Obat Penenang – Kopluprégar

Ketenangan hadir melalui obat yang tepat.

Photo : Sajian Koplupregar lengkap dengan peralatan/ dokpri

JATINANGOR, akwnulis.com. Dinginnya malam di Kamar 103 Kampus Kiarapayung begitu kejam menghujami kulit tipis kami. Sesekali angin menyelusup, menyapa dengan seringainya menyusuri kuduk yang kerap meremang.

Untung saja obat penawarnya ada, beberapa bungkus obat penenang tradisional dengan peralatan lengkap satu kontainer plastik. Dibawa khusus untuk menghadapi situasi seperti ini.

“Obat penenang?, hati-hati ah, jangan sembarang bawa obat begitu. Nanti diciduk petugas”

“Udah selow aja kata Wahyu juga (maksudnya lagu Selow yang dinyanyiin Wahyu), cuman segini doang” sambil mengeluarkannya dari dalam kontainer.

Wahhh… ini mah banyak sekali, ah bahaya ini mah.. bahaya” suara parau kawanku yang phobia dengan penangkapan. Tangannya tak henti meremas bungkus alumunium voil.

“Baca atuh bungkusnyaaa…. ini bukan tablet isinya bro, isinya bijiiiii…. biji kopiiii”

“Biji kopi?… tadi katanya obat penenang?”

“Iya penenang hati yang sedang galaw karena rasa dingin dan kegamangan.. ahaaay”

“Sialaaan”

Segera berlari menghindari kejaran kawan yang kalap karena nggak terima dengan kejadian ini.

Makanya jangan phobia berlebihan.

***

Setelah peralatan lengkap di meja, prosesi dimulai. Pasang kertas filter dicorong V60, timbang biji kopi dan digrinder dengan ukuran suka-suka, goyang-goyang 2-6. Siapkan air panas dengan termos pemanas.. josss.

Sang waktu menjadi saksi dikala air panas membasahi dulu kertas filter, serpihan biji masuk saringan, proses blooming bikin harum ruangan yang sebelumnya diawali oleh aroma biji kopi Luwak Garut yang terpecah oleh keperkasaan mesin grinder.

92° celcius sebuah angka yang tepat untuk menyeduh biji kopi spesial dari salah satu tokoh di garut, nuhun pak haji Aam… currr, puter-puter.

Tes.. tes… obat penenang menetes di bejana kaca transparan.. horee.. horeeee…

Aroma khas arabica menyeruak menjadi penenang pertama, diikuti dengan acidity maksimal khas kopi luwak (jangan sambil bayangin kopi yang keluar dari ‘anu’ luwak yaaa….. ), body kopinya medium dan dari keseluruhannya nikmat maksudddnyaaah.

Photo : para pemburu ketenangan / dokpri.

By the way, anyway…. obat penenang itu bernama Kopi Luwak Premium Garut (Koplupregar) versi spesial yang diproduksi oleh CV Dwi putra laksana….

Srupuuut.. srupput, gelas-gelas mini menyambut kehadiran obat penenang suasana ini secepat kilat, sehingga 50gr kopi yang berubah jadi cairan hitam coklatpun tandas dalam waktu singkat.

“Alhamdulillah, udah pada tenang semuanya,……”

“Iyaaaaaaa.. tenang dan senang”

Dinginnya malam sekarang menjadi sahabat, karena dipererat kebersamaan yang berbalut ketenangan. Canda dan tawa serta cerita Bali, Bogor dan Sukabumi serta Cimahi menguatkan kembali chemistry yang telah terjalin kuat di kaki Gunung Manglayang ini. Wassalam (AKW).

Karedok Modern- TBS

Menikmati sajian karedok modern, cekidot.

BANDUNG, akwnulis.com. Menyapa waktu dengan setutur mau, menjalani kehidupan dunia penuh asa, suka dan duka dan suka lagi ah.
Setelah begitu seringnya menulis dengan tema kopi tanpa gula (ge er kamu, baru nulis segitu aja merasa sok sering!!!)

“Upps maafkan, tiada maksud sombong dan takabur. Maafkan sekali lagi”

Segera dijawab dengan segala kerendahan diri, tapi jadi pertanyaan hakiki, “Seberapa banyak tulisanku disini tentang kopi?… atau jangan-jangan udah banyak….. dan siapa tahu ada sponsor yang menyokong ide ini sehingga mewujud menjadi sebuah buku dengan judul -Coffee & Me- , ahaay”

Udah ah jangan nghayal mulu.. sekarang nulis lagi. Nulis yang selain kopi.

Pilihan terbaik adalah tentu tulisan yang udah ada hasil photonya. Khan tulisan dan photonya original dari tanganku.

Ini dia….

***

Tangan sedikit bergetar sambil menunggu datangnya pesanan makanan. Sebuah kombinasi antara rasa lapar dan telat makan kayaknya….

Siang ini memutuskan mencoba menu lain setelah rutin menikmati gado-gado dan karedok.

Dan pilihannya adalah Karedok modern euy, yaitu Salad… Thai beef salad (TBS). Isinya variatif, yang pasti daunnya ada lettuce, lolorosa, romain dan daun mint (klo dulu di kampung disebutnya daun keresmen), juga ada potongan tomat cherry yang ukurannya kecil dengan rasa manis tapi asam, irisan mentimun, bawang bombay, cabe dan juga sereh serta dengan dressingnya (Colekannya atau adukannya?… kayak moo bangun rumah, semen sama pasir tambah air secukupnya) dan untuk kelengkapan proteinnya terdapat irisan daging sapi panggang serta pita chips, roti gandum kering yang tipis dengan bentuk runcing sehingga ditata di nampan kayu… tralaaaala… sajian makanannya kayak mahkota.

Bicara rasa, aku sih pilihannya enak dan enak sekali hihihi. Yang pasti rasanya segar dan variatif bikin lidah berjoged.

By teh way, untuk adukan eh dressing… yang standarnya thai dressing itu cenderung asam dan pedas. Bagi yang baru mencoba disarankan dressingnya ‘honey mustard’, rasanya manis dan bersahabat.

Alhamdulillahirobil alamin, sajian karedok modern ini tandas tanpa sisa… eh sisa nampannya. Selain rasanya enak, juga berhubung harganya lumayan… yaa mosok nggak dihabiskan… mubazir donk.

Oke gitu dulu yaa, Wassalam (AKW).

Longbérry di Legok Emok

Rinéh sakedap bari ngarénghap, ni’mat.

Photo : Kopi V60 Arabica Longbérry / doklang.

KBB, akwnulis.com. Legok Emok hiji wilayah nu salin jinis jadi cikal bakal dayeuh anyar di kuloneun Bandung ayeuna. Kitu ogé Bojong Haleuang, kaséréd ku robahna jaman jeung kawijakan Karajaan Pajajaran.

Ayeuna mah geus obah jadi jalan leucir, sasak tohaga wangunan jangkung halughug. Jlug jleg imah jeung buruan sagala ukuran. Matak hélok ogé waas, wewengkon tegalan paranti ngarit ayeuna jadi ladang duit. Sayang jangkrik jeung ngala simeut, kari carita nu matak gemet.

Alhamdulillahna, tutuwuhan haréjo masih dijagi tarapti. Tangkal badag dipelak, dicéboran saban mangsa. Sanaos diwates kluster ogé, ku papagon ti town manajemen.

Kumargi tos janten dayeuh, geuning sangu cikur sareng karédok teu sayogi. Ayana Ékuator salad, daging hayam bodas, diawuran bubuk roti. Diluhureunna dangdaunan, aya salada, léttuce tur daun kalé nu tos di pasihan cairan haseum ditambih kéju bubuk seungit meueusan. Teu hilap endog ceplok ogé aya. Digayem téh ngawitanna nyureng tapi salajengna anteng, geuning raos. Direncangan hiliwir angin ti basisir Saguling.

Photo : Salad Cafe Ekuator KBP / doklang.

Bari nyawang ka nu anggang, suruput kopi saring V60 arabika longbèrry. Nikmat matak peureum beunta, ngepas pisan kana mamarasna. Body-na kandel, napel lami dina handapeun létah tur sawujud baham. Acidityna pas, sedeng tapi najong. Teu hilap seungitna ngadalingding cicirén nu ninyuhna nganggè rasa miwah élmu. Karaos aya tasté bérry nu haseum tapi seugeuuur….

Kangge sagelas nu aya dipayuneun, 25 gr kopina teras digiling. Atos ancur digelutkeur sareng 250 ml cai panas nu haneutna 90° celsius.

Kadé teu kénging digulaan, istuning kopi sosoranganan. Ni’mat pisan, geura cobian. Tempatna di Cafe Ekuator KBP, nu kapungkur tegalan paranti ngangon domba basa tikotok dilebuan.

Ulah hilap, langkung nikmat kedah disarengan ku jimat, garwa rancunit nu salawasna ngait. Silih simbreuh kadeudeuh, nu salawasna pageuh. Wassalam (AKW).

Kolam Renang & Arabica Puntang – Hotel Geulis Bandung

Kerja tetap dipacu dan disitu ada sesuatu.

Photo : Lorong Hotel Geulis Dago Bandung / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. siang menjelang sore tidak lepas dari diskusi tentang persepsi dan intrepretasi dari aneka pasal yang menyangkut nasib direksi. Terjadi dilema di area neocortec dan amigdala, terjebak antara ilmu hukum dan tarian angka-angka. Wah musti rehat sejenak ini mah.. gaswaat.

“Maaf pak, saya ke belakang dulu”

“Silahkan pak”

Terbebas dari pembahasan meskipun dalam waktu yang super singkat, tapi inilah jeda yang sebenarnya.

Karena pamitnya ‘ke belakang’, maka segera bergerak ke belakang hotel. Mengikuti petunjuk yang menempel erat di dinding. Lurus terus menyusuri lorong sambil menikmati detail ornamen hotel butik ini, bikin adem.

Setelah mentok, ada petunjuk belok kanan agak keatas. Ada tangga dengan enam undakan, buka pintu dan tadaaa…… suasana membiru memberi ketenangan dan bikin adem kepala setelah berkutat dengan pasal dan cinta.. upss.

Photo : Kolam renang mini Hotel Geulis / dokpri.

Kolam renang mini menyambut, meskipun kecil tapi lumayan masih bisa dipake renang.. yaa maksimal berdua orang dewasa heuheuheu. Ini hanya fasilitas untuk yang menginap, tapi tetap saja ingin berbagi info ini, siapa tahu pas nginep disini, Hotel Geulis….

Ada juga untuk kolam renang anak, kecil banget tapi yang penting bersih dan nuansa segar. Kursi pantai tersedia, bilasan ada, juga prosotan mini buat anak. Disampingnya ada tempat fitnes, jadi bisa renang trus fitnes ataupun sebaliknya.

Photo : Kursi pantai dan prosotan / dokpri.

Sambil perlahan menghela nafas panjang, serasa beban pikiran sedikit berkurang.

“Wadduh rapaat….” ingatan kembali kepada tugas di ruang rapat. Balik kanaaaan…. berjalan setengah berlari. Tapi sebelum sampai ke ruang rapat, belok sejenak menuju wastafel, membasuh muka menenangkan rasa untuk kembali bersua dengan angka.

***

Trek!!

Pintu ruang rapat terbuka, olala suasana rapat berbeda. Di meja masih berserak dokumen yang ada lengkap dengan coretan dan garis merahnya. Tapi yang bikin membelalak adalah sebuah meja baru disampingnya.

Photo : Manual brew V60 Arabica Puntang / dokpri.

“Silahkan pak dicoba, saya pesenin kopi manual brew v60 dengan beannya puntang arabica, khusus buat bapak” Ibu pengundang rapat menawarkan dengan tulus.

“Woww…. makasihhh, sungguh tersanjung”

Srupuut….. nikmatt.

Aroma kuat arabica puntang menyelusup di indra perasa. Memberi bunga bunga semerbak menenangkan otak. Body yang tangguh tebal tapi mantap. Acidity ‘ninggal‘ medium high khas puntang memanjakan rongga lidah dan tetap nyaman di lambung. Taste fruitty nya kerasaa…. emang arabica puntang tiada duanya. Berarti ini arabica puntang metode V60 ala Cafe Geulis.

Yummy….

Pembahasan rapat selanjutnya semakin lancar, pikiran tenang dan tarian angka serta pasal-pasalpun terasa lebih ringan.

Jadi, .. kolam renang & kopi arabica puntang, bikin kerjaan lancar dan pikiran segar.

Wilujeng ngojay dan ngopay bray, Wassalam (AKW).

V60 Mandailing di Gedogan Cafe

Menikmati sajian kopi, sambil memandang kendaraan lalu lalang disini.

Photo : Sajian kopi V60 Mandheling ditemani mawar merah/dokpri

DAGO, akwnulis.com. Semerbak aroma kopi menyebar di atmosfer rasa, laksana buih menggenggam samudera. Mengisi relung hari yang penuh dinamika, menjadi lebih ceria meskipun tugas yang terus mendera.

Sebuah kafe di Jalan Ir. H. Juanda nomor 116 ini menggugah selera untuk mampir dan tentu mencoba racikan kopinya seperti apa. Namanya Cafe Gedogan, menyajikan aneka makanan minuman dan tentu ada kopiiii…….

Cafe yang buka 24 jam ini tentu bisa menjadi pilihan untuk mengusir penat juga kerisauan hati, dengan nongkrong memandang arus lalu lintas jalan dago sambil nyruput sajian kopi manual brewnya… kayaknya nikmat.

Apalagi bagi orang-orang yang diberkahi kenikmatan disaat meminum sedikit demi sedikit sajian kopi yang bagi sebagian orang adalah kopi pahit yang tidak enak.. hueek.

Photo : Suasana Gedogan Cafe Dago/dokpri.

Padahal nikmaat bingit, ingat falsafah kopi yang wajib dipegang teguh, ‘Pahitnya kopi bisa mengurangi atau malah memusnahkan pahit getirnya kehidupan’.

Ingat ituu….

***

Kali ini pilihannya jatuh pada bean Mandailing arabica. Segera diproses tanpa banyak kata. Mengikuti Sang Barista Jajang Nurjamil memainkan peralatan manual brew V60 dengan komposisi ala Cafe Gedogan dengan harga 21ribu + ppn 10%.

Tadaaa…. hasilnya tersaji apik di botol kaca agak tinggi yang berfungsi menjaga suhu tersaji tetap dengan panas yang stabil. Juga cangkir mini plus 1 buah kue kecil. Ditemani vas bunga berisi bunga mawar artifisal memberi suasana berbeda.

Srupuut….. eh photo dulu buat di blog ini.

***

Bodynya lite, aciditynya juga lite ke medium. Tastenya tidak terlalu detail, ringan-ringan saja… yaa udah aja gitu. Cocok buat pecinta kopi hitam pemula.

Photo : Ngopay bray / dokpray.

Klo buat yang seneng kopi hitam dengan body agak berat, mungkin sedikit kecewa dengan sajian ini. Tapi ya begitu karakter kopinya dan juga komposisi takaran plus suhu air memiliki kontribusi pengaruh yang signifikan.

Over all, nongkrong disini menyenangkan. Mungkin besok lusa bisa mencoba menu kopi manual brew lainnya dalam suasana berbeda. Met ngopay bray, Wassalam (AKW).

Gayo Takengon versi Ibrik

Mencoba kopi dengan metode manual brewing yang berbeda.

Photo : Sajian kopi Arabica Gayo Takengon dengan metode Ibrik / dokpri

BANDUNG, akwnulis. Setelah satu tahun lebih, menikmati kopi giling dengan metode seduh manual. Maka metode V60 yang menjadi favoritku. Meskipun tidak menutup kesempatan dikala ada saatnya menikmati sajian kopi dengan metode lain. Beberapa yang pernah dicoba adalah manual brewing dengan chemex, kalita, shyphon, tubruk, vietnam drip, cold brew, cold drip serta yang paling umum versi mesin adalah long black, americano, espresso dan dopio.

Makanya, pas ada kesempatan untuk mencoba dengan metode lain dan dibuatin seseorang, tentu tidak dilewatkan. Metodenya masih manual brewing dengan nama IBRIK/CEZVE.

“Metode naon éta?”
“Metode Ibrik lur”

“Iya yang gimana?”
“Slow lur, kaleem, khan moo ngejelasin ini téh”

“Ohhh….. sok atuh!”

“Dengerin…. Turkiz ibrik/cezve is included into the oldest coffee brewing tradition in the world based on the unesco survey. This spesial shrink uses the extra-fine grounded coffee beans mixed with water which is boiled in the unique pan called ‘ibrik/cezve’ that creates colourfull taste of middle east.”

“Sedih ngedengerinnya mang, pengen nangis”

“Lha kenapa sedih??”

“Kagak ngarti apa yang diomongin tadi”

****#^@&#*

Woalaaah… tuing… tuingg… aya aya wae.

****#^@&#*

“Hadeeeeuh.. jadi gini mas bro,…. “ maka cerita berlanjut dengan tema translate bahasa menjadi bahasa pertemanan yang mudah dipahami.

***

Jadi metode Ibrik/cezve ini adalah metode seduh manual secara tradisional yang berasal dari timur tengah, malah katanya merupakan metode seduh manual tradisional yang tertua versi Unesco.

Photo : Alat manual brewing tradisional Ibrik/dokpri

Dengan cara menggabungkan biji kopi yang sudah ditumbuk atau digiling extra halus dengan air yang direbus pada panci unik. Nah panci uniknya yang disebut ‘ibrik/cerve’.. ya mirip mirip dengan kopi tubruk tapi ini ditubruknya pake panci khusus yang namanya ibrik.

Ya tetep beda atuuh… iya juga.

“Gimana hasilnya????”

Nah klo hasilnya kembali kepada bean kopinya yang digiling tadi. Yang dicoba sekarang adalah arabica Gayo Takengon- Aceh. Hasil manual brewing-nya disajikan dalam gelas kaca tinggi. Cairan kopinya cenderung coklat dan keruh… jadi mirip hot coklat kebanyakan air hehehehe… bentuknya.”

Rasanya masih bisa dinikmati. Bodynya lite, tetapi aciditynya medium ke high.. agak rawan untuk yang lambungnya kurang kuat. Tastenya sedikit fruitty dan aromanya tidak terlalu terasa. Jadi kesimpulannya, tetep diriku cenderung pake metode manual brewing V60, lebih lengkap rasa yang dihasilkannya.

“Nah gitu ceritanya kawan, metode seduh manual kopi giling yang diberi nama metode Ibrik/cezve”

“Ohhh…. ngerti deh sekarang”

Hatur nuhun, met ngopay bray. Wassalam (AKW).

***

Transformer Americano

Bergerak bersama menyelamatkan bumi, dilanjutkan ngopi.

Photo : Siap bertarung bersama menyelamatkan bumi / dokpri.

BANDUNG, akwnulis.com. lagi jalan menyusuri semak belantara pertokoan, melihat lalu lalang para pelancong dan petualang cuci mata sambil menggamit tangan mungil anak tercinta. Tiba-tiba mata tertumbuk sesosok besar, berdiri tegak dengan penuh kegarangan. Senjata di tangan kanan dan kiri serta penuh amunisi. Sesaat tersentak kaget dan menghentikan langkah.

“Ayaaah…. mau jadi tampomerr!” Tiba-tiba terdengar request dari anak kecil yang tadinya bengong melihat sesosok besar berada dihadapan.

“Tampomer?” Agak loading sedikit, maksudnya Transformer kali ya?. Robot canggih yang bisa salin rupa menjadi mobil-mobil mahal tergabung dalam pertikaian semesta antara Autobot dan Deception.

“Robot besar say?”
“Iyyyaa ayaaah, yang ituu!!” Telunjuknya lurus menuju jajaran robot besar yang berbaris menanti perintah untuk bergerak bersama manusia menyelamatkan bumi dari kehancuran.

***

“30 ribu kakak” itu jawaban dari penjaga robot penyelamat bumi. Transaksi terjadi, sementara calin customer kecil ini terus memilih dari beberapa robot yang tersedia.

“Ayah yang blue”

“Mangga geulis”

Darah pendukung persib ternyata menetes ke anak semata wayang ini, jajaran robot berwarna lain tidak mau dinaiki, pengen yang warna biru. Halik ku Aing heu heu heu.

Jadilah kami berkolaborasi menjadi bagian dari transformer selama hampir 10 menit. Menjelajahi dunia dengan gerakan kaku yang diatur konsol di tangan kanan dan kiri. Sabuk pengaman melindungi kam dan anak kecil yang awalnya tegangpun akhirnya bisa menikmati. Rentetan tembakan serta misil tempur yang meluncur menghancurkan musuh-musuh bebuyutan, memaksa pasukan deception hengkang dari muka bumi kembali ke planetnya di ujung luar sabuk milky way.

Dor dor dor dor… blaaar….. jegerrr!!!

Teretet… ter..ter.. dor dor dorr!!!

Pertarungan sengit yang menyenangkan, anaknya seneng, bapaknya seneng. Untung aja bapaknya masih punya jiwa kekanak-kanakan, jadinya main bareng.

“Seraaang musuhhh”
“Tembak ayaaah”

Istri tercinta memperhatikan keseruan ini sambil duduk di sofa pengunjung, tak lupa mengabadikan pertempuran ini dengan gadget canggihnya.

Akhirnya pertempuranpun usai.

Photo : Secangkir Americano Coffee Justus / dokpri.

Setelah lelah bertempur menyelamatkan bumi, maka kebutuhan jasmani harus segera dipenuhi. Kami bergegas melepas sabuk pengaman dan turun dari robot transformer yang melanjutkan petualangannya menjaga bumi dari musuh dan enemy.. ih sama aja ķamu mah.

Sambil menunggu sajian makanan yang dipesan, maka secangkir americano coffee ala kafe Justus Pascal 23 menjadi booster bagi diri agar segar kembali dan terus bersemangat mengasuh anak istri yang menjadi tanggung jawab abadi, lahir batin. Wassalam (AKW).

V60 versus Chemex

Saatnya battle antara V60 versus Chemex dengan biji kopi yang sama, apa bedanya dihasil akhir?

Photo : Kopi hasil manual brew dengan metode chemex dan V60 / dokpri

BANDUNG, akwnulis.com, Siang berlalu dan sore menjelang. Perut sudah bernyanyi riang karena jadwal makan siang tertunda akibat meeting penting dan harus jadi ‘sopir tembak’ karena para bos ternyata berhalangan hadir memimpin rapat pada saatnya.

Maka bersegera untuk makan siang di sore hari dengan sajian yang menarik hati, dengan menu vegetarian.

Selesai makan siang, maka ada hal penting yang ingin diceritakan. Yaitu sebuah ide iseng membandingan sajian kopi dengan biji kopi yang sama tetapi metode sedikit berbeda.

“Maksudnya bagaimana?”

Begini ceritanya…..
Sang biji kopi arabica pangalengan adalah biji yang dibandingkan. Oleh sang barista digrinder sesuai aturan. Komposisi 15:15 digunakan. Nah giliran nyeduhnya (manual brew), yang satu pake metode V60 dan satu lagi dengan chemex.

Sebetulnya terlihat mirip, sama-sama dikucurin air tetapi beda alatnya.

Photo : Sajian makan siang versi vegetarian. Shorgum, jamur, tempe, edamame, tomat cherry, sayuran / dokpri.

Jeng jreng…. maka tersaji 2 buah botol server yang kembar, bagai pinang dibelah dua. Berisi masing-masing 250ml sajian kopi arabica pangalengan yang akan dinikmati barengan.

Dari sisi tampilan, bedanya adalah gelas kecilnya. Untuk sajian V60 gelasnya persis gelas sloki, untuk yang chemex agak besaran dikit gelasnya, tapi tetap gelas kecil. Yang pasti semuanya bening sebening cintaku padamu….. “Apaaaa seeeeh kamuuuuh??”

“Mari dicoba”
“Siiip…..”

Sruput…… tahan dulu dibawah lidah, yummmy.

Ternyata kami bertiga yang juga hari ini miliki kesamaan karena ‘MASIBAT LANPI’ alias makan siang terlambat dilanjut ngopi, memiliki kesimpulan yang sama tentang perbedaan rasa yang tersaji.

Aromanya oke, bodynya lite, taste-nya muncul selarik karamel dan kacang tanah. Giliran acidity, ini yang beda. Metode V60 menghasilkan acidity moderat yang nikmat, sementara dengan chemex, biji yang sama memunculkan acidity mediym bold alias agak kuat keasamannya sehingga sedikit meringis… haseum pisannn.

Kesimpulannya, kami bertiga yang terbiasa minum kopi tanpa gula dengan metode Manual brew V60, cenderung akan dipertahankan. Nah metode chemex mungkin sekali-kali aja, karena ternyata rasa asamnya yang tinggi…. agak gimana gituuu.

Ngomong-ngomong, makasih traktirannya kawan.

Nah itulah review singkat tentang percobaan sederhana sore ini di greensandbeans cafe. Wassalam (AKW).

Jempol Ke Bawah

Suatu aksi akan muncul reaksi, apakah ada hubungannya dengan kopi?

Photo : Contohnya gini ‘jempol ke bawah’ / dokpri

CIMAHI, akwnulis.com, Baru saja keluar pintu tol Baros dan bersiap belok kanan menuju jalan arteri, tentu lampu sein kanan dan maju perlahan dengan hati-hati. Setelah dirasa relatif aman, tidak ada kendaraan baik motor ataupun mobil, segera kemudi digerakkan berbelok ke kanan.

Pas belok, dari samping kiri terlihat mobil warna silver mepet dan melaju kencang.

Srett!!! Reflek kaki menginjak rem dan membiarkan mobil silver tadi mendahului dari sebelah kiri.

Tapi yang bikin gundah dan mancing emosi adalah, si pengemudi seperti sengaja menghalangi jalan ini dan… tiba-tiba terlihat kepalanya nongol, dan tangan kanan keluar dengan jempol ke arah bawah…..

Cerita versi satu.

“Shiitt….”

Darah muda berdesir, segera tancap gas dan kejar si kurang ajar ini.

Lepas lampu merah ke arah Jalan Leuwigajah perjalanan semakin menegangkan, dua mobil bergerak zigzag menyiasati kepadatan di jalur jalan yang ramai. Pengemudi mobil silver terlihat tegang dan agak panik melihat mobil yang sekiranya tidak akan mengejar ternyata tetap membuntuti di belakang, dengan lampu jauh menyala. Padahal dia sudah bermanuver dengan menyalip sebuah angkot dan beberapa manuver nyalip yang gagal karena padatnya kendaraan, yang pasti gerakannya membahayakan pengemudi lain.

Belum puas melihat kepanikan itu, pepet teruss….. dengan lampu jauh dan klakson makin buat keder tuh mobil depan.

Disaat melewati bunderan Leuwigajah, mobil silver itu bergerak zigzag lagi… daan hampir nyeruduk motor yang ditumpangi… “owww maygatt!” mobil silver langsung belok kanan menuju arah Baros, diriku terhenti oleh kemacetan sekaligus memastikan tidak ada motor yang diseruduk aksi ugal-ugalan pengemudi edan tadi.

Setelah memastikan tidak ada yang tercederai, segera melanjutkan perjalanan menyeberang jembatan tol menuju arah Margaasih, berbeda dengan tujuan mobil silver ugal-ugalan tadi. Hati masih degdegan cepat dan nafas tersengal, “Sialan tuh orang”

Cerita versi dua.

Pada saat melihat kepala pengemudi nongol di kaca depan dan mengeluarkan tangannya dengan jempol ke bawah. Otomatis menarik perhatian diri, bahwa ada yang terjadi dengan ban mobilnya. Khan jempolnya nunjuk ke bawah.

Segera didekati, siapa tahu butuh pertolongan. Tetapi ternyata selepas lampu merah, mobil silver itu terus bergerak dan sedikit zigzag.
“Jangan-jangan roda penggerak mobilnya bermasalah sehingga tidak stabil gerakan mobilnya”
Kepadatan jalanan hampir menghentikan mobil silver tersebut, segera di dekati dan pijit klakson, Teet!!! …. teeet!!!

Lha ternyata nggak berhenti juga, tapi tetap gagaleongan alias zigzag yang bisa saja membahayakan pengguna jalan lainnya.

Tiba di bunderan, hampir saja menyenggol motor disebelah kanannya. Mobil silver itu mengambil arah belok kanan.

Ya nggak diikutin karena arahnya sudah berbeda. Semoga pengemudinya tidak apa-apa dan tiba di tujuan dengan selamat tidak kurang suatu apapun.

***

Itulah dua cerita yang berawal dari ‘jempol ke bawah’, masing-masing memberi respon berbeda.

“Ayo kalau pembaca yang menjadi bagian dari kejadian ini, kira-kira tindakan mana yang akan dipilih?”

Silahkan jawab sendiri. Tapi yang pasti semua respon diri terhadap suatu kejadian akan memberi hikmah dan pelajaran dalam jalinan kehidupan.

Photo : Sajian kopi aceh di divisi sebelah / dokpri

Nah sambil merenungi, tindakan apa yang mungkin dilakukan jika dalam kondisi ‘jempol ke bawah’, alangkah lebih indah, dengan nyruput kopi dari wadah, meskipun bukan di tempat mewah, yang pasti bikin perasaan jadi ceraaah… (maksa supaya akhirannya -ah.)

Hatur nuhun, Wassalam (AKW).