawan – kawan tulisan singkatku tentang kohitala yang harus berdamai dengan berteman sama lemon dan gula, ternyata menciptakan aneka nama dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perbedaan itu wajar namun yang pasti rasa pahit dan asam adalah kombinasi hakiki dari sajian ini. Mari kembali ke konsepsi kopi hitam tanpa gula dan menjalani kehidupan dengan ceria. Selamat menikmati, Wassalam(AKW).
Menggali makna di kunjungan kedua ketiga dan seterusnya..
Parkir dulu yuk.
KALIURANG. akwnulis.com. Memarkir kendaraan agak jauh dari tempat yang dituju terpaksa dilakukan karena ternyata begitu banyak kendaraan yang ada dan terparkir berderet memenuhi lahan parkir juga halaman penduduk yang ada. Hilir mudik manusiapun tak terelakkan, tapi itulah kenyataan. Maka langkah kaki menjadi tergesa karena tahu akan apa yang dihadapi selanjutnya.
Benar saja, sesaat memasuki halaman rumah model sederhana beratap genting tanah seadanya sudah mengular antrian manusia menuju pintu masuk yang terbuka dan menyebarkan aura kesetaraan dan kesabaran.
Kopi klotok & anak sembunyi.
“Mengapa disebut setara dan butuh kesabaran?” Seorang kawan yang baru sekarang berkesempatan datang kesini bertanya penasaran. Jawaban pertama adalah jawaban universal yaitu dengan senyum yang seimbang. Dilanjutkan dengan orasi bersemangat sambil pelan tapi pasti melangkah mengikuti antrian. Disebut setara karena disini tidak ada urusan pangkat baik jenderal atau kopral, juga tidak ada atasan bawahan, tidak ada juga orang kaya dan orang miskin ataupun yang nanggung yakni kaya belum tapi gayanya nggak mah kalah hehehehe… juga yang sosialita dengan tas brandednya sama saja dengan emak bersahaja yang penampilan sederhana, intinya semuanya sama, antri dan tak perlu dirapihkan. Semua otomatis menyesuaikan.
Antri dulu.
Kalau urusan kesabaran, sangat jelas terpampang depan mata. Suhu panas, desak desakan, keringat bercucuran, tapi semua ikut antrian. Ada sih yang sedikit cemberut tapi mayoritas hepi hepi aja dan sambil bercanda. Padahal buruan atau yang ditujunya adalah sajian makanan dan minuman sederhana. “Tapi mengapa banyak orang memburunya?’
Dari celotehan dalam antrian dapat ditebak bahwa banyak pengantri bukan yang pertama datang kesini. Mereka terlihat senang dalam antrian dan bersiap mengambil giliran. Piring seng dipilih lalu ambil nasi sendiri dan memilih sayur lodeh yang tersedia. Pilihanku kali ini adalah sayur lodeh rawit karena butuh kepedasan untuk melengkapi cucuran keringat ini ditambah sambel dadaknya dan telur dadar khas rumah makan ini serta yang tak kalah pentingnya adalah sajian kopi sederhana yang menjadi judul rumah makan beken ini, rumah makan KOPI KLOTOK KALIURANG.
Pilihan makanannya.
Tak lupa pesan juga pisang gorengnya yang nikmat dimakan bersama panas panas. Tanpa bicara menit, pisang goreng sudah sirna dari piringnya dan bersemayam di perut masing-masing. Nikmat gan.
Setelah dapat makanan tentu ada perjuangan selanjutnya yaitu mencari meja atau tempat kosong. Disini rumus kesetaraan dan kesabaran kembali hadir, maka bisa saja semeja dengan orang yang tidak dikenal dan terjadilah perkenalan sehingga menjadi akrab bak saudara yang dipertemukan disini. Kebetulan kali ini rombongannya berbelas orang. Jadi berbagi tugas saja, ada yang antri dan ambil 2 porsi, ada juga hunting meja dan menduduki dengan setia serta satu tim lagi berburu minuman baik kopi klotok sebagai ikon juga kopi susu dan es reh manisnya yang dingin dan manis… ya iya atuh namanya juga es teh, gimana seeeh.
Makan dan bergaya.
Pesan kopinya di tempat terpisah tapi kebetulan dekat dengan meja yang sudah diduduki tim pemburu meja, jadi begitu mudahnya memesan tambahan minumannya, bisa es jeruk atau jeruk es. Bagi yang penasaran apa itu kopi klotok maka ini penjelasan lengkapnya, klik saja KOPI KLOTOK. Sebuah tulisan singkatku beberapa tahun lalu menjelaskannya.
Selanjutnya ada pesan moral ketiga setelah kesetaraan dan kesabaran, yaitu kejujuran. Ini dilakukan pada saat transaksi pembayaran, sang kasir hanya bertanya apa yang kita makan dan disebutkan angka sekuan rupiah, bayar dan pulang. Jikalau bohongpun tidak ketahuan, tapi disini semua jujur atau berusaha jujur. Pikiran jadi melayang ke istilah di priangan ‘darmaji‘ dahar lima ngaku hiji (makan lima tapi mengaku hanya satu) atau perilaku ini disebut ‘ngalibur.’ Perilaku remajaku yang sudah ditinggalkan karena merugikan pemilik kedai, warung atau rumah makan.
Halaman belakang.
Beranjak ke halaman belakang ternyata banyak orang yang gelar tikar dan duduk lesehan dengan riang gembira serta jalan jalan di pematang sawah dengan kehijauan padi yang mendamaikan. Termasuk juga aroma romantisme muda mudi yang sedang pedekate ataupun sekedar pacaran sambil lesehan di tikar pandan ditemani sajian makanan dan minuman sederhana yang secara tak sengaja tertangkap jepretan kamera.
Kopi sisa dan pedekate.
Maka seruputan kopi klotok di halaman belakang ini menjadi penutup kenikmatan siang ini, namun kembali menguatkan kenangan bahwa sajian makanan dan minuman sederhana ini memiliki makna mendalam seolah mengobati kerinduan rasa dan suasana dari sajian alami neneng moyang… eh nenek moyang yang wajib didatangi dan dinikmati lagi dikemudian hari. Menikmati kesetaraan, kesabaran dan kejujuran dalam satu frame aktifitas makan siang yang tak terlupakan. Wassalam(AKW).
Sebuah cerita singkat tentang buku kumpulan ceritaku yang ke.. sekian.
Bukuku bukukita PERJALANAN WISATA / Dokpri.
BANDUNG, akwnulis.com. Sebuah penantian berhubungan dengan harapan, disitulah terpelihara semangat untuk tetap konsisten dalam sebuah perilaku yang terwujud nyata pada saatnya. Apapun itu harapannya, pasti melalui proses yang sudah seharusnya dijalani, disyukuri dan dinikmati seperti tulisan terdahulu, JaSuNi (jalani syukuri nikmati). Ulasannya ada di tulisan Merajut janji di Bekasi (04/2019) dan Kopi Dirut & Banjir (02/2020).
Maka siang tadi menjadi salah satu momentum yang patut disyukuri. Suara mamang paket di halaman rumah memang dianggap biasa, karena kehadirannya berhubungan dengan jari jemari orang rumah yang memesan online aneka barang yang berada dimana-mana, dengan kemajuan jaman semuanya terasa begitu mudah dan berbeda. Baik paket yang sudah dibayar dan tinggal terima saja, ataupun yang model COD (Cuma Omong Doang) eh salah…. Cash On Delivery alias datang barang maka bayar (DBMB).
“Pakeeet!!” “Tunggu maaaang”
Lalu pintu terbuka dan kotak coklat berpindah tangan. Tak lupa berpose dulu dengan memegang kotak paket. Cetrek!, Lalu mamang paketnya pamit ditutup dengan ucapan terima kasih. Tak banyak cakap, kembali masuk ke rumah dan menyimpan paket tersebut di belakang. Selesai. Raga ini kembali ke rutinitas.
Ternyata pas lagi santuy di ruang kerja, anak kesayangan datang sambil membawa paket yang sudah terbuka berisi 3 buku bersampul biru. “Ayahhh… aku buka paketnya, ternyata buku ayah”
Deg!!
Walah ini yang ditunggu-tunggu. Langsung paket yang sudah terbuka itu disambut dan segera dikeluarkan. Benar saja, 3 buah buku dengan judul PERJALANAN WISATA telah hadir didepan mata, Alhamdulillahirobbil alamin. Sebuah karya bersama telah hadir kembali melengkapi buku – buku antologi terdahulu. Buku ini hadir tak lepas dari peran sentral 2 perempuan hebat yang selalu memotivasi diri ini sebagai penulis amatir untuk terus berkarya plus. Disebut berkarya plus, karena bicara karya tentu bicara tentang hasil tulisan dan itu bisa dilakukan kapanpun serta disimpan di note hape atau diposting di medsos dan blog sendiri. Nah plusnya adalah diwujudkan dalam bentuk real, bentuk cetak yang bisa digenggang dan dirasakan kehadiran phisiknya.
Maka diawali dengan penawaran buat antologi buku atau kumpulan buku dengan tema pengalaman berwisata masing-masing pasca pandemi covid19 yang memporakporandakan tatanan kehidupan dunia sekaligus menghadirkan model kehidupan AKB (adaptasi kebiasaan baru), para penulis amatir ini mulai menulis, mengirimkan di grup whatsapp easy_writing dan berproseslah di bulan nopember 2022 lalu.
Orang pertama yang paling getol memotivasi dan menagih tulisan masing-masing adalah Bunda Retno Hadijati dari mulai woro-woro, mengumpulkan, menagih hingga sebagai editor dari aneka tulisan yang terserak lintas pulau lho serta Mbak Nenny_makmun yang terus konsisten mengawal pergerakan kami hingga akhirnya berproses untuk finishing yaitu penerbitan buku yang dilengkapi legalisasi karya ini.
Senyum dulu / Dokpri.
Para penulis kumpulan buku inipun lintas profesi dan lintas pulau, tidak hanya di pulau jawa tetapi juga hadir perwakilan dari pulau kalimantan dan sekitarnya. Lebih ajib lagi adalah, saya sebagai salah satu penulisnya belum pernah bersua secara phisik dengan masing-masing tapi kami meyakini bahwa dengan semangat terus menulis, inilah persaudaraan yang hakiki dan besok lusa bisa berjumpa secara nyata dan berdiskusi dalam forum yang berbeda.
Nah ini adalah pertanyaan yang mungkin membebani pikiran atau malah menghalangi kreatifitas menulis kita. Jangan khawatir, dengan semangat kebersamaan maka semua menjadi lebih mudah. Caranya adalah dengan membeli karya kita yang sudah menjadi buku, minimal 2 buah saja tentu dengan hitungan yang sudah ditentukan bersama, simpel kan. Jadi tak perlu khawatir harus mengeluarkan banyak uang. Tapi inilah jalan ninja untuk siapapun yang bersemangat menulis dan diwujudkan menjadi buku phisik yang nyata.
Memang sekarang pamor buku cetak berbeda, tergerus oleh buku digital atau ebook yang berserakan di dunia maya. Tapi pengalaman pribadi, sebuah kebahagiaan terasa disaat menggenggam buku hasil karya bersama dan ada nama kita tertera disana. Lalu untuk langkah selanjutnya untuk meniti perkembangan jaman yaitu menerbitkan buku dalam bentuk ebook begitu terbuka, karena naskahnya sudah tersedia. Tinggal berproses dan tring… jadilah ebook yang didamba.
Begitulah cerita singkat tentang buku kumpulan cerita PERJALANAN WISATA ini, yang secara kebetulan juga waktu itu sangat pas dengan penugasan di instansi yang mengurus tentang kepariwisataan. Meskipun disaat terbit buku ini, penugasannya sudah berbeda tetapi rangkaian perjalanan ini semakin menguatkan makna. Selamat weekend di 10 hari terakhir bulan Ramadhan 1444 H kawan. Semangaaat, Wassalam (AKW).
BANDUNG BARAT, akwnulis.com. Setelah shalat shubuh dua rakaat tadinya bersiap untuk jogging pagi sambil memaknai hari di tempat yang begitu menyegarkan dengan suasana alami yang mendamaikan. Tapi niat harus berbeda dengan kenyataan, karena ternyata hujan rintik jadi melebat ditambah suhu dingin yang tega menerobos hingga ke tulang. Apalagi dikala meraba sekrup titanium yang tertanam abadi di kaki kiri, terasa lebih dingin dan ada tambahan rasa ngilu. Gawat nich, ternyata kemaceuhan kemarin sore hingga malam menghadirkan konsekuensi kesakitan. No pain no gain-lah. Rasa sakit ini terobati dengan untaian kalimat dari pak bos, ‘This is one of the best performance’ ceunah.
Lalu disaat mendudukan kembali posisi di pinggir tempat tidur, ternyata bukan kaki saja yang linu tetapi sekujur tubuh juga terasa pegal dan tak nyaman. Ya sudah diputuskan saja mengambil obat mujarab dari celah – celah kehidupan, obat alami yang Illahi anugerahi kepada insani. Yakni merebahkan kembali diri di peraduan yang empuk, menyelimuti diri dengan janji dan tariklah nafas panjang sambil relaksasi. Dijamin hanya berapa tarikan nafas, maka akan beralih kembali ke alam mimpi yang penuh dengan khayalan serta ketenangan yang tidak abadi tapi minimal menjadi obat mujarab dari semua kelelahan ini… Zzzzz.. zzzz.
Teh dan kopi pagi / Dokpri.
Ternyata tak ada mimpi yang terlintas dan dialami, terasa begitu sekejap waktu. Padahal pas mata terbuka, cahaya mentari terang – terangan menerobos dam mengingatkan bahwa pagi sudah menjelang dan tugas selanjutnya menanti untuk segera dikerjakan. Melirik jam digital yang tergolek di meja samping ranjang, mata terbelalak. 2 jam sudah tidur lelap bada shubuh tanpa mimpi sedikitpun.
Badan terasa lebih segar dan linu di kaki kiri sudah menghilang, maka segera bergegas ke kamar mandi. Meraih knop bathtub lalu memijitnya untuk membiarkan air panas dan dingin bercampur untuk mengikuti ritual pagi ini. Berendamlah dan tak lupa sikat gigi sambil memandang ke arah lembah menghijau melalui jendela yang terbuka.
Melengkapi moodboster pagi ini tentu tak lupa kombinasi sajian minuman yang saling mempengaruhi. Secangkir teh yang harum berdampingan dengan secangkir kohitala (kopi hitam tanpa gula) dibuat dan disajikan agar berjajar berdampingan diatas meja kayu di balkon villa yang begitu akrab dengan suasana alam sekitarnya.
Sruput dulu yaa / Dokpri.
Sruputan perdana secangkir teh begitu menyegarkan dilanjutkan sruputan selanjutnya, sruputan yang begitu menguatkan dan memberi inspirasi pagi untuk dilanjutkan beraksi meski tetap harus hati-hati. Ingat kondisi kaki yang pernah cidera karena memenuhi hasrat sebuah komitmen untuk disiplin tepat waktu dan berusaha menjadi teladan meskipun itu bukan segalanya.
Sruput lagi, nikmat pisan. Kopi trubruk sajian villa hotel ini ternyata lumayan juga. Meskipun tidak tahu merknya tapi dari keharuman yang hadir, ada standar kopi yang dipegang sehingga mampu menghadirkan rasa yang lumayan. Alhamdulillah.
Selamat mengopay kawan, dimanapun kapanpun dan tulislah pengalaman itu. Happy monday, Wassalam(AKW).
***
Lokasi : THe GREEN FOREST RESORT Jl. Sersan Badjuri 102 KBB