Ngudag Panonpoé

Ngudag kahayang ngabuktikeun kamampuh, kudu bisa.

“Sok geura udag kahayang jang, jugjug mun bener éta hayang silaing!” Sora Aki Umid ngajelengéng dina sirah basa uing balaka hayang ngudag panonpoé.

Teu loba carita, gasik bébérés. Pangsi jeung iket digémbol maké sarung. Teu poho bedog si cépot jeung koréd leutik. Uyah sapuruluk jeung hinis keur pakarang pamungkas.

Indung peuting karék reup basa uing amitan ti paguron Tapak waja. Teu loba nu nyaho, ukur Ki Umid jeung Sanghyang Widi.

Leumpang mapay landeuh unggah pasir, teu beurang teu peuting muru kahayang nu can kacumponan. Didodoho isuk-isuk kalah nyamos, ditungguan pasosoré kalah ka ngilang. Tungtungna moro nu aya, meunang layung dua gémbolan. Matapoé mah nyingcet tuluy digilir ku purnama jeung béntang nu kucap kiceup baranang.

Kitu jeung kitu wé salila genep warsih téh, capé. Ampir-ampiran pegat harepan, balik éra teu balik kumaha.

***

Ayeuna uing didieu, nempokeun anjeun datang nyaangan dunya. Tingtrim rasa seger rumasa, aya bagja jeung tumarima nyaliara dina awak nu teu boga daya upaya.

Geuning lain anjeun nu kudu jadi jugjugan uing, tapi nu nyieun anjeun nu kudu ku uing di sembah di dama-dama.

Wassalam.

Palataran masjid Pasirhalang, 200318. (Akw).

Gerbong Priority

Kerja kerja kerja sambil memaknai perjalanan yang menyenangkan di Gerbong Priority Argo Parahyangan.

Photo : Gerbong Priority tiba di Stasiun Gambir / Dokpri.

Berawal dari sepenggal informasi tentang promosi Gerbong KA Priority dengan rute Bandung-Jakarta yang beredar di medsos. Tertarik?… pasti. Tapi nggak elok juga jikalau tiba-tiba berangkat gitu aja tanpa alasan yang jelas, atuh bisa Penilaian SKP terganggu. Maka disini kekuatan doa menjadi jalan pembuka, meminta kepada Allah sang Maha Mem-bolakbalikan hati.

Tring…

Sebuah disposisi bigboss menugaskan untuk hadir mewakili sebuah acara di Jakarta… ahiiw. Senangnya. Tapi… ternyata acaranya 2 hari, wajib nginep hiks hiks hiks. Dilema. Tapi ya gimana lagi, tugas ini adalah konsekuensi sebagai ASN. Ya jalani dan laksanakan sebaik-baiknya.

***

Shalat shubuh di Mushola Stasiun Cimahi menjadi awal perjalanan pagi ini, setelah beberapa menit yang lalu kedinginan karena dikejar angin dini hari diatas jok grabbike. Udah solat mah tenang. Beberapa menit kemudian terdengar suara nyaring datangnya rangKaian Argo Parahyangan yang kemudian lampu sorot di kepala lokomotif menerangi wajah-wajah penuh penantian.

Loko berhenti diikuti gerbong-gerbongpun ikut menahan langkah agar para penumpang bisa naik dengan nyaman. Tadaaa…. langkah kaki bergerak memasuki gerbong ekskutif dan melewati jajaran kursi penumpang menuju gerbong paling belakang, gerbong priority. Tiket promo seharga 200 ribu dipegang erat ditangan untuk memastikan dapet tempat duduk sesuai ketentuan.

Pintu terbuka, suasana spesial menyambut hangat. Dinding kayu yang elegan dan semerbak parfum ruangan yang lembut memberi kenyamanan. Pantry dan minibar di sebelah kanan serta senyum manis pramugari mengantarkan langkah menuju kursi penumpang. Hanya tersisa 1 kursi sesuai tiket dan sisanya 27 kursi terisi penuh.

Duduk perlahan dan bersandar di kursi seempuk sofa, langsung disodorin kotak snack berwarna hitam. Tak perlu hitungan detik, dibuka… 1 botol air kemasan dan 2 roti tersenyum penuh arti. Melirik ke samping jendela lalu mata beredar menjalari dinding kayu yang mengesankan ini. Trus untuk fasilitas entertainmentnya sebuah televisi flat ukuran 65 inchi memutar film Jurrasic Park 3. Di depan masing-masing penumpang terdapat layar video yang menyajikan film-film serta musik pilihan yang bisa dinikmati privat dengan minta headset ke petugas.

Rasa ngantukpun tertahan karena penaaasaran melihat-lihat fasilitas gerbong priority ini. Pertama kamar mandi, terletak di samping pantry, isi kamar mandinya serasa di hotel, WC duduk dan wastafel plus goyang-goyang, maklum khan kereta apinya lagi jalan.

Lalu di minibar tersedia air panas lengkap dengan kopi/teh celup plus gula and krimer, moo bikin sendiri atau dilayani yaa tinggal reques aja. Untuk lebih melengkapi, segera balik ke kursi, buka tas dan ambil botol cold brewnya manglayang karlina dari @238coffee daan…. rasa khas high acidity-medium body and sweetnya melewati kerongkongan ini memberi sensasi perjalanan yang tak terlupakan.

Puas menikmati area minibar, kembali ke kursi penumpang, mencoba video on demandnya Kawista eh Kereta Api Wisata ini, dengerin musik dan nonton film dengan akselerasi alias dicepet-cepetin 🙂 ada Mission Imposible 3, Transporter juga Poltergeist, Despicable me dan lainnya… ya film produksi 2-3 tahun lalu, tapi dengan kualitas gambar yang bagus, tentu jadi hiburan tersendiri.

Trus yang penting juga adalah silaturahmi dengan penumpang disamping kanan, seorang bapak yang simpatik, Dosen dan pimpinan Lab Mesin di ITB, bapak DR Ir.Iman, menimba pengalaman dan cerita tentang beberapa hal, Alhamdulillah.

***

Perjalanan 3 jam terasa lebih singkat, karena baru saja mencoba sedikit terlelap… eh udah ada pengumuman bahwa Kereta Api tiba di Stasiun Bekasi. Tentu tak berapa lama lagi Jatinegara dan akhirnya Stasiun Gambir sebagai tujuan akhir. Segera mempersiapkan diri. Membaca kembali bahan-bahan rapat terkait Universal Akses dan Pokja Sanitasi Jawa Barat.

Buat yang penasaran bisa buka IG Kawisata.

Wassalam.
Aryaduta-Jakarta, 130318. (AKW).

Dimensi Religiusitas vs PEE

Power of Emak-emak dan materi kultum ba’da shubuh di Mesjid Almuttaqien Gedung Sate.

Assalamualaikum Wr Wbr.

Cerita aah….

Photo : Dini hari di Bandung utara / Dokpri.

Dini hari sudah ngebut di balik kemudi, padahal waktu masih sangat luang, jam digital di dashboard masih di 03.45 wib. Tapi entahlah kenapa energi tersalur ke kaki begitu kuat dan otak mendukung dengan ucapan, “Meungpeung jalan lowong, tancaap boss!!!”

Pas belokan ke arah tol, ibu-ibu naek motor nggak pake rihting (baca : lighting), Cekiitt… mobil ngerem mendadak dan hampir hidung mobil memyentuhnya. Power of Emak-emak berlaku. Mobil terdiam sambil terengah dan menarik nafas lega karena tidak ada kejadian yang tidak diharapkan.

Ema itupun seyum dan lempeng aja melawan arus.. heu heu heu. Tapi jadi mengingatkan sama emakku sendiri, istriku dan anak perempuanku. Bahwa jangan egois dengan ngebut di jalanan yang lengang karena anak istri dan emak berharap keselamatan bagiku.

Sisa perjalanan menuju Mesjid Almuttaqien Gedung Sate bergerak normal dengan kecepatan sedang, ditemani dinginnya udara pagi yang terasa menyeliputi hati.

***

Shalat Shubuh berjamaah di Mesjid AlMuttaqien terasa syahdu penuh kekeluargaan, dilanjut dengan ceramah oleh Ustad DR. Aam Amirudin yang mengupas tentang Religiusitas atau Keberagamaan.

Dengan penyampaian yang jelas dan ringkas, terasa materi mengalir dan bisa lebih mudah dipahami oleh para hadirin yang sadar dan tidak ketiduran, bahwa terdapat 4 dimensi dalam Religiusitas, yaitu :

Pertama, The Involvement of Idealism.
Kedua, Ritual Involvement
Ketiga, Intellectual Involvement
Keempat, Involvement of Consequences.

Pertama, The Involvement of Idealisme adalah berkaitan dengan Keyakinan, meyakini sesuatu yang sulit atau malah tidak bisa dibuktikan secara empirik atau juga berarti diluar logiko-hipotetiko-verifikatif. Terus dari mana muncul keyakinan tersebut?.. hal itu melalui pendekatan Authority, yaitu mengutip ayat suci yang diyakini. Apa itu?.. adalah wahyu Illahi Alquranul Karim dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Sebagai contoh apakah umat muslim yakin bahwa kehidupan di alam barzah itu ada?… tidak bisa dibuktikan secara empirik tetapi seluruh umat islam meyakini itu ada.

Kedua, Ritual Involvement. Dalam kerangka religiusitas terdapat dua keterlibatan ritual yaitu Ritual vertikal (Hablumminallah) dan Ritual Horizontal (Hablum Minannas). Nah Ritual Horizontal terbagi menjadi dua yaitu urusan dengan manusia dan urusan dengan alam.

Disini berbicara tentang komitmen dan disiplin serta berbagai tatacara ritual yang sudah jelas pada Alqur’an dan hadits. Termasuk yang menarik adalah Tata cara sholat, Sholat adalah Ritual vertikal yang diawali Takbir yang jelas urusannya dengan Allah SWT tetapi pada saat akhir sholat ditutup dengan salam yang jelas mendoakan kanan kiri kita yang jelas-jelas urusan sosial hablum minannnas.

Ketiga, Intellectual Involvement. Religiusitas harus didasari dengan pemahaman secara komprehensif. Karena tanpa pemahaman maka religiusitas dipertanyakan. Cara untuk paham adalah Fa’lan (pelajari), ayat Alqur’an pertama yang diturunkan adalah Iqro (bacalah).. bismirobbikalladzi kholaq…., jadi untuk meraih pemahaman perlu literasi dan ini memerlukan usaha terus menerus dalam jangka waktu yang panjang.

Contoh : seabad lalu rakyat jepang tidak suka makan ikan, tetapi sekarang mereka menjadi negara yang rakyatnya mengkonsumsi ikat terbanyak di dunia. Hal ini bisa dilakukan dengan edukasi literasi terus menerus.

Keempat adalah Involvement of Consequences. Yaitu adanya konsekuensi yang harus dihadapi dalam melakukan religiusitas, dimana tidak semua pihak akan senang dengan apa yang sedang dan sudah kita lakukan sesuai tuntunan ibadah dan muamalah dalam islam.

Kisah Lukmanulhakim pada Alquran dikala lukman dan anaknya membawa keledai menghadirkan pendapat dan anggapan yang berbeda dari beberapa kelompok orang. Begitupun disaat kita berperilaku jujur, belum tentu semua pihak menyukainya.

Dari keempat dimensi tadi maka semuanya harus dilakukan secara istiqomah atau konsisten sehingga menghasilkan religiusitas yang optimal.

***

Usai Ceramah shubuh bergegas menuju kantor dan masih memikirkan tentang 4 dimensi religiusitas versus power of Emak-emak. Yang pasti dicoba untuk selalu membaca termasuk membaca situasi, plus nggak boleh nyetir sembarangan, harus ingat PEE (Power of Emak-Emak).

Wassalam, Gedung Sate 120318 (AKW).

Kuliner dini hari

Dinginnya pagi jangan menjadi alasan untuk berdiam diri, tapi sebuah tantangan untuk nikmati kuliner penuh arti.

Gelap masih menyelimuti hari, ditemani gigitan lembut dinginnya pagi yang mencengkeram raga dari segala sisi. Tapi itu semua tidak menyurutkan langkah untuk terus menyusuri jalan kehidupan yang terbentang di hadapan.

Bergerak menyusuri jalan perumahan yang masih sepi seolah kehidupan sedang berjeda. Tapi beberapa rumah sudah mulai terdengar gemericik air, sementara dengkuran halus masih mendominasi kenyataan. Ahh.. biarkan saja. Itu khan sesuai dengan komitmen masing-masing dengan prinsip hidupnya.

“Trus kamu ngapain jam segini sudah beredar?”, sepotong tanya lewati nalar, memberi peluang untuk tersenyum dan menjawab, “Ya pengen aja, apa pedulimu?” Agak ketus jawaban yang keluar, tapi tidak menjadi awal perseteruan karena dialognya masih berada dalam satu kepala.

Beberapa pemulung terlihat sudah berdinas, mengais kotak sampah warga untuk mengumpulkan plastik atau barang bekas yang mungkin berharga. Meskipun disaat diri ini melewati mereka, sapaan salam hanya dijawab dengan tatapan tanpa kata. Kembali permakluman menggema, mungkin memang sedang menghemat suara.

Setelah berjalan hingga 1,5 kilometer akhirnya tujuan pun sampai. Seorang ibu tua berkerudung menyambut dengan senyum ramahnya. Sementara satu tangan lagi sibuk mengatur posisi kayu bakar agar hasilkan panas yang sesuai. Harum adonan tepung beras dan oncom berpadu membuat aroma khas di pagi ceria, dingin dan lembab hilang sudah tergantikan oleh suasana penuh kehangatan.

Tak banyak cakap karena ternyata banyak juga yang datang mendekat. Transaksi singkat diperkuat oleh cahaya lampu mobil yang berkilat-kilat, menyaksikan peralihan barang dan uang di pagi buta penuh kekaguman.

Pilihan rasa terbatas tapi itulah yang menjadi makna kualitas. Menjaga rasa pantas serta kekuatan originalitas, membuatnya bertahan jalanani perubahan jaman tanpa takut turun kelas. Kuncinya adalah ikhlas dan melayani pembeli dengan prioritas.

Suguhan raja dan rakyat biasa atau disingkat SURABI, penganan sederhana yang miliki seribu makna. Meski pilihannya hanya surabi oncom dan surabi kinca, tapi disitulah sejarah kuliner lokal tetap membahana. Ibu tua ini berjualan dini hari mulai jam tiga, hingga ludes tepat jam lima. Jikalau jam enam pagi baru tiba, maka hanya rasa hampa yang akan mengemuka.

Wilujeng berburu dan menikmati surabi asli tanpa toping dan aneka varian yang warna warni.

Lokasi : di Sebrangnya Jalan Raya Kerkof No. 71 Leuwigajah Cimahi Selatan. Sebelum gapura pintu masuk Perumahan Cipta Mas Leuwigajah. Jam operasional 03.00 sd 05.00 wib… ya kadang ampe jam 06.00 Wib. Wassalam. (AKW).

Shalat bermusik

Ini bukan jenis shalat yang tak sesuai tuntunan agama lho, tapi shalat yang dihiasi lantunan nada.

“Allahu Akbar.. Allaaaahu Akbar”, pembuka adzan dhuhur menggema. Menjadi seruan wajib bagi umat muslim, untuk segera meninggalkan urusan dunia dan meninggalkan kepentingan lain demi berbakti kepada Illahi Robbi.
Berwudhu dengan syahdu, Tahiyatul masjid dan sholat qobla menjadi pembuka. Barisan jamaah semakin tertata untuk bersama-sama sholat dan berdoa.

“Allahu Akbar…”, Takbiratul ihram dipimpin Imam sholat begitu damai, suasana hening dan sedikit suara tarikan nafas para jemaah, memberikan nuansa kepasrahan yang kaffah. Semua terlarut dalam khusyunya

***
“Di suaa…tu hari tanpa sengaja…”, suara Anji dengan iringan musik yang akrab di telinga memecahkan konsentrasi menjadi kepingan debu kegalauan yang mengoyak keheningan rakaat kedua shalat dhuhur berjamaah ini. Disaat sedang berusaha melaksanakan sholat se-khusyu mungkin, tentunya berusaha konsentrasi untuk mencoba berserah diri. Ternyata harus buyar karena lantunan nada dan syair lagu yang pernah hits beberapa waktu lalu.

“Ah sialan, siapa tuh yang sholat ga silent dulu or matiin hapenya!”, gerutu dalam hati meluncur tanpa tertahan. Hancurkan ketenangan dan hasilkan kegundahan. Secara phisik dan realita, rakaat selanjutnya tetap terlaksana tetapi nilai hakiki dan makna sholatnya sudah berbeda.

Yakin juga bukan diri ini yang terganggu dan terbuyarkan konsentrasi, tetapi juga jamaah sholat lainnya termasuk Imam sholat, entahlah.

Ingin sekali mendatangi orangnya, omelin ampe puas supaya kapok tuh. Tapi… apa menyelesaikan masalah?

Keselnya lagi, sebelum sholat khan udah ada pengumuman, “Perhatian para hadirin jamaah shalat dhuhur, bagi yang membawa alat komunikasi agar mematikan handphonenya atau mode agar tidak mengganggu khidmatnya ibadah shalat.”

Juga pengumuman dalam bentuk tulisan yang ditempel di dinding mesjidpun ternyata tidak cukup untuk menjadi pengingat.. Grrrrrrr.. sebbel dech.

***

Ada ide juga agar DKM disarankan beli alat pengacak sinyal telepon pada area masjid khususnya area sholat sehingga tidak ada panggilan masuk selama di mesjid. Pengennya nyumbang, tapi kayaknya belum kesampaian duitnya trus DKMnya jangan-jangan nggak bisa ngoperasikan.

Sebagai langkah sederhana, ya mulai dari diri sendiri dulu dech. Pertama pastikan Smartphone ini mode silent atau posisi mati disaat akan beribadah sholat di mesjid. Atau kalau bisa simpen di ruangan aja nggak usah dibawa sholat, dengan syarat beres sholat bergegas ke ruangan untuk ambil HP.

Soalnya pernah nyoba 3 hari, sholat nggak bawa HP disimpen di ruang kerja. Lakadalah.. beres sholat asyik ngobrol sama temen dan pa ustadnya sampe lebih dari 1 jam. Nyampe ke ruangan, tanda miscall ada 10x dari bos dan beberapa rekan… ternyata ada rapat mendadak dan perlu bahan. Akibatnya ya terbayang… keburu-buru kesana kemari dan telat hadir rapat, nasib.. apes dech.

Ah udah ah… pokonya bagi yang baca ni tulisan, dimohon bingiit buat muslim yang moo ibadah sholat berjamaah.. please luangin waktu 5 detik nengok HP, switch ke mode Silent baru wudhu atau masuk ruangan mesjid. Urusan pas sholat ternyata masih ada HP yang berdering…. ya minimal bukan HP kita.

Trus ingetin kawan kanan kiri supaya aware dengan HP masing-masing.

***

“Allahu akbar… Allaaahu Akbar…..” Adzan Ashar memanggil, bergegas raga ini menuju mesjid. Nggak lupa mode silent dulu HP kesayangan baru wudhu dan memasuki ruang dalam mesjid untuk bersiap shalat ashar.

***

Rakaat ketiga, “I will always loveee youuu… kekasihku….” Suara sahdu Pasya Ungu kembali menggetarkan kedamaian, jelas berasal dari shaf kedua.

“Astagfirullahal adzim….. .”

Bandung, 010318. (AKW).

Shalat Tahajjud

Shalat Tahajud : Niat-Shalawat-Doa-Istigfar

Niat :
USHALLII SUNNATAT TAHAJUDDI RAK’ATAINI LILLAHI TA’ALA
Saya berniat shalat sunnat Tahajjud dua raka’at karena Allah Ta’ala.

Rakaat I : AlFatihah + Al Insyiroh
Rakaat II : AlFatihah + Al Ikhlas

Bacaan setelah salam :
A. Hadiah para nabi
ILLA HADHRATIN NABIYYIL MUSTHAFAA RASUULILLAH SAW. AlFatihah 1X

B. Al Ikhlas 3X, Al Falaq, AnNass, Ayat Kursi.

C. Dzikir

D. Shalawat :
1) Shalawat Nur 7X
Allahumma shalli’alaa nuuril anwar, wasirril asrar watiryaa qil aghyaar wamiftaahi baabilyasaar. Sayyidina Muhammadinil mukhtaar, waaalihil athhaar wa ashaabihim akhyaar ‘adada ni’amullaahi wa ifdhaalih.
(Ya Allah limpahkanlah shalawat atas cahaya diantara cahaya, rahasia diantara rahasia, penawar duka dan pembuka pintu kemudahan, Sayyidina Muhammad, Manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan Karunia-Nya.)

2) Shalawat Tibbil Qulub 3X
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINA MUHAMMADIN TIBBIL QULUUB, WA DAWAA-IHAA, WA’AAFIAT ABDAANWASUIFAA-IHAA, WA NUURIL ABSHAAR WA DHIAA-IHA WA’ALAA AALIHII WA SHAHBIHI WA SALLIM.
(Ya Allah, Semoga Engkau menambah Rahmat bagi Junjunan kami Nabi Muhammad SAW, dokter hati dan obatnya serta obat unt3uk badan, dan menyembuhkannya, dan cahaya mata dengan penglihatannya. Semoga Engkau memberikan juga rahmat bagi keluarganya dan bagi para sahabatnya dan semoga Allah menambah berkah dan keselamatan.)

3) Shalawat Darajah 3X
ALLAAHUMMA YAA DAA-IMAL FADHLI ‘ALAL BARIYYAH, YAA BAASITHAL YADAINI BIL’ATHIYYAH, YAA SHAAHIBAL MAWAAHIBIS SANIYYAH, SHALLI ALAA SAYYIDINNAA MUHAMMADIN KHAIRIL WARAA SAJIYYAH, WAGFIRLANAA YAADZAL’ ULAA FII HAADZIHIL’ ASYIYYAH.
(Ya Allah yang melestarikan kesejahteraan atas semua mahluk, yang melapangkan anugerah dan yang memiliki pemberian yang baik, curahkan kesejahteraan atas penghulu kami Nabi Muhammad SAW dengan sebaik-baik kenangan. Dan ampuniLah dosa kami wahai Allah yang mempunyai kesejahteraan dalam kehidupan ini.)

DOA TAHAJJUD 1X
ALLAHUMMA LAKALHAMDU ANTA QAYYIMUS SAMAAWAATI WAL ARDHI WAMAN FIIHINNA, WALAKAL HAMDU ANTA MALIKUS SAMAAWAATI WAL ARDHI WAMAN FIIHINNA, WALAKAL HAMDU ANTA NUURUS SAMAAWAATI WAL ARDHI WAMAN FIIHINNA WALAKAL BAMDU ANTAL HAQQU, WA WA’DUKA HAQQUN, WA QAULUKA HAQQUN, WALIQOO UKA HAQQUN, WALJANNATU HAQQUN, WAN NAARU HAQQUN WAS SAA’ATU HAQQUN, WANNABIYYUUNA HAQQUN, WA MUHAMMADUN SAW HAQQUN,
ALLAHUMMA LAKA ASLAMTU WAALAIKA TAWAKKALTU, WABUKA AAMANTU, WAILAIKA ANABTU, WABIKA KAASHAMTU, WAILAIKA HAAKAMTU, WA MAA ASRORTU, WA MAA A’LANTU, WA MAA ANTA A’LAMU BIHII, ANTAL MUQODDIMU WA ANTAL MU-AKH KHIRU LAA ILAA HA ILLA ANTA WALAA ILAAHA GHOIRUKA WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH.
(Ya Allah bagiMu segala puji, Engkaulah penegak langit dan bumi dan alam semesta serta segala isinya. BagiMu lah segala puji, engkaulah raja penguasa langit dan bumi. BagiMu lah segala puji, pemancar cahaya langit dan bumi. BagiMu lah segala puji, EngkauLah yang haq (benar-benar ada), dan janjiMu adalah haq dan firmanMu adalah haq, dan perjumpaanMu adalah haq, dan surga adalah haq, dan neraka adalah haq, dan saat hari kiamat itu adalah haq, dan nabi-nabi itu haq dan Nabi Muhammad SAW itu haq.
Ya Allah, kepadaMu lah kami berserah diri (bertawakal), dan kepadaMu kami beriman, kepada Engkau jualah kami kembali, dan kepadaMu lah kami rindu, dan kepada Engkau kami berhukum.
Ampunilah kami atas kesalahan ya g sudah kami lakukan dan yang sebelumnya, baik yang kami sembunyikan maupun yang kami nyatakan. Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan Tuhan yang terakhir. Tiada Tuhan melainkan Engkau ya Allah yang menguasai seluruh alam. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.)

ISTIGFAR
ASTAGHFIRULLAAHAL AZHIIM WA ATUUBU ILAIH. ALLAAHUMMA ANTA ROBBII LAA ILAAHA ILLAA ANTA KHALAQTANII WA ALA’ABDUKA, WA ANA ALAA AHDIKA, WA WA’DIKAMAATATHA’TU A’UUDZUBIKA MIN SYARRIMAA SHANA’TU ABUU-U LAKA BINI’MATIKA’ ALAYYA, WA ABUU-U BIDZAMBII FAGHFIRLII FA INNAHUU LAA YAGHFIRUDZ-DZUNUUBA ILLAA ANTA.
(Aku mohon ampun kepada Allah yang maha agung, dan aku bertaubat kepada-Nya.
Ya Allah Engkaulah Tuhan kami, tiada Tuhan melainkan Engkau yang telah menciptakanku…

Catatan : Diketik ulang di Smartphone dari Buku Shalat & Dzikir , Penyusun H.Subagdja Prawata, Penerbit Perum Percetakan Negara RI, Cetakan ke 12 Juni 2012.

Syarat Berpisah.

Akhirnya itulah keputusan yang diambil, ya sudahlah.

Photo : Semburat langit pagi penggugah semangat/dokpri.

Sebuah kalimat ‘mohon maaf‘ menjadi awalan pembicaraan yang menyedihkan. Karena tanpa perlu dicerna secara mendalam, sebuah aura perbedaan telah membuka celah penuh jarak ketidakpastian. Percaya tidak percaya dikala perlahan tapi pasti, rangkaian kata selanjutnya semakin menegaskan bahwa sebuah keputusan besar telah ditetapkan dan hubungan harmonis selama ini, beberapa saat lagi hanya tinggal kenangan.

Sebuah kata ‘mengapa?’ Mewakili ribuan kalimat yang berjejal di tenggorokan yang berlomba keluar namun tersekat oleh keadaan, karena ternyata ini bukan mimpi yang menjadi kenyataan, tetapi realitas yang harus diterima tanpa ada persiapan.

Emosi dengan senang hati mengobang-ambing sanubari. Meniup ruh kekesalan dan membantu mencari-cari pembenaran serta berbagai alternatif kambing hitam. Mungkin pihak ketiga yang mengganggumu atau bibit-bibit pelakor yang berlatih dengan memanfaatkan kepolosanmu?, atau kamu sendiri yang sebenarnya tidak berniat membangun komitmen sejak awal dan menjadikan pertemuan dahulu hanya pembuka sebuah hubungan terbatas, hanya target sementara sambil menunggu rencana besarmu dengan tema untuk raih masa depanmu.

Yap.. hanya untuk masa depanmu. Bukan masa depan kita. Huh kamu egois.

Begitulah emosi dan kekesalan mencoba memojokkan keadaan. Perlahan tapi pasti rada kesal memuncak dan mulai mengasah rasa datangkan dendam. Padahal itu semua muncul karena semua kenyataan ini datang tanpa peringatan.

Hati kecil yang sudah terbalut emosi mulai menghitung berapa nilai yang pernah diberikan, berapa persen kehormatan yang hampir kau manfaatkan.. semakin dihitung ternyata semakin sakit dada ini
Sesal berbalut dendam menyakiti raga dan rasa, menyerang dan Mencengkeram secara tiba-tiba, dunia serasa runtuh.

Kalimat maaf dan sesal lainnya tak dihiraukan lagi. Kecewa dan terluka telah mengoyak jiwa.

Cukup sudah, pergi kamu dari hidupku!!!” Sebuah jawaban yang bertema kebencian, padahal hati kecil berucap sebaliknya, “Kembalilah, jangan tinggalkan aku.”

Ternyata, hanya coklat punggungmu yang menjawab isak tangis tak bertepi ini. Punggung yang perlahan pergi, menjauh dan menghilang. Menyembunyikan isak tangis lain yang harus kau lawan. Masalah lain yang lebih pelik yang harus kau hadapi.

Kedua mata ini dicoba untuk terpejam sambil terus berharap bahwa ini hanya sandiwara drama korea yang mengharu biru dan akhirnya bahagia bersama.

Ternyata…

Sosok tubuhmu terus melaju, menembus kabut kehidupan yang menurutmu itulah masa depanmu. Tak peduli dengan apa yang pernah dan telah terjadi, ternyata memang semua perhatian dan kasih sayang ini hanya segores cerita dalam rangkaian petualanganmu.

***

Butuh berbulan-bulan menyembuhkan kehilangan ini. Setelah kesana kemari mencari jawaban dan pembenaran. Mengumpulkan kambing hitam dan siapa yang harusnya bersalah? Akhirnya jawaban itu ada dalam nurani diri, melalui keyakinan agama yang memberi penjelasan hakiki.

Mengapa bersedih?…

Nurani tersenyum sambil mengelus kepala dan punggung penuh ketenangan. Memberi sebuah kalimat pembuka yang langsung mencerahkan, “Sebuah pertemuan tentu akan ada perpisahan.”

Jleb bingit brow….

Dalam hidup ini semua sudah Allah SWT ciptakan berpasang-pasangan, lelaki dan perempuan, siang dan malam, terang dan gelap, suka dan duka, datang dan pergi dan… banyaak lagi pasangan lain… serta itu tadi… pertemuan dan perpisahan.

“Jadi mengapa bersedih?.. justru paket kehidupan sudah komplit bekerja karena sudah ada pasangannya, tinggal maknai hikmah dari semua kejadian.” Jawaban lugas nurani memberi semangat baru dalam diri.

Hapuskan perlahan emosi dan dendam, berganti dengan cahaya semangat kehidupan yang mulai berpijar.

Kamu hanya fragmen dalam kehidupanku, tak perlu menjadi risau karena takdir itu sudah tercatat di Lauh mahfud.

Jalani, nikmati dan syukuri.

Akhirnya Nuranipun kembali bersemayam di dalam diri, membiarkan raga ini menapaki hari tanpa terlalu takut manakala ternyata kenyataan yang ada, terkadang tidak sesuai harapan.

Jikalau berjumpa dengan kamu-kamu yang lain berarti harus bersiap untuk berpisah dengan kamu-kamu kapanpun dimanapun dan dengan cara apapun. Tetapi satu hal yang menjadi makin yakin bahwa dengan ihtiar dan doa, semua pertemuan dan perpisahan itu miliki rahasia hikmah yang membangun kedewasaan. Membimbing mental dan pemahaman tentang sangat kecil dan rentannya raga ini serta tak miliki kuasa apapun kepada siapapun, tanpa kehendak Illahi robbi.

Catatan : yang udah baca tulisan ini nggak usah baper. Ini hanya iseng aja, ngumpulin kata karena ternyata perpisahan itu… (ehh lanjut lagi).. perpisahan itu harus dihadapi dengan syarat : sudah ada perjumpaan. Heu heu heu. Wassalam. (AKW).

Cimahi, 250218.

OTT

Teu pandang saha jeung rupa, OTT kudu laksana.

#Fikminsunda

“Mana tersangka OTTna?” Komandan nanya. “ieu Ndan” Bripka Toto ngawaler bari nunjuk ka hareup. Nini-nini cetuk huis, keur murungkut bari rambisak.

“Saha nami?”

“Ma Uti”

Ujug-ujug jorojoy aya rasa karunya dina manah komandan. Haténa ngagerentes, “Asa teu pantes nini-nini kieu jadi tersangka.”
Lalaunan dideukeutan nini-nini nu keur murungkut téh, pas nempo aya pulisi ngadeukeutan, goak deui ceurik meuni balilihan, “Ema téh salah naon adééén, bet di kakaya kieu” Komandan ngahuleng.

“Punten komandan, pas OTT tadi sonten, ibu téh kabuktosan pisan ngalanggar UU pencucian uang.”

“Sabaraha nominal duitna?”

“Duaratus rébu Ndan!” dijawab teges.

“Leres kitu ema?” Komandan melong ka Ma Uti.

Bari carinakdak, Ma Uti ngawaler, “Sumuhun adén, ema keur nyeuseuh, dina saku calana salaki geuning aya artos 200rebu nu kaseuseuh”

Komandan beureum beungeut éra parada, teu antaparah anak buahna dicabok nepika ngajongkéng bari ngagorowok, “Ari sia belegug-belegug teuing, leupaskeun Ma Uti ayeuna pisan, anteurkeun nepika imahna, bari ménta dihampura!!!!”

***

Catetan : Ieu fikmin midang sataun kapengker ping 250217 dina lapak fésbuk simkuring. Haturnuhun. (AKW).

Diary Coffee 2 – APPSI

Puisi ke-2 seputar Rakernas APPSI tapi tema utama tetaplah.. Kopi :).

Sekuntum mawar merah
Tersenyum merekah
V60 menyeduh hingga terengah
Hasilkan segelas kopi Gayo nan indah

Cold brew Kiwari Farmer beraksi
Selalu teguh munculkan sensasi
Rasa dingin bersaksi
Menemani Rakernas APPSI

Kopi Java Preanger Ahertiani
Memberi rasa wangi membumi
Rasa sweety bercampur rapi
Sajikan minuman segar mewangi

Pejabat dari Sultengpun minta lagi
Setelah cold brew luwak manglayang dinikmati
Java Preanger semua dirasai
Tiga varietas pulangpun menemani

Ibu pejabat Sulselpun tak mau kalah
Cicipi rasa kopi hilangkan lelah
Satu seruput kurangi resah
Ternyata dibalas dengan sepasang coklat besar yang renyah

Pejabat Sultra yang tak terlalu suka
Karena kopinya mesti tetap bergula
Jadi hanya coba sedikit saja
Lumayan agar menjadi pecinta kopi pemula

Masuk lift berbuah berkah
Bertemu bos Steven yang lagi sumringah
Proyek Cisanti makin merekah
Luwak Sukirya datang lebih dari tiga buah

Masih sekuntum mawar merah menemani
Berpadu dengan espresso yang berani
Single shot coba di jabani
Di Trans Luxury Hotel ini terjadi

Tugas L.O akhirnya kelar
Layani tamu Rakernas para bos amtenaar
Termasuk beberapa sosok tenar
Yang mungkin 2019 bersinar

Setelah 3 hari tunaikan tugas
Saat bersama keluarga hilangkan cemas
Tapi panen tomat cheri tak bisa lepas
Digabung dengan kopi segelas
Hasilkan rasa yang bikin gemas.

Cimahi Selatan, 240218. (AKW).

Paspamja

Nuju anteng aya béwara, duh reuwas kacida.

Fikminsunda

Nu ngilu gempungan masih campuh jeung adu rényom kahayang. Ramé patémbal-témbal dina acara GEPUPUSAÉ (Gempungan Pupuhu jeung Punakawan sa-Énonesia). Kabéh boga kahayang, kabéh boga poténsi jeung masalah séwang-séwangan. Mikropon teu sirikna lulumpatan, ujlang ajleng kaditu kadieu diparebutkeun ku nu hadir. Kertas balatak urut ngotrét pacampur jeung lalawuh nu teu béak-béak.

Keur anteng adu renyom, aya béwara, “Perhatosan.. Perhatosan…Ka sadayana nu hadir di ieu gempungan. Mugi tiasa réngsé satengah jam ti ayeuna. Margi badé di-stéril, persiapan kasumpingan Maharaja!!!”

Jep nu ngawangkong jempé, nu adu renyom balem. Husu nganggeuskeun konsép rékomendasi. Ngan nu riweuh téh barudak awéwé rumaja jeung ibu-ibu ngora nu hadir dina éta gempungan. Lalumpatan kaluar bari beungeut parias jeung morolok késang tiis.

Anggota Pampamja (pasukan pengaman maharaja) nu rék nyetéril éta patempatan panasaran, “Ceu!!, kunaon bet lalumpatan?”

“Sieun bisi ké geus kawin teu bisa reuneuh!!!”

Paspamja ngahuleng. Cag.(Akw).