Kopi di Senin Pagi

Senin pagi berbagi cerita kopi.

Apel pagi di senin pagi adalah momen silaturahmi sekaligus pengecekan absensi. Mendengarkan arahan dari pentolannya pimpinan, nambah wawasan sekaligus nambah vitamin D yang berasal dari sorotan sinar mentari di pagi hari.

‘I like Monday Guys’

Meskipun harus bertarung dengan kemacetan pagi, tetapi semua harus dijalani tanpa basa-basi. Atur saatnya bangun tidur dan tetapkan berangkat lebih pagi sehingga ada jeda untuk sedikit menghela nafas dikala terhadang kemacetan di beberapa titik pemberhentian. Ada perempatan yang memghambur banyak roda dua mengantar anak sekolah serta pekerja lainnya, bunderan yang akrab jadi botlle neck, jajaran sekolah yang kumplit dari mulai SMP, SMK dan ada SD, lengkapp sudah…. tapi itu adalah dinamika. Jalani dengan ikhlas dan berangkatlah di hari senin lebih pagi.

Apel pagi tuntas dilanjutkan dengan salaman terbatas. Bersua dengan wajah-wajah pejabat yang menduduki jabatan barunya pasca di rotasi hari jumat lalu. Setelah itu, ya kembali ke ruangan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada. Termasuk bersiap untuk meeting hari ini.

Tiba-tiba hp bergetar, ada pesan WA masuk, ‘Pagi pa, meetingnya gimana klo di taman belakang gedung sate? Saya dan tim udah disini.’
Nggak pake lama langsung jawab, ‘Oke, 5 menit lagi meluncur’

***

Urusan meetingnya nggak usah dibahas, yang lebih penting adalah suasana rapat di alam terbuka dengan menyecap udara pagi, begitu berbeda. Segar dan penuh inspirasi. Meskipun satu meja tidak bisa dikuasai sendiri karena fasilitas publik, tetapi disitu serunya, jadi rapat bareng-bareng hehehehe.

Yang lebih seru, dapet rejeki pagi. Secangkir kopi susu dengan gelas khusus.

“Maksudnya?”

Gelas khusus penguasa eh pengelola gedung sate. Isinya tetep kopi susu, tetapi nilainya yang berbeda. Nilai rejeki, nilai kebersamaan dan nilai silaturahmi.

Sruputt… ludddes. Wassalam (AKW).

***

*)buat yang penasaran pengen ngopi disini. Dateng aja jam 10.00 wib, lokasinya di parkir timur gedung sate, ada cafe Gesa yang sedia aneka kopi juga cemilan, plus wisata sejarah ke museum gedung sate yang buka hari selasa sd minggu.

Kopi di awal Januari

Ngopi awal tahun 2019, kemoon.

Photo : Segelas Picollo yang nikmat / dokpri.

LEUGAJ, akwnulis.com, Seiring waktu menapaki janji, seuntai makna kehidupan kembali dirangkai kembali.

Setelah setahun lalu penuh cerita dan beraneka suka duka, maka sekarang menyongsong awal tahun 2019 dengan optimisme.

Terkait urusan kopi, sudah diawali dengan manual brew rumahan Kopi Gayo Wine Aman Kuba, dan ngopi lainnya yang memang tidak selalu didokumentasikan.

Photo : Segelas Kopi hasil manual brew V60 / dokpri

Soalnya jadi sibuk ambil photo, kopi seduhannya keburu dingin… hehehehe, atau udah diseruput abis, eeh.. lupa belum diphoto saking nikmatnya.. Alhamdulillah deh.

Sekarang kebetulan ngopinya di cafe, ngedadak ada yang ngajak, siapa takut. Maka sajian kopi manual brew V60 dari biji kopi arabica.. aduh lupa namanya, itu juga saking nikmatnya (ntar diinget-inget dulu) ditambah dengan Picollo.

Itu dulu yach… (AKW).

Gayo Wine Aman Kuba

Cerita kopi itu beraneka rupa juga tersaji berjuta makna, nggak percaya?.. silahkan baca.

Photo : Sebungkus kopi gayo wine aman kuba tampak belakang / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com, “Nih de, kopinya klo mau nyoba. Tapi rasanya biasa aja” Kakak ipar nyodorin sebungkus kopi.

“Makasih Mas” Jawaban singkat sambil menerima sebungkus kopi berwarna putih hitam kelir hijau.

Sepintas dibaca, “Wow kopi gayo wine, perlu dicoba nich”

Sepenggal dialog yang dilanjutkan dengan berbagai cerita, dari urusan keluarga hingga negara. Kopinya tergeletak dulu di meja, sementara.

***

Ada hal yang mengganjal, dengan sepenggal dialog tadi. “Apa benar kopi gayo winenya miliki rasa biasa?” Penasaran jadinya.

“Bagaimana cara meredakan penasaran ini?”

“Gampang, buktikan saja!!”

Nggak pake lama, segera menyambar peralatan yang ada. Corong V60, kertas filter, timbangan, tombol merah air panas maksimal di dispenser segera pijit, grinder kabelnya dicolokin, server darurat dari botol kaca bersiap, gelas ukur berujung runcing siap bertugas.

Ternyata, kopi gayo wine ini sudah digrinder kasar, berarti tinggal dieksekusi saja.

Photo : Ini bungkusnya tampak depan / dokpri.

Dengan ukuran 1 : 15 maka timbangan mulai beraksi, proses eksekusi dimulai. Kertas filter tidak lupa diguyur air panas dulu, supaya sisa zat kimia yang mungkin tertinggal bisa luluh pergi menuju keabadian.

Bubuk kopi segera mendiami corong V60, dipertemukan dengan curahan perlahan tapi pasti air panas 91° celcius. Berpadu sempurna, diawali dengan jabat erat proses blooming, dilanjutkan saling berpadu dalam orkesta ekstraksi yang penuh sensasi. Menghasilkan tetesan sempurna, kopi asli yang memecah diri memunculkan segala kelebihannya yang ditampung dalam gelas server bening bersahaja.

Ditengah prosesi yang sarat makna, terdengar nada sinis yang bikin hati tersenyum geli, “Ribet amat dek bikinnya, pengen satu dua gelas aja sampe begitu rumit dan lama, padahal kopinya nggak terlalu menggigit, biasa aja”

Hanya senyum simpul yang menjadi jawaban, karena proses ekstraksi biji kopi lebih menawan dibanding hanya ungkapan pesimisme yang mungkin dilandasi ketidaktahuan, biarkan saja.

***

“Silahkan mas, kopinya udah jadi!” Disorongkan satu sloki kecil ke hadapan kakak iparku, dia masih acuh, hanya anggukan singkat sebagai tanda terima kasihnya. Aku sih santai aja, segera diteguk perlahan. Nikmati keberkahan dan syukur nikmat atas segala kemudahan serta keunikan rasa yang Allah SWT berikan.

Aroma harum kopi arabika gayo wine memang saingan berat kopi arabika puntang pangalengan jabar yang berulangkali menjadi juara dunia.

Tetapi itu tadi, mari kita nikmati.

Body medium tetapi menyisakan ketebalan di ujung lidah dikala sudah disruput semua. Taste fruitty yang kuat begitu memanjakan syaraf perasa, dengan acidity yang mantab, akan mengagetkan bagi yang belum biasa.

Jeddd.. dangg!!!, keasaman serasa anggur fermentasinya mengena. Bikin terperanjat sejenak dan lanjut nikmat.

Alhamdulillahirobbil alamin.

Tiba-tiba kenikmatan nyruput gayo wine ini terganggu oleh seruan mendadak sang kakak ipar, “Busyeet!!!, nendang banget nich kopi. Kok bisa gini dek?”

Wajahnya memandangku lekat-lekat, “Kemaren bikin diaduk biasa, nggak muncul rasa wine dan cafeinnya”

Senyumanku melebar, jangan bersombong diri ah. Nggak baik itu. Tarik nafas dulu yaaa.

“Itulah mas, sebuah hasil tidak akan menghianati proses maksimal yang dilalui”

Kakak iparku tersenyum, lalu berseru, “Tambah lagiii!!” Segera isi gelas server dituangkan habis ke gelas kecilnya. Srupuuut….. dan kami lanjut ngopi sambil tertawa bersama.

Nikmat itu adalah akibat, tetapi proses adalah inti dari perjalanan hidup yang hebat. Wassalam (AKW).

****

Kopi yang diseduh pake manual brew V60 adalah :

Wine coffee Gayo Arabica
Specialty coffee dari Aman Kuba

Produksi H. Aman Kuba, Takengon Aceh
amankuba.coffee@gmail.com
Netto 250 gram
Dinkes S.PRIT 610110614061
Halal

Fresh-Aroma-Mellow-Sweet.

Gayo Wine Stasiun Kopi

Cerita perkembangan blogku sambil menikmati sajian V60 Gayo Wine di dekat Situ Buleud.

Photo : Sajian V60 Gayo wine di Stasiun Kopi / Dokpri.

Perjalanan hidup adalah misteri, meskipun sering kita ingin semua yang akan terjadi adalah sesuai alur fikir diri. Padahal disitulah indahnya kehidupan, ketidaktahuan adalah berkah kehidupan.

Begitupun diriku bersama blog akwnulis.com ini yang sudah melewati tahun pertama. Yup, dahulu masih platform gratisan yaitu akwnulis.wordpress.com. Cukup menikmati dengan berbagai kemudahannya, terutama dari sisi ke praktisan bisa nulis di Smartphone, masukin image, tuntaskan editing dan posting saat itu juga tanpa perlu membuka laptop atau PC.

Kekurangannya cuma satu, ada iklan dari wordpressnya yang tentu tidak bisa diriku kontrol, dan yang keren adalah iklan yang tampil di blog wordpress ini akan sesuai dengan tema iklan yang pernah di klik oleh seseorang yang sering berselancar di dunia maya.

“Wah asyik, blognya banyak iklannya, traktir donk”

“Kamu teh punya villa ya?, kok iklannya vila mulu”

Berbagai pendapat yang memberi semangat untuk membuat blog tersebut menjadi lebih baik dan bebas iklan.

Itu bukan iklan aku hiks hiks hiks.

***

Alhamdulillah seiring waktu, blog inipun sudah menanggalkan embel-embel gratisannya. Namanya menjadi akwnulis.com, dan yang paling signifikan adalah halaman blog ini adalah bersih dari iklan. Sehingga lebih nyaman dalam membukanya.

Eh kok jadi bahas blogku seeeh, kita khan mau ngopi dan nongki-nongki…

“Siaap?…”
Meluncurrrrr

Photo : Salah satu sudut cafe yang bebas asap rokok / dokpri.

Memasuki halaman kafe terasa nuansa cozy yang dibangun. Jajaran kursi outdoor juga yang berada di dalam ruangan. Sebelah kanan langsung terlihat kesibukan beberapa pegawai dan tentunya kasir yang melayani pembayaran.

Yeaah, Akw sudah tiba disini, Stasiun Kopi Purwakarta.

Pilihan tempat di siang hari ini masih sangat mudah, apakah mau smoking room ataupun ruangan yang bebas asap rokok. Pastinya “No Smoking room” jadi pilihan, rekanku yang perokok ngikut aja. Giliran dia mau merokok, yaa tinggal keluar aja, gampang khan.

Photo : Lesehan outdoor Stasiun Kopi / dokpri.

Akw memilih tempat duduknya yang strategis, disamping jendela yang langsung bisa melihat ke arah luar. Jadi kalau janjian dengan seseorang, bisa langsung lihat siapa yang datang, apalagi kalau blind date, siapa tahu yang datang nggak cocok dengan profilenya, khan bisa siap-siap.

****

Sajian pertama adalah kopi Arabica Gayo wine yang menggunakan teknik manual brew V60 dan sajian kedua adalah ‘fied enoki mashroom’, itu tuh jamur enoki digoreng crispi disajikan dengan saos siap cocol. Panduan yang tepat untuk cemilan menjelang makan siang.

Banyak lagi menu lainnya, termasuk kata pelayannya adalah ‘steak maranggi’, tetapi berhubung perut masih agak terisi, ya ditangguhkan dulu pesan makanan beratnya hehehehe.

Kopi Gayo winenya sesuai ekpektasi, disajikan dengan botol server hario dan gelas kecil. Dituangkan perlahan di gelas, srupuuut…. nikmaaat.

Sebuah rasa khas gayo wine menggoyangkan lidah, memberi sensasi rasa fruity yang mengena, paduan rasa berry dan anggurnya memberi suasana berbeda. Meskipun memang cukup kuat rasanya bagi pemula, tetapi nikmatnya disana, disaat lidah dan perasa di sekitar mulut disergap aliran acidity yang medium high dengan body medium tetapi menebal rasa pahit dan asamnya di akhir lidah, sebuah sensasi rasa memberi kesegaran penuh makna.

Photo : Fried Enoki Mushroom siap dinikmati / dokpri.

Nggak lupa juga ngemil jamur enoki goreng crispi sambil berbincang bersama kawan, colek saus sambalnya baru masuk ke mulut, renyah garing dan nikmat, Alhamdulillahirobbil alamin.

Bagi yang penasaran dan kebetulan beredar di Kabupaten Purwakarta, posisinya di pusat kota di dekat Situ Buleud. Tinggal ketik di googlemap ajaStasiun Kopi Purwakarta’, pasti jumpa.

Oh ya, klo bawa mobil parkirannya bisa masuk ke halaman 2-3 mobil ataupun dipinggir jalan saja. Itu jikalau siang hari dan bukan .alam minggu, karena dimalam minggu jalan ini ditutup, menjadi arena rendervouz dan kuliner jalanan yang penuh sesak dengan manusia lalu lalang.

Trus giliran bayar, semua free. Alhamdulillah, Pak Bos Purwakarta datang menemui, menemani minum lopi dan nongki-nongki hingga akhirnya ngebayarin semua yang tersaji, “Hatur nuhun pisan Pak Bos RH”

***

Oke gitu dulu ya para pembaca setia blogku. Selamat menikmati blog ini tanpa iklan dan jangan lupa ngopi,

“Kenapa harus ngopi?”

“Karena pahitnya kopi dapat mengurangi atau menghilangkan pahit getirnya kehidupan”

Sampai jumpa di tulisan berikutnya, Wassalam (AKW).

Millenial dan Sholat Jama 2

Pengalaman menggunakan fasilitas sholat jama di bandara Radin Intan II.

Photo : Dokumen akw

LAMPUNG, akwnulis.com, Ini lanjutan dari tulisan terdahulu : Millenial dan Sholat Jama,

Terdiam sejenak, trus dilihat lagi petunjuk arah ke mushola laki-laki, ternyata belok ke arah kiri. Pantesan ada tanda yang dipasang darurat. Pake kertas HVS, kayaknya sering yang mirip aku, dengan pedenya buka ini pintu, padahal salaaah.

Setelah berbelok kiri lalu belok kanan , akhirnya terlihat gelaran sajadah hijau, “Eh tapi kok kecil banget ya mushola nya?”

Sebuah pertanyaan menggerayangi hati. Perlahan mendekat, dan mendekat. Ternyata…..

“Apa coba?”
“Mau tahu atau tahu banget?”

Duh maaf para pembaca, supaya ada efek penasaran yaaa…..

Ternyata itu adalah fasilitas bandara bagi yang akan menggunakan untuk beribadah sholat jama. Baik jama qashar ataupun sholat jama takdim dan jama takhir. Tulisannya yang cukup mencolok dapat membantu para penumpang yang akan melaksanakan sholat sesuai pilihannya.

Beranjak ke dalam, tersedia mushola kecil yang cukup bersih dengan nuansa kecoklatan. Bisa menampung kira-kira 20 orang jemaah. Sebelum ke mushola disamping kirinya ada tempat wudhu dan di sebelah kanan toilet laki-laki dan perempuan yang diatur terpisah.

“Ya iya terpisah, khan klo barengan mah nggak etis”

***

Penulis segera berwudhu dan kembali ke tempat sholat jama tadi. Memang hanya nampung 6 orang, tetapi cukup bagi yang akan sholat jama.

Bukan apa-apa, jikalau tidak terpisah memang sering menimbulkan kesalahfahaman dan ujungnya kekhusukan sholat yang terkorbankan.

Photo : dokumen akw.

Contoh begini, di mushola yang cukup besar. Kami bertiga sudah mengambil posisi solat di shaf hampir belakang mendekati hijab atau pembatas tempat sholat perempuan, mepet kanan. Maksudnya mengatakan secara tidak tertulis, “Kami lagi sholat jama, yang mau sholat biasa, jangan ikutan”

Eh ternyata tetep aja ada calon makmum yang sebenernya mau sholat dhuhur biasa, ngemakmum ke kami. Meskipun sebenernya tidak apa-apa, tetapi bagi kami yang lagi sholat, jadi sedikit buyar konsentrasi. Mau ngomong, “Ini mah lagi sholat jama” sambil nengok ke belakang.

Atuh BATAL sholatnyaaa……

***

Jadi pemisahan tempat sholat dengan sholat jama menjadi sebuah solusi cerdas dalam menjaga kekhusukan sholat. Disini menjadi menarik, karena yang mau sholat biasa ya pilih di mushola dan yang sholat jama bisa lebih konsentrasi. Di mesjid rest area KM57 Jakarta-Cikampek, pemisahan area shilat jama dengan yang sholat biasa adalah dengan memberikan papan petunjuk di beberapa shaf belakang.

Satu lagi, kalau di mushola Bandara Radin Intan II ini tertutup sementara untuk yang khusus area sholat jama dibatasi oleh kaca dan bisa langsung menembus memandang jalanan di depan bandara. Jadi harus khusyuk sambil memandang tempat sujud, jangan ngitungin jumlah mobil yang lewat hehehehe.

Ntar di postingan selanjutnya bahas sholat jama, karena merupakan fasilitas dari Allah Swt kepada umat muslim.

“Penasaran?”

“Tunggu postingan tulisan selanjutnya” Wassalam (AKW).

Millenial & Sholat Jama

Perjalanan grey millenial ke ujung selatan pulau sumatera

LAMPUNG, akwnulis.com, Bagi milenial kayak penulis ini, maka jalan-jalan itu menjadi sebuah keharusan. Trus yang tidak akan terlupa tentu melaporkan kepada dunia bahwa kita berada disuatu tempat yang menarik, langka, spesial dan amazing deh. Buat apa?… buat ngumpulin jempol dan like yang begitu membahagiakan. Padahal itu kebahagiaan semu yang ternyata melenakan.

“Ah kamu mah sok sok milenial, ngacaaa…!!”

“Lha nggak percaya, aku ini generasi ‘grey millenial’ lho”

“Grey millenial??”

“Iya bener, grey millenial itu generasi berambut abu-abu alias udah beruban tapi kelakuan kayak generasi millenial juga yang peduli sama hal-hal berbau millenial”

“Oiih…. ada-ada aja kamuuuh!!!”

Tapi beneran lho, rasa bahagia yang sering terasa menelusup jiwa adalah manakala postingan status di medsos kita menangguk jempol dan like yang super banyak, apalagi ditambah komen-komen yang bejibun, indeks kebahagian segera meningkat. Padahal itu semua semu. Nggak ada jaminan yang nge-klik like dan love itu memang sangat menyukai postinganmu, mungkin saja karena kasihan atau karena nggak enak udah temenan.

***

Jadi, nggak usah ge-er sama love dan like juga komen di medsos, slow aja. Hidup masih panjang bro. Moo dipenuhin tuh medsos dengan photo dan video hasil jalan-jalan, ya monggo. Mau nggak diposting juga nggak apa-apa, atau mau sekalian pake jasa fotografer profesional di lokasi berwisata, pasti udah sering make aplikasi sweetescape yaaa….

***

Nah perjalanan kali ini nyebrang sedikit pulau jawa melintasi selat sunda yaitu ke Provinsi Lampung, meskipun nggak nyampe Pahawang dan bersua Si Gajah besar di Way Kambas tapi minimal rasa kopi asli robusta lampung dinikmati sembari merenungi hari yang beranjak cepat dari terang menjadi gelap kembali.

Nah salah satu yang menarik perhatian itu adalah fasilitas ibadah untuk muslim di area Bandara Radin Intan II. Beberapa mushola tersebar di dalam bandara, dan disaat kembali check in untuk penerbangan kembali ke Bandung maka mengikuti lagi SOP pemeriksaan bandara yang mau nggak mau diikutin, dari pada nggak boleh ikutan terbang, “Betul khan?”

***

Tuntas pemeriksaan, bergerak mengikuti petunjuk arah menuju mushola yang ternyata terletak di lantai 3. Naik pake elevator dan hampir saja salah buka pintu. Maklum sambil sibuk maenin gadget. Di pintunya tertulis, ‘Bukan mushola’….. (to be continue…)

Kertajati – Lampung

Mengangkasa dari Bandara Kertajati ke Lampung.

LAMPUNG, akwnulis.com, Adzan shubuh berkumandang, disaat raga ini sedang bersiap untuk mengikuti perjalanan takdir hari ini. Segelas air hangat ditambah peras jeruk nipis membuka kesegaran hari ini, menenangkan jiwa serta memberi nuansa beda agar lambung tetap bersahaja.

Perjalanan dimulai dengan menggunakan kendaraan dinas menuju Bandara Kertajati di Majalengka melalui Toll gate Baros 2 yang masih lengang seakan tak punya kawan di pagi buta.

Jiusss…. Innova lama berlari membelah pagi, menyusuri jalan tol Cipularang lalu berbelok kanan memasuki ujung tol Cikampek, dan kembali melesat lurus di mengikuti jalur jalan tol Cikampek – Palimanan.

Perjalanan sepanjang kira-kira 180 km ditempuh dalam waktu 125 menit, berarti kecepatan rata-rata adalah 90 km/per jam, ditambah 15 menit mampir di rest area.

***

Tepat pukul 07.00 wib, kami memasuki gerbang Bandara kebanggaan rakyat jawa barat yaitu BIJB Kertajati, Bandara Internasional Jawa Barat di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.

Tak lupa segera mencari spot photo yang pas, minimal muka depan bandara baru ini bisa diabadikan dengan smartphone kesayangan menggunakan teknik ‘luckyshot’ alias mimilikan.

Cetrék…
Cetrék.

“Ngapain seeh lu kesini?”

Pasti penasaran yaaach. Setelah hampir 7 bulan pasca penerbangan bersejarah dari Bandung – Kertajati dan pendaratan pesawat kepresidenan yang menjadi momen sejarah pembukaan bandara baru ini. Diriku disibukkan dengan tugas-tugas lain plus mengikuti diklat selama 4 bulan. Sehingga kembali saat ini, baru berkesempatan menginjakkan kaki disini.

daan… yang jadi senengnya, dapet tiket gretongan buat terbang pake pesawat Garuda ke Lampung, Alhamdulillah. Hatur nuhun BIJB.

***

Setelah tuntas acara seremoni parade sambutan, khususnya kata-kata dari Pak Sekda Jabar, “… dengan ini, secara resmi penerbangan perdana pesawat Garuda dari Bandara Kertajati ke Bandara Radin Intan II di Lampung resmi dibuka!!”
Maka… penerbangan dimulai.

Tok tok tok…
“Horeee… prok.. prok.. prok.”

Rame aja pokoknya, trus yang bikin seneng adalah para penumpang yang moo ikutan penerbangan hari ini hampir 80% dari seat yang tersedia di pesawat ATR72-600 udah ludes terjual.

Pak Sekda dan pejabat pemprov Jabar juga Pak Plh Bupati Majalengka hadir pribadi, melepas kepergian ini dengan rasa bangga. Bandara kebanggaan Jawa Barat, bandara yang berada di tanah Majalengka akan semakin maju dan penuh pesona.

“Bismillaahi majreeha wa mursaahaa inna rabbii laghafuurur rahiim” (QS.Hud :41).
‘Dengan nama Allah (semoga) menyertai perjalanan dan mendaratkan (pesawat ini). Sungguh, Tuhanku, benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’

***

Perjalanan ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam 10 menit, pesawat ATR72-600 mendarat dengan mulus di Bandara Radin Intan II, Lampung. Membawa kami menginjakkan kaki kembali di tanah Lampung.

Selamat untuk Garuda.
Selamat untuk BIJB.
Selamat untuk seluruh rakyat Jawa Barat.

“Hidup Kertajati!!!”

Akhirnya tuntas juga menulis perjalanan perdana ini, Cimahi – Kertajati, Kertajati – Radin Intan II. Wassalam (AKW).

Meraih Monas

Bekerja sambil berolahraga di area Monumen Nasional Jakarta.

Photo : Situasi Jl. Merdeka Barat menuju J. Thamrin Jakarta

JAKARTA, akwnulis.com, Mendarat di Gambir, atau tepatnya tiba di Stasion Gambir setelah menikmati perjalanan yang begitu lancar dengan Argo Parahyangan begitu menyenangkan. Meskipun kereta yang ditumpangi adalah kelas ekonomi premium, tetapi cukup nyaman, bersih dan bebas asap rokok. Ya sedikit pegal karena kaki tidak bebas bergerak karena berdempetan dengan kursi depannya. Maklum kelas ekonomi premium.

Apalagi godaan kesabaran muncul, di kala kursi depanku langsung ambil posisi kursi dengan sandaran maksimal sehingga hampir mengenai hidung ini. Tadinya mau di damprat, cuman pas liat, ibu-ibu. “Ah nggak berani sama emak-emak mah, biarin aja.” Anggap aja latihan kesabaran.

Dari gambir ke tempat meeting berada di seberang Monumen Nasional. Kami berdua nggak pesen grab dan gojek atau taksi yang ada tetapi menggunakan ‘skuter’ (suku muter : jalan kaki).

“Why?”
“Ngirit yaaa?”

Kembali senyuman yang menjadi jawaban. “Mau tau alasannya?”

“Kami lagi mengembalikan kembali pola olahraga rutin harian yang sudah bertahun-tahun ini dilakukan dengan asal-asalan dan sesempetnya aja. Padahal olahraga rutin jalan kaki minimal 30 menit tanpa jeda per hari itu bisa menjaga metabolisme tubuh khususnya pencernaan sehat dan lancar.”

Photo : Arus lalin di Jl. Merdeka Barat / akw.

Dan inilah aktifitas yang dilakukan, jalan kaki keluar dari stasiun gambir, mlipir ke kiri area monumen nasional dan berjalan menuju ruang meeting di seberang sana di Jalan Merdeka Barat Jakarta Pusat.

Lumayan 30 menit bisa dilalui dengan berjalan dan ada bonusnya lho, yakni meraih Monas.

“Maksuuudnya?”

“Iya mencapai puncak Monas dengan satu gerakan tambahan”

***

“Bagaimana caranya?”

Tanpa perlu banyak penjelasan, segera ambil ancang-ancang. “Satu.., duaa…., loncattt”

3x loncat akhirnya bisa meraih Monas, Alhamdulillah. Lumayan ngos-ngosan dan keringat mengalir deras setelah berjalan cepat dari Stasiun Gambir.

Tuntas meraih Monas, kembali berjalan menuju tempat meeting di Gedung Sapta Pesona Lantai 14. Tidak lupa menaiki jembatan penyebrangan dan mengabadikan kondisi lalu lintas di Jalan Medan Merdeka Barat termasuk yang menuju Jalan Thamrin Jakarta Pusat.

***

Jadi, hari ini bisa berdampingan antara tugas meeting di Jakarta dengan olahraga harian minimal, yaitu 30 menit plus plus berjalan kaki, maksudnya plus loncat hehehehe. Meskipun cerita jalan kaki ini belum tuntas, karena usai meeting adalah kembali mengejar jadwal kereta sesuai karcis yang dipegang. Semoga tidak hujan dulu, sehingga bisa kembali berjalan kaki dengan senang hati. Wassalam (AKW).

Kopi Ethiopia Duromina Sejiwa

Menikmati kopi afrika bersama ibu negara.

Photo : Sajian kopi Arabica Ethiopia Duromina / akw.

BANDUNG, akwnulis.com, Bangunan lantai 2 bercat putih dengan kaca bening memberi akses pandangan menerawang dan terbuka. Terletak di Jalan Progo Kota Bandung, bernama Cafe Sejiwa.

Melewati cafe ini sangat sering karena dekat dengan tempat bekerja kadang sambil jalan kaki di pagi hari dan dipastikan masih tutup. Di kala sudah buka, nggak punya waktu untuk sekedar mampir. Ya sudah, nanti aja kalau sempet.

Apalagi Ibu negara juga reques, pengen nyoba nongki disitu. Ya sudah cocok deh. Perlu kordinasi dan diskusi lebih lanjut. Kemungkinannya di hari wiken, klo nggak sabtu ya minggu.

Tapi, itupun masih ada tapi. Ibu negara juga dines antara sabtu dan minggu.

‘Garuk garuk nggak gatal deh‘ (garo garo teu ateul, bhs sunda).

Akhirnya mah gimana nanti sajaaah..

***

Ternyata, takdir itu memang rahasia kawan.

Ibu negara kebetulan ada tugas di dekat kantorku, dan jam istirahat bisa dimanfaatkan ngopi bersama, alhamdulillah.

Mau cerita makanan di Cafe ini ya?”
“Nggak, aku mah mau cerita sajian kopinya”

“Ih gitu kamu mah, kirain mau review sajian makanan dan minumannya!!!”

“Jangan marah atuh, da aku mah pengen nulis kopi, yaa tambah suasana lainnya yang bisa dirasakan langsung”

“Ya nyerah, gimana kamu aja”

Bukan tidak mau menulis tentang makanannya, tapi khan memang nggak makan. Ntar nggak obyektif. Jadi inilah cerita tentang kopi yang tiada henti.

Trus juga jangan nge-judge, “Kok ngopinya kopi di luar jawa barat atau malah kopi luar negeri, nggak cinta kopi jabar ya?”

Diriku ini dengan segala keterbatasan, yaa ngopi sesuai dengan stok kopi yang ada. Trus kalau di cafe, situasional. Jikalau ada sponsor maka coba yang specialty coffee. Tapi klo sendirian, yaa cari kopi yang harganya terjangkau dengan saku.

“Ih kapan cerita kopinya?”
“Bentaaar atuh laaah”

***

Yang disajikan sesuai pesanan adalah kopi arabica Ethiopia Duromina.

“Kenapa milih itu?”
“Karena harganya tengah-tengah”

Jadi dari penelusuran singkat di daftar menu yang bejibun, khusus untuk manual brew terbagi menjadi 3 pilihan. Ada kopi lokal, kopi internasional dan terakhir specialty.
Nah kopi internasionalnya arabica Ethiopia Duromina.

Yang bikin bangga, specialty coffeenya adalah Arabica Gunung Puntang, alhamdulillah. Tapi nggak pesen itu karena baru kemarin nyeduh sendiri di kantor.

Sekarang ke kopi ethiopia yaa…. klo liat tulisan di botol kopinya, ada taste notenya stonefruit, blacktea, bergamot, cocoanibs.

“Naon eta?”
“Stonefruit itu bisa apel, apricot dan cherry, bergamot sejenis jeruk dan cocoanibs adalah biji cocoa”

Cuma karena keterbatasan pengalaman rasa dan memang bukan tukang icip icip rasa kopi, jadi yang dapat dirasakan tastenya memang acidity medium dengan selarik rasa segar jeruk serta rasa pahit yang simpel, menebal diujung, baru itu saja.

Photo : Kopi dan laptop = kerja sambil ngopay / akw.

Oh iya, sajian Arabica Ethiopia Duromina ini dengan menggunakan metode manual brew V60. Disajikan dalam nampan mini beralaskan kertas dengan tulisan ‘sejiwa’, botol servernya bener-bener botol dan cangkirnya menggunakan cangkir espresso warna coklat ditambah dengan segelas sedang air putih dengan es batu.

Ibu negara asyik dengan hidangan dan minumannya. Alhamdulillah, akhir kesampaian berdua nongkrong disini meskipun dalam waktu yang terbatas.

Euh, ada sedikit agak kurang nyaman. Pas ke toiletnya, ternyata bekas seseorang merokok. Akibatnya asap bergulung di dalam toilet yang sempit dan terasa begitu menyesakkan. Cuma posisi terjebak karena nggak kuat nahan kencing. Jadinya kencing sambil menghirup asap rokok dalam ruang sempit, nasiib.

Udah ah, yang pasti untuk sajian kopinya enak. Harga persajian kopi manual berkisar antara 25ribu – 55ribu. Srupuuut, tandas. Hatur nuhun (AKW).

Kopi & Rejeki

Bisa menyeruput kopi itu adalah rejeki, maka bersyukurlah.

Photo : Sajian Kopi Luwak Arabica Preanger / akw.

BANDUNG, akwnulis.com, Ketika ada sebagian rekan yang komplen, karena dianggap ngafe melulu demi nyeruput kopi. Trus bikin tulisan yang memunculkan hasrat keinginan mencicipi (kabita), muncul dilema.

Bukan maksud memamerkan kenikmatan nyruput aneka kopi, tetapi memang nikmat, “Kumaha atuh?”

Jadi dari lubuk hati yang terdalam, mohon dimaafkan diri yang fana ini. Jikalau tulisan ngupi-nya bikin ngences…. emang nikmat bingit brow heu heu heu.

Saat yang sama ada juga yang menyangka diri ini memiliki bertumpuk kopi aneka sumber yang nggak pernah habis…. Amiin Yaa Robbal Alamin.

Justru dengan kehadiran kopi yang terbatas maka diabadikan melalui tulisan serta photo pribadi sehingga tidak hanya menikmati secara langsung tetapi juga merasakan secara imajinasi dengan membaca tulisan.

Yang masih penasaran, monggo DM. Klo stok masih ada dan tentu waktu luang plus dispenser ada air siap minumnya, maka dibuatin dengan seduhan via corong V60 di ruanganku, “Nah, adil khan?”

Untuk yang di cafe atau kedai kopi, silahkan saja beredar sendiri atau ngajak akuuu… jangan lupa nraktirrr yaaa.

***

Sebagai contoh, ini salah satu ceritanya.

Beres rapat di salah satu kantor pemerintah di Jalan Braga Kota Bandung. Sebuah penawaran dari pejabat di Bapenda, sulit untuk ditolak. Dengan berjalan kaki menyusuri trotoar serta 2 kali menyebrang. Tiba lah di Restoran Braga Permai.

Tujuannya?… Ngopiiii.

Yach rejeki nggak mungkin ditolak, dan sekarang kesempatan menikmati Kopi specialty di sinih…

Kesempatan berharga ini sungguh sayang untuk dilewatkan. Maka pesanan 2 set Kopi Luwak Arabica Preanger ala Resto Braga Permai menjadi pilihan bersama.

Singkat cerita, kopi yang dipesan sudah tersaji. Harumnya mana tahaaan.

Srupuut barengan…

Aromanya harum, body medium cenderung tebal di akhir kata eh di akhir lidah. Acidity medium high alias haseum pisan (please… jangan bayangin pantat luwak). Taste fruitty plus tamarin.

“Harga hampir 100ribu per sajian juga nggak terasa berat kok, karena dibayarin hehehe. Nuhun Pa F”

Sambil ngobrol ngaler ngidul dalam waktu terbatas, akhirnya kopi yang tersaji tandas.

Nah itu contohnya. Mangga atuh dikantun heula, Wassalam (AKW).