NGOPAY NGOJAY & GUNUNG LAWU.

Akhirnya Ngopay Ngojay terlaksana di kaki gunung… Segerr.

KARANGANYAR, akwnulis.com. Selamat bersua kembali dengan celoteh ringanku dalam bentuk tulisan sederhana namun bermakna. Tentu untuk tema tidak jauh – jauh dengan urusan si hitam nikmat yakni kopi. Karena konsistensi adalah janji, meskipun cukup janji kepada diri sendiri tapi marilah kita jaga sehingga tetap bertahan menulis dengan tema ini.

Meskipun kenyataannya tidak bisa menulis 100% tentang kopi, ada juga kerandoman trma lainnya khususnya penulisan cerita fiksi bahasa sunda yang tidak terlalu menyita halaman tulisan, karena cukup dengan 150 kata dan sudah membangun satu cerita maka tuntas sudah penulisannya yang disebut efbe-es FBS fiksmini basa sunda. Tantangannya adalah mencari kata dalam bahasa sunda untuk dikaitkan dengan kata lain sehingga menjadi bangunan cerita utuh yang tertata.

Nah kembali lagi ke tema tulisanku sebenarnya bukan hanya kopi tapi juga berkaitan dengan kolam renang atau berenang sehingga jika digabung dalam bahasa sunda menjadi tema yang murwakanti atau akhirannnya senada, yaitu NGOPAY & NGOJAY (menikmati kopi & berenang / kolam renang).

Beberapa tulisan terdahulu lebih banyak menuliskan secara terpisah. Jadi hanya membahas tema kopi saja atau bahas tentang berenang dan kolam renang saja. Ada 2 tulisan yang menggabungkan  NGOPAY & NGOJAY, mayoritasnya ngopi di pinggir kolam renang.

Jadi sekarang mau nulis bertema ngopay & ngojay?”

Benar sekali, tulisan kali ini bertema lengkap renang NGOPAY & NGOJAY ditambah kejutan lainnya adalah di tempat yang eksotis dan berlatar belakang momentum keindahan alam yang tiada tara. “Pasti penasaran deh!”

Maka perburuan momentum ini menjadi menantang, karena tentu dihadapkan dengan kondisi waktu yang terbatas. Disebut terbatas karena ada unsur alam yang bergerak dan tak pernah mau berhenti seperti takdir sang waktu. Bergerak terus dan bergerak terus.

Apakah itu?”
“Jadi penasaran”

Inilah jawabannya, jengjreeeng.

Sudah kelihatan khan?”

Berbicara keindahan itu adalah relatif tapi saya yakin sidang pembaca akan menyebut ini pemandangan indah dan memenuhi syarat sebagai tulisan bertema NGOPAY &  NGOJAY. tentu karena senua unsurnya terpenuhi.

Pertama, NGOPAY atau ngopi sudah diwakili oleh sebejana kopi seduhan drip manual dengan kopi lokal arabica Jenawi anggramanis. Kopi ini sudah dipersiapkan dari pagi sekitar jam 06.00 wib dengan berharap bahwa tidak ada kabut yang menghalangi pandangan di dataran tinggi tawangmangu ini. Tepat pukul 06.17 wib bergegas ke luar area tenda tempat merebahkan diri tadi malam menuju lokasi kolam renang dengan sudut yang pas untuk memastikan pengambilan gambar yang tepat. Apalagi selain target kopi dan kolam renang juga elemen pentingnya adalah kehadiran sang mentari di balik punggung gunung Lawu yang terkenal.

KEDUA adalah SUNRISE. Disaat mentari  merayap perlahan dan pasti melewati punggung gunung Lawu maka momentum itu hadir untuk diabadikan. Tidak lupa refleksi semburat warna keemasan harus terpantul di permukaan kolam renang yang menjadi hamparan kaca bening menenangkan.

Cetrek!
Cetrek!

Alhamdulillahirobbil alamin, sebuah capture photo dengan smartphoneku bisa menangkap momen ini secara lengkap. Memang tidak sempurna jika dibandingkan kamera DSLR, tapi sebagai dokumentasi pribadi ini sangat berarti. Dimana selanjutnya akan dibagikan di media sosial demi menghadirkan eksistensi.

Rasa syukur adalah utama, karena atas ijin Allah SWT sebuah momentum takdir ini tercipta. Dimampukan untuk membidik momen photo secara lengkap yakni NGOPAY, NGOJAY, SUNRISE, REFLEKSI dan GUNUNG.

Selamat sruput ngopat di hari ini ditemani kehangatan sentuhan mentari yang terus meninggi.  Segelah sruput kohitalanya dilanjutkan dengan aktifitas penting. Apalagi lambaian dari riak kolam renang membuat raga ini tidak bisa menolak untuk segera bercumbu dengan kesegaran pagi di kawasan Glamping Atsiri RAI. Wassalam (AKW).

KOPI GAPURA – ZUMBA – PRESENTASI ASAFUNYA

Ngopi Kerja Kerja Ngopi, ya Ngopi ya kerja…

BANDUNG, akwnulis.com. Perjalanan pagi yang menyenangkan menuju arah dataran tinggi Bandung utara, tepatnya sebuah kawasan resort yang cukup sering didatangi baik urusan pekerjaan atau sekedar nongkrong dan ngopi di cafe CUPBa dengan produk spesialnya yaitu cold brew 3 bln dan 6 bulannya. Rasanya spesial, asem kecut, manis agak nyereng… apa ya nyereng itu bahasa sunda, dalam bahasa indonesianya adalah rasa yang menyengat manakala meminum minuman, biasanya yang bersoda. Nah ini kopi tanpa soda tapi tetap miliki rasa sengatan yang unik.

Tapi tulisan kali ini adalah momen ngopi disini tapi kopinya berbeda. Kopi hasil racikan sendiri di rumah dengan metode manual brew V60 dan biji kopinya adalah arabica wanasuka dari seribukopi roastery bapak ampi Cimahi. Dibawa di botol dan tak lupa membawa gelas kaca mini phirex kesayangan. Setiba di lokasi langsung mengarah ke atas kiri, tepatnya ke Pasar Kebun. Sebuah nama untuk kawasan belanja alami dan nongkrong di weekend kalau nggak salah. Setelah berkeliling sedikit lalu mendaki dengan tangga besi hingga mencapai halaman belakang hotel yang sekarang sudah punya ornamen baru yaitu gapura ukir dengan gaya bali.

Ingatan ini segera melesat ke pulau dewata Bali. Perjalanan 2 jam dari kota Denpasar menuju kabupaten Karang Asem dengan mobil rental. Berhenti di area parkir dan dila jutkan dengan shuttle dituntaskan berjalan kaki sekitar 9 menit hingga tiba di area pura lempuyangan. Weits perjuangan belum tuntas, undakan anak tangga menjadi tantangan pamungkas hingga akhirnya mencapai titik gerbang Gates of heaven yang viral itu tuh. Berlatar belakang gunung Agung yang megah, pasti epic deh hasil photonya.

Tapi khan nggak mungkin tiap minggu atau sebulan sekali ke bali atuh, jebol kantong dan ngak bekerja ini teh?… mah kalau bicara kemiripan tentang gerbang ini terdapat juga bentuk gapura ini di area candi kleco karang anyar jawa tengah. Minimal kalau mau kesini dari bandung bisa tancap gas pake mobil, bis atau juga touring motor via jalan darat. Inipun posisinya berada di dataran tinggi gunung lawu dan diberi nama candi cetho dimana cetho itu artinya jelas. Jelas melihat pemandangan dari dataran tinggi.

Terlepas dari itu semua, kehadiran gapura ukir beton ini menambah kelengkapan titik intagramble yang akan menghiasi halaman media sosial pengunjung, penginap dan pelewat. Maka sebagai pengopi perlu diabadikan momentum menikmati sajian kopi disini. Tentu sambil duduk dan ditemani semilir angin pagi yang mendamaikan hati.

Ternyata pagi ini menikmati esensi ngopi ada 2, yaitu menikmati kopi dan mengopi suasana pagi. Sebuah saat dimana mengembalikan mood dan membuahkan semangat untuk terus bekerja dan bekerja tapi tetap tidak lupa memaknai dan mensyukuri semua kenyataan yang ada.

Kopi disruput sambil duduk dilanjutkan ikut bergerak badan sedikit dengan musik zumba yang energic, apalagi iringan musiknya dengan musik jedak jeduk kekinian seperti kolaborasi ikan dalam kolam, flowernya Ji sung hingga lagu hits domba kuring. Hayu joged sedikit kawaaaan…

Sebagai penutup sesi ngopi pagi ini maka dengan terpaksa meninggalkan gelanggang zumba dan melangkah menuju lokasi pertemuan dimana akan mendampingi pimpinan memaparkan inovasi gerakan pengelolaan aset dengan jargon ASAFUNYA, asetnya ada fungsinya nyata. Agak malas pergi menjauh dari haru biru musik yang menyenangkan ini, tapi apa mau dikata, keputusan harus dilakukan.

Ternyata ada sedikit perubahan rencana, disaat melewati area kolam renang dan melibat stok kopi siap minum ini masih ada setengah botol, kenapa tidak mari dinikmati dipinggir kolam renang ini. Segera menuju kursi santainya, siapkan gelas dan botol kopinya, tuangkan dengan seksama. Santai dulu guys, nangkarak sambil sruput kopi, nikmat pisan… Alhamdulillah.

Dan… ngopi terakhir sesi kali ini adalah dikala persiapan untuk mengikuti tahapan presentasi. Ngopi di meja peserta disamping pak bos yang sedang bersiap untuk tampil sebagai panelis selanjutnya. Selamat memaknai rangkaian hari kerja dan ngopay jangan lufaa… eh lupa. Wassalam (AKW).

NGOPI DI TANJUNG DURIAT

Lanjutkan ngopi penuh sensasi.

SUMEDANG, akwnulis.com. Perjalanan menikmati sajian kopi di tempat – tempat eksotis ataupun yang memiliki nilai sejarah tentu harus diceritakan. Baik nilai sejarah sebagai peninggalan budaya ataupun nilai sejarah pribadi karena pernah tinggal beberapa waktu di wilayah kabupaten sumedang ini. Kalau dihitung masa pengabdian di kabupaten melewati 8 tahun beberapa bulan.

Untuk edisi ngopi tadi pagi yang bertempat di Alun – alun Sumedang dan di depan gedung negara bisa disimak pada tulisan ini, yaitu NGOPI, BANDROS & GEDUNG NEGARA.

Melanjutkan petualangan menikmati kopi dalam berbagai suasana maka perlu dicari tempat yang tepat dan memiliki keunggulan yang nyata khususnya dari sisi suasana dan pemandangan alamnya yang menyejukan jiwa serta memberi ketenangan dan keseimbangan untuk raga, tentu pilihannya adalah lokasi yang memiliki pemandangan alami.

Maka perjalanan dari alun – alun sumedang ditempuh dalam waktu 53 menit menyusuri jalan raya ganeas – situraja hingga masuk ke jalur lingkar jatigede. Yup kita menuju tempat wisata di daerah waduk jatigede… semangaaaat.

Titik lokasi kali ini adalah tempat wisata yang dikembangkan terus oleh pemkab sumedang. Jika dulu pernah sampai ke titik lokasi yang bernama Kampung Buricak burinong dan menikmati sajian bakakak ayam di pinggir waduk jatigede maka kali ini lokasinya bernama Tanjung Duriat.

Tanjung duriat adalah gabungan dari dua kata yang berbahasa indonesia dan bahasa sunda. Penulis berusaha memberi penjelasan arti secara pribadi ya. Tanjung dalam bahasa indonesia adalah bagian daratan yang menjorok ke lautan dalam hal ini tentu luasnya air yang menggenang di waduk jatigede ini ibarat lautannya. Eh tapi kok jadi inget daerah lain di kabupaten sumedang yang menggunakan nama tanjung lho. Ada daerah tanjungsari yang berdekatan dengan jatinangor dimana menjadi kawasan pendidikan tinggi seperti UNPAD, IPDN, ITB, Unwim, dan IKOPIN. Lalu ada juga daerah tanjungkerta dan tanjung siang, pertanyaannya apakah dahulu daerah ini adalah daratan yang menjorok ke laut, laut purba kali ya?..

Ada satu lagi yang harus dijelaskan tentang kata DURIAT, jika searching di google maka akan muncul nama almarhum Darso seniman sunda yang menyanyikan lagu berjudul duriat. Sementara dari sisi arti, maka duriat itu adalah sebuah istilah mendalam tentang rasa cinta yang cenderung sebuah takdir sehingga sulit untuk menghindarinya jika sudah terjadi. Ahaay… cinta cintaan.
Udah ah nggak usah nglantur, ini mau cerita ngopi kok jadi kesana kemari.

Tiba di area wisata Tanjung Duriat langsung keluar tempat parkir yang luas, menuju jalan besar yang resik dan terlihat beberapa struktur besi yang cukup instagramable sekaligus terdapat meja kursi sebagai pos tinjau yang menghadap langsung ke arah genangan air di waduk jatigede. Begitu luas dan memanjakan mata. Maka prosesi menikmati kopi harus segera terjadi, tangan beraksi dan botol coldbrew langsung disimpan di meja disertai gelas kaca mini kesayangan.. jeng jreng. Maka tuangkanlah, abadikan dengan kamera smartphone dan bersiap disebarkan ke dunia hehehehe.

Ternyata lokasi wisata tanjung duriat ini masih luas, Penulis penasaran, maka lanjut berjalan kaki menuju ujungnya. Maka ada nama TANJUNG DURIAT yang besar dan menjadi tempat pentung bagi pengunjung sebagai keabsahan bukti sudah sampai disini. Terdapat juga saung – saung untuk botram dan tempat – tempat untuk bersantai serta beberapa cafe sudah hadir disana sehingga pilihan makanannya beragam. Bisa mekdi (mekel di imah) ataupun jajan di cafe dan kios – kios yang tersedia.

Terdapat juga menara pandang yang luas dan bisa menampung banyak orang untuk berpose dengan latar belakang keindahan waduk jatigede yang menawan. Lalu pose kedua adalah ngopi di dalam saung dan berlatar keindahan waduk. Sebenernya penulis pesan juga kopi manual brew dari cafe yang ada. Sayangnya keburu disruput sambil nikmati suasana, jadi nggak sempet photo tuh kopi. Untung saja kopi coldbrew bawaan masih ada, itu saja yang di abadikannya. Cetrek dan sruput.

Itulah kisah ngopiku kali ini di tanah penugasan pertama bekerja di duapuluh tahun silam. setelah cukup lama tidak beredar di sumedang. Happy weekend kawan, selamat beraktifitas bersama keluarga tercinta. Eh tapi kecuali yang dapat tugas dinas di weekend ini, ya atur – atur saja. Wassalam (AKW).

BERENANG DI BANDARA NGURAH RAI?

Nyeburlah sebelum terlambat..

DENPASAR, akwnulis.com. Senyum sumringah begitu mengembang pada saat Boeing 733 mendarat mulus di landasan Bandara I Gusti Ngurahrai Denpasar Bali. Hentakan yang lembut dan nyaris tak terasa mempertemukan kembali raga dengan bumi setelah 2 jam membelah awan dan menyusuri rute di ketinggian 30.000 kaki diatas permukaan laut. Alhamdulillahirobbil alamin.

Sambil berjalan menyusuri lorong kedatangan dan mengambil koper pink di bagasi maka segera keluar bandara dan langsung mlipir ke kiri bandara untuk menuju hotel yang memang berada di area bandara. Ada bayangan besar, pengen berenang di sekitar bandara. Kayaknya bentar lagi bisa terlaksana.

Proses check in yang cepat karena sudah bayar pia aflikasi eh via aplikasi mempercepat raga ini untuk bercengkerama dengan segarnya air kolam renang yang sudah menantikan kehadiranku dibalik kaca besar di seberang luar. Tapi tetep nggak bisa langsung nyebur, wajib masuk ke kamar dulu. Simpan koper dan mempersiapkan baju renang lengkap dengan kacamata renang yang setia menemani dalam hampir semua keberangkatan.

Ternyata rencana tak seiring harapan dari kenyataan kawan. Baru saja masuk kamar, langsung tetes hujan begitu lebatnya jatuh ke bumi. Hati ini jadi ragu, apakah jadi berenang atau tidak. Galau deh. Padahal sebenernya ya nyebur aja khan sama-sama basah. Basah dengan air kolam renang dan sekaligus hujan – hujanan.

Pertimbangan lain muncul mengingat batasan rasa lelah yang memforsir diri dalam minggu – minggu ini, khawatir tumbang juga. Udah terasa memang badan mulai hangat memanas atau sesekali mendingin tanpa sebab.

Demi memuaskan hasrat kekolamrenangan maka diputuskan saja menggunakan celana renang tapi berbalut celana panjang dan kaos kerah. Jadi jika tidak dimulai renangnya bisa lannut beredar sejenak untuk kembali ke kamar yang sudah menanti direbahi.

Benar saja, setiba dibalik kaca terlihat kolam renang yang sepi dan hujan lebat begitu kuat dengan angin kencang yang menderu. Tatapan tajam melihat menara kontrol bandara terlihat selemparan batu, tapi apa daya tak berani mempertaruhkan raga jika akhirnya malah tepar dan tak bisa menikmati perjalanan di pulau dewata ini.

Dengan berat hati dan mengendalikan gejolak keinginrenanganku ini, maka hanya bisa memotret suasana kolam renang dan siluet tetesan air hujan di beningnya kaca. Raga mundur perlahan dan berbelok arah menuju coffeeshop saja. Mencari seruput kopi yang mungkin bisa menenangkan gejolak ini dan kembali berdamai dengan keadaan dan menyusun ulang rencana tindak ke depan.

Semangat kawan, sruput dan bergeraklah. Goodby sementara swimming pool, Wassalam (AKW).

NGOPI DI SITU GEDE – salah kiblat.

Menyusuri danau Situ Gede sambil Ngopi dan shalat sunnah meskipun salah kiblatnya.

Bersiap berkeliling Situ Gede / Dokpri.

TASIKMALAYA, akwnulis.com. Perahu bergerak perlahan membelah ketenangan dari danau di tengah kota tasik yang memiliki luas 47 hektar ini dengan dipiloti eh dinahkodai oleh Kang Deni, pemuda tasik yang baik hati.

Deal awal sebetulnya keliling danau situ gede ini dengan biaya yang relatif terjangkau. 10 ribu rupiah per orang, tapi karena hanya berdua jadi 15 ribu per orang, worth it atuh. Let’s go. Apalagi dari obrolan bersama sang Nakhoda, bisa merapat ke pulau di tengah danau. Bisa berpetualang nich. Ntar ditambah deh ongkosnya.

Ada Mushola dan makam diatasnya kang” Gitu kata Kang Deni Nakhoda. Wah menarik juga, hayu nanti kita turun sejenak. Maka meluncurlah perahu berkelir hijau muda ini membelah ketenangan air danau yang ditemani angin pagi menyegarkan.

Maka perjalanan paparahuan dilanjutkan berkeliling danau yang penuh pemandangan hijau memikat mata menenangkan pikiran. Apalagi terlihat beberapa pemancing yang begitu setia menanti umpan disambar ikan dengan diam mematung dan fokus penuh konsentrasi. Ada juga pemancing yang all out karena kaki hingga paha terendam air danau dengan tangan tetap memegang pancing dan tatapan tajam melihat kukumbul (bhs sunda : penanda tali pancing yang nyambung ke mata kail berisi umpan, biasanya berwarna merah menyala).

Di perjalanan mengelililingi danau, terlihat perahu yang bergerak kencang menyusul pergerakan perahu kami yang memang disetting santai oleh sang nakhoda. Terlihat beberapa emak-emak berada di perahu yang melaju kencang, sedikit tersenyum simpul dan penuh permakluman, pasti The power of emak-emak. Sehingga bagi nakhodanya nggak ada pilihan lain lebih baik memacu kencang daripada kena semprot emak-emak.. Huss kok suudzon sih, mungkin ini mah.

Perahu emak-emak menyusul / Dokpri.

Jadi kami hanya dadah-dadah saja sambil tertawa disaat perahu berisi emak-emak tadi melintas dengan kencang. Sudah jelas tujuannya agak berbeda karena kami akan merapat ke tengah pulau untuk melihat mushola yang disebutkan tadi. Sebagai persiapan maka sesaat perahu merapat ke tepi, langsung wudhu dengan menggunakan air danau, karena di pulau tidak ada air wudhu. Kang Fammy agak kaget karena berwudhu dengan air danau, khawatir dengan standar sanitasi dan takut kulit wajah hasil perawatannya ada alergi hehehehe….. just a joke. Akhirnya hanya diriku yang berwudhu lalu hanjat (eh berpindah ke daratan / ke pulau) lalu menuju mushola, sementara Kang Fammy bergegas meniti jalur jalan berbatu ditemani Kang Deni Nakhoda untuk melihat makam yang ada.

Tuntas shalat dhuha, ada teriakan dari Kang Deni yang sudah kembali dari arah makam, “Pak maaf itu kiblatnya salah, kebalik”

Walah sedikit kaget, tapi tanggung atahiyat akhir, salam dulu aja. Setelah itu kembali memutar sajadah sesuai arahan kang deni dan kembali 2 rakaat dilanjutkan. Maklum baru sekarang sholat disini, lagian tadi langsung sholat aja sesuai posisi sajadah yang ada.

Allahu Akbar…..”

Tuntas dari pulau tersebut lalu menaiki perahu dan saatnya melanjutkan menikmati sajian kopi hitam tanpa gula dan kelapa muda yang sudah dibawa dari tadi. Kohitala panas begitu nikmat dan air kelapa melengkapi dengan kesegarannya, Alhamdulillah.

Itulah cerita singkat tentang menikmati kesegaran danau atau Situ Gede Kota Tasikmalaya dengan berbagai aktifitas dari mulai berlayar, wudhu di danau, shalat sunah salah kiblat hingga sruput kohitala dan air kelapa. Untuk yang penasaran dengan suasana riilnya dalam bentuk video maka bisa dilihat di channel youtube andriekw-ngopi di Situ Gede.

Pokoknya dijamin menyenangkan dan memberi rasa bahagia. Selamat sruput kopi dan berwisata kawan, Wassalam (AKW).

NGOPI DI SITU CIBURUY

Menikmati Kopi sambil menyeruput harapan di Situ Ciburuy.

KBB, akwnulis.com. Siang baru beringsut sedikit menuju sore pada saat raga ini tertegun dijegal oleh kemacetan lalulintas di daerah Tagog Apu Padalarang. Penyebabnya biasa tidak jelas tetapi macet tetap terjadi,  kali ini disebabkan oleh terjerembabnya truk besar pengangkut batu karena roda asnya patah, mungkin akibat kelelahan. Maka macet mengular cukup panjang. Kami yang terjebak kemacetan memutuskan untuk turun dari kendaraan dan memunggu sesaat disebrang jalan sambil menikmati pemandangan alam di sebuah danau yaitu Situ Ciburuy.

Berjalan bersemangat menuju danau kecil ini yang sudah ditata oleh pemerintah provinsi jabar serta segera diresmikan oleh gubernur jawa barat dalam waktu dekat. Duh maaf diksinya lebay, sudah jelas kalau segera itu ya dalam waktu ďekat hehehe.

Nah sebenernya tujuan datang kesini sambil memanfaatkan waktu macet adalah untuk sekedar berjalan santai menyusuŕi boulevar dan berhenti di satu kios atau warung yang menyediakan kopi panas. Tapi rencana dan kenyataan bisa berbeda, seiring adagium besar yaitu manusia merencanakan dan tuhanlah yang menentukan.

Rencana hanya menyeruput kopi ternyata berlanjut dengan menikmati keindahan danau situ ciburuy ini menggunakan perahu milik mang Alo yang berkelir merah menyala dan cukup besar untuk ditumpangi berempat saja.

Kopi tetap dipesan yaitu kopi kapal api dengan gelas plastik standar, tapi meminumnya di perahu yang bergerak mengelilingi Situ Ciburuy ini. Begitu nikmatbdan menyenangkan kawan, perpaduan rasa kopi yang masuk ke mulut ditemani suara motor diesel perahu serta suara angin dan riak air yang tersibak oleh perahu merah ini…. srupuuut.

Tak hanya berkeliling dengan perahu saja, tetapi kita berhenti sejenak di tengah danau yang terdapat rumah makan serta area bermain. Ada juga bekas kolam renang yang tidk digunakan karena bocor dan kesulitan pemeliharaannya, itu kata pengelolanya yang bernama Mang Ayi. Tempatnya agak temaram, tetapi cukup lumayan jika digunakan untuk kumpul-kumpul gathering atau malah rapat. Karena bisa konsentrasi disini dan nggak bisa kabur kemana-mana karena sekelilingnya adalah air danau.

Dengan biaya per orang Rp 30.000,- maka perjalanan ini bisa terwujud ditambah segelas plastik kopi tubruk yang tak lebih dari Rp 5.000,- telah mewujudkan momentum ngopi yang berbeda. Maka kembali tasyakur binnikmah menjadi utama, karena kesempatan sehat dan waktu luang ini adalah sebuah rejeki dari Allah Sang Maha Kuasa.

Hayu ah kembali ke urusan kemacetan dan melanjutkan perjalanan sesuai rencana semula. Yang pasti suasana hati dan pikiran menjadi lebih segar dengan healing colongan sore ini. Lets go. Wassalam. (AKW).

Swimming Pool Hotel Ciputra Jakarta.

Kembali menikmati kolam berenang.

JAKARTA, akwnulis.com. Sebuah pemandangan yang meneduhkan sekaligus mengundang raga untuk bercengkerama adalah birunya kolam renang yang berada di lantai 7 Hotel Ciputra Jakarta. Tapi apa daya jadwal rakor begitu tegas mengatur sesi hingga terdapat sesi malam yang secara konsisten dihadiri lengkap oleh para peserta. Itulah makna konsistensi dari semua pihak yang tergabung dalam agenda pembahasan tentang rencana aksi destinasi pariwisata.

Tepat pukul 21.30 wib acara hari pertama usai, namun disaat akan mencoba kolam renang ternyata sudah tutup. Pasca pandemi covid19 penggunaan kolam renang dibatasi, hingga hari ini. Ah jadi teringat masa – masa sebelum pandemi melanda. Bisa menikmati bercengkerama dengan air segar di kolam renang hotel pada malam hari. Nuansa berbeda dengan kerlap kerlip lampu kolam renang yang begitu menyenangkan. Jejak digitalnya bisa dilihat pada tulisanku beberapa tahun yang lalu yaitu BERENANG DI MERLYNN PARK HOTEL (2018).

Akhirnya diputuskan untuk menuju kamar saja di lantai 16 yang sudah disediakan panitia. Keluar dari lift langsung belok kanan dan agak sedikit ada rasa berbeda. Tapi kemungkinan besar ini sugesti saja dari cerita istri yang katanya ada sesuatu yang tertangkap kamera pada saat teman-temannya bertugas di sore hari. Tambah lagi jadi teringat peristiwa di sebuah hotel yang nun jauh disana harus berbagi room dengan ‘sesuatu’ yang cukup menguras adrenalin, ini catatannya BERBAGI KAMAR MANDI. Tapi itu adalah sugesti, bertawakallah kepada Allah dan yakinkan bahwa kita manusia adalah mahluk yang mulia.

Tempel kunci elektronik di kamar nomor 16xx dan sebelum memasukan di kotak power maka ucapan salam “Assalamualaikum Wr Wbr” menggema di depan pintu. Lalu bergerak ke dalam dan tak perlu lama langsung buka tas punggung dan menyiapkan baju ganti setelah nanti mandi air hangat di kamar mandi hotel ini.

Setelah kesegaran didapatkan, shalat wajib dituntaskan maka membuka laptop untuk mengecek surat masuk dan keluar adalah juga keharusan. Meskipun akhirnya menuju peraduan namun sebelumnya tidak lupa mengabadikan sekeping suasana ibukota di malam hari yang bertabur cahaya.

Tidur aja.. zzzzz

Esok hari keinginan untuk mencoba aktifitas renang ini kembali menggebu. Maka melihat sesi acara diawali pukul 08.00 wib. Ada celah waktu untuk digunakan menikmati ksegaran pagi. Maka bergegaslah keluar kamar menuju parkiran untuk mengecek perlengkapan. Biasanya di mobil sudah tersedia alias nyetok celana renang lengkap dengan kacamatanya.

Tapiii…. ternyata setelah mengaduk-aduk bagasi mobil, celana renang dan kacamata tidak bersua termasuk tas khususnya. Berarti memang takdir tuhan belum bisa menikmati suasana berenang kali ini. Ya sudah tidak usah dipaksakan, tetapi sebagai pelipur kecewa maka raga tetap bergerak ke lantai 7 untuk merasakan suasana kolam renang secara langsung.

Kolam renang di Hotel Ciputra ini berada di lantai 7 dan terdiri dari 2 kolam renang. Satu kolam untuk anak dan satu lagi berbentuk setengah oval untuk dewasa dengan kedalamannya variasi dari 1,25 meter sampai 1,75 meter. Jadi bagi yang belum mahir banget berenang harus hati-hati, apalagi tinggi badan dibawah 170 cm, pas coba berdiri disini berarti harus bersiap tahan nafas dan jangan panik ya. Apalagi memang tidak ada penjaga khusus kolam renang. Minimal ajak teman untuk saling menjaga sehingga dapat menikmati kolam renang dengan terjaga keselamatan.

Setelah puas photo dan sejumput video akhirnya diputuskan meninggalkan area kolam renang dan memaksa melupakan untuk rencana berenang kali ini. Tapi minimal sudah survey dan mungkin besok lusa atau kapan – kapan bisa dilaksanakan.

Apalagi jadwal breakfast sudah mulai di restoran. Maka keputusan akhirnya adalah kembali kepada acara rakor di hari ke-2 tentu dengan full stamina. Semangaaat. Wassalam (AKW).

DATA, Kopi & WFA

Presentasi dan materi diakhiri dengan FWA sambil sruput Kopi.

PASTEUR, akwnulis.com. Suasana rapat dengan model U bisa langsung membuat suasana menjadi beku dan kaku terjebak oleh suasana formal rapat yang lengkap dengan pernak pernik formalitas. Apalagi didukung penuh oleh hembusan air conditioner ruangan yang melenakan, maka rasa kantuk begitu mudah hadir dan segera mengaburkan pandangan berganti mimpi sesaat yang memang bernilai nikmat.

Itulah saat menantang bagi diri ini yang harus memberikan materi pada saat jam rawan dimana para peserta sudah makan siang dan kelihatan wajah – wajah kenyang. Maka cara terbaik adalah berusaha menghadirkan interaksi dan sedikit humor agar kantuk peserta hilang dan bisa antusias menerima materi yang akan disajikan.

Maka segera dikeluarkanlah aneka kemampuan termasuk posisi raga pun diubah. Tidak lagi duduk di depan meja penyaji materi tetapi segera bergerak turun dari podium dan berdiri setara dengan para peserta sekaligus mata dipicingkan untuk melihat peserta mana yang terkantuk-kantuk atau malah diam tetapi mata tertutup dan menikmati mimpi siang di sejuknya ruangan meeting hotel ini.

Ngapain milih yang ngantuk-ngantuk?”

Pertanyaan sederhana tapi efektif menyegarkan suasana. Caranya adalah dekati peserta yang sedang terkantuk-kantuk dan berikan mic yang ada, lalu berikan pertanyaan. Dijamin akan terjaga dan hilang rasa kantuknya berganti wajah tegang dan kebingungan atas apa yang sedang terjadi. Kalau nggak percaya, silahkan coba.

Maka mengalirlah rangkaian kata dan kilasan slide presentasi dilengkapi tawa canda dan tegur sapa dengan sebuah tema yaitu REKOKOM (regulasi, komunikasi dan komitmen) tentang pentingnya data yang dihasilkan sekaligus cara mendapatkan data tersebut.

Lalu setelah tugas menyampaikan materi usai, dilanjutkan dengan tugas lain yang harus konsentrasi sertai tidak terbuai. Meskipun raga sebetulnya sudah mulai lunglai. Maka cara terbaik adalah pindah suasana meskipun masih berada di satu area, ditambah dengan sajian kopi hitam tanpa gula, tapi sedikit foam susu sehingga cappucino yang datang merk Ily segera mengubah suasana.

Sruputan pertama menjadi utama untuk mengembalikan stamina. Alat kerja langsung digelar, laptop, tablet, smartphone dan sisa-sisa kertas yang harus dilihat satu persatu karena masing-masing menjadi unik dengan tulisan tangan yang berbeda-beda.

Apalagi momentum kali ini begitu cocok dengan tema tulisan selama ini yaitu NGOPAY & NGOJAY. Karena lokasi kerja kali ini berdekatan dengan kolam renang yang bisa digunakan ‘ngojay‘ serta dihadapan sudah hadir kopi untuk ‘ngopay‘. Alhamdulillah.

Sruputan berpadupadan dengan baca tulisan tangan dan pemandangan kolam renang, sebuah momentum FWA (flexible working arrangement) yang menyenangkan. Pekerjaan tuntas sambil memunggu rangkaian kegiatan di lantai atas yang berharap hadir pada saat penutupan. Itulah sepenggal kisah tentang presentasi, materi, kolam renang dan kopi. Wassalam (AKW).

***

Lokasi : Hotel Holiday Inn – Pasteur Bandung.

Ngopay & Sunrise di Pantai Karanghawu.

SUKABUMI, akwnulis.com. Kekuatan jempol untuk menulis di atas virtual keyboard menjadi hal yang sangat penting karena sejumput cerita tentang perjalanan menikmati kopi telah diawali dengan pengalaman berbeda yaitu sruputannya sambil naik angkot sebagaimana ditulisan terdahulu NGOPI DI ANGKOT BIRU.

Dilanjutkan yaa…

Berbincang singkat namun akrab dengan pengemudi menambah kecerian pagi. Ternyata pak sopirpun sedang membawa segelas plastik kopi yang menjadi ritual rutinnya setiap pagi agar memberi semangat dan kesegaran hakiki.

Perjalanan melewati pinggir pantai dari palabuanratu cisolok, melewati Hotel Samudra Beach lalu pantai Citepus dan berbelok ke kanan agak menjauh dari pantai melewati pasar dan pertigaan ke arah Cikotok lalu akhirnya tiba di Pantai Karanghawu yang menjadi tujuan utama perjalanan ngopay pagi ini.

Target yang penting juga adalah waktu pagi berkaitan dengan kehadiran sang mentari. Maka sebuah doa kembali disampaikan kepada Allah Sang Pemilik Dunia bahwa semoga cuaca cerah tanpa awan tebal apalagi hujan yang membuat mentari enggan menampakan kehadirannya.

Bismillah…

Debur ombak menyambut raga sekaligus menggetarkan jiwa. Ada rasa campur aduk yang memenuhi dada. Senang dan sukacita tentu menjadi utama, namun rasa sedikit gentar juga menelusup melihat kegarangan ombak memukul pantai dengan kelembutan yang penuh tenaga serta segera kembali ke laut lepas dengan kekuatan dan kecepatan yang tidak bisa dikira.

Gundukan karang yang begitu tegar menerima terpaan ombak pantai, menjadi tempat favorit bagi pengunjung untuk mendekat dan mengabadikan menjadi photo dan video yang membanggakan. Tapi tetap kewaspadaan betul – betul utama karena bahaya mengintai diantara runcingnya batu karang dan debur ombak pantai Karanghawu.

Nama karanghawu adalah sebutan bagi pantai ini karena gundukan batu karang yang ada dengan lubang – lubang alami itu jika dilihat mirip dengan tungku sederhana untuk memasak di masyarakat sunda. Nah tungku itu dalam bahasa sunda disebut hawu. Maka jelaslah bahwa penamaan pantai ini sesuai dengan kondisi alam yang ada dan dinilai oleh indera penglihatan nyata.

Mari kembali ke agenda kita, Ngopay di Pantay… eh pantai. Langsung saja mencari spot photo yang pas dengan menggabungkan 4 unsur utama yaitu : ombak, karang dan mentari berpadu dengan secangkir kopi, plus termosnya ya.

Tring… beberapa jepretan saja tapi bisa mewakili semuanya. Rasa senang menyeruak dan benih bahagia menemani pagi ceria. Tak lupa sebagai bukti hadir ngopi di pantai, perlu ada capture photo dan video dengan ekspresi wajah yang begitu menikmati. Sruputtt guys.

Nikmatnya kohitala dilengkapi rasa bahagia karena di pagi ceria ternyata deburan ombak, kehangatan kohitala lengkap dengan sinar mentari yang hadir dengan sempurna, Fabiayyi Ala irobbikuma tukadziban.

Tuntas sudah menikmati kopi di pantai kali ini, maka tidak pake lama, kembali bergegas meninggalkan area pantai dan menyeberang jalan untuk menunggu kehadiran angkot yang akan mengantarkan kembali diri ini ke Hotel Karangsari Palabuanratu.

Perjalanan angkot kali ini dikemudikan oleh Mang Ujang yang terlihat semangat disaat di-on-kan kamera video, eksis juga guys. Video lengkapnya perjalanan ngopay di angkot dan di pantai karanghawu bisa dinikmati di NGOPI DI PANTAI KARANGHAWU SUKABUMI.

Selamat pagi dan selamat memaknai hari. Wassalam (AKW).

NGopay di RASAHAUS & Kahoot.id

Meeting – Games – Ngopay – Ngojay – Meeting.

BEKASI, akwnulis.com. Ikutan rapat koordinasi afaupun sosialisasi adalah hal yang biasa. Tetapi di acara kali ini, iseng – iseng ikutan kuis interaktif yang digawangi panitia pake aplikasi kahoot (kahoot.id). Sebuah aplikasi permainan interaktif yang menarik dan sekakigus ngetes peserta tentang pemahaman terhadap materi yang diberikan.

Selama ini biasanya via zoom, tapi kali ini hybrid sehingga yang offline di acarapun bisa ikutan. Balap cepat baca soal dan pijit jawaban di layar smartphone masing-masing…. rame.

Pertanyaan tentu seputar inpassing jabatan fungsional adyatama pariwisata dan ekonomi kreatif, tetapi ketajaman mata dan kekuatan sinyal smartphone menjadi pendukung utama. Ternyata kombinasi tersebut membuat nickname akwnulis.com berhasil memuncaki  games di batch 1 ini kawan, Alhamdulillah.

Iseng – iseng berhadiah dan diundang ke depan untuk mendapatkan hadiah. Apalagi pak Kepala Pusat SDM yang langsung menyerahkan dan berphoto bersama. Cetrek.

Pertanyaan dari MC sederhana, “Kok bisa cepet banget jawabannya pak?”, “Jempolnya banyak ya?”

Betul neng MC, jempolnya ada lima

Pantesan

Itulah cerita awal tentang menjuarai games sesi pertama. Tetapi jika setelah makan siang masih ada sesi games, aturannya nggak boleh ikut lagi, khawatir menang lagi dan menutup kesempatan yang lain hehehehe. Padahal belum tentu juga, cuma aturan adalah aturan. Ikuti saja, apa susahnya.

Nah sambil istirahat agak menjauh dari lokasi acara, hunting kopi langsung beraksi. Karena jelas ada cafe di lantai 6. Eh tapi shalat dulu ke mushola, baru cuss TeKaPè.

Nama cafenya lucu, RASA HAUS. Menunya tidak ada versi manual, tetapi semuanya pake mesin. Ya sudah americano langsung dipesan. Sambil menunggu kopi tersaji, bergeraklah mengitari area cafe sambil tetaoi ditemani tongkat kruk yang sementara menjadi pengingat bahwa kaki kiri sedang tidak baik – baik saja.

Area cafe RASAHAUS ini strategis, dengan area indoor yang o smoking dan outdoor yang cozy plus pemandangan menariknya adalah bisa melihat suasana taman dan kolam renang dibawahnya dengan leluasa.

Tapi kesempatan menikmati pemandangannya terhenti oleh suara sang pelayan yang sudah ada disamping kanan lengkap dengan nampan kebesarannya.

Silahkan Kakak, ini Americano-nya”

Terima kasiih

Asyik deh, srupuut yuk. Tanpa perlu basa – basi maka beraksilah tangan menjulur menjangkau cangkir dan mendekatkan pada bibir. Regukan pertama hangat dan nikmat, begitupun regukan kedua dan ketiga memenuhi rasa haus ingin minum kohitala hari ini.

Lalu sebagai pelengkap menu hari ini, pesanan salad versi cafe ini menjadi penyegar mulut sekaligus menghilangkan kantuk karena rasa bumbu asam pedasnya yang cukup membuat lidah bergoyang dan hati degdegan.. hahay lebay.

Namun ingat, sesi acara masih berlanjut. Jadi tak bisa berlama-lama di cafe RASAHAUS ini. Tetapi harus kembali ke lantai 10 dimana acara sedang berlangsung.

Maka berakhirlah sesi menikmati kohitala di cafe ini, raga bergerak menuju acara meskipun sebagian jiwa masih melekat pada mesin kopi di cafe ini. Wassalam (AKW).

***

CAFE RASA HAUS, Lt.6 Hotel Ultima Horison Bekasi.