Berangkat ke Asrama Haji Indramayu – phd

Catatan awal keberangkatan

INDRAMAYU, akwnulis.id. Perjalanan menuju asrama haji indramayu menjadi awal dari perjalanan panjang menuju tanah suci Mekah AlMukaromah. Ditemani istri dan anak tercinta serta sopir yang setia, ioniq 5 melesat melewati jalan tol Padalarang – Cileunyi dan berlanjut ke Cisumdawu. Hari ini adalah hari sabtu tanggal 30 mei 2025, sebuah tanggal yang bersejarah yang akan memberikan momentum perjalanan luar negeri lintas negara dalam kerangka tugas sekaligus ibadah mulia. Raga ini hadir untuk bertugas menjadi petugas haji daerah, sebuah tugas yang merupakan Amanah dari pemerintah provinsi jawa barat untuk memberikan pelayanan umum kepada para Jemaah provinsi jawa barat dalam rangka penyelenggaraan haji tahun ini, tahun 1446 hijriyah atau tahun 2025 masehi. Kami tidak sendiri tetapi ada 171 orang PHD (Petugas Haji Daerah) yang dibiayai oleh APBD Provinsi Jawa barat melalui mekanisme hibah kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Barat.

Mobil berbelok sesaat ke arah pintu tol Sumedang kota, karena anak kesayangan mulai terasa lapar. Kebetulan tidak jauh dari pintu keluar tersebut terdapat restoran cepat saji McD dan bisa dilakukan pembelian via kendaraan. Jadi kami tidak perlu repot turun dan memesan, cukup bergerak saja kendaraan di jalurnya dan bisa membeli serta membayar dengan nyaman. Sebutannya ‘Drive-Thru’, sebuh layanan yang memungkinkan pelanggan dapat memesan dan membayar lalumengambil makanan dan minuman tanpa harus keluar dari kendaraan. Tentu ini lebih praktis serta efisien, apalagi saat ini ingin segera bergerak kembali mengejar jadwal yang sudah ditentukan di asrama haji indramayu.

Setelah tuntas belanja maka kembali balik arah menuju pintu tol sumedang dan melesat di tol cisumdawu hingga bersambung ke tol cipali dan tak berapa lama kemudian keluar dari pintuj tol Kertajati Majalengka. Perjalanan dilanjutkan dengan jalur jalan provinsi Jatitujuh menuju Indramayu. Kondisi jalan tol yang lebar dan bebas hambatan berganti dengan jalan umum yang banyak obstacle baik kendaraan umum lainnya terutama sepeda motor juga kondisi kontur jalan yang terkadang tidak rata, tidak ada kata lain selain harus hati-hati dan waspada bagi sopir yang mengedalikan kendaraan ini.

Alhamdulillah menjelang magrib tiba di Asrama Haji Indramayu dan ada momen yang mengharu biru. Anak kesayangan yang ikut mengantar ke Asrama ini selama di perjalanan menikmati nonton di tabletmya dan juga ngobrol bersama sambil.menikmati makanan yang dibeli diperjalanan. Tetapi disaat akan pulang meninggalkan ayahnya di asrama haji, terlihat begitu sedih berpisah. Air mata mengalir dan sambil terisak tidak mau lepas dari pelukan. Sebuah perasaan yang halus seorang anak perempuan terhadap ayahnya terasa begitu kuat. Apalagi memang selama ini tidak pernah ditinggal lama, paling hanya 1 minggu saja.

Udah ya sayang, ayah bertugas dulu. Baik – baik ya di rumah, sekolah dan jaga ibu ya”

Bukan jawaban kata-kata yang hadir tetapi pegangan tangan yang semakin kuat, padahal posisi sudah diluar kendaraan dan tangan bertaut di jendela belakang. Terlihat anak cantik kesayangan ini begitu sedih dan tak mau ditinggalkan. Ibunya pun sama sedih tetapi berusaha mengendalikan hati dalam perpisahan ini. Setelah drama jemari tangan nggak mau dilepas, akhirnya perlahan-lahan bisa dirayu untuk jangan bersedih. Anak dan istri tersayang bergerak meninggalkan halaman asrama haji dengan uraian air mata. Berat hati ini, tapi kenyataan tugas yang harua dihadapi.

Setelah itu langsung bergabung dengan para petugas di asrama haji untuk melaporkan kesiapan dan dilakukan pengecekan kesehatan, pembagian gelang, living cost dan juga kelengkapan peralatan kesehatan. Agenda berlanjut dengan rapat koordinasi dengan para ketua rombongan dan ketua regu yang dipimoin oleh bapak Profesor Dadan Rusmana sebagai Ketua Kloter didampingi Pembimbing ibadah, dokter, perawat dan Pelayanan umum.

Dalam pertemuan ini dilakukan pembahasan tentang berbagai informasi terkait penyelenggaran haji tahun ini dan berbagai tantangannya. Terutama kesiapan mental dan phisik  untuk memghadapi puncak ibadah haji yang akan segera dilaksanakan sesaat kloter 28 ini tiba di Mekah.  Bayangkan saja, kita sudah harus berkain ihram disaat berangkat, melaksanakan miqot di pesawat dan turun di Bandara Jeddah langsung bersiap melaksanakan tawaf wajib. Sementara lusanya sudah bersiap pergerakan menuju wukuf di arafah... (Bersambung).

CSR – fbs

Ditawisan tèh, kalèkèd.

CSR (Corporate Sosial Responsibility)

KOTA, akwnulis.id. Tengah peuting di péngkolan nu rada suni kaciri hiji wanoja rancunit maké mantel bulu ngadeukeutan bapa-bapa jeung nonoman nu keur ngariung. “Punten bilih aya nu badé ngersakeun, mangga haratis”, éta wanoja bari mukakeun mantel buluna.

Astagfirullohal adzim, nanaonan ieu téh?”, Abah Sarmad ngarénjag bari melong. Jang Ibro jeung Cép Duléx ogé mencrong teu kiceup-kiceup.

Mang Bahro tungkul bari kunyam-kunyem babacaan. “Badé moal?”, wanoja rancunit naros deui kanu karempel. Hookeun.

Keur ting haruleng, katingali dua urang Satpol PP muru ka éta patempatan. Wanoja rikat nutupkeun deui mantel buluna, ngan teu tiasa lumpat da kabujeng dicerek.

Di pos keamanan wanoja téh ditalék, “Anjeun ngalanggar Perda Asusila, wayahna kudu dihukum”.

Teu rumaos ngalanggar abdi mah pa, da tadi mah sanés icalan. Diharatiskeun malih mah”, eta wanoja ngabéla diri.

Naha bisa kitu?”

Muhun abdi téh kaleresan dinten ieu icalanna mucekil, malih mah batina ageung. Tah nu nembé nawisan haratis téh dina raraga CSR”. (AKW).

KEHILANGAN : SEDIH & BAYAR

Ternyata Kesedihannya mendalam karena diharuskan juga membayar hehehehe…

JAKARTA, akwnulis.id, Pagi masih menggelayut manja diatas cakrawala sementara mentari tampak malas menampakkan cerianya. Pagi syahdu yang entah mengapa membuat jiwa ini rapuh dan meragu. Tetapi tidak ada jalan lain untuk menahan langkah dan kembali pulang untuk memeluk kenangan. Karena harapan ternyata menjadi bayang yang akan hadir dikala bentar bersinar terang.

Maka dengan segenap sisa kemampuan, dilawan perlahan semua keengganan dan kemalasan dengan cara tarik nafas panjang lalu berteriak spontan dengan semangat, “Alloooohu Akbarr!!”

Otot di raga tergerak dan semesta menemani perubahan sikap ini. Maka sebelum pelukan kemalasan kembali berkelindan, kaki melangkah penuh keyaminan untuk menuju sebuah tempat yang diharapkan memberikan kepastian.

Sebagai penguat sinyal dalam meyakinkan tentang rasa kehilangan ini maka kantor polsek terdekat bisa memberikan secercah harapan dengan menghadirkan sebuah kertas keterangan. Jelas sudah ada yang hilang karena judul surat yang diterbitkan di kantor polisi adalah SURAT KEHILANGAN.

Biarkan secara administrasi tercatat hilang, tapi kenanganmu tetap tak lekang oleh jaman”

Langkah kaki setengah berlari membawa bukti surat kehilangan. Menuju sebuah tempat yang berharap menjadi pengobat luka akibat kehilangan, namun ternyata kehilangan kali ini bukan sekedar kehilangan tetapi dilengkapi dengan keharusan menyediakan sejumlah uang.

Omay gad, ternyata kehilangan kali ini bukan hanya kesedihan dan kebingungan mencari kenangan dan bukti keberadaan tetapi juga perlu merogoh saku demi mengikuti sebuah aturan”

Jadi lengkap sudah, pertama hilang lalu kehilangan, diberi surat keterangan hilang dan dalam proses selanjutnya ternyata bukan hanya kehilangan tetapi harus bayar sejumlah uang. Huuuu huuuu huuuu huuu.

Memang anda kehilangan apa sampai bersedih tak tertahankan?” Sebuah pertanyaan hadir dari kumpulan orang yang jadi penasaran. Termasuk yang sedang baca tulisan ini. “Ya khan?”

Kehilangan ini” Dengan suara memelas memperlihatkan photo sebuah buku hijau kecil bergambar garuda emas.

Pantesan atuh, hilang pasport mah resiko, memang begitu aturannya”

Kamu betlebihan, hilang ginian tapi heboh sendiri cari simpati”

Raga terdiam dan sedikit senyum simpul. Dari awal khan hanya ingin cerita kehilangan dan ternyata kehilangan pasport memang harus berposes dan juga bayar 1 jura rupiah diluar biaya pembuatan pasportnya. “Kenapa orang – orang sewot?”

Jadi kesimpulannya :
1. Bagi yang sudah punya paspor maka dijaga baik – baik jangan hilang.
2. Jika hilang maka ada keharusan membawa surat dari kepolisian, BAP oleh Kantor Imigrasi lalu bayar dendanya.
3. Jika hilang dan tidak ada sama sekali photocopy atau file digital dari paspor yang hilang maka harus ke kantor imigrasi terdekat untuk meminta salinan dari paspor yang hilang ini. Harus datang pagi – pagi dan dengan ikhlas antri. Setelah dipanggil dan mengisi beberapa formulir serta wawancara maka diberikan copy-an berkas sebagai bahan untuk membuat surat keterangan kehilangan dari kepolisian.
4. Ke kantor polisi terdekat atau disarankan di daerah domisili dan inipun perlu waktu yang lumayan.
5. Kembali ke kantor Imigrasi dan berproses untuk pembuatan paspor baru dan selain harus mengantri lagi juga bersiap membayar denda kehilangan.
6. Waktu yang digunakan cukup banyak dalam prosesnya, jadi tetap semangat, bersabar dan fokus.

Begitu ceritanya yang penulis alami, semoga menjadi cerminan kehati-hatian bagi para pembaca yang baik hati dan tidak sombong serta teliti untuk berbagai hal. Selamat menjalani hari ini, penuh arti dan jangan lupa tafakur serta syukuri. Wassalam (AKW).

NASIB SIAL fbs

Terkadang memang nasib tidak berpihak. sabar ya dek.

INDRAMAYU, akwnulis.id. Sebuah cerita singkat yang terinspirasi dari diskusi santai berbagi pengalaman dengan bosnya Kanwil Kemenag Jabar di sela – sela persiapan akhir pelaksanaan Ibadah Haji 1446 H tahun ini.

FIKMIN # NASIB SIAL #

Geus saminggu mondok moèk di kantor. Pabeulit mulek jeung kertas, paspor ogè daptar jalma nu ŕèk indit munggah haji. Kabeneran boga dunungan beukina sosorongot, teu mingè. Gawè jeung gawè, kudu suhud jeung taliti. Sabab jadi urusan panjang lamun jamaah aya masalah di bandara diditu, barabè Jang.

Komo dua poè katukang mah ripuh pisan, teu pira kudu nèangan 2 ngaran calon jamaah nu leungit. Dina daptar tapi pasporna suwung. Atuh dibukaan deui sakabèh koper. Sanajan bangga, teu bisa kumaha.

Tèangan nepika panggih!!!” Sora handaruan dunungan, matak pegat jajantung.

Alhamdulillah jam sapuluh peuting, berkas kapanggih. Disuhun teu sirikna diciuman, beungeut dunungan marahmay.

Jig siah arulin, tong poho isuk – isuk ngumpul deui”

Bring, opatan mapay jalan sudirman. Sup ka hiji wangunan nu loba jelema. Sora musik handaruan matak ratug kana hatè.  Leguk nginum cihèrang nu asongkeun ku nu gareulis. Haneut dina tikoro, leng poèk.

Isukna ibur di kantor, Jang Usep saparakanca mabok.

***

Terima kasih berkenan meluangkan waktu 2 – 3 menit membaca tulisanku ini. Jangan lupa ini hanya cerita rekaan saja tetapi diambil dari sebuah ide yang hadir disaat ngobrol santai yang penuh keakraban. Salam semangat, salam literasi, salam ngamumulè basa indung, Sunda. Wassalam (AKW).

VARIASI – fbs

Diskusi singkat tapi bermakna..

FIKMIN # VARIASI #

Lalaunan mapah ngabujeng ka tepas, seja nepangan  mitoha, Ama Haji. Katingal anjeuna nuju sila tutug, melong ka payun bari teu hilap ngenyot udud bako molè di bungkus daun kawung. Ni’mat katingalna.

Assalamualaikum Ama, kumaha damang?” Uluk salam kalawan ajrih, teu hilap rengkuh kanu janten sepuh. “Euleuh Sarjang, Alhamdulillah. Iraha ti dayeuh?”

Tadi ba’da lohor Ama, hapunten nembè tiasa nepangan”
Teu nanaon Sarjang, nu utama mah sarèhat sakabèhna. Naha awak bayuhyuh deui?” Ama melong kana patuangan ogè damis nu nyurungkuy deui. Rada nyereng.

Papagah Ama leumpang sapoè 5 kilo jeung push up 100x jigana tos kahihilapkeun nya?”
“Teu pisan – pisan Ama, masih dilakonan. Mung push upna rada aya variasi”

Variasi kumaha Jang?”
“Muhun, nembè 10x dina ubin, pun bojo piwarang naèk kana risbang, kangge neraskeun push upna Ama” lalaunan ngawaler bari rada isin.

Ama imut ngagelenyu bari ngenyot rokona, “Si Nyai mah nyeplès indungna.”

***

Sebuah tulisan singkat berbahasa sunda yang menemani perjalanan tugas di tol Cipularang menuju agenda dinas ke Depok. Wassalam, AKW.

VARIASI – fbs

Diskusi singkat tapi bermakna..

FIKMIN # VARIASI #

Lalaunan mapah ngabujeng ka tepas, seja nepangan  mitoha, Ama Haji. Katingal anjeuna nuju sila tutug, melong ka payun bari teu hilap ngenyot udud bako molè di bungkus daun kawung. Ni’mat katingalna.

Assalamualaikum Ama, kumaha damang?” Uluk salam kalawan ajrih, teu hilap rengkuh kanu janten sepuh. “Euleuh Sarjang, Alhamdulillah. Iraha ti dayeuh?”

Tadi ba’da lohor Ama, hapunten nembè tiasa nepangan”
Teu nanaon Sarjang, nu utama mah sarèhat sakabèhna. Naha awak bayuhyuh deui?” Ama melong kana patuangan ogè damis nu nyurungkuy deui. Rada nyereng.

Papagah Ama leumpang sapoè 5 kilo jeung push up 100x jigana tos kahihilapkeun nya?”
“Teu pisan – pisan Ama, masih dilakonan. Mung push upna rada aya variasi”

Variasi kumaha Jang?”
“Muhun, nembè 10x dina ubin, pun bojo piwarang naèk kana risbang, kangge neraskeun push upna Ama” lalaunan ngawaler bari rada isin.

Ama imut ngagelenyu bari ngenyot rokona, “Si Nyai mah nyeplès indungna.”

***

Sebuah tulisan singkat berbahasa sunda yang menemani perjalanan tugas di tol Cipularang menuju agenda dinas ke Depok. Wassalam, AKW.

FESTIVAL DULAG ISTIMEWA 1446 H – Catatan kecilku.

Sebuah catatan kecilku dalam membersamai even FDI (Festival Dulag Istimewa)

BANDUNG BARAT, akwnulis.id. Gema takbir silih berganti dengan sukacita menandakan hadirnya bulan syawal yang begitu gempita. Rasa sedih hadir karena bulan ramadhan segera betakhir, tetapi juga gembira karena bisa melewati satu bulan momentum hari – hari puasa dengan mengisinya beraneka aktifitas yang bukan hanya bicara tentang lapar dan dahaga tetapi yang terpenting adalah melatih diri untuk menjaga derajat taqwa serta mensucikan diri menguatkan niat untuk melakukan ibadah – ibadah terbaik di sebelas bulan yang terbentang dihadapan mata. Sebelum bersua dengan bulan ramadhan tahun depan, Insyaalloh.

Berawal dari diskusi sederhana bersama bapak bos kita, pak KDM, bapak Gubernur Jawa Barat tentang aktifitas memukul bedug di bulan puasa ternyata berlanjut dengan tantangan yang tidak biasa, inilah pwrcakapannya :

Ari nakol bedug sabaraha warna?”
“Tilu warna pak” (baca tiluarna)

Diartikan dalam bahasa indonesia menjadi :

Kalau memukul bedug berapa warna?”
“Tiga warna” (baca dari luarnya).

Sebuah tatarucingan eh tebak – tebakan sederhana yang sudah menjadi percakapan biasa bagi anak – anak dan remaja di lembur atau di kampung tentang memukul bedug. Tahu kan bedug?… itu yang  ada di mesjid, biasa digunakan atau dipukul menjelang berkumandangnya adzan. Bentuknya seperti tong besar yang terbuat dari berbagai bahan baik dari kayu, drum bekas yang dibungkus dengan kulit kambing atau sapi dan satu sisinya bolong / kosong sebagai tempat keluarnya suara.

Bedug ini dipukul menggunakan pemukul atau disebut panakol, bisa dari kayu yang dibentuk seperti korek api tapi ukuran besar atauapun kayu/besi yang ujungnya dililiti kain atau karet sehingga nyaman digunakan sebagai pemukul.

Nah aktifitas memukul bedug itu disebut dengan ngadulag. Malah baju lebaran juga sering disebut baju dulag. Sehingga bedug dan ngadulag adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Sekaligus menjadi dasar perintah bagi pak KDM, Kang Dedi Mulyadi memerintahkan kami agar merancang, merencanakan dan menghadirkan even FDI (festival dulag istimewa) 1446 H di halaman gedung pakuan Provinsi Jawa Barat.

Maka bergeraklah kami dengan segera, mempersiapkan pelaksanaan festival dulag istimewa ini dengan segenap kemampuan kami yang ada. Tentu tantangan pertama adalah ketidakpahaman kami bagaimana sebuah even ngadulag eh nakol bedug ini secara teknisnya, sementara mau bertanya lagi kepada pak KDM, masih takut takut kita. Maka langkah awal adalah mencari referensi melalui media online sekaligus bertanya kepada orang – orang atau pejabat di kabupaten purwakarta, bagaimana gelaran festival ngadulag dilaksanakan di alun – alun purwakarta semasa pak KDM menjabat sebagai bupati purwakarta beberapa waktu yang lalu.

Tentu ditengah – tengah tugas lain yang perlu konsentrasi. Maka langkah demi langkah persiapan yang diawali dengan pembagian tim, penentuan nama dan siapa berbuat apa. Lalu menyusun timeline dengan target akhir adalah pelaksanaan FDI festival dulag istimewa ini yang akan dilaksanakan pada malam takbiran atau hari terakhir bulan ramadhan.

Dua pertanyaan besar yang menghantui kami, yakni : “Bagaimana format sebenarnya yang diharapkan oleh pak Gubernur terkait festival dulag inj dan apakah pelaksanaan shalat idul fitri atau hari pertama lebaran itu tanggal 31 maret 2025 atau bisa saja tanggal 30 maret 2025 memgingat pemberitaan sidang isbat akan dilaksanakan di tanggal 29 maret 2025 oleh kementerian agama?…”

Suasana mulai menegang…
Teman – teman di Biro Kesra segera mempersiapkan segalanya. Tentu dengan segala ketidaktahuan, namun semangatnya sama. Ini adalah tantangan yang harus dan bisa diwujudkan bersama-sama. Dengan dikomandani oleh bapak Kabag TU (syeh) Ahmad dan ketua teknis Aa Sofyan dan tim TU tidak hanya humas namun kolaborasi semuanya untuk mewujudkan konsep awal even ini.

Begitupun dari Bos Sekda, intruksi teknis tentang festival dulag ini menjadi pedoman bagi kami dan dituangkan dalam Kerangka acuan kerja, paparan versi canva, konsep di media sosial konsep sertifikat juga beraneka surat menyurat baik dalam benfuk nota dinas di internal sekretariat daerah juga surat keluar yang ditujukan kepada berbagai OPD pendukung.

Seperti permohonan dewan juri ke Disparbud, dukungan tim kesehatan dari Dinkes, dukungan publikasi dan live streaming youtube ke Diskominfo, dukungan media luar ruamg termasuk LED outdoor dan yang pasti kehadiran pak Gubernur itu sendiri ke Biro Adpim serta permohonan mencetak undangan resmi plat merah. Juga Dinas Perrhubungan dan Satpol PP serta Polrestabes Bandung untuk pengamanan, ketertiban, pengaturan lalu lintas sekaligus jangan lupa tentang perijinan keramaian.

Karena jelas intruksi pak Sekda, disaat Panitia inti melakukan audiensi diminta seluruh OPD mengirimkan satu tim dulag yang berjumlah 4 orang serta perwakilan kabupaten / kota dari 27 daerah dengan 2 perwakilan yaitu kategori dewas dan kategori pemuda. Termasuk konsep performance dari masing – masing peserta dengan menggunakan kendaraan masing – masing untuk melewati tribun depan gedung pakuan. Lakukan penampilan, dinilai dan bergerak meninggalkan area halaman gedung pakuan.

Maka detailing waktu menjadi ketat karena diharapkan bisa tuntas di pukul 22.00 wib. Pasukan Kesra semua bahu membahu dengan dikawal para Ketua Tim dan jelas dikawal oleh Bapak Agis JF Madya satu – satunya di biro Kesra.

Rapat internal via zoom meeting menjadi kunci kebersamaan sehingga pergerakan teman – teman fokus kepada aneka persiapan dan juga disaat pelaksanaan. Kang Dadan mengkordinir hadiah dan piagam pontang – panting dibantu pak Juan, pak Asep Achyar juga Fahmi, Septian, Sakti dan maafkan nama – nama yang belum disebutkan. Ternyata piagam yang di tandatangan gubernur harus jelas usulannya, ada nota dinas, kajian, berita acara yang ternyata dengan jaringan kekompakan dengan BKD dan Biro Hukum dapat dituntaskan segera.

Tantangan hadir tentang besaran hadiah yang harus berjibaku dengan usulan perubahan komponen, pemotongan pajak hingga penyerahan hadiah tersebut apakah via transfer ataupun tunai. Seru pisan pokoknya, Neng Rani dan tim perencana berjuang belakang layar dikawal aa Sofyan serta Tim TU sementara waktu pelaksanaan terus mendekat tinggal menghitung hari.

Ada juga pak Haji Encep dan pak Damir sebagai tim pengendali cuaca yang bertugas memastikan dengan ihtiar dan doa agar di malam festival dulag istimewa ini tidak ada hujan dan langit tetap cerah. Nah ternyata dukungannya tidak main – main langsung BPBD, BNPB dan BMKG dalam pelaksanaan rekayasa cuaca sehingga curah hujan beberapa lokasi di jawa barat diihtiarkan agar turun di lautan sehingga mengurangi potensi bencana banjir di kawasan jawa barat.

Tim pencari obor sekaligus persiapan untuk makan minum acarapun tak kalah sibuknya. Ada pak Juan, pak Mamat, pak Agis, bu Muftia yang sibuk mencari obor. Juga tim bu Amelia dan bu Imas BMS yang mengkordinasikan konsumsi dari mulai angka 550 pak menjadi 1000 pak disaat even berlangsung yang disupport full oleh Biro Umum Setda Jabar.

***

Sementara urusan kemungkinan hari lebaran kapan, berdasarkan perbandingan sederhana dengan melihat sidang isbat 5 tahun ke belakang, penanggalan 1 syawal selalu sejalan dengan rencana awal pemerintah. Dikaitkan juga dengan arahan pak Sekda di saat tim kami melaporkannya. Berarti jelas, pelaksanaan Festival Dulag Istimewa 1446 H akan dilaksanakan pada tanggal 30 maret 2025 setelah shalat isya sampai malam. Noted.

Terdapat kejutan yang membahagiakan keluarga besar Biro Kesra Jabar adalah dengan dilantiknya Bapak Syeh Kabag TU menadi Kepala Biro Adpim yang baru. Menjadi JPT Pejabat tinggi pratama atau level eselon II, Alhamdulillahirobbil Alamin… kami ikut bangga dan bahagia meskipun terselip kesedihan karena harus berpisah secara kedinasan. Tapi kerjasama tetap abadi, semoga pengganti beliau adalah orang yang berintegritas dan paripurna seperti beliau.

Balik lagi urusan FDI, waktu tersisa tinggal 2 hari. Tetapi ada hal yang masih mengganjal dalam hati yakni format atau konsep acara yang sudah kami susun, apakah sesuai dengan konsep dan harapan pak KDM, gubernur kami?..  ternyata karena Karo Adpimnya adalah alumni Biro Kesra maka kami diberikan slot waktu untuk menghadap.langsung kepada bapak Gubernur di kediaman pribadinya, di lembur pakuan Subang.

Benar saja, hari jumat siang menemui pak KDM dan ternyata format acara festival ngadulag yang diharapkan adalah nirkendaraan tetapi bedugnya dan para penakolnya eh petugasnya stanby di halaman gedung sate dan disuarakan bersama-sama. Lalu juri bergerak menilai satu persatu penampilan para peserta dan alhirnya merumuskan hasil penilaian yang dituangkan dalam 18 juara. Tanpa banyak basa – basi, pulang menemui pak Gubernur langsung di gelar rapat virtual marathon mulai dari dewan juri, para perwakilan OPD dan 27 kabupaten kota sebagai calon peserta serta petugas dan tim semuanya karena perubahannya sangat signifikan.

Maka bergeraklah bersama mempersiapkan segala hal dengan aneka perubahannya. Pak Agis menjadi koordinator absensi bagi teman – teman semua sekaligus didapuk sebagai plt Kabag TU melanjutkan tugas pak Ahmad. Pak Ahmad sendiri tetap mendukung kegiatan ini dengan kapasitasnya sebagai pejabat eselon 2 yang mengatur agenda Gubernur.

Pak Sofyan pontang – panting mengawal persiapan teknis kegiatan. Pak Dadan dan tim mempersiapkan piagam, trophy, souvenir dan hadiah. Bu muftia pabeulit sama obor dan tuntaa oleh pak agis, pak juan dan pak rahmat karena bukan hanya obornya saja yang harus ada tetapi lengkap dengan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Bu Oi dan tim penerima tamu sibuk wara – wiri. Apalagi tim registrasi, sudah ready dari minggu pagi demi menerima dan mengarahkan peserta hingga mengkordinasikan tanda tangan dan visum dari para peserta kabupaten / kota.

Pak rahmat dan pak Juan alih profesi menjadi sopir mobil bak demi mengangkut bedug besar dari mesjid raya Bandung ke halaman gedung pakuan. Tim dokumentasi humas terus bergerak, tim acara berkoordinasi intens dengan protokoler. Termasuk diri ini yang juga harus bersiap tampil menyampaikan laporan kegiatan. Sebuah mantra menjadi pembuka, hadirkan senyum bersama – sama : MOBIL FIAT MOBIL SEDAN, TEU KIAT HOYONG LAPORAN.

Akhirnya di malam takbiran tanggal 30 maret 2025 kegiatan Festival Dulag Istimewa 1446 Hinriah resmi dilaksanakan di halaman gedung pakuan. Total 70 tim hadir dari 27 kabupaten kota dan perwakilan OPD di lingkungan provinsi jawa barat.

Sukacita peserta dan warga menyatu dalam bahana suara bedug yang dipukul bersama begitu menggetarkan jiwa. Menggabungkan marwah nafas islami, tradisi budaya sunda serta makna mendalam tentang memukul bedug sebagai PENGINGAT bagi umat manusia khususnya muslim muslimah untuk selalu tepat waktu dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wataala.

Metode penilaian dengan 3 kritetia utama yakni :

1. VOKAL (teknik vokal, ketepatan nada, penghayatan)
2. MUSIKAL (Aransemen, dinamika, variasi, tempo)
3. PENAMPILAN (adab kesopanan, dekorasi, kostum, kekompakan)

Menghasilkan 18 juara dari 3 kategori, yakni juara I, juara 2, juara 3, juara harapan 1, 2 dan 3. Dimana dalam prosesi penilaian yang dikawal ketat oleh Bu Neni dan tim BMS menyisakan juga sebuah pengorbanan dengan hilangnya smartphone bu Neni ditengah hiruk pikuk penilaian penampilan dulag dari masing-masing kelompok.

Terima kasih Bapak Gubernur Jabar atas tantangannya, Bapak Sekda yang selalu membimbing kami, seluruh pimpinan OPD serta Baznas Provinsj Jawa Barat yang mendukung terselenggaranya acara FDI ini. Para Dewan Juri yang berjibaku menilai secara objektif yang merupakan representasi dari akasemisi, praktisi dan seniman yakni ada kang Erlan – seniman, Abah Faruq – LASQI & Kang Rizky Hamdani – ISBI serta seluruh pihak yang mendukung terselenggaranya acara ini.

Super thanks for Keluarga Besar Biro Kesra Setda jabar yang begitu kompak, militan, tetap bertahan dengan segala perubahan dan sampai lepas tengah malam menuntaskan even FDI ini hingga setuntas-tuntasnya. Bravo Biro Kesra. Wassalam (AKW).

Perpisahan Pak Bey & Jejak digitalku.

Dibalik momen haru dan sedih, ada penyempurna yang hakiki. jejak digital terpatri.

BANDUNG, akwnulis.com. Siang ini (19/02) adalah sebuah momentum penting bagi seluruh pegawai di Gedung sate karena hadir bersama pada acara perpisahan dengan bapak Penjabat Gubernur Jawa barat yakni Bapak Bey Triadi Mahmudin dan Ibu Amanda Soemedi yang telah menakhodai pemerintah provinsi jawa barat selama 17 bulan lebih.

Tulisan ini tidak mengulas suasana perpisahan yang mengharu biru, campur aduk antara haru dan biru eh sedih. Tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi dan dijalani.

Nah di momen terakhir sambutan bapak Sekda, hadirlah di layar LED sebuah pantun berbahasa sunda. Jengjreng…. awalnya biasa saja. Dibaca sekilas dan berlanjut dalam sebuah rangkaian acara.

Tapi…. kok agak hafal untuk kalimat di barisan pertama dan kedua. Ada 2 kalimat yang terasa tidak asing. Tulisannya adalah :  ‘mapay desa nu baranang, manggih domba disimbutan. ..’

2 kalimat ini terasa akrab karena merasa pernah menuliskannya di suatu tempat. Tapi tentunya juga perlu pembuktian. Mengapa 2 kalimat itu memiliki hubungan khusus dengan diri ini. Langsung disalin saja 2 kalimat tersebut dan ditempelkan di kolom searching mbah google.

Tadaaa…..

Ternyata hadirlah urusan searching pertama dan kedua, salah satunya adalah alamat blog pribadiku. Tak sabar dibuka dan benar saja, 2 kalimat itu adalah tulisanku di tahun 2018 atau tepatnya 7 tahun  yang lalu.

Meskipun ternyata 2 kalimat tersebut hadir juga di laman kumparan.com juga website lainnya. Tapi yang membuat hati ini senang karena dengan jejak digital dapat dilihat siapa yang menulis duluan. Mayoritas beberapa website menulis dengan judul ‘Contoh pantun sunda‘ padahal sejatinya itu dibuat dan diupload oleh jemari ini pada tanggal 27 Nopember 2018 atas permintaan seorang kakanda yang beralih tugas dari jabatan Camat Boget Kabupaten Sukabumi dalam momentum perpisahan.

Ada terselip rasa senang karena sebuah tulisan 7 tahun lalu bisa hadir kembali dalam sebuah momentum resmi yang secara kebetulan adalah di lingkungan kerja sekaligus disaat perpisahan pimpinan tertinggi di lingkungan pemerintah provinsi jawa barat khususnya dengan para pejabat tinggi pratama, para pimpinan BUMD dan seluruh pegawai di Sekretariat daerah provinsi jawa barat.

Tulisanku 2018 itu adalah :
Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana datang
Aya oge mangsana amitan.

Dan sekarang di layar LED terpampang :
Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana Pak Bey datang
Aya oge mangsana Pak Bey amitan.

***

Rasa haru semakin bertambah, awalnya karena memang begitu terasa keteladanan dari Pak Bey selama menjabat Pj Gubernur Jawa Barat. Kasih sayang, kesederhanaan, ketelitian dan kemudahan komunikasi serta bejibun kebaikan – kebaikan yang beliau tunjukan sebagai seorang pemimpin yang hari ini menjadi saat – saat terakhir sebagai peje dan akan kembali bertugas menjadi eselon I di Kementerian Sekretariat Negara di Jakarta.

Dilengkapi dengan penyempurnaan dari hadirnya kalimat pantunku sebagai pengantar dari ungkapan perpisahan. Itulah indahnya momentum kehidupan dilengkapi dengan catatan dari jejak digital. Bagi yang penasaran, bisa dibuka tautannya disini :…. PANTUN PERPISAHAN – akw.

Selanjutnya sebagai penutup, maka pantun singkat langsung dibuat :
Makan tahu di pinggir pantai sambil naik kuda.
I love u bapak Bey dan Ibu Amanda.

Daun selasih tersemat lagi di depan mata.
Terima kasih dan selamat kembali ke Jakarta.

***

Itulah tulisan singkatku kali ini, sebuah tulisan yang dihadirkan dalam masa – masa perpisahan. Wassalam (AKW).

1 Hari 5 tempat – Ngajègang.

1 hari 5 tempat, gaskeun. purwakarta bekasi karawang subang bandung cimahi.

BANDUNG, akwnulis.id. Semerbak harum pagi menyambut langkah optimis untuk selalu menjaga syukur atas semua berkah Illahi. Memasuki kendaraan yang langsung tancap gas memasuki tol gate Pasteur dan meluncur membelah suasana pagi yang ditemani semburat sinar mentari.

Tak terasa kawasan rest area 97 sudah ada dihadapan mata. Kendaraan dikurangi kecepatan dan belok kiri menjadi secercah harapan karena ada hal yang harus dituntaskan.

Apa yang harus dituntaskan kawan?”

Jawabannya singkat, SARAPAN.

Yuk ritual makan pagi yang harus dijaga dan jangan terlewati. Meskipun sedikit tetapi menjadi kewajiban demi menjaga daya tahan tubuh dan menjalan tugas pekerjaan yang sedang diemban.

“Lha khan biasanya sarapannya dengan menu khusus yang ada roti gandumnya, telur rebus putihnya saja dan beberapa iris jeruk sunkist?”

Hari ini agak lain, karena menu tersebut tertinggal tadi di rumah. Sehingga alternatifnya tetap harus ada yang masuk ke dalam perut yang sudah bergejolak lapar ini. Maka pilihannya adalah sajian bubur ayam panas dengan pola self service di Kedai Mandiri dan tak perlu berlama – lama langsung dinikmati bersama kawan seperjalanan.

Perut tuntas terisi maka perjalanan dilanjutkan menuju titik pertama yakni di wilayah Kabupaten Bekasi tepatnya di Puskesmas Cikarang. Sebuah kegiatan kedinasan yang diawali dengan pelaksanaan apel pagi bersama seluruh pegawai puskesmas dilanjutkan dengan peninjauan pelaksanaan kegiatan yang diicanangkan pemerintah yaitu CKG (cek kesehatan gratis) bagi warna yang berulangtahun.

Tak berapa lama segera bergerak dari Cikarang, sebuah daerah yang begitu gercep. Karena setiap disebut apapun maka jawabannya adalah CEKARANG eh SEKARANG. (lol).

Gaskeun…..

Titik selanjutnya adalah berada 32 menit dari Cikarang yakni di daerah Teluk Jambe Kabupaten Karawang. Tepatnya di satuan pelayanan Griya Ramah Lansia yang menampung 75 orang lansia terlantar dari berbagai daerah di Provinsi Jawa Barat. Terdapat 31 orang lansia wanita dan sisanya adalah lansia laki – laki yang lebih nyaman dipanggil Abah atau aki.

Pertemuan singkat dengan mereka memberi energi baru dalam berkarya. Meskipun terkadang harus ber akting dan sedikit drama karena memposisikan sebagai anak atau malah menjadi cucu bagi mereka yang begitu haus dengan perhatian dari keluarga dan sanak saudara yang dengan berbagai alasan tidak bisa hadir untuk sesekali membersamai mereka, apalagi berkunjung rutin atau mengajak kembali ke rumah keluarga dan hidup di hari tua bersama-sama.

Makan siang menjadi momen lintas kabupaten kembali, karena dengan perjalanan hanya 1 jam saja via tol cipali dengan keluar pintu tol subang kota maka bisa menunaikan ibadah shalat dhuhur sekaligus makan siang gurame bakar di daerah kabupaten subang. Silaturahmi berlanjut lagi dengan jajaran pengurus utama BPR Jabar baik komisaris utama dan Direktur utama serta jajaran di direksi dan komisaris lainnya di kantor pusat sementara yang berada di daerah Jalan Cagak kabupaten Subang.

Sore hanya bergeser lagi ke acara di Perbatasan tangkuban parahu tepatnya di kawasan astro ciater highland dengan sebuah acara rapat kerja yang digelar oleh jajaran DKM Mesjid Raya Bandung dalam rangka evaluasi kinerja 2022 – 2024 dan rencana kerja 2025. Di kegiatan ini tentu menjadi ajang diskusi dan silaturahmi sekaligus menguatkan kolaborasi yang didetailkan dalam dokumen rencana aksi.

Setelah adzan magrib bergema barulah bergerak ke titik akhir yakni kembali ke area Jalan Diponegoro 22 alias kantor Gedung sate untuk mengecek dokumen – dokumen yang ada dan harus dilakukan paraf dan tandatangan secara langsung khususnya terkait urusan kontrak dan keuangan. Hingga tak terasa jarum jam menunjukan pukul 21.20 wib. Barulah sedikit rehat dan bercengkerama ringan dengan para petugas kebersihan yang masih stanby menemani kehadiran. Tidak lupa disajikanlah kopi hitam tanpa gula dengan metode seduh manual V60 dengan berbagai biji kopi yang tersedia dan dilakukan penggilingan secara mendadak.

Harum semerbak kopi memenuhi ruangan, menguatkan harapan dan memberikan kedamaian. Meskipun beberapa kawan masih tergagap disaat menikmati kopi hitam tanpa gula yang disajikan. Tapi menjadi sebuah hiburan bersama dan rasa lelah sedikit terlupa meskipun beredar lintas wilayah, karena saling berbagi tawa disaat melihat wajah mengkerut karena menikmati sajian kohitala (kopi hitam tanpa gula) yang rasanya mendekati rasa brotowali. Selamat berkarya dan ngajegang kawan, Ngariung Ajeg Sagala Bidang. Wassalam (AKW).

EMBUNG ÈLÈH – fbs

Mantak ulah hog hag waè…

FIKMIN #EMBUNG ÈLÈH#

Wanci burit geus kaliwat lila pisan, bèak ku nu ngawangkong ngabahas sagala rupa. Tadina sugan tèh wanci sareureuh budak mah geus lekasan. Tapi geuning ngadeukeutan wanci indung peuting, nu badami beuki rongkah. Patèmbalan embung èlèh. Padahal ukur ku nyebut nuhun bari imut kanjut, moal lila babadamian tèh.

Ku sabab sarua pinter, antukna guntreng tèh kana sagalarupa. Bubat babèt urusan lian, tapi tuluy silih tagenan. Atuh parèa-rèa omong tèh beuki mahabu. Tungtungna ngabeledag, sora bedas meupeuskeun rasa. Nu keur pacèntang – cèntang ngajengkang katukang.

Nu lainnya ogè katindihan, aya nu ngacleng kaluar jandèla sabab awakna leutik tur ipis. Nu awakna kandel mah nagen, ukur ngèsèr saetik. Kabèh ngahuleng, teu nyangka geuning tanaga pasèa tèh badag kacida.

Kabèh ngaheunggeu teu puguh rasa. Tapi aya nu sarua, baham rapet teu bisa disada. Ukur leungeun nu pakupis pepeta. Bari beungeut sepa, teu aya getihan.

Dijuru dua mahluk hideung halughug sareuri bari tutunjuk, “Matak tong patugeng-tugeng. Belegug.” (AKW).