MACET & MENULIS.

Antara kemacetan dan Kotretan.

CIMINDI, akwnulis.com. Dikala raga terdiam karena kemacetan menghadang maka energi keburu-buruan mengejar setengah delapan di kantor untuk melakukan absensi harian biasanya berontak dan membuncah menjadi kekesalan. Paling mudah adalah kekesalan itu menjalar dari hati ke wajah dan tangan. Wajah menegang dan gigi mulai bergemerutuk, sementara tangan semakin kuat mencengkeram stir.

Kulit wajah mengeras dan lapisan sunblock SPF50pun agak terganggu karena permukaan yang dilindunginya tiba-tiba berubah. Maka lapisan tipis sunblockpun harus adaptasi dengan perubahan drastis ini, kalau tidak berarti berguguran dan melunturkan tugasnya sebagai paparan ultra violet yang telah mengintai di balik kaca depan kendaraan.

Apalagi pas melihat bahwa kemacetan yang terjadi tidak disikapi sabar oleh semua pengguna jalan. Sudah jelas akan terjadi bottleneck dari 4 jalur menjadi satu jalur karena berhadapan dengan pasar pagi dan sebrangnya pintu gerbang sekolah, tetap saja jiwa – jiwa salip kanan salip kiri hadir di depan mata. Untuk para pengendara motor sudah biasa bagaikan air mengalir. Dimana ada celah sempit disitulah motor masuk dan melaju. Tapi disaat melihat kendaraan yang seseleket di kiri demi meraih posisi terdepan padabal jelas memang sedang terjadi kemacetan, jiwa kemudaan ini mendidih kawan.

Pada saat yang melakukannya adalah angkot atau angkutan kota terkadang berusaha maklum meskipun tidak. Tapi pas yang melakukan manuver tersebut mobil non angkot dan ternyata mobilnya adalah keluaran terbaru tapi dengan driver ber-attitude sok jago, itulah yang membakar emosi di cerianya pagi.

Tangan terkepal dan mulut terkatup dengan rahang menegang. Bukan apa – apa, ini semua dilakukan untuk mengekang emosi yang begitu berkobar. Tidak lupa berusaha untuk istiqomah dengan mengucap istigfar.

Astagfirullohal adzim”

Allohumma inni a’udzubika asy-syaiton ar-rajim”

Sebuah ihtiar menenangkan diri dengan berdoa pada Illahi. Biarlah wajah masih tegang dan memerah, tapi hati bisa kembali dingin dan semuanya diharapkan baik-baik saja.

Tapi ternyata godaan kemacetan masih butuh perjuangan untuk lebih bersabar. Karena antrian malah terdiam. Ya sudah angkat eh pijit rem tangan dan lepaskan kaki pada pedal gas  dan menjejak di lantai kendaraan, tentu dengan mengatur nafas panjang agar hilangkan sengal dan kebosanan.

Ambil smartphone dan tulislah kegalauan ini dengan cepat namun tetap tertata. Dengan catatan sesekali melihat ke depan, barangkali kemacetan sudah terurai dan perjalanan bisa dilanjutkan.

Alhamdulillah, akhirnya tulisan singkat ini tuntas dan kemacetan mulai ada pencerahan dengan maju perlahan – lahan. Udah ah nulisnya dan kembali memegang kendali kemudi untuk menyongsong tugas pada hari ini.

Ngeeeeng…. majuu. Selamat beraktifitas hari ini. Wassalam. (AKW).

Momentum PABURANTAK – fbs

Cerita pagi tentang momentum dan selarik senyum.

CIMAHI, akwnulis.com. Minggu pagi dimanfaatkan untuk menggerakkan raga dan melangkahkan kaki agar target 6000 langkah minimal sehari agar terpenuhi. Sekaligus juga memenuhi pesanan anak istri untuk membeli kupat tahu spesial yang menjadi langganan meskipun agak lumayan jaraknya jika ditempuh dengan berjalan.

Tapi justru ini kesempatan atau memontum untuk bergerak, berjalan kaki sekaligus beli kupat tahu dalam waktu yang sama. “Worth it khan?”

Nah membahas momentum, maka menghadirkan ide yang akhirnya bisa menuliskan menjadi sebuah cerita ringan yang mungkin bisa menghibur khalayak pembaca dari websiteku ini.

Momentum adalah besaran vektor yang dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara massa benda dan kecepatannya. Rumusnya adalah p = mv (momentum = massa dikali kecepatan). “Wuih jadi serius yah?”

Tapi bener lho, bahwa momentum itu bisa dilihat dari massa atau bobot beratnya suatu kegiatan yang dilihat dari berbagai sisi baik anggaran, ukuran, banyaknya sumber daya manusia hingga promosi yang luar biasa dikalikan dengan kecepatan fikir untuk memastikan saat yang tepat dalam mengambil tindakan dan keputusan. Sejalan dengan pengertian di KBBI bahwa momentum itu memiliki arti ‘saat yang tepat/kesempatan’.

Dari ide itulah sebuah jalinan kata dapat hadir menjadi cerita, tentu cerita rekaan alias cerita fiksi berbahasa sunda. Selamat membaca…

FIKMIN # PABURANTAK #

Domba hideung sakumaha pamènta geus ditungtun, leungeun kènca ngajingjing buah kiwi ustrali. Rèk mèrè hadiah spèsial poè lahir jikan, poè isuk milad ka 51. Rèk ngareureuwas jikan mèh atoh. Sanajan hargana lumayan, tapi diihtiaran.

Ari kiwi mah meunang meuli tadi isuk, kukumpul tina ladang endog meri. Buah kiwi gè geus lila dipikahayang jikan nepika ngimpi tilu poè tilu peuting. “Kudu kiwi ustrali nya kang.”

Anjog ka imah kadèngè sora jikan di pawon keur masak bari hahariringan dipirig lagu ajojing nu keur piral. Keketeyepan muru panto tukang, domba hideung nuturkeun. Panto dibuka saeutik, ngadeukeutan ti tukangeunna.

Wilujeng milad mamah!” Bari jikan digabrug.

Tuluuung!”

Gubrak, katèl dibalangkeun, cukil dipakè ngababuk. Jikan lumpat gogorowokan. Domba hideung leupas, kiwi paburantak sawarèh pejèt katincak. Di buruan, jikan ngajanteng olohok. Geuning lain rampog nu nangkeup tèh.

Uing ngadeukeutan, jikan nyorongot, “Geus aki-aki mah teu kudu roromantisan lah, tuh udag domba, lebar!”

***

Demikianlah cerita singkat tentang ‘momentum’ ini, dan ada satu lagi pesan yang penting, jangan memberi surprise pasangan mendahului harinya alias mendahului momentumnya, karena hasilnya kurang menyenangkan, percayalah.  Wassalam (AKW).

***

DEFILE – AJOJING & KOPI.

Semua hadirkan kabisa dan ngopi tetep harus bisa.

CIMAHI, akwnulis.com. Keriuhan pagi hari menjelang siang di halaman tengah kantor begitu menyenangkan. Semua terlarut dan menikmati rangkaian acara yang direncanakan, diatur dan dikordinasikan oleh para ASN muda, generasi penerus birokrasi yang sekarang bertugas di Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Sebuah prosesi regenerasi dari generasi ‘kolotnial ke millenial’ secara teknis kegiatan tetapi secara kebijakan dan dukungan keseluruhan tetap diaping dan diawasi oleh para kolotnial.

Pagi hari yang menjadi momentum dimulainya rangkaian acara di lingkup dinas dengan melibatkan seluruh elemen yang ada. Baik berdasarkan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) dan satuan pelayanannya juga di lingkup bidang dan sekretariat. Semua tumpahkan ide kreatifitasnya untuk menjadi bagian baik dari sisi performance kekompakan kelompok ataupun individu dengan batasan waktu yang ketat.

Juga penggunaan aksesoris defile yang tidak berlebihan, apalagi menjadi beban biaya untuk sewa peralatan. Semua berusaha optimal meskipun tetap dibalut dengan kesederhanaan. Karena kembali kepada philosopi kemerdekaan di lingkup dinas, bahwa peringatan kemerdekaan bukan berarti hura-hura tetapi memperingatinya dengan bersama-sama ceria dengan konsep dari kita, oleh kita dan untuk kita.

Judul resminya adalah defile masing-masing dan dipersilahkan menampilkan aneka kreatifitas yang ada tentu dengan batasan waktu yang tertata. Maka berbagai kreatifitas hadir beraneka, dari mulai gerakan baris berbaris yang kompak tapi lucu, marching band, vocal grup, joged bersama, pantun jenaka, yel-yel hingga retsing (kabaret singkat). Semuanya dilakukan dengan gembira, apalagi dikala terjadi kendala membuka konfeti atau ada juga musik pengiring telat hadir, maka tawa membahana menjadi penanda keceriaan.

Sebagai implementasi penilaian yang mengusung tema independensi maka dewan juri diambil dari para expert yang fashionable serta paham tentang rumus baris berbaris. Ada bunda juju perwakilan mitra, ibu Nina pimpinan DWP juga bapak Azis Zulfikar seorang ASN kreatif yang selalu tampil elegan. Inilah yang diembani amanah oleh panitia memberikan penilaian yang akhirnya akan diumumkan pada acara penutupan nanti di akhir bulan agustus 2023.

Ada satu kata yang menjadi kesimpulan setelah semua defile melalukan tugasnya untuk menampilkan kamonesannya yaitu lagu sunda yang lagi hits bingit, yaitu lagu AJOJING. Lagu ceria ini memaksa segera bergoyang dengan ketukan gendang yang khas malah dikolaborasikan dengan musik koplo pantura-an.

Lagu eh musik ini menjadi primadona dalam defile ini, karena ada 4 kontingen menggunakanannya sebagai latar musik dan rata- rata semua bergoyang dengan kapasitas masing-masing. Dari mulai goyang dalam hati, goyang sedikit jari kaki hingga ngarengkenek bergaya jaipong yang pas banget dengan alur musik candu ini gan.

Ajojing ala ala ajojing…..  Ajojing ala – ala ajojing!!”

Maka sesuai arahan pimpinan untuk mentahbiskan AJOJING ini menjadi tema pendukung rangkaian acara memperingati hari kemerdekaan ini diperlukan penelaahan singkat jangan sampai sesat makna dan berakibat sesat rasa.

Berdasarkan KBBI, kata ajojing berarti ‘Dansa dengan cara berjingkrak. Sementara kalau terjemahan bebas lebih cocok sebuah singkatan : Ayo Bergoyang sambil jingkrak (Ajojing). Tapi ada juga seorang kawan membisikkan arti ajojing adalah, “Ayo berjoged… Jing!”

Upss..

Jangan gunakan arti yang terakhir karena sarat makna kata – kata kasar hehehehe. Supaya pikirannya cekas dan fokus maka perlu di doping dengan sajian kopi arabica sunda typica yang diseduh manual dengan corong V60. Sebuah cara menikmati kohitala tentu dengan metode sederhana dan menghasilkan cairan kopi yang apa adanya tapi mampu hadirkan body, acidity dan aftertaste yang berbeda.

Sajian kopi arabica sunda typica diabadikan terlebih dahulu dengan latar belakang sorai – sorai ramai para peserta, panitia, penonton, penggembira dan masing-masing manajer area yang beradu ketangkasan pada rangkaian lomba tradisional yang seru dan penuh canda tawa. Diawali dengan lomba tepung sehingga banyak peserta yamg cemong dan wajah putih, lomba kelereng sendok, balap bakiak dan balap karung berhelm.

Kembali sang pejuang tepung harus ditambah bau amis karena mengikuti lomba memasukkan belut estafet ke dalam botol terus balap makan kerupuk dengan kecap yang enak dan seru hingga akhirnya ditutup dengan lomba pecah balon. Lomba penutup yang dirancang oleh para milenial pengampu acara agar dari mulai lumuran tepung berpadu keringat, bau hanyir belut dan bubuk krupuk berbalut kecap serta jelas cucuran keringat ditutup dengan air segar dari balon yang pecah memberi kesegaran dan gelak tawa. Kalian semua luarrrr biasaa.

Nah urusan sajian kopi, ternyata arabica sunda typica menghadirkan keseimbangan rasa antara body dan acidity di level medium. Sementara aftertaste-nya ada rasa kacang tanah dan selarik lemon yang menyegarkan. Srupuut gan. Trus inget lagi tentang AJOJING, sebagai anak yang lahir dan besar dalam keluarga sunda itu maka makna ajojing adalah berjoged dalam suasana gembira. Baik sendiri ataupun berkelompok dengan iringan musik yang mendayu, bisa ketuk tilu, dangdutan ataupun jedag jedug atau jep ajep. Intinya bergembira dan bergoyang. Tapi tidak salah juga jika buat singkatan lain tentang ajojing ini yaitu : Aplikasi Jaringan Organisasi dan Jaringan Informasi Non Goverment.

Halah maksa pisan, terserah aja ah. Udah kita sruput kopi aja”

Maka sruputan ketiga menutup catatan bahagia sore kali ini. Sebuah acara pembukaan dan lomba-lomba ceria dan bahagia. Have a nice weekend kawan. Wassalam (AKW).

***

Catatan : bagi yang merasa photonya tidak tercantum disampaikan permohonan maaf, tapi kalau mau ya kirim saja photonya. Cekidot.

EMOSI & KATA

Ternyata sejumlah kata bisa damaikan suasana.

CIMAHI, Akwnulis.com. Sebuah luncuran kalimat menohok ternyata diteruskan dengan rangkaian kata yang begitu memojokkan. Membuat jiwa ini tersudut dan seakan mengecil dari kenyataan dunia ini. Seluruh pandangan mata seolah tertuju kepada raga rapuh ini yang terus menjadi bulan-bulanan.

Mengapa begini?”

Kalimat tanya menjadi pembuka, tetapi ketahanan mental dan gejolak emosi harus terkendali karena melihat serbuan kalimat – kalimat penuh tekanan dan tendensius ini mulai menggoyahkan kendali emosi dan menghapus nalar sehat untuk segera berucap demi harga diri.

Gejolak batin harus tertata dengan helaan nafas teratur berbalut kepasrahan. Sebuah kesadaran rasa kembali terbentuk dan menjadi pondasi hakiki dalam menghadapi sebuah kondisi yang kurang mengenakkan ini. Apalagi aura ketegangan mulai terlihat dari wajah – wajah hadirin. Tentu dengan gejolak dan celoteh hati yang berbeda. Ada yang degdegan takut kena giliran disemprot, tapi ada juga yang merasa senang melihat raga ini menjadi sasaran dan tak bisa sama sekali memberikan perlawanan.

Sementara hamburan kalimat terus mendera, jiwa terdiam dan emosi stabil menjadi pegangan. Tentu dengan berdzikir dalam hati yang terdalam, kita harus kuat dan tenang dalam hadapi kenyataan. Apalagi sikap kita dalam menghadapi ini tentu menjadi penentu bagi sikap teman – teman yang semakin kikuk dengan ketegangan.

Maka wajah tetap tegak dan menatap pembicara tanpa menghadirkan ekspresi berlebihan. Kata anak sekarang mah, B aja alias ‘biasa’ aja. Pikiran yang relatif stabil dengan hati yang damai memberi kestabilan emosi yang sejajar maka apapun kalimat yang dagang, biarkanlah sebagai bagian dari perbaikan di masa mendatang.

Lagian kenapa juga harus tegang?”
“Padahal tegang itu ada saatnya, ada tempatnya khan?”

Alhamdulillah dengan semua ketenangan ini, perjumpaan formal akhirnya usai dan semua bubar dengan membawa segala persepsi dan kekesalan. Penulis sih santey aja, lha wong pembahasan tadi bertujuan untuk perbaikan, meskipun disampaikan dengan penuh penekanan.

Ingatan tiba-tiba terbang ke 20 tahun lalu, disaat menjadi birokrat muda yang baru menapaki karir. Sebuah doktrin dari atasan harita, “Sabar Jang, jadi staf mah ukur 2 urusan, dititah jeung dicarèkan (Sabar, menjadi staf itu hanya 2 pilihan, yaitu disuruh & dimarahin).

Jadi senyum sendiri dan menjadi catatan penting bagi diri ini, bahwa secuil kalimat apresiasi bagi anak buah menjadi berharga dan menumbuhkan motivasi bekerja lebih baik, disamping dengan kemarahan dan perintah.
Maka untuk menetralisir semua gejolak rasa ini, diperlukan penyeimbang yang hakiki. Tentu doa penenang adalah utama, tetapi secangkir kopi akan menjadi penetralisir rasa dan rupa. Maka segera bergerak meninggalkan tempat pertemuan menuju pertemuan lanjutan dengan sang kohitala, Kopi hitam tanpa gula.

Bergerak kemana?”… tunggu tulisan selanjutnya. Hatur nuhun (AKW).

KOPI KELAPA LEMON RAJA MANGKUNEGARAN.

Menikmati Kopi seperti raja solo di masa silam.

SURAKARTA, akwnulis.com. Perjalanan menikmati kopi dalam berbagai kesempatan yang sudah tertuang dalam blog ini ternyata sudah berhitung tahunan dengan segala dinamika, warna, suasana, tempat, baristanya semakin melengkapi sebuah warisan diri yang tertuang dalam jalinan kata serta dilengkapi poto pendukung yang menjadi penegas dari semua jalinan cerita.

Seiring waktu ternyata kesempatan menikmati kopi hitam tanpa gula ini terus bergulir dan terbuka. Jadi jika sebagian kawan berpendapat bahwa kemanapun harus bisa bersua dan ngopi kohitala. Kenyataannya tidak begitu. Menikmati kopi ini lebih kepada mengikuti aliran takdir saja, tidak memaksakan dimanapun harus ngopi tapi disaat memang mendapat pengalaman baru tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kopi maka sajikanlah dalam tulisan atau dokumentasi video melalui channel youtube kesayangan.

Nah yang menariknya adalah kemanapun bergerak dan menjelajahi bumi ini, baik dengan judul kedinasan ataupun keperluan keluarga dan juga urusan pribadi, ternyata kesempatan bertemu kopi dalam aneka bentuknya itu seolah sudah diarahkan alami. Meminjam istilah Prof Johannes Surya adalah ‘MESTAKUNG‘ yaitu seMESTA menduKUNG.

Maka semangat konsistensi menulis dan membuat video youtube dipertahankan meskipun tentu dilakukan di waktu luang dan berusaha untuk tidak mengambil jam dinas ataupun jam bercengkerama dengan keluarga.

Pada tulisan kali inipun tidak mengkhususkan ingin menikmati kopi di tempat yang spesial, tetapi kenyataannya memang itu yang terbuka di depan mata. Maka bersyukurlah, jalani, nikmati dan tulis sesuai dengan kata hati.

Tulisan kali ini adalah MENIKMATI KOPI DI TEMPAT MAKAN SANG RAJA. Wuih mantaabs khan?….

Jadi tulisan ini hadir setelah menikmati makan dan minum di tempat para raja – raja Surakarta di masa lalu tepatnya di Pura Mangkunegaran Surakarta. Salah satu yang dipilih tentu yang ada kopinya, itu lagi itu lagi. Ya gepepe atuh, khan setiap orang berhak menulis sesuatu dengan berpegang pada prinsip konsistensi tema serta keberlanjutan. Jadi wajar kalau menulis lebih menyoroti tentang sajian kopi ataupun yang berkopi.

Tempatnya berada di dalam komplek kerajaan Pura Mangkunegaran Kota Surakarta, nama restorannya adalah PRACIMA TN MANGKUNEGARAN. Restoran ini menjadi sangat spesial karena menyajikan originalitas baik sajian menu makanan dan minuman serta suasana masa lalu plus yang menarik adalah menjaga tatakrama keraton yang begitu ketat aturan. Semua itu dibalut dengan manajemen modern yang terbuka dengan mengawinkan teknologi dan kemajuan media sosial dengan nilai masa lalu yang memiliki kekhususan.

Jadi yang kepo dan ingin tahu tentang restoran ini tinggal buka instagram, searching ‘Pracima’ lalu klik link untuk info pemesanan dan interaksi awal langsung terjadi. Menariknya adalah pembatasan pengunjung yang akan masuk ke restoran dengan dibagi jam masuk plus pembatasan maksimal 90 menit berada di restorannya serta standar pakaian yang digunakanpun spesifik seperti tidak bercelana atau rok pendek, tidak menggunakan sandal serta tidak menggunakan batik motif tertentu.

Kondisi riilnya yang dilihat langsung oleh penulis adalah sebuah kompromi tapi adab tetap dipegang. Pada saat pengunjung termasuk anak-anak bercelana pendek maka diwajibkan menggunakan kain agar menutupi bagian kaki, tanpa kecuali. Jadi bukan berarti yang rok mini serta merta ditolak. Sementara untuk yang langsung datang tanpa reservasi disarankan JANGAN. Karena pasti ditolak. Pertimbangan pengelola sederhana, restorannya memiliki kapasitas tertentu dan itu sudah sesuai dengan pesanan secara online.


Eh kok jadi membahas urusan restorannya ya?”
“Ya nggak apa-apa, karena pada akhirnya sajian kopi adalah bagian penting dalam prosesi makan minum ini.

Pada saat menu tersaji, pilihan kopinya sedehana sekali. Yakni americano, cappucino dan cafelatte. Sebuah pilihan yang agak menyesakkan bagi pecinta manual brew karena jelas eksplorasi terhadap biji kopi akan terlumat oleh mesin kopi dan akan hadir sajian kopi yang super mirip dengan sajian kopi ditempat lainnya. Maka diskusi terjadi, lalu ada penawaran kopi kelapa lemon. Lupa nama di menunya. Pokoknya campuran kopi, air kelapa dan lemon.

Wah ini menarik. Pesan satu ditambah dengan menu minuman asli yang tercantum adalah PARE ANOM, yaitu sajian minuman perasan jeruk baby dan jeruk lemon, syrup dan kolang-kaling yang tersaji dingin serta dihias dengan sate kolang-kaling diatasnya.

Sajian kopi kelapa lemon dinginnya begitu menyegarkan. Rasa kopi tetap hadir meskipun terbatas ditemani manis alami dari air kelapa muda plus asamnya lemon melengkapi nikmatnya suasana serasa menjadi raja penguasa keraton yang sedang menikmati makan sore bersama kolega atau keluarga. Makanan utamanya adalah PITIK GORENG JANGKEP dan sebagai pembuka dipilih SELADA TOMAT KALIYAN KEJU serta ditutup dengan minuman PARE ANOM yang segar dan ceria.

Tuntas sudah menjadi eh merasakan suasana makan minum raja Pura Mangkunegaran selama 90 menit direstoran. Dilanjutkan mengabadikan taman pracima yang luar biasa. Air mancur warna warni, gedung restoran pracima yang bertabur cahaya serta gazebo pembuka yang juga tak kalah mengesankan telah memberi nilai lebih dari pengalam ngopi di kota solo ini. Selamat menghadapi tugas bekerja di esok hari, senin pagi. Wassalam (AKW).

KOPI GAPURA – ZUMBA – PRESENTASI ASAFUNYA

Ngopi Kerja Kerja Ngopi, ya Ngopi ya kerja…

BANDUNG, akwnulis.com. Perjalanan pagi yang menyenangkan menuju arah dataran tinggi Bandung utara, tepatnya sebuah kawasan resort yang cukup sering didatangi baik urusan pekerjaan atau sekedar nongkrong dan ngopi di cafe CUPBa dengan produk spesialnya yaitu cold brew 3 bln dan 6 bulannya. Rasanya spesial, asem kecut, manis agak nyereng… apa ya nyereng itu bahasa sunda, dalam bahasa indonesianya adalah rasa yang menyengat manakala meminum minuman, biasanya yang bersoda. Nah ini kopi tanpa soda tapi tetap miliki rasa sengatan yang unik.

Tapi tulisan kali ini adalah momen ngopi disini tapi kopinya berbeda. Kopi hasil racikan sendiri di rumah dengan metode manual brew V60 dan biji kopinya adalah arabica wanasuka dari seribukopi roastery bapak ampi Cimahi. Dibawa di botol dan tak lupa membawa gelas kaca mini phirex kesayangan. Setiba di lokasi langsung mengarah ke atas kiri, tepatnya ke Pasar Kebun. Sebuah nama untuk kawasan belanja alami dan nongkrong di weekend kalau nggak salah. Setelah berkeliling sedikit lalu mendaki dengan tangga besi hingga mencapai halaman belakang hotel yang sekarang sudah punya ornamen baru yaitu gapura ukir dengan gaya bali.

Ingatan ini segera melesat ke pulau dewata Bali. Perjalanan 2 jam dari kota Denpasar menuju kabupaten Karang Asem dengan mobil rental. Berhenti di area parkir dan dila jutkan dengan shuttle dituntaskan berjalan kaki sekitar 9 menit hingga tiba di area pura lempuyangan. Weits perjuangan belum tuntas, undakan anak tangga menjadi tantangan pamungkas hingga akhirnya mencapai titik gerbang Gates of heaven yang viral itu tuh. Berlatar belakang gunung Agung yang megah, pasti epic deh hasil photonya.

Tapi khan nggak mungkin tiap minggu atau sebulan sekali ke bali atuh, jebol kantong dan ngak bekerja ini teh?… mah kalau bicara kemiripan tentang gerbang ini terdapat juga bentuk gapura ini di area candi kleco karang anyar jawa tengah. Minimal kalau mau kesini dari bandung bisa tancap gas pake mobil, bis atau juga touring motor via jalan darat. Inipun posisinya berada di dataran tinggi gunung lawu dan diberi nama candi cetho dimana cetho itu artinya jelas. Jelas melihat pemandangan dari dataran tinggi.

Terlepas dari itu semua, kehadiran gapura ukir beton ini menambah kelengkapan titik intagramble yang akan menghiasi halaman media sosial pengunjung, penginap dan pelewat. Maka sebagai pengopi perlu diabadikan momentum menikmati sajian kopi disini. Tentu sambil duduk dan ditemani semilir angin pagi yang mendamaikan hati.

Ternyata pagi ini menikmati esensi ngopi ada 2, yaitu menikmati kopi dan mengopi suasana pagi. Sebuah saat dimana mengembalikan mood dan membuahkan semangat untuk terus bekerja dan bekerja tapi tetap tidak lupa memaknai dan mensyukuri semua kenyataan yang ada.

Kopi disruput sambil duduk dilanjutkan ikut bergerak badan sedikit dengan musik zumba yang energic, apalagi iringan musiknya dengan musik jedak jeduk kekinian seperti kolaborasi ikan dalam kolam, flowernya Ji sung hingga lagu hits domba kuring. Hayu joged sedikit kawaaaan…

Sebagai penutup sesi ngopi pagi ini maka dengan terpaksa meninggalkan gelanggang zumba dan melangkah menuju lokasi pertemuan dimana akan mendampingi pimpinan memaparkan inovasi gerakan pengelolaan aset dengan jargon ASAFUNYA, asetnya ada fungsinya nyata. Agak malas pergi menjauh dari haru biru musik yang menyenangkan ini, tapi apa mau dikata, keputusan harus dilakukan.

Ternyata ada sedikit perubahan rencana, disaat melewati area kolam renang dan melibat stok kopi siap minum ini masih ada setengah botol, kenapa tidak mari dinikmati dipinggir kolam renang ini. Segera menuju kursi santainya, siapkan gelas dan botol kopinya, tuangkan dengan seksama. Santai dulu guys, nangkarak sambil sruput kopi, nikmat pisan… Alhamdulillah.

Dan… ngopi terakhir sesi kali ini adalah dikala persiapan untuk mengikuti tahapan presentasi. Ngopi di meja peserta disamping pak bos yang sedang bersiap untuk tampil sebagai panelis selanjutnya. Selamat memaknai rangkaian hari kerja dan ngopay jangan lufaa… eh lupa. Wassalam (AKW).

KOPI & BAYI YG MENYAYAT HATI.

Sruput kopi bersama bayi – bayi yang menyayat hati.

BATUNUNGGAL, Akwnulis.com. Keberangkatan berdinas pagi ini adalah sebuah janji yang berulangkali dijadwal ulang karena berbagai pertimbangan dan alasan. Alhamdulillah baru menjelang sianglah raga ini mulai bergerak menuju wilayah buahbatu tepatnya di kawasan batununggal Kota Bandung.

Judul resminya monitoring dan evaluasi program dan kegiatan terutama pengelolaan anggaran semester I yang telah berakhir di akhir bulan juli lalu, jadi pasukan tim perencanaan dan pelaporan hadir bersama-sama. Maka dari Cimahi melewati tol gate baros 2 dan keluar di toll gate buahbatu, lalu lintas cukup padat seperti biasa. Lalu setelah dijalur utama ada belokan ke kiri ke kawasan batununggal dan disitulah tujuan kita hari ini.

Penyambutan begitu hangat dari Kordinator Satuan pelayanan anak dan balita yang merupakan satuan pelayanan dari UPTD PPS Griya ramah anak yang terletak di daerah pagaden subang. Sekaligus juga hadir ibu Kepala UPTDnya yang kebetulan sedang monitoring ditempat yang sama. Ditambah pak kepala bidang rehabilitasi sosial ikut bergabung sehingga menyempurnakan kunjungan kerja monev kali ini.

Karena judul kegiatannya adalah silaturahmi dalam rangka monitoring dan evaluasi maka berkeliling area satuan pelayanan ini menjadi langkah pertama. Meskipun baru lantai 1 saja dan dilanjutkan dengan meriung bersama di ruang pertemuan untuk berdiskusi dan membahas berbagai hal termasuk tema tentang pengasuhan anak alias fortesker… eh salah, Foster Care.

Maka penjelasan awal dari ibu Kasatpel PSAB dilengkapi ceriwisnya ibu Kapus GRA membuka wawasan dan pemahaman bahwa pelayanan sosial ditempat ini berbeda dan menyimpan aneka cerita dan drama.

Tapi sebelum jauh membahas tentang drama dan sinetron, maka menikmati kopi hitam tanpa gula yang sudah tersaji didepan mata adalah keharusan yang nyata. Hayu sruput dulu.

Kopi tersaji di cangkir putih, mengubah hati ceria dan tidak lagi tertatih. Memikirkan aneka cerita yang begitu menyayat hati tentang kenyataan dan hadirnya para bayi di tempat ini.

Para bayi, begitu banyakkah?”

Bagaimana kondisinya?”

Pertanyaan ini tentu menyeruak, dan jawaban singkatnya adalah terdapat 17 bayi dan 10 anak yang ada di satuan pelayanan ini. Bayi – bayi tak berdosa ini ada di lantai 2 dan akan segera dihampiri setelah diskusi ini diakhiri.

Disarankan makan siang dulu bersama sebelum naik ke lantai 2, khawatir suasana hati menjadi gundah setelah bertemu dengan bayi-bayi dan selera makan menghilang. Padahal penulis mah santuy urusan makan mah, makin sedih makin lapar, makin galau makin lapar apalagi pas lagi senang, tentu makin banyak ruab-raeb*) makan banyak. Pantesan badan makin membulat dan masagi.

Dikala raga dibawa kedua kaki melangkah menaiki tangga ada rasa berbeda di hati ini, entah sugesti karena cerita tentang nasib anak bayi atau alasan lain, yang pasti secuil sedih terbit di sanubari.

Sebelum memasuki ruang balita diwajibkan menggunakan hand sanitizer yang tersedia di samping kanan pintu masuk. Crot crot crot.. usap usap usap di kedua tangan dan masuklah ke ruangan perawatan.

Jeng jreeng…. wajah wajah bayi mungil bersih terawat dan penuh harap terpampang nyata di depan mata. Dikala kedua tangan terulur maka langsung disambut dengan semangat bayi yang baru bisa berdiri dan dikala digendong dan dipeluk, senyuman indah dari mahluk kecil ini meluluhkan hati. Apalagi pas coba dikembalikan ke boxnya, tangannya tetap terulur untuk bersiap digendong lagi…. hap gendong lagiiii… terjadi sampai 3x tapi para pengasuhnya segera ambil alih dan sang bayi langsung menangis, mungkin marah atau sedih karena tidak boleh digendong lagi.

Bayi lainnya ada beberapa yang cacat sejak dilahirkan, hingga usia 3 tahun ini hanya tergolek lemas dengan kondisi mengenaskan. Bayi ini hadir kedunia karena kasus inces ayah kandung memperkosa anak kandungnya sendiri dan melahirkan bayi-bayi ini. Lalu bergeser ke box yang lain, terlihat senyuman lebar bayi putih montok yang sebelumnya ternyata dibuang oleh ibunya sesaat setelah melahirkan dan tergolek di lantai rumah kosong bersama ari-ari tanpa dibungkus selembar kain sekalipun.

Ada juga yang terbaru, bayi mungil yang dibuang di pinggir sungai citarum daerah nanjung. Bayi di tas dengan posisi terbalik dan hampir terjatuh ke aliran sungai, alhamdulillah ada warga yang menemukan dan menyelamatkan. Ada juga yang dibuang di dalam dus dan satu lagi bayi yang terlahir di belakang pasar dari seorang ibu yang menderita ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) sehingga setelah melahirkan ditinggalkan saja sang bayinya begitu saja.

Ah cerita – cerita pahit yang nyata dan sekarang bayi – bayinya hadir di depan mata. Salah satunya sedang digendong dengan wajah ceria, jauh berbeda dengan kondisi mengenaskan dikala ditemukannya.

Kopi pahit yang tersaji tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan nasib mahluk – mahluk kecil yang begitu menyedihkan ini. Tapi disinilah ihtiar negara untuk hadir, merawat, menyayangi dan mencintai mereka sehingga tumbuh menjadi anak ceria.

Sebagai penenang hati maka raga ini beranjak pergi meninggalkan ruang perawatan bayi dan kembali ke ruang rapat tadi. Mencari dan menyambar secangkir kopi lalu menyeruputnya sambil berdoa kepada Illahi, semoga semua kenyataan ini bisa dijalani dan anak bayi ini segera ada keluarga yang menyayangi dan mencintai sepenuh hati.


***

Sebagai pengobat gundah gulana yang melanda karena melihat kenyataan yang ada. Segera berpamitanlah kepada ibu kasatpel dan ibu kapus bersama jajarannya. Maka janjianlah dengan pak Kabid rehsos untuk mendiskusikan langkah lebih lanjut di tempat ngopi sekitar  kantor satpel ini, yaitu di Cafe Coffee ON terletak di jalan terusan buah batu no.181 kujangsari kecamatan bandung kidul Kota Bandung.

Sajian manual brew V60 dengan pilihan biji arabica natural menemani perbincangan sore ini dilengkapi dengan sajian kedua manul brew V60 japanese yang menyegarkan. Mengalirkan ide dan berbagi pandangan tentang mekanisme foster care dan adopsi juga dibahas tentang kriteria COTA dan aneka cerita. Wassalam (AKW).

CUTI ANAK LIBUR SEKOLAH – piknik.

Harapan anak dan kenyataan ortu.

BANDUNG, akwnulis.com. Momentum liburan anak sekolah adalah tentu menjadi waktu yang ditunggu oleh anak – anak kita. Rehat sejenak dari rutinitas sekolah dan bisa santai serta main sepuasnya. Tapi terkadang kita orangtua melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Justru di saat disaat libur panjang ini diberi tugas untuk memgikuti kursus atau les itu ini, dengan alasan agar sang anak disibukkan dengan aktifitas yang jelas selama liburan ini. Karena kedua orangtuanya tidak libur panjang tapi harus bekerja seperti biasa karena memang sebagai pegawai yang tidak punya libur panjang.

Maka cara terbaik yang dilakukan adalah ajak diskusi si kecil yang sedang libur panjang, maunya apa dan bagaimana. Tentu dengan bahasa yang sesuai dengan umurnya.

Jadi ade pengen ayah ibu gimana untuk libur sekolah sekarang?”

Pikniiiik yang jauuuh”

Sebuah jawaban yang sudah terbayangkan, apalagi pas tahu teman – temannya sudah beredar kemana-mana. Gampang sebenernya, tinggal berangkat, cus.

Tapi….. nggak semudah itu ferguso, ayah ibu adalah pegawai yang menghadapi prosedur ijin cuti yang berjenjang dan by aplikasi atau sistem. Jadi nggak bisa mendadak dangdut beginih.

Sang anak hanya memandang dengan wajah polos menggemaskan, lalu komentar, “Auk ah, nggak ngerti”

Anak 7 tahun itu pergi meninggalkan kedua orangtuanya yang saling pandang lalu terdiam. Dia mengambil tabletnya, menyalakannya. Lalu terdengar kesibukan dari 3 aplikasi sekaligus yang menemaninya berinteraksi dengan dunianya.

Whatsaps voice grup adalah aplikasi pertama yang membuat dia berceloteh dengan 4 orang temannya. Lalu game online Roblox adalah aplikasi games yang dimainkan bersama atau disebut ‘mabar’ alias main bareng, diantaranya yang jadi andalan adalah mixue tower dan samyang tower. Ketiga sebagai pelengkapnya adalah lagu – lagu dari spotify dengan tema lagu dari demonslayer. Komplit pisan, itulah dunianya sekarang.

Maka kami berdua bersepakat untuk berikhtiar mengambil jadwal cuti ditempat kerja masing-masing dengan berbagai strategi. Poin pentingnya adalah waktunya bersamaan, sehingga bisa bersama anak kesayangan beredar antar kota menikmati perjalanan kesana kemari tentu dengan budget sesuai kemampuan.

***

Ternyata keinginan anak itu sederhana, tidak perlu jauh hingga melanglang buana. Cukup dengan sepelemparan batu, eh terlalu deket ya.. cukup 2x rute angkutan kota saja sudah bisa tertawa dan bahagia. Bermain bersama dengan binturong yang dianggap sebagai kucing besar jinak menggemaskan, ngasih makan rusa, naik unta 3 keliling saja hingga akhirnya memberi makan si sexy leher jenjang jerapah yang selalu ceria dengan lidah berliur panjang tapi memberi aura kebahagiaan.

Bergeser ke dunia ikan, maka aquarium di mall di ibukota jakarta menjadi pilihan termasuk menikmati makan siang sambil memperhatikan disamping kaca besar, sebelas pinguin berenang dengan riang.

Melengkapi kebahagiaan anak dimasa libur sekolahnya adalah memperkenalkannya pada museum nasional yang memberikan sentuhan modern dengan adanya ruang imersif yang full teknologi, keren pisan.

***

Itulah sekelumit aktifitas cuti bersama anak tercinta dan istri terkasih tanpa melupakan juga hobi penting tentang bagaimana memaknai kepahitan yang disruput bisa menghadirkan kenangan manis yang spesial. Tunggu tulisan selanjutnya. Wassalam (AKW).

KOPI GRIYA RAMAH ANAK

Perjalanan kopi eh dinas ke Griya ramah Anak.

PAGADEN, akwnulis.com. Dikala mentari baru saja hadir menyinari bumi dengan cahaya kemilau yang begitu indah, raga ini sudah bergerak menapaki jalan tol cipularang menuju satu tujuan. Kehangatan mentari menemani dari sebelah kanan sepanjang perjalanan di tol Cipularang, lalu di dilanjutkan belok kanan untuk memasuki arah Cikampek lalu menapaki jalur tol Cipali (Cikampek – Palimanan). Disini sinar mentari head to head langsung dengan wajah sehingga dibalik rasa bersyukur karena kehangatannya sekaligus harus waspada karena silaunya dapat mengganggu konsentrasi mengemudi sepanjang jalan tol ini.

Mau kemana pagi – pagi begini?”

Pertanyaan kepo mulai hadir menemani, tapi sementara tidak digubris karena fokus memicingkan mata agar bisa menyetir dengan baik ditengah gempuran silau mentari pagi. Semangaaat.

Tujuannya sebetulnya tidak sampai ke ujung Cipali yaitu area cirebon dan kuningan sana. Tetapi berbelok ke arah kota Subang dan dipertigaan antara arah kanan ke kota subang dan arah kiri ke pagaden terjadilah dilema. Namun segera diputuskan bahwa kita harus ke arah pagaden karena disanalah tujuan kita kali ini yaitu UPTD Pusat Pelayanan Sosial Griya Ramah Anak Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

Sebuah tempat yang mendapatkan tugas untuk merawat, mendidik dan menguatkan phisik dan mental serta perilaku anak – anak terlantar yang sekaligus tuna pendidikan agar mendapatkan hak untuk bersekolah, hak bernaung dan memiliki percaya diri yang kuat untuk menggapai mada depannya.

Maka sebagai langkah awal memberikan pendukungan terhadap keberfungsian dari UPTD ini adalah melakukan identifikasi aset yaitu melihat secara langsung, mengamati dengan teliti dan tentunya bertanya kepada orang – orang yang memiliki keterkaitan baik dari sisi kewenangan ataupun para anak terlantar yang menjadi klien.

Terdapat beberapa rumah atau disebut wisma yang dihuni oleh anak – anak dari berbagai tingkatan mulai dari usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Tentu asrama atau wisma putra dan putri terpisah dengan masing-masing terdapat pembina atau pengawas dari para pekerja sosial, penyuluh sosial.

Disaat berjumpa dengan anak – anak para penghuni panti atau klien di griya ramah anak, terlihat wajah – wajah polos tak berdosa yang dikarenakan nasib sehingga terpaksa terenggut haknya untuk menjalani masa kecil yang menyenangkan dan indah bersama orangtua atau sanak saudara karena ketidakmampuan ekonomi dan keterbatasan lainnya.

Tetapi secercah harapan hadir dari pandangan mata mereka dan juga gerak gerik ceria bersama kawan – kawannya menandakan proses pembinaan dan perawatan di griya ramah anak ini menjadi penguat mereka untuk mampu menapaki masa depan. Sekaligus secara parsial adalah sebuah negara menghadirkan fungsinya mengacu kepada UUD 1945 yang menyebutkan bahwa ‘….. fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara…’ dalam bentuk pelayanan anak telantar di griya ramah anak ini.

Tuntas berkeliling wisma langsung menuju ruang pertemuan dan melanjutkan pada sesi formal yaitu memberi motivasi kepada para anak – anak dimana sebentar lagi mereka lulus kelas 12 (SMA/SMK/MA) dan bersiap meraih impian selanjutnya. Tapi sebelum masuk ruang pertemuan ada secangkir kopi hitam menyambut penuh senyuman.

Itulah kawan, sebuah catatan kehidupan tentang tugas dinas sosial untuk memberikan pelayanan kepada anak anak telantar yang merupakan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dari 26 jenis PPKS yang ada. Terkait sruputan kopi yang kedua ditempat ini adalah kopi spesial aksara. Aksara adalah nama cafe yang dikelola  UPTD ini dan terletak di Kota Subang, tetapi saat ini sementara jeda beroperasi karena (katanya) sang baristanya pergi.

Maka sesi ngopi kedua terletak di antara bangunan mesjid dan kolam ikan, 2 tempat yang strategis. Satu tempat untuk beribadah, mengadu dan kontemplasi diri kepada Illahi sementara dihadapannya terdapat kolam ikan tempat berekspresi para pehobi. Tentu dalam rangka penyelamatan ikan yang tenggelam hehehehe.

Ini catatan penyelamatan ikan di salah satu satuan pelayanan griya ramah anak ini yang terlrtak di Kota Bogor, ini linknya NGOPI PENYELAMATAN DI CIBALAGUNG.

Maka ngopi eh minum kopi pinggir kolam sambil melihat rekan – rekan sedang berusaha menyelamatkan ikan tenggelam menjadi hiburan tersendiri. Suruput jeprut…..

Inilah sekelumit perjalanan ngopi eh perjalanan dinas sambil bertemu kopi kali ini. Sebuah pengalaman penting bahwa bekerja di panti atau sekarang disebut dengan griya tidak cukup hanya berbekal kemampuan nalar saja tetapi harus ditambah dengan hati yang ikhlas untuk melayani, merawat dan memberikan kasih sayang kepada klien anak yang telantar ini. Salam ngopi salam melayani dengan hati. Wassalam (AKW).

RURUSUHAN – fbs

Teu sami sareng sangkian.

FIKMIN # RURUSUHAN #

Matapoè nembè meletèk waktos juragan gugupay bangun nu sono. Teu nolih kènca katuhu langsung lumpat nepangan, teu sirikna notog-notogkeun maneh. Haruhah harèhoh pas dugi payuneunnana.

Aya pikersaeun naon Agan?

Sanès waleran tina pertarosan nu katingal tina lambeyna, tapi burahay soca sareng tulang raray nu katingal nahan kaambek. Sakedap mah ngaheneng, bilih lepat laku lampah.

Panangan ngeupeul tipepereket, duana. Tapi teu aya soanten nanaon. Jempling, aya ogè sakedik soanten hiliwir angin nu ngalangkung teu tangtos nu dijugjugna.

Papayun-payun tapi teu aya soanten nanaon, katingali rarayna sepa. Soca moncorong beureum teu ngiceup – ngiceup acan.

Punten Gan, punten” Soanten rada ditarikan. Mamanawian kadangueun. Tapi geuning angger dunungan ngabigeu. Raraosan asa ngawitan teu puguh. Dicobi mapatkeun ayat kursi sareng patihah.

Burinyay.. peureum saharita. Pas beunta teu aya sasaha. Ukur aya lamak beureum napel dina sisi tembok. Baseuh tur bau hangru. Diluhur matapoè tungkul, dareuda. (AKW).