FESTIVAL DULAG ISTIMEWA 1446 H – Catatan kecilku.

Sebuah catatan kecilku dalam membersamai even FDI (Festival Dulag Istimewa)

BANDUNG BARAT, akwnulis.id. Gema takbir silih berganti dengan sukacita menandakan hadirnya bulan syawal yang begitu gempita. Rasa sedih hadir karena bulan ramadhan segera betakhir, tetapi juga gembira karena bisa melewati satu bulan momentum hari – hari puasa dengan mengisinya beraneka aktifitas yang bukan hanya bicara tentang lapar dan dahaga tetapi yang terpenting adalah melatih diri untuk menjaga derajat taqwa serta mensucikan diri menguatkan niat untuk melakukan ibadah – ibadah terbaik di sebelas bulan yang terbentang dihadapan mata. Sebelum bersua dengan bulan ramadhan tahun depan, Insyaalloh.

Berawal dari diskusi sederhana bersama bapak bos kita, pak KDM, bapak Gubernur Jawa Barat tentang aktifitas memukul bedug di bulan puasa ternyata berlanjut dengan tantangan yang tidak biasa, inilah pwrcakapannya :

Ari nakol bedug sabaraha warna?”
“Tilu warna pak” (baca tiluarna)

Diartikan dalam bahasa indonesia menjadi :

Kalau memukul bedug berapa warna?”
“Tiga warna” (baca dari luarnya).

Sebuah tatarucingan eh tebak – tebakan sederhana yang sudah menjadi percakapan biasa bagi anak – anak dan remaja di lembur atau di kampung tentang memukul bedug. Tahu kan bedug?… itu yang  ada di mesjid, biasa digunakan atau dipukul menjelang berkumandangnya adzan. Bentuknya seperti tong besar yang terbuat dari berbagai bahan baik dari kayu, drum bekas yang dibungkus dengan kulit kambing atau sapi dan satu sisinya bolong / kosong sebagai tempat keluarnya suara.

Bedug ini dipukul menggunakan pemukul atau disebut panakol, bisa dari kayu yang dibentuk seperti korek api tapi ukuran besar atauapun kayu/besi yang ujungnya dililiti kain atau karet sehingga nyaman digunakan sebagai pemukul.

Nah aktifitas memukul bedug itu disebut dengan ngadulag. Malah baju lebaran juga sering disebut baju dulag. Sehingga bedug dan ngadulag adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Sekaligus menjadi dasar perintah bagi pak KDM, Kang Dedi Mulyadi memerintahkan kami agar merancang, merencanakan dan menghadirkan even FDI (festival dulag istimewa) 1446 H di halaman gedung pakuan Provinsi Jawa Barat.

Maka bergeraklah kami dengan segera, mempersiapkan pelaksanaan festival dulag istimewa ini dengan segenap kemampuan kami yang ada. Tentu tantangan pertama adalah ketidakpahaman kami bagaimana sebuah even ngadulag eh nakol bedug ini secara teknisnya, sementara mau bertanya lagi kepada pak KDM, masih takut takut kita. Maka langkah awal adalah mencari referensi melalui media online sekaligus bertanya kepada orang – orang atau pejabat di kabupaten purwakarta, bagaimana gelaran festival ngadulag dilaksanakan di alun – alun purwakarta semasa pak KDM menjabat sebagai bupati purwakarta beberapa waktu yang lalu.

Tentu ditengah – tengah tugas lain yang perlu konsentrasi. Maka langkah demi langkah persiapan yang diawali dengan pembagian tim, penentuan nama dan siapa berbuat apa. Lalu menyusun timeline dengan target akhir adalah pelaksanaan FDI festival dulag istimewa ini yang akan dilaksanakan pada malam takbiran atau hari terakhir bulan ramadhan.

Dua pertanyaan besar yang menghantui kami, yakni : “Bagaimana format sebenarnya yang diharapkan oleh pak Gubernur terkait festival dulag inj dan apakah pelaksanaan shalat idul fitri atau hari pertama lebaran itu tanggal 31 maret 2025 atau bisa saja tanggal 30 maret 2025 memgingat pemberitaan sidang isbat akan dilaksanakan di tanggal 29 maret 2025 oleh kementerian agama?…”

Suasana mulai menegang…
Teman – teman di Biro Kesra segera mempersiapkan segalanya. Tentu dengan segala ketidaktahuan, namun semangatnya sama. Ini adalah tantangan yang harus dan bisa diwujudkan bersama-sama. Dengan dikomandani oleh bapak Kabag TU (syeh) Ahmad dan ketua teknis Aa Sofyan dan tim TU tidak hanya humas namun kolaborasi semuanya untuk mewujudkan konsep awal even ini.

Begitupun dari Bos Sekda, intruksi teknis tentang festival dulag ini menjadi pedoman bagi kami dan dituangkan dalam Kerangka acuan kerja, paparan versi canva, konsep di media sosial konsep sertifikat juga beraneka surat menyurat baik dalam benfuk nota dinas di internal sekretariat daerah juga surat keluar yang ditujukan kepada berbagai OPD pendukung.

Seperti permohonan dewan juri ke Disparbud, dukungan tim kesehatan dari Dinkes, dukungan publikasi dan live streaming youtube ke Diskominfo, dukungan media luar ruamg termasuk LED outdoor dan yang pasti kehadiran pak Gubernur itu sendiri ke Biro Adpim serta permohonan mencetak undangan resmi plat merah. Juga Dinas Perrhubungan dan Satpol PP serta Polrestabes Bandung untuk pengamanan, ketertiban, pengaturan lalu lintas sekaligus jangan lupa tentang perijinan keramaian.

Karena jelas intruksi pak Sekda, disaat Panitia inti melakukan audiensi diminta seluruh OPD mengirimkan satu tim dulag yang berjumlah 4 orang serta perwakilan kabupaten / kota dari 27 daerah dengan 2 perwakilan yaitu kategori dewas dan kategori pemuda. Termasuk konsep performance dari masing – masing peserta dengan menggunakan kendaraan masing – masing untuk melewati tribun depan gedung pakuan. Lakukan penampilan, dinilai dan bergerak meninggalkan area halaman gedung pakuan.

Maka detailing waktu menjadi ketat karena diharapkan bisa tuntas di pukul 22.00 wib. Pasukan Kesra semua bahu membahu dengan dikawal para Ketua Tim dan jelas dikawal oleh Bapak Agis JF Madya satu – satunya di biro Kesra.

Rapat internal via zoom meeting menjadi kunci kebersamaan sehingga pergerakan teman – teman fokus kepada aneka persiapan dan juga disaat pelaksanaan. Kang Dadan mengkordinir hadiah dan piagam pontang – panting dibantu pak Juan, pak Asep Achyar juga Fahmi, Septian, Sakti dan maafkan nama – nama yang belum disebutkan. Ternyata piagam yang di tandatangan gubernur harus jelas usulannya, ada nota dinas, kajian, berita acara yang ternyata dengan jaringan kekompakan dengan BKD dan Biro Hukum dapat dituntaskan segera.

Tantangan hadir tentang besaran hadiah yang harus berjibaku dengan usulan perubahan komponen, pemotongan pajak hingga penyerahan hadiah tersebut apakah via transfer ataupun tunai. Seru pisan pokoknya, Neng Rani dan tim perencana berjuang belakang layar dikawal aa Sofyan serta Tim TU sementara waktu pelaksanaan terus mendekat tinggal menghitung hari.

Ada juga pak Haji Encep dan pak Damir sebagai tim pengendali cuaca yang bertugas memastikan dengan ihtiar dan doa agar di malam festival dulag istimewa ini tidak ada hujan dan langit tetap cerah. Nah ternyata dukungannya tidak main – main langsung BPBD, BNPB dan BMKG dalam pelaksanaan rekayasa cuaca sehingga curah hujan beberapa lokasi di jawa barat diihtiarkan agar turun di lautan sehingga mengurangi potensi bencana banjir di kawasan jawa barat.

Tim pencari obor sekaligus persiapan untuk makan minum acarapun tak kalah sibuknya. Ada pak Juan, pak Mamat, pak Agis, bu Muftia yang sibuk mencari obor. Juga tim bu Amelia dan bu Imas BMS yang mengkordinasikan konsumsi dari mulai angka 550 pak menjadi 1000 pak disaat even berlangsung yang disupport full oleh Biro Umum Setda Jabar.

***

Sementara urusan kemungkinan hari lebaran kapan, berdasarkan perbandingan sederhana dengan melihat sidang isbat 5 tahun ke belakang, penanggalan 1 syawal selalu sejalan dengan rencana awal pemerintah. Dikaitkan juga dengan arahan pak Sekda di saat tim kami melaporkannya. Berarti jelas, pelaksanaan Festival Dulag Istimewa 1446 H akan dilaksanakan pada tanggal 30 maret 2025 setelah shalat isya sampai malam. Noted.

Terdapat kejutan yang membahagiakan keluarga besar Biro Kesra Jabar adalah dengan dilantiknya Bapak Syeh Kabag TU menadi Kepala Biro Adpim yang baru. Menjadi JPT Pejabat tinggi pratama atau level eselon II, Alhamdulillahirobbil Alamin… kami ikut bangga dan bahagia meskipun terselip kesedihan karena harus berpisah secara kedinasan. Tapi kerjasama tetap abadi, semoga pengganti beliau adalah orang yang berintegritas dan paripurna seperti beliau.

Balik lagi urusan FDI, waktu tersisa tinggal 2 hari. Tetapi ada hal yang masih mengganjal dalam hati yakni format atau konsep acara yang sudah kami susun, apakah sesuai dengan konsep dan harapan pak KDM, gubernur kami?..  ternyata karena Karo Adpimnya adalah alumni Biro Kesra maka kami diberikan slot waktu untuk menghadap.langsung kepada bapak Gubernur di kediaman pribadinya, di lembur pakuan Subang.

Benar saja, hari jumat siang menemui pak KDM dan ternyata format acara festival ngadulag yang diharapkan adalah nirkendaraan tetapi bedugnya dan para penakolnya eh petugasnya stanby di halaman gedung sate dan disuarakan bersama-sama. Lalu juri bergerak menilai satu persatu penampilan para peserta dan alhirnya merumuskan hasil penilaian yang dituangkan dalam 18 juara. Tanpa banyak basa – basi, pulang menemui pak Gubernur langsung di gelar rapat virtual marathon mulai dari dewan juri, para perwakilan OPD dan 27 kabupaten kota sebagai calon peserta serta petugas dan tim semuanya karena perubahannya sangat signifikan.

Maka bergeraklah bersama mempersiapkan segala hal dengan aneka perubahannya. Pak Agis menjadi koordinator absensi bagi teman – teman semua sekaligus didapuk sebagai plt Kabag TU melanjutkan tugas pak Ahmad. Pak Ahmad sendiri tetap mendukung kegiatan ini dengan kapasitasnya sebagai pejabat eselon 2 yang mengatur agenda Gubernur.

Pak Sofyan pontang – panting mengawal persiapan teknis kegiatan. Pak Dadan dan tim mempersiapkan piagam, trophy, souvenir dan hadiah. Bu muftia pabeulit sama obor dan tuntaa oleh pak agis, pak juan dan pak rahmat karena bukan hanya obornya saja yang harus ada tetapi lengkap dengan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Bu Oi dan tim penerima tamu sibuk wara – wiri. Apalagi tim registrasi, sudah ready dari minggu pagi demi menerima dan mengarahkan peserta hingga mengkordinasikan tanda tangan dan visum dari para peserta kabupaten / kota.

Pak rahmat dan pak Juan alih profesi menjadi sopir mobil bak demi mengangkut bedug besar dari mesjid raya Bandung ke halaman gedung pakuan. Tim dokumentasi humas terus bergerak, tim acara berkoordinasi intens dengan protokoler. Termasuk diri ini yang juga harus bersiap tampil menyampaikan laporan kegiatan. Sebuah mantra menjadi pembuka, hadirkan senyum bersama – sama : MOBIL FIAT MOBIL SEDAN, TEU KIAT HOYONG LAPORAN.

Akhirnya di malam takbiran tanggal 30 maret 2025 kegiatan Festival Dulag Istimewa 1446 Hinriah resmi dilaksanakan di halaman gedung pakuan. Total 70 tim hadir dari 27 kabupaten kota dan perwakilan OPD di lingkungan provinsi jawa barat.

Sukacita peserta dan warga menyatu dalam bahana suara bedug yang dipukul bersama begitu menggetarkan jiwa. Menggabungkan marwah nafas islami, tradisi budaya sunda serta makna mendalam tentang memukul bedug sebagai PENGINGAT bagi umat manusia khususnya muslim muslimah untuk selalu tepat waktu dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wataala.

Metode penilaian dengan 3 kritetia utama yakni :

1. VOKAL (teknik vokal, ketepatan nada, penghayatan)
2. MUSIKAL (Aransemen, dinamika, variasi, tempo)
3. PENAMPILAN (adab kesopanan, dekorasi, kostum, kekompakan)

Menghasilkan 18 juara dari 3 kategori, yakni juara I, juara 2, juara 3, juara harapan 1, 2 dan 3. Dimana dalam prosesi penilaian yang dikawal ketat oleh Bu Neni dan tim BMS menyisakan juga sebuah pengorbanan dengan hilangnya smartphone bu Neni ditengah hiruk pikuk penilaian penampilan dulag dari masing-masing kelompok.

Terima kasih Bapak Gubernur Jabar atas tantangannya, Bapak Sekda yang selalu membimbing kami, seluruh pimpinan OPD serta Baznas Provinsj Jawa Barat yang mendukung terselenggaranya acara FDI ini. Para Dewan Juri yang berjibaku menilai secara objektif yang merupakan representasi dari akasemisi, praktisi dan seniman yakni ada kang Erlan – seniman, Abah Faruq – LASQI & Kang Rizky Hamdani – ISBI serta seluruh pihak yang mendukung terselenggaranya acara ini.

Super thanks for Keluarga Besar Biro Kesra Setda jabar yang begitu kompak, militan, tetap bertahan dengan segala perubahan dan sampai lepas tengah malam menuntaskan even FDI ini hingga setuntas-tuntasnya. Bravo Biro Kesra. Wassalam (AKW).

Perpisahan Pak Bey & Jejak digitalku.

Dibalik momen haru dan sedih, ada penyempurna yang hakiki. jejak digital terpatri.

BANDUNG, akwnulis.com. Siang ini (19/02) adalah sebuah momentum penting bagi seluruh pegawai di Gedung sate karena hadir bersama pada acara perpisahan dengan bapak Penjabat Gubernur Jawa barat yakni Bapak Bey Triadi Mahmudin dan Ibu Amanda Soemedi yang telah menakhodai pemerintah provinsi jawa barat selama 17 bulan lebih.

Tulisan ini tidak mengulas suasana perpisahan yang mengharu biru, campur aduk antara haru dan biru eh sedih. Tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi dan dijalani.

Nah di momen terakhir sambutan bapak Sekda, hadirlah di layar LED sebuah pantun berbahasa sunda. Jengjreng…. awalnya biasa saja. Dibaca sekilas dan berlanjut dalam sebuah rangkaian acara.

Tapi…. kok agak hafal untuk kalimat di barisan pertama dan kedua. Ada 2 kalimat yang terasa tidak asing. Tulisannya adalah :  ‘mapay desa nu baranang, manggih domba disimbutan. ..’

2 kalimat ini terasa akrab karena merasa pernah menuliskannya di suatu tempat. Tapi tentunya juga perlu pembuktian. Mengapa 2 kalimat itu memiliki hubungan khusus dengan diri ini. Langsung disalin saja 2 kalimat tersebut dan ditempelkan di kolom searching mbah google.

Tadaaa…..

Ternyata hadirlah urusan searching pertama dan kedua, salah satunya adalah alamat blog pribadiku. Tak sabar dibuka dan benar saja, 2 kalimat itu adalah tulisanku di tahun 2018 atau tepatnya 7 tahun  yang lalu.

Meskipun ternyata 2 kalimat tersebut hadir juga di laman kumparan.com juga website lainnya. Tapi yang membuat hati ini senang karena dengan jejak digital dapat dilihat siapa yang menulis duluan. Mayoritas beberapa website menulis dengan judul ‘Contoh pantun sunda‘ padahal sejatinya itu dibuat dan diupload oleh jemari ini pada tanggal 27 Nopember 2018 atas permintaan seorang kakanda yang beralih tugas dari jabatan Camat Boget Kabupaten Sukabumi dalam momentum perpisahan.

Ada terselip rasa senang karena sebuah tulisan 7 tahun lalu bisa hadir kembali dalam sebuah momentum resmi yang secara kebetulan adalah di lingkungan kerja sekaligus disaat perpisahan pimpinan tertinggi di lingkungan pemerintah provinsi jawa barat khususnya dengan para pejabat tinggi pratama, para pimpinan BUMD dan seluruh pegawai di Sekretariat daerah provinsi jawa barat.

Tulisanku 2018 itu adalah :
Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana datang
Aya oge mangsana amitan.

Dan sekarang di layar LED terpampang :
Mapay desa nu baranang
Manggih domba disimbutan
Aya mangsana Pak Bey datang
Aya oge mangsana Pak Bey amitan.

***

Rasa haru semakin bertambah, awalnya karena memang begitu terasa keteladanan dari Pak Bey selama menjabat Pj Gubernur Jawa Barat. Kasih sayang, kesederhanaan, ketelitian dan kemudahan komunikasi serta bejibun kebaikan – kebaikan yang beliau tunjukan sebagai seorang pemimpin yang hari ini menjadi saat – saat terakhir sebagai peje dan akan kembali bertugas menjadi eselon I di Kementerian Sekretariat Negara di Jakarta.

Dilengkapi dengan penyempurnaan dari hadirnya kalimat pantunku sebagai pengantar dari ungkapan perpisahan. Itulah indahnya momentum kehidupan dilengkapi dengan catatan dari jejak digital. Bagi yang penasaran, bisa dibuka tautannya disini :…. PANTUN PERPISAHAN – akw.

Selanjutnya sebagai penutup, maka pantun singkat langsung dibuat :
Makan tahu di pinggir pantai sambil naik kuda.
I love u bapak Bey dan Ibu Amanda.

Daun selasih tersemat lagi di depan mata.
Terima kasih dan selamat kembali ke Jakarta.

***

Itulah tulisan singkatku kali ini, sebuah tulisan yang dihadirkan dalam masa – masa perpisahan. Wassalam (AKW).

1 Hari 5 tempat – Ngajègang.

1 hari 5 tempat, gaskeun. purwakarta bekasi karawang subang bandung cimahi.

BANDUNG, akwnulis.id. Semerbak harum pagi menyambut langkah optimis untuk selalu menjaga syukur atas semua berkah Illahi. Memasuki kendaraan yang langsung tancap gas memasuki tol gate Pasteur dan meluncur membelah suasana pagi yang ditemani semburat sinar mentari.

Tak terasa kawasan rest area 97 sudah ada dihadapan mata. Kendaraan dikurangi kecepatan dan belok kiri menjadi secercah harapan karena ada hal yang harus dituntaskan.

Apa yang harus dituntaskan kawan?”

Jawabannya singkat, SARAPAN.

Yuk ritual makan pagi yang harus dijaga dan jangan terlewati. Meskipun sedikit tetapi menjadi kewajiban demi menjaga daya tahan tubuh dan menjalan tugas pekerjaan yang sedang diemban.

“Lha khan biasanya sarapannya dengan menu khusus yang ada roti gandumnya, telur rebus putihnya saja dan beberapa iris jeruk sunkist?”

Hari ini agak lain, karena menu tersebut tertinggal tadi di rumah. Sehingga alternatifnya tetap harus ada yang masuk ke dalam perut yang sudah bergejolak lapar ini. Maka pilihannya adalah sajian bubur ayam panas dengan pola self service di Kedai Mandiri dan tak perlu berlama – lama langsung dinikmati bersama kawan seperjalanan.

Perut tuntas terisi maka perjalanan dilanjutkan menuju titik pertama yakni di wilayah Kabupaten Bekasi tepatnya di Puskesmas Cikarang. Sebuah kegiatan kedinasan yang diawali dengan pelaksanaan apel pagi bersama seluruh pegawai puskesmas dilanjutkan dengan peninjauan pelaksanaan kegiatan yang diicanangkan pemerintah yaitu CKG (cek kesehatan gratis) bagi warna yang berulangtahun.

Tak berapa lama segera bergerak dari Cikarang, sebuah daerah yang begitu gercep. Karena setiap disebut apapun maka jawabannya adalah CEKARANG eh SEKARANG. (lol).

Gaskeun…..

Titik selanjutnya adalah berada 32 menit dari Cikarang yakni di daerah Teluk Jambe Kabupaten Karawang. Tepatnya di satuan pelayanan Griya Ramah Lansia yang menampung 75 orang lansia terlantar dari berbagai daerah di Provinsi Jawa Barat. Terdapat 31 orang lansia wanita dan sisanya adalah lansia laki – laki yang lebih nyaman dipanggil Abah atau aki.

Pertemuan singkat dengan mereka memberi energi baru dalam berkarya. Meskipun terkadang harus ber akting dan sedikit drama karena memposisikan sebagai anak atau malah menjadi cucu bagi mereka yang begitu haus dengan perhatian dari keluarga dan sanak saudara yang dengan berbagai alasan tidak bisa hadir untuk sesekali membersamai mereka, apalagi berkunjung rutin atau mengajak kembali ke rumah keluarga dan hidup di hari tua bersama-sama.

Makan siang menjadi momen lintas kabupaten kembali, karena dengan perjalanan hanya 1 jam saja via tol cipali dengan keluar pintu tol subang kota maka bisa menunaikan ibadah shalat dhuhur sekaligus makan siang gurame bakar di daerah kabupaten subang. Silaturahmi berlanjut lagi dengan jajaran pengurus utama BPR Jabar baik komisaris utama dan Direktur utama serta jajaran di direksi dan komisaris lainnya di kantor pusat sementara yang berada di daerah Jalan Cagak kabupaten Subang.

Sore hanya bergeser lagi ke acara di Perbatasan tangkuban parahu tepatnya di kawasan astro ciater highland dengan sebuah acara rapat kerja yang digelar oleh jajaran DKM Mesjid Raya Bandung dalam rangka evaluasi kinerja 2022 – 2024 dan rencana kerja 2025. Di kegiatan ini tentu menjadi ajang diskusi dan silaturahmi sekaligus menguatkan kolaborasi yang didetailkan dalam dokumen rencana aksi.

Setelah adzan magrib bergema barulah bergerak ke titik akhir yakni kembali ke area Jalan Diponegoro 22 alias kantor Gedung sate untuk mengecek dokumen – dokumen yang ada dan harus dilakukan paraf dan tandatangan secara langsung khususnya terkait urusan kontrak dan keuangan. Hingga tak terasa jarum jam menunjukan pukul 21.20 wib. Barulah sedikit rehat dan bercengkerama ringan dengan para petugas kebersihan yang masih stanby menemani kehadiran. Tidak lupa disajikanlah kopi hitam tanpa gula dengan metode seduh manual V60 dengan berbagai biji kopi yang tersedia dan dilakukan penggilingan secara mendadak.

Harum semerbak kopi memenuhi ruangan, menguatkan harapan dan memberikan kedamaian. Meskipun beberapa kawan masih tergagap disaat menikmati kopi hitam tanpa gula yang disajikan. Tapi menjadi sebuah hiburan bersama dan rasa lelah sedikit terlupa meskipun beredar lintas wilayah, karena saling berbagi tawa disaat melihat wajah mengkerut karena menikmati sajian kohitala (kopi hitam tanpa gula) yang rasanya mendekati rasa brotowali. Selamat berkarya dan ngajegang kawan, Ngariung Ajeg Sagala Bidang. Wassalam (AKW).

REKOKOM – akw

Sebuah singkatan yang melengkapi tugas keseharian (tapi seratanna nganggo basa sunda)

BANDUNG, Desember 2024. Teu karaos geuning waktos dina ngajalankeun kahirupan tèh teras ngaguluyur, teu tiasa ditahan sumawonnna dilirènkeun mah sanaos mung sadetik ogè. Kukituna peryogi diseratkeun naon waè anu parantos karandapan, kapayunan tur kasaksèni salami sababaraha waktos kapengker. Bilih aya nu lepat atanapi henteu sapagodos, ulah pameng dilelempeng kumargi rumaos da manusa mah gudangna lepat.

Dina seratan ayeuna hoyong ngaguar hiji singketan nu diciptakeun, euleuh gaya pisan diciptakeun. Dikarang ku simkuring nu maksadna supados gampil ngapalkeunna ogè teu sesah upami ngawartosan kanu sanèsna.

Namina rekokom èta singketan tèh.

Kunaon singketanna rèkokom?”

Pertarosan ieu tangtos bakal diwaler ku sabab musabab nu teu kedah sesah ngèmutannana. Rèkokom tèh ideuna mah tina nami kokom anu janten nami umum kanggè wanoja di tatar sunda. Malih mah kapungkur nuju alit, èta nami kokom tèh ti unggal kampung aya. Ku kituna matri dina èmutan tur janten apal dugika danget ayeuna.

Uih deui kana singketan REKOKOM ieu ngarupikeun gabungan tina tilu kecap nyaeta REgulasi, KOmunikasi tur KOMitmen. Hayu urang guar hiji-hiji.

Ngawitana tina REGulasi atanapi aturan – aturan boh formal, teknis kalebet aturan lokal nu tiasa janten pedoman dina enggoning ngajalankeun tugas sèwang-sèwangan. Upami kanggo pedoman kahirupan, simkuring muslim tangtos Alqur’an sareng Hadist nu janten rujukan. Agama sanès tangtos ngagaduhan ogè sapertos kitab injil, taurat, zabur sareng sajabina. Dina urusan kaduniawian urang tèh apal nu disebat undang – undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, dugika edaran RT/RW. Atanapi nu langkung singket mah manual book nu sok aya dina boks tipi weuteuh, hapè, kulkas jeung sajabina.

Nu kadua nyaeta KOmunikasi. Wirèhna sagala rupi ogè tiasa dibadantenkeun, diajak bacèprot ngawangkong nu tangtosna tiasa sami dina emutanna tiasa sapagodos dina nangtoskeun tujuan nu ahirna sumanget gotong royong sasarengan silih wangikeun pikeun ngawujudkeun kapentingan sasarengan. Tangtos aya hiji tantangan, kumargi peryogi waktos dina raraga ngadangukeun sagala rupi nu janten aspirasi, bangbaluh, kritik, usul saran ogè tangtosna nu bènten pamadegan. Èta pisan nu ngait kana tèma komunikasi.

Nu katilu nyaèta KOMitmen. Hiji jangji pasini nu ngawujud boh tiasa otomatis langsung jangji ngabantos sasarengan atanapi saatos komunikasina lancar tur sami dina ngudag hiji tujuan nu tangtosna dina wadah kangge kapentingan seueur jalmi sanes urusan pribadi. Insyaaloh urang di kulawargi, di lingkungan masyarakat ogè nu ageungna dina kahirupan berbangsa bernagara tiasa bèrès roès gemah ripah loh jinawi.

Kitu panginten, seratan pondok mugia nyogok, heunteu panjang bilih nyugak mung nambihan sakedik pangèmut, sasieureun sabeunyeureun kanggè urang silih wangikeun dina hirup hurip sauyunan.

Hatur nuhun ka sadayana, uih deui kana paragraf awal, supados gampil ngapalkeunna janten singketan REKOKOM (regulasi – komunikasi – komitmen).
Ulah hilap nya. Wassalam. Cag (AKW).

Seratan ieu parantos tayang di http://www.kabarsunda.com

KOPI TIBALIK

Ternyata ihtiar berbeda itu menegangkan…

SOREANG, akwnulis.id. Jemari bergetar disaat kembali bercengkerama dengan keyboard virtual untuk membuat sebuah tulisan sederhana yang selama ini menjadi jembatan penyeimbang jiwa dikala berhadapan dengan kenyataan yang sedang  menanti kepastian. Padahal selama mingu – minggu ini jemari tetap menari dan berusaha menuliskan fenomena yang terjadi. Namun bukan dalam posisi penyeimbang jiwa tetapi mencatat serpihan – serpihan kehidupan dan merajutnya menjadi kumpulan kebaikan dimana esok lusa menjadi sejarah yang hadir tanpa amarah.

Bergelas kopi hitam tanpa gula sebetulnya sudah tak terhitung menemani tarian jemari ini. Namun catatan yang hadir bukan bagaimana kopi hitam tanpa gula itu memiliki body – acidity dan aftertaste yang istimewa. Tetapi betul – betul sebagai teman saja yang terdiam tanpa ekspresi dan menyaksikan jemari ini menari tanpa diiringi musik yang mendayu. Cukup dibersamai desau keresahan dan denting kekhawatiran yang bersuara lirih namun terasa perih padahal bukan luka, hanya kumpulan kata – kata.

Maka kembali mengapa jemari ini bergetar saat ini, karena yang tertuang dalam tulisan adalah sebuah syukur nikmat yang selama 2 minggu ini tidak sempat tercatat karena suatu sebab.

Namanya KOPI TIBALIK alias kopi terbalik. “Menarik khan nama kopinya?”
Tentu membuat penasaran. Karena jika dirunut dari biji maka tidak ada yang aneh, dibolak balik ya tetep biji kopi. Jikalau menggeliat disaat hangat dan panas di roasting, pada akhirnya tetap biji kopi tidak terbalik sampai akhirnya di grinder, diseduh dan dinikmati.

Ternyata istilah terbalik ini merupakan metode penyajian saja. Simpel sekali, meskipun ternyata tidak sederhana pada saat menikmatinya. Kopi yang dibuat ternyata biasa saja, kopi base espresso yakni americano. Hanya saja penyajiannya dibalik dimana pisin tutup gelas itu berubah menjadi alas gelas. Sudah deh, tidak menarik.

Tapi ternyata ini baru permulaan karena tantangannya hadir pada momentum menikmatinya.

Mau dibalik lagi gelasnya dibawah, nggak lucu ah. Maka dengan konsentrasi penuh gelas dan pisin atau tatakan ini diangkat perlahan dan buka celah gelas dengan hati – hati. Karena jika bukanya terlalu lebar, air kopinya keluar semua dan dijamin akan tumpah karena pisinnya kecil.

Maka harus konsentrasi, terukur dan diangkat perlahan tapi pasti…. wadduh menegangkan kawan. Lalu monyongkan bibir menyentuh pisin dan sruput perlahan, agak ribet memang. Tetapi sensasinya menghadirkan suasana rasa tersendiri. Tetap rasanya pahit namun diperkaya dengan manisnya rasa ihtiar termasuk memonyongkan bibir agak ke depan agar hasil maksimal.

Setelah 7 kali prosesi membuka gelas kupi terbalik ini akhirnya bisa habis meskipun bibir kok terasa lebih maju dari biasanya. Resiko untuk meraih kenikmatan yang berbeda. Maka jemari bergetar disaat menuliskannya karena terasa menjadi penyeimbang jiwa dalam gempuran ketidakpastian yang berkelindan dengan harapan banyak pihak terhadap raga sederhana ini untuk berkhidmat dalam memposisikan sebagai bagian dari solusi.

Sebagai penghormatan terakhir maka gelas terbalik dan pisin serta ampas kopi diberikan anggukan hormat takzim karena telah memberi kesempatan untuk sedikit menghela nafas dan kembali ke jalur penikmat kohitala dengan cara yang berbeda.

Padahal sebenarnya dalam sejarah tradisional di kampung halaman, menikmati kopi dengan menggunakan pisin atau tatakan itu adalah hal yang lumrah dengan tujuan membuat suhu air kopi panas itu segera turun. Kopinya di gelas biasa tapi pas mau diminum dituangkan ke pisin. Namun sekarang yang berbeda adalah posisi gelasnya yang disajikan sudah terbalik dan nyepot ke pisin. Sehingga perlu spesial effort pada saat membukanya perlahan.

Selamat mensyukuri hadirnya malam karena berarti besok insyaalloh akan kembali berjumpa dengan pagi berseri dan siang yang benderang. Salam kohitala gelas kebalik, Wassalam (AKW).

SOSIALITA Band & Arabica Wine Sylvasari Gnhalu.

Sosialita Band ditetapkan dan arabica wine sylvasari diseduh dan disruput penuh kenikmatan.

CIMAHI, akwnulis.com. Sore ini menjadi istimewa karena bisa Kembali menghela nafas sejenak setelah sabtu pagi tadi menguras energi untuk hadir Bersama dan memberikan dukungan kepada teman – teman yang tergabung dalam SOSIALITA Band. Sebuah nama band yang dibentuk atas inisiasi kebersamaan dan juga mempertemukan talenta – talenta music di internal kantor kami yang diambil dari berbagai unit terpisah. Tidak hanya dari kantor pusat tetapi dari lintas kantor lainnya baik di unit pelayanan teknis dan juga dari unit satuan pelayanan. Personil dan penamaan grup band ini mengalami pasang surut dan hampir 1tahun untuk memutuskan menjadi nama SOSIALITA Band.

Awalnya ada ide diberi nama ODGJ Band, namun beresiko memiliki konotasi lain padahal personilnya terdiri dari unsur pegawai baik yang sudah berstatus pegawai negeri ataupun yang non pegawai negeri. maka dipilih alternatif nama lain, lalu muncul pilihannya adalah RAHARJA Band, senada dengan jargon kantor. tetapi seiring kesibukan pekerjaan maka penamaan dan kegiatan pembentukan band ini kembali terlupakan dan fokus kepada pekerjaan sesuai kewenangan masing – masing. tetapi semangat pembentukan band dan penamaannya terus menggema meskipun belum mencuat kembali, kayaknya menunggu momentum yang tepat.

Akhirnya Waktu juga yang menjadi saksi bahwa sebuah keinginan jika Allah berkehendak akhirnya bisa diwujudkan. diawali dari rangkaian kegiatan peringatan hari ulang tahun ke79 Kemerdekaan Republik Indonesia di lingkungan kantor kami, Dinas Sosial Provinsi Jawa barat. maka terbentuklah panitia penyelenggara, konsep kegiatan dibahas, sponsor mulai dikontak dan akhirnya digelarlah rangkaian kegiatan perlombaan yang terbagi menjadi 3 tahapan kegiatan besar yaitu Perlombaan olahraga, perlombaan tradisional dan acara puncak.

Singkat cerita seorang pejabat di kantor kami ternyata sekaligus memiliki kemampuan sebagai pencari bakat akhirnya bisa menggabungkan berbagai potensi bermusik dan berlatih di kantor kami, jalan Amir Mahmud 331 Cimahi. Lalu di acara puncaklah menjadi momentum penting penamaan SOSIALITA Band ini disampaikan. tentu sebelumnya melaporkan dulu kepada Ibu Pj Walikota Banjar yang merupakan ibu Kadis kami bahwa penamaan grup band ini mengacu kepada nama dinas kita sekaligus juga memiliki makna lain yang diharapkan menjadi daya tarik tersendiri.

Maka dipanggung acara puncak inilah dibewarakan dan dikumandangkan nama band kami yang terbaru dengan nama SOSIALITA Band dengan personil terdiri dari Nanang Kusmana LJS & Andriani GWM (Keyboard), Wawan HR GRA (Bass), M Taopik GRA (bass), Raga GBKs & Rizal Ikbal F GRA (guitar), Ikhlasqulkamal LU (Saxophone, Yana (kendang) serta ibu Enok Komariah LJS – Rachmi Nurhanifah LJS, Yudha aditya LJS & Rahmat Irawan GRA sebagai vokalis. Selamat berkarya SOSIALITA Band.

Sebagai debut perdana dari grup band baru kami, maka lomba band OPD antar dinas di lingkup provinsi jawa barat dalam acara MUMTAZ yang diselenggarakan di halaman mesjid Al Jabbar menjadi ajang unjuk kabisa awal. Alhamdulillah meskipun tidak masuk 3 besar tetapi ada nilai penting bagi kami adalah menjadi momentum kekompakan dan kebersamaan baik band yang tampil juga para supporter yang begitu bersemangat. bergerak bersama dan bersorak mendukung band kesayangan kami dari 2 lagu yang ditampilkan.

Demikian cerita singkat kami di sabtu kemarin, tapi ceritanya belum selesai karena sore hari di rumah bersama keluarga kecilku, itu yang luar biasa. tambah lagi dengan ‘me time‘ yang paling hakiki adalah melakukan prosesi penyeduhan kopi secara manual alias manual brew dengan menggunakan corong v60 andalan apalagi biji kopi yang digiling dan diseduh ini adalah specialty coffee bean dari Sylvasari kopi gununghalu arabica wine.

Detik – detik tahapan prosesi menjadi sensasi tersendiri. Apalagi keharuman kopi yang hadir pada saat momentum digrinder adalah kenikmatan luar biasa dilanjutkan pas dilakukan penyeduhan, keharuman kopi yang memenuhi udara adalah saatnya yang begitu mendamaikan sebelum ada 2 tahapan kenikmatan lainnya.

Apalagi 2 tahapan kenikmatan selanjutnya?”

Ternyata ada yang kepo, selalu ingin tahu. baiklah atas nama pemenuhan kepenasaran para pembaca langsung saja dijelaskan. 2 tahap itu sebenernya sederhana saja tetapi sangat penting.

Tahap satu adalah ditata dengan baik, simpan bejana berisi kohitala kopi hitam tanpa gula hasil karya ini ditemani gelas kecil kesayangan plus ditambah ornamen tanaman yang ada di sekitar. Tidak lupa biji kopi arabica wine sylvasarinya diajak juga. Lalu ambil posisi pemotretan yang ciamik, cetrèk. Alhamdulillah terdokumentasi dengan jelas dan bersiap untuk upload di medsos.

Tahap kedua dan pamungkas adalah sruputlah dan nikmati. Jangan lupa selalu baca kalimat basmalah, “Bismillahirrohmanirrohim….”
Srupuuut. 
Nikmaat…
Alhamdulillahirrobbil alamin.

Terkait kopinya yang diseduh ini dipesan khusus ke produsennya dan dikirimkanlah kopi arabica wine sylvasari gununghalu. Dengan karakter yang dihadirkan memiliki body yang tebal dengan keharuman memikat, acidity cukup tinggi dan aftertastenya ternyata muncul rasa berry dan sedikit dark coklat yang menyegarkan. Itulah kebahagiaan sederhana yang selalu disyukuri. Selamat menjalani kehidupan dan selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Wassalam (AKW).

NENGOK ‘ABAH EMAK’ DI TELUK JAMBE

Sebuah kunjungan sarat makna.

KARAWANG, akwnulis.com. Cuaca panas di daerah Teluk Jambe Karaeang menyambut raga ini sesaat keluar dari kendaraan. Selanjutnya senyuman dari rekan mitra kerja di satuan pelayanan lansia Karawang membersamai kehadiran kami di tanah singaperbangsa ini dengan senyum tulus kekeluargaan dipimpin kepala satuan pelayanannya yang tinggi besar dan santun, bapak Harry.

Tanpa banyak basa – basi langkah langsung terayun menjelajahi areal satuan pelayanan lansia dengan satu tujuan utama, menemui Abah dan Emak.

Memangnya orangtuamu disini dirawat?”

Sebuah pertanyaan menyeruak tapi tidak harus reaktif dijawab. Biarkan sang waktu membuka pemahaman dan menghasilkan pemaknaan tentang arti sebutan abah dan emak ini.

Dalam terminologi bahasa sunda, istilah abah emak ini adalah sebutan anak kepada orangtua ataupun sebutan yang sopan dan hormat kepada orangtua lainnya. Jadi bukan ayah dan ibu kandung kami yang ada disini, tetapi para lansia telantar yang dirawat dan dilayani disatuan pelayanan ini. Secara jumlah terdapat 66 orang yang terdiri dari 36 orang emak dan 30 orang abah.

Mereka ditempatkan di wisma yang terpisah dan menempati tempat tidur masing – masing, meskipun secara kondisi memang kecenderungannya terutama para emak lansia disini kondisinya renta dan butuh perhatian ekstra. Juga masing – masing memiliki kisah pilu yang seringkali membuat trenyuh para perawatnya. Ada beberapa emak yang cukup ‘cangker‘ (jasmani kuat) namun sisanya lebih akrab di bed masing – masing karena kondisi raga terbatas juga ada yang ditempatkan di dekat kamar mandi karena hobinya mandi hingga 15 kali sehari, untung saja persediaan air disini cukup memadai.

Sementara para abah relatif lebih sehat dan terlihat beraktifitas normal meskupun sebagian kecil ada yang tergolek lemah di bed masing – masing. Jumlah abah atau klien lansia lami – laki adalah 30 orang.

Disaat masing – masing didatangi dan disalami, terlihat wajah wajah emak dan abah yang begitu senang didatangi seakan ditengok oleh anaknya yang selama ini hilang atau malah menelantarkan orang tuanya. Ada emak yang memeluk erat sambil berucap tak jelas, tapi yang pasti ada isak tangis yang membuat mata ini ijut sembab, mungkin dia kangen berat sama keluarganya. Ada juga yang langsung menengadahkan tangan sambil bilang nggak punya duit dan belum makan, padahal dari perawat membisiki bahwa emak ini baru selesai makan.

Tetapi latar belakangnya emak ini adalah pengemis tua telantar yang terjaring razia oleh petugas dan akhirnya diantarkan oleh pemerintah kabupaten ke panti lansia ini.

Banyak lagi cerita lainnya hadir dari mulut renta mereka, meskipun terbata tetapi intinya adalah berharap perhatian dan jangan ditinggalkan karena mereka sudah tidak punya siapa – siapa. Sementara melihat para perawat, para pekerja sosial dan petugas lainnya begitu sigap dan akrab dalam memberikan pelayanan seolah seperti merawat orangtuanya sendiri sangat patut diberikan acungan jempol dan penghormatan. 

Sebuah bentuk pekerjaan yang perlu keikhlasan dan dedikasi tinggi karena tidak mengenal hari libur, untuk selalu merawat abah emak dengan ikhlas dan penuh ketelatenan.

Ada satu emak yang memeluk dengan erat tak mau melepas, karena teringat anak semata wayangnya yang entah dimana dan dibayangkan sudah sebesar raga ini. Ada juga yang minta tolong tagihkan utang ke seseorang, padahal itu adalah ingatan terakhirnya 10 tahun silam tetapi karena demensia, seolah itu baru saja terjadi kepadanya.

Ah kadang mata ini tak kuasa menjaga air mata, menghadapi kenyataan kehidupan yang begitu berbeda. Semoga hadirnya rekan – rekan yang ikhlas merawat mereka bukan hanya tentang hadirnya negara dalam merawat rakyatnya yang telantar dan menua tetapi juga memberi harapan kedamaian pada lansia abah emak telantar ini dalam menjalani sisa – sisa umur kehidupannya.

Itulah secuil hikmah kunjungan kami ke satuan pelayanan lansia dibawah koordinasi UPTD PPS Griya Lansia yang berkantor pusat di daerah Ciparay kabupaten bandung yang memiliki satuan pelayanan di Karawang, Garut dan di Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Satu hal lagi yang terpenting adalah jagalah orangtua kita, minimal jika tidak langsung merawat karena waktu dan jarak maka sempatkanlah rutin berkomunikasi via telepon atau videocall untuk memantau kondisi orangtua kita yang merupakan ‘jimat’ bagi anak menantunya. Tapi tetap secara berkala sempatkanlah menengok dan memohon doa terbaik untuk meniti kehidupan ini serta kesiapan kita berinvestasi akherat.

Bagi para pembaca yang ingin berbagi maka bisa DM di instagram dengan alamat @rslugriyalansia.dinsosjabar atau datang langsung ke lokasi Griya Lansia Ciparay dan satuan pelayanan lainnya. Untuk di karawang terletak di jalan rayaTeluk Jambe nomor 129  Kabupaten Karawang. Wassalam (AKW).

Strategi Zero New Stunting

Doorprize & Strategi ZNS

MAJALENGKA, akwnulis.com. Sebuah acara pembagian doorprize di halaman belakang rumah dinas alias pendopo bupati majalengka yang berupa kuis pertanyaan dari pejabat yang hadir dengan hadiahnya sepeda lipat tentu menjadi penyemangat bagi seluruh hadirin yang sudah mengikuti Rakerda IKAPTK se jawa barat. Pertanyaan dari Sekretaris Daerah Provinsi Jawa barat sekaligus menjadi ajang sosialisasi strategis yang perlh dipahami oleh seluruh kalangan yang berkepentingan dan atau bertanggungjawab dalam penurunan persentase stunting di provinsi jawa barat.

Bagaimana strategi efektif dalam penurunan stunting di jawa barat dengan cara Zero New Stunting (ZenTing)?’

Inilah kesimpulan jawaban dari para peserta yang tampil ke depan dan disempurnakan oleh bapak sekda, ini dia penjelasannya :



STRATEGI dalam mewujudkan zero new stunting atau tidak ada lagi stunting baru di wilayah provinsi Jawa Barat adalah dengan melakukan langkah teknis yang terbagi dalam 2 dimensi waktu yaitu waktu sebelum melahirkan dan waktu sesudah melahirkan.

Waktu sebelum melahirkan berarti dalam posisi kehamilan sang ibu dimana disyaratkan minimal adalah :
1. Rutin mengkonsumsi vitamin penambah darah, tentu ini menjadi peran penting berbagai pihak khususnya dinas kesehatan provinsi, wabilkhusus dinas kesehatan kabupaten kota yang memiliki pasukan bidan desa dan koordinasi puskesmas di wilayah masing -masing.
2. Melakukan pemeriksaan rutin minimal selama 6 kali dalam masa kehamilan.
3. Asupan makanan khususnya protein hewani secara rutin minimalnya 4 macam : daging, telur, ikan dan susu.

Disaat setelah melahirkan adalah pada fase BADUTA (bayi 2 tahun) atau 0 sampai 24 bulan usia bayi. Ini kembali dibagi 2 fase yakni :
Pertama fase usia bayi nol sampai dengan 6 bulan adalah diberikan ASI eksklusif.
Kedua pada fase 6 bulan sampai dengan 24 bulan adalah ASI ditambah makanan pendukung yaitu MPASI baik daging, ikan, telur dan susu formula.


Itu adalah strategi teknis untuk menurunkan angka stunting di provinsi jawa barat yang disampaikan bapak Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat.

Ternyata ada kendala klasik dalam melaksanakan strategi ini yakni kesadaran bapak – bapak para suami yang secara disengaja dan tidak ternyata menjadi penghambat pemberian susu eksklusif untuk bayi buah hatinya karena rebutan ‘pabrik susu alaminya’.

Bagaimana cara mengedukasi dan menjelaskannya kepada bapak bapak para suami?”

Pertanyaan penting yang sangat perlu dibahas secara khusus. Wassalam (AKW).

TEMANKU SENJA

Hangatmu menemaniku.

CISUMDAWU, akwnulis.com. Semburatmu membuatku terpaku, padahal sebentar lagi akan bersiap menghilang di mahligai ufuk barat atas nama siklus tugas kehidupan. Namun ternyata cengkeraman sinar kuning keemasan dan oranye begitu melekat dalam pandangan dan perasaan orang sekitar.

Pertemuan kita beberapa minggu ini begitu intens karena ternyata harus menyore dikala lalu lintas bergerak menuju tempat berbeda, kehangatanmu ada. Sebuah kehangatan hakiki yang menyilaukan sekaligus memberikan kenyamanan dalam mengubah galau menjadi cingcai dan menghapus pesimisme menjadi optimisme.

Mentari senja kemarin lalu atau selumbari bersua di atas jembatan atau tepatnya jalan layang paspati Kota Bandung. Disaat kemacetan menjadi biasa, disitulah kesempatan mengabadikan rasa menjadi terbuka. Berbekal jari jemari dan ponsel hape yang ada maka dihasilkan sebuah gambar sederhana namun bermakna, karena disitu dapat dilihat bahwa semburat mentari sorè menghasilan elegi yang tak lekang oleh janji meskipun terkadang membersitkan serpihan sepi.

Begitupun dengan hari ini, disaat tadi pagi pergi menuju kertajati dan dilanjutkan memenuhi undangan di kediaman bapak bupati. Pada saat kembali ke tempat awal dimana selama ini ditinggali bukan di jembatan layang paspati tetapi pada ruas jalan tol Cisumdawu yang akhirnya bergabung dengan ruas tol padaleunyi.

Di tol Cisumdawu sore tadi, semburat hangatmu kembali menemani membawa semangat untuk tetap bersahaja dan berbagi ceria apalagi sebentar lagi berjumpa dengan keluarga setelah hari minggu terpotong oleh sebuah agenda luar kota. Maka dengan berbagai upaya mengabadikan momentum bersamamu sang pemancar sinar keemasan yang begitu perkasa.

Meskipun hanya bermodal kamera bawaan di hape saja tapi dengan ihtiar maksimal dan semangat menggebu maka puluhan jepretan momentum pendar cahayamu terus dibidik dan dijepret. Ya hasilnya banyak yang blur karena kendaraan terus bergerak sementara fokus lensa kamera terbatas. Tapi itu bukan halangan, terus saja dicoba dan akhirnya ada sebuah photo cahaya mentari senja di jalan tol cisumdawu.

Mentari tepat berada dihadapan seolah menyambut kepulangan kami menuju puncak harapan. Hangatnya cahaya sore sekaligus menyilaukan mata yang tak bisa terus terbuka tetapi sesekali berkedip agar memastikan fungsi matanya tetap terjaga.

Terima kasih semburatmu membersamai kami dalam kehangatan sore baik sore hari yang lalu juga hari ini seiring kepulangan raga ini dari majalengka  berjibaku dalam judul tugas dan pekerjaan yang dituntaskan di hari minggu ceria. Wassalam (AKW).

KOHITALA PULLMAN JKT

Rapat malam di Hotel Pullman, jangan lupa sruput kohitala gratisan tapi elegan.

JAKARTA, akwnulis.com. Sebuah catatan dalam rentang waktu tertentu pasti dibatasi oleh sesuatu objek yang jelas sehingga sebagai penanda menjadi satu kepastian memori dan memudahkan untuk mengingatkan kembali. Sebagai kelanjutan petualangan menikmati sajian kopi kali ini tidak lepas dari catatan terakhir tentang NGOPI DITAHURA & SABILULUNGAN.

Tuntas di acara tersebut bukan berarti kegiatan selesai karena raga ini harus bergerak dan meluncur ke kota jakarta untuk memenuhi penugasan selanjutnya. Tidak ada kata lain selain berangkaaaat…

Perjalanan sore hari menuju jakarta relatif lancar dan tidak terlalu banyak hambatan. Hanya kepadatan di sekitar tol cikampek KM54 saja. Selanjutnya waktu tempuh relatif normal hingga memasuki tol kota. Seperti biasa padat merayap dan kesabaran menjadi kuncinya. Lalu bundaran besar semanggi hingga akhirnya mencapai bundaran Hotel Indonesia dan memgikuti arus kendaraan yang ada akhirnya bisa tiba di hotel pullman thamrin tempat penyelenggaraan acara, meskipun ada sedikit drama karena harus putar – putar jalan dulu karena ternyata akses masuk hotelnya dari belakang dan terlewati.



Ya sudah, jadikan pengalaman untuk lebih fokus dan teliti” begitu petuah bagi diri sendiri dan sesama rekan yang membersamai.

Masuk lobi dan diarahkan naik ke lantai 2 dimana disambut dengan meja registerasi bin absensi tetapi tidak langsung berkegiatan karena dipersilahkan dulu menikmati sajian makan malam, Alhamdulillahirobbil alamin.

Disinilah batasan awal cerita kopi kali ini, karena pada saat berkeliling langsung bersua dengan mesin kopi yang komplit dan otomatis dengan petunjuk yang mudah dan tentunya kopi dan susunya penuh sehingga tinggal pencet pencet tombolnya saja. Tombol capucino yang menjadi pilihan pertama. Tunggu sesaat lalu cangkir terpenuhi dan bersiap dinikmati. Tapi tidak lupa ada hal penting yakni photo dulu, sruput nanti tapi dokumentasikan yang pasti.

Cetrek!
Cetrek!



Sruput perlahan menjadi sebuah kenikmatan secangkir kohitala. Memang capucino ada susunya tetapi perbandingan kopinya jauh lebih banyak. Terpenting harus diingat adalah hindari gula nikmati kopinya. Apalagi di hotel Pullman, kesempatan ini menjadi momen langka karena setelah acara pasti keluar hotel dan mencari hotel sesuai standar yang ditentukan.

Apakah lebih enak kopi di hotel Pullman pak?” Sebuah pertanyaan menyasar diantara kesibukan meeting malam ini, tentu jawabannya sederhana, “Alhamdulillah, enak dong”

Saya selalu berusaha menikmati secangkir kopi tanpa gula itu dari berbagai sisi dan itulah yang harus dimaknai dan disyukuri sehingga pilihan sedehananya hanya dua, kopi enak dan enak sekali. Kali ini karena berbasis mesin kopi tentu ada standarnya berbeda dengan penyeduhan manual yang bisa beraneka rupa cara serta hasilnya. Maka pilihan capucinno ini dilanjutkan dengan yang murni kopi saja yakni espresso. Cairannya sedikit tapi rasanya begitu mantabs dirasa dimulut dengan body strongnya yang membuat ‘beunta’ lebih lama.


Berulah setelah secangkir capucino dan secangkir espresso masuk ke dalam raga, meeting malam ini dimulai.  Lumayan bisa membuat mata ini tetap terjaga meskipun sang waktu beranjak menuju tengah malam untuk berganti esok hari.

Setelah meeting tuntas, bersegaralah pamitan dan keluar area hotel di daerah bundaran Hotel Indonesia ini untuk menuju daerah Halim dimana hotel itu berada. Begitulah cerita kohitala kali ini, jangan bosan ya. Besok.lusa pasti ada lagi cerita kopi dan kohitala lainnya. Wassalam (AKW).